Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dosen Pembimbing:

Herawati M,SST.,M.Pd.M.Psi

Disusun oleh:

Nama : Nadilia Ramadania Firdausi

Kelas : 1B

NIM : P17310193037

PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik merupakan komponen yang penting dalam praktik


kebidanan. Hubungan baik antara pasien dengan Bidan haru bisa dibina. Komunikasi
yang dilakukan oleh Bidan dan juga pasien umumnya bukan komunikasi biasa,
melainkan komunikasi yang bersifat terapis. Komunikasi tersebut disebut juga
komunikasi terapeutik, Dalam hal ini, komunikasi terapeutik sebagai bentuk kemampuan
atau keterampilan perawat atau bidan dalam membantu pasien beradaptasi
terhadap stress karena komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara
perawat dengan pasien dalam memperbaiki pasien dalam hubungan ini perawat dan
pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosi pasien.

Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari
yang namanya komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi
secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara
langsung sedangkan komunikasi secara tidak langsung bisa melalui perantara orang
ketiga yang menyampaikan pesan nantinya. Hal ini pasti selalu ada di dalam kehidupan
bermasyarakat. Apalagi sifat manusia itu sendiri adalah makhluk social yaitu makhluk
yang tidak dapat hidup sendiri melainkan perlunya interaksi dengan manusia lainnya.
Salah satu bentuk konkret dari interaksi ini adalah komunikasi tersebut.
BAB II

ISI

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata berikut ini:


1. Communicare (bahasa Latin) yang artinya menjadikan sesuatu milik bersama.
2. Comunis yang arti harfiahnya milik bersama, yaitu dengan proses komunikasi
gagasan seseorang disampaikan kepada orang yang terlibat, diterima, dimengerti, dan
disetujui maka gagasan tersebut menjadi milik bersama (Cherry, 1983).
Dari perspektif yang melatarbelakanginya, komunikasi dapat dikelompokkan dan
didefinisikan sebagai berikut.
1. Komunikasi secara mekanistis adalah suatu proses dua arah yang menghasilkan
transmisi informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat
(Kossen, 1986).
2. Komunikasi secara sosiologistis adalah suatu proses dimana seseorang memberikan
tafsiran terhadap perilaku orang lain (ucapan, gerak, dan sikap) kemudian yang
bersangkutan memberikan reaksi terhadap perasaan yang disampaikan oleh orang lain
tersebut (Sukanto,1994)
3. Komunikasi secara psikologistis adalah suatu proses dimana komunikator
mentransmisikan stimuli (biasanya verbal) untuk menggerakkan individu lain
(audience) berperilaku (Hovland dkk, 1953).
3. Komunikasi secara antropologistis adalah suatu peristiwa yang terjadi apabila makna
diberikan kepada suatu perilaku tertentu.
B. Komunikasi Terapeutik

1. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan
dilakukan bertujuan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan
pasien. Selain itu, komunikasi terapeutik merupakan proses komunikasi yang
mencerminkan hubungan antara bidan dengan klien/pasein yang memberikan dampak
terapeutik yang dapat mempercepat kesembuhan pasien/terpecahkannya masalah
klien.Komunikasi Terapeutik memegang peranan penting dalam membantu pasien
memcahkan masalah yang dihadapi. Komunikasi terapeutik juga merupakan komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Dalam konteks pelayanan kesehatan secara keseluruhan komunikasi terapeutik
didefinisikan sebagai komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikatif dan
menyembuhkan atau paling tidak melegakan serta membuat pengguna merasa nyaman.
Bidan harus memiliki keterampilan komunikasi yang bersifat prefesional
dan bertujuan untuk menyembuhkan pasien. Bidan yang memiliki keterampilan
komuniksi terapeutik akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya
dengan pasien, sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan kebidanan
dan memberikan kepuasan professional dalam pelayanannya

2. Proses Komunikasi Terapeutik

2.1 Pra Interaksi


Merupakan masa persiapan sebelum berhubungandan berkomunikasi.
a). Evaluasi diri
b). Penetapan tahapan hubungan/interaksi berikut perlu ditetapkan tahapan
hubungan: apakah pertemuan/kontrak pertama, apakah pertemuan lanjutan, apa
tujuan pertemuan?, Pengkajian/observasi/ pemantauan /tindakan/terminasi
c). Rencana interaksi
–siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan saat
berhubungan dan berkomuni-kasi dengan pasien/klien.

