Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-ide yang cemerlang sehingga makalah ini bias disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca,
khususnya tentang Al-Dhamir, Al-Ismiyah wa Al-Fi’liyah. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang
lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan bagi
kami selaku penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
1.4 TUJUAN........................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................................
3.2 SARAN............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Qawa’id al-Tafsir sangat berkaitan erat dengan beberpa kaidah bahasa Arab yang
dapat membantu penafsiran al-Qur’an. Oleh sebab itu penguasaan terhadap kaidah-kaidah
kebahasaan itu harus dikuasai, sehingga penafsiran Al-Qur’an mendekati makna yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Makalah ini membahas sebagian kaidah Bahasa Arab dalam Al-Qur’an, yaitu Al-
Dhamir, Al-Ismiyah wa Al-Fi’liyah.
3
1.4 TUJUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Al-Dhamir
Isim dlamir secara istilah adalah isim kata ganti untuk pembicara atau orang pertama
dan untuk orang yang diajak bicara atau orang kedua dan untuk orang yang dibicarakan atau
orang ketiga.1 Misalnya: Muhammad, kata gantinya adalah dia. Muhammad dan Usman, kata
gantinya adalah: dia berdua. Muhammad, Usman dan Umar, kata gantinya adalah: mereka.
Kata ganti, dalam bahasa Arab disebut Isim dhamir.2
Dhamir ( )همpada kata ( )لهمberfungsi sebagai pengganti puluhan lafal yang terletak
إذا كان في االية ضمير يحتمل عوده الي اكثر من مذكور? وامكن الحمل علي الجميع حمل عليه
Apabila ada dhamir di dalam satu ayat yang tempat kembalinya mencakup lebih dari yang
disebutkan dan memang memungkinkan untuk mencakup kesemuanya itu, maka bias
dikembalikan kepada semuanya sesuai cakupannya.
1
Chatibul Umam, dkk., Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1995), hlm. 183
2
Agustiar, Ed: Khairunnas Jamal. Kaidah-Kaidah Dasar Memahami Teks Arab, (Riau: Asa Riau, 2016), hlm. 29
5
Dhamir pada ayat فمالقيهmenurut sebuah pendapat kembali kepada ربكyaitu “Kamu
pasti akan menemui Tuhanmu”, tetapi menurut pendapat yang lain kembali kepada كدحاyaitu
“kamu akan menemui amal-amal perbuatanmu.” Kedua pendapat ini benar karena seorang
hamba di akhirat nanti akan menemui Allah dan amal-amal perbuatannya.
اذا ورد مضاف ومضاف اليه وجاء بعدهما ضمير? فاالصل عوده للمضاف
Apabila ada mudhaf dan mudhaf ilaih kemudian terdapat dhamir sesudah keduanya, maka
pada dasarnya dhamir itu kembalinya ke mudhaf.
Kaidah pokoknya adalah ketika terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih sebelum dhamir,
maka dikembalikan ke mudhaf, kecuali ada petunjuk-petunjuk lain yang mengharuskan
dikembalikan kepada mudhaf ilaih.
Dalam ayat ini kaidah dasarnya, dhamir التحصوهاdikembalikan pada mudhaf, yaitu
نعمةbukan هللا.
ضمير الغائب قد يعود على غير ملفوظ به كالذي يفسره سياق الكالم
Dhamir orang ketiga (al-ghaib) kadang-kadang dikembalikan kepada kata yang tidak terucap
sebelumnya, namun dapat dipahami dari konteks kalimat.
Dhamir yang dimaksud dalam ayat ialah Al-Qur’an. Sebab, kata al-inzal (turun)
menunjukkan secara pasti (iltizam) bahwa rujukan (marji’) yang dimaksud dalam dhamir itu
adalah Al-Qur’an.
6
اذا تعاقبت الضمائر فاالصل? ان يتحد مرجعها
Jika terdapat banyak dhamir maka marji’nya disatukan untuk menghindari ketercerai-
beraian maksudnya.
Para ahli Tafsir berbeda pendapat tentang marji’ dhamir وتعزروه وتوقروه, sekalipun
semuanya sepakat bahwa marji’nya dhamir وتسبحوهadalah kembali kepada Allah. Sebagian
Perbedaan marji’ terhadap beberapa dhamir supaya terhindar dari ketidak sesuaian (tanafur).
قد يذكر شيئان ويعود? الضمير على احدهما اكتفاء بذكره عن االخر مع كون الجميع مقصودا
Kadang ada dua sesuatu yang disebutkan kemudian dhamir-nya hanya kembali kepada
salahsatunya saja karena sudah cukup meliputi yang lainnya, sekalipun yang dimaksud adalah
kedua-duanya.
7
Dalam ayat ini dhamir يرضوهberbentuk mufrad, padahal yang dimaksud adalah Allah
dan Rasul-Nya.
Firman Allah مثلهمbukan kembali kepada السموات واالرضakan tetapi kepada orang-
orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan. Dengan dalil bahwa, orang-orang kafir itu
tidak mengingkari penciptaan langit dan bumi, yang mereka ingkari adalah hari kebangkitan.
Apabila dalam beberapa dhamir terhimpun maksud untuk menjaga kesesuaian kata dan
kesesuaian makna, maka sebaiknya dimulai dengan menjaga kesesuaian kata baru kemudian
kesesuaian makna.
kata, sedangkan pada kalimat kedua وم??ا هم بمؤم??نينmenggunakan dhamir jamak karena
mengikuti tuntutan makna pada ayat tersebut.3
Pengertian Isim
8
“Kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan tidak disertai dengan pengertian
zaman. (dengan kata lain, isim adalah kata benda)”.
Pengertian Fi’il
4
Moch. Anwar, Ilmu Nahwu, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 4
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. penulis akan memperbaiki makalah dengan banyak sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan. Maka penulis mohon atas kritik dan saran untuk pembahasan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian. (2016). Kaidah-Kaidah Dasar Memahami Teks Arab. (K. Jamal, Ed.) Riau: Asa Riau.
Chatibul Umam, d. (1995). Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul Ulum Press.
Iihin. (2018, Agustus). Kaidah Dhamir dalam Al-Qur'an. Retrieved Desember 22, 2019, from
Referensi Makalah: https://www.referensimakalah.com/2018/08/kaidah-dhamir-dalam-al-
quran.html
10