–teknik komunikasi yang akan diucapkan, kaitkan dengan tujuan

–teknik observasi apa yang perlu dilakukan selama berhubungan dengan


pasien/klien.

2.2 Perkenalan
Merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama bertemu/kontak dengan klien.
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a.Memberi salam

b.Memperkenalkan diri

c.Menanyakan nama pasien/klien

d.Menyepakati pertemuan (kontrak)

2.3 Orientasi
Dilakukan pada setiap pertemuan kedua dan seterusnya.
a. Memberi salam

b. Memvalidasi keadaan pasien/klien

c. Mengingatkan kontrak

2.4. Fase Kerja


Berkaitan erat dengan pelaksanaan rencana tindakan yang akan dilaksanakan
Tujuan:

1.Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan diri, perasaan, pikiran, dan
perilakunya tujuan kognitif
2.Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara
mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi  tujuan psikomotor

2.5 Fase Terminasi


Merupakan akhir dari setiap pertemuan.
Dibagi menjadi 2 :
1.Terminasi sementara
 Adalah akhir dari tiap pertemuan
Isi percakapan: evaluasi hasil, tindak lanjut, dan kon trak yang akan
datang
2. Terminasi akhir
 Dilakukan apabila pasien akan pulang/klien dapat menyelesaikan masalahnya
Isi percakapan: evaluasi hasil, tindak lanjut, eksplo-rasi perasaan 
dilakukan pada klien dan keluarga.

3. Komunikasi Interpersonal yang Terapeutik


Komunikasi Intterpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua
orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam bentuk tatap muka dan paling
sering digunakan dalam bentuk tatap muka dan paling sering digunakan dalam
pelayanan perawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan
personal. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan paling bermakna
dalam perilaku manusia. Pada profesi keperawatan dan juga kebidanan, komunikasi
menjadi lebih bermakna karena merupakan metode utama dalam
mengimplementasikan tindakan yang menyangkut dalam bidang kesehatan.
Sebagai seorang profesiona;, bidan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah dalam memberikan asuhan keperawatan. Langkah pertama dalam
pendekatan ini adalah pengkajian yang bertujuan mengumpulkan data secara valid
dan akurat sebagai dasar untuk menegakkan masalah dan diagnose. Pada tahap ini
komunikasi memegang peranan penting karena mendapatkan data subjektif
dibutuhkan kemampuan berkomunikasi yang efektif.

4. Unsur – Unsur Komunikasi Efektif

 Sikap :
 Berhadapan

 Mempertahankan kontak mata

 Membungkuk ke arah klien

 Mempertahankan sikap terbuka

 Tetap relaks

 Teknik :
 Mendengarkan dengan penuh perhatian Sikap: pandang klien,
terbuka, condongkan tubuh
 Menunjukkan penerimaan Sikap: mendengar efektif, feed back,
hindari perdebatan
 Bertanya efektif
 Mengulang ucapan klien dgn kata-kata sendiri
 Klarifikasi: untuk menyamakan pengertian
 Focusing
 Menyatakan hasil observasi: feed back
 Information: untuk memfasilitasi
 Silent
 Meringkas: pengulangan ide utama
 Reward
 Memberi kesempatan klien untuk memulai pembicaraan
 Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
 Menempatkan kejadian secara berurutan
 Memberikan kesempatan klien mengurai-
 kan persepsinya
 Refleksi

5. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien memperjelas dan


mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu mengambil tindakan yang
efektif untuk pasien, membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan
diri sendiri.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat
dipengaruhi oleh kualitas hubungan bidan- klien. Bila Bidan tidak memerhatikan
hal ini, hubungan bidan- klien tersebut bukanlah hubungan yang memebri dampak
terapeutik yang mempercepat proses kesembuhan klien, tetapi merupakan
hubungan sosial biasa.
Menurut Stuart dan Sundeen juga Lindberg, Hunter, dan Kruszweski,
tujuan terapeutik yang diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri
2. Identitas diri yang jelas dan rasa intergrasi diri yang tinggi
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling
bergantung dan mencintai
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujun personal yang realistis

Tujuan terapeutik akan tercapai bila dalam melakukan “ helping


relationship” Bidan memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Kesadaran diri terhadap nilai yang dianut
 Kemampuan untuk menganalisis perasaannya sendiri
 Kemampuan menjadi contoh peran
 Alturistik
 Rasa tanggung jawab etik dan moral
 Tanggung jawab

6. Manfaat Komunikasi Terapeutik

 Mendorong dan menganjurkan kerja sama anatar perawat dengan


pasien melalui hubungan dengan pasien.
 Mengidentifikasi, mengungkap persamaan,dan mengkaji masalah
dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh Bidan

Dua persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif ( Stuart dan


Sundeen, 1998), yaitu :
a. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima
pesan.
b. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum
memberikan saran, informasi maupun masukan

Komunikasi terapeutik ini akan menjadi efektif hanya melalui penggunaan


dan latihan yang sering. Artinya dengan melatih harga diri menggunakan komunikasi
yang bersifat terapeutik akan meningkatkan kepekaan diri kita akan perasaan orang lain,
khususnya klien. Selain itu, dalam komunikasi terapeutik, diri kita akan terlatih mengerti
akan keinginan yang dibutuhkan klien.

7. Jenis Komunikasi Terapeutik

Setiap penerapan jenis komunikasi disesuaikan dengan respons klien sehingga


mempunyai arti untuk kesembuhan klien.
 Mendengar dengan penuh perhatian, dalam hal ini, Bidan berusaha mengerti
klien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan klien
 Menunjukkan penerimaan, arti menerima adalah mendukung dan menerima
infromasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.
 Menanyakan pertanyaan yang berkaitan, tujuan Bidan bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah yang disampaikan oleh
klien.
 Mengulang ucapan klien dengan kata – kata sendiri, melalui pengulangan
kembali kata – kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa ia mengerti
pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
 Mengklarifikasi, klarifikasi terjadi saat perawat berusaha menjelaskan dalam
kata- kata mengenai idea tau pikran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
 Memfokuskan, metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan
sehingga percakan menjadi lebih efektif.
 Menyatakan hasil observasi, Bidan harus memberikan umpan balik kepada klien
dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat menguraikan
apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komunikasi merupakan hal yang penting bagi seorang Bidan, karena


Bidan mempunyai peran untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga
bagaimanapun Bidan tidak akan lepas dari komunikasi dalam pekerjaannya. Proses komunikasi
merupakan suatu penyampaian pesan, ide, kepada orang lain agar dapat mencapai persepsi yang
sama sesuai dengan yang dikehendaki oleh komunikator. Tujuan berkomunikasi adalah
memudahakan dan melancarkan pencapaian tujuan. Jika komunikasi antara bidan dan klien
berjalan baik, maka hubungan antara bidan dan juga klien bisa dibina dengan baik.
Kemampuan komunikasi secara terapeutik dengan klien juga sangat
dibutuhkan, karena Bidan harus bisa memahami pasien dengan baik dan juga menjadi peka
terhadap perasaan klien. Sehingga seorang Bidan harus menguasai beberapa konsep komunikasi
terapeutik, seperti bagaimana proses yang tepat untuk berkomunikasi terapeutik dengan klien,
komunikasi interpersonal dalam terapeutik, tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik itu sendiri.

B. SARAN

Sebagai seorang bidan, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan
merupakan kunci utama keberhasilan seorang bidan.Sebaiknya dalam berkomunikasi dengan
klien, seorang bidan harusnya menjaga etika dan penampilannya dalam menghadapi kliennya.
Mampu memahami klien dengan baik, sehingga tidak terjadi salah persepsi, mrmshsmi betul –
betul konsep komunikasi terapeutik, sehingga ada efek healing pada klien, sekaligus dapat
mendekatkan diri dengan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Uripni,Christina Lia.2015.Komunikasi Kebidanan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.


Noorbaya,Siti.2018.Komunikasi Kesehatan.Yogyakarta:Gosyen Publishing.
Muhith, Abdul.2018.Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health.Yogyakarta:Penerbit
ANDI.
Benu, Minria Stella., & Kuswanti, Ina (2016). Pengetahuan Bidan Tentang Komunikasi
Terapeutik Dalam Praktik Kebidanan. Samodra Ilmu, 07(2), 107-108.

Anda mungkin juga menyukai