Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas

1. Pengertian

a. Masa nifas (puerperium) adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan

dan plasenta lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai

dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,

yang mengalami perubahan seperti permukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan[ CITATION suh14 \l 1033 ].

b. Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta, dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu [ CITATION ruk15 \l 1033

].

c. Masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu

setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan

berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum

hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan

psikologi karena proses [ CITATION Yun16 \l 1033 ].

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Adapun tujuan pelaksanaan masa nifas adalah [ CITATION siw15 \l 1033 ]

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

8
9

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini dan mengobati

pada ibu maupun bayinya

c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan : gizi,

menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat dan

Keluarga Berencana.

d. Memberikan pelayanan KB

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas

a. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang

terjadi pada saat-saat penting yaitu enam jam, enam hari, dua minggu dan

enam minggu

b. Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga

c. Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator [ CITATION

suh14 \l 1033 ]

4. Periode Masa Nifas

Priode masa nifas adalah 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-

organ reproduksi kembali keadaan normal sebelum hamil. Priode masa nifas

di bagi atas :

a. Puerperium Dini

Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari


10

b. Puerperium Intermedial

Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium

Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi[ CITATION ruk15 \l 1033 ]

5. Perubahan Fisikologi Pada Masa Nifas

Pada masa nifas, perangan reproduksi interna dan eksterna akan mengalami

perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Selain organ reproduksi,

beberapa perubahan fisikologi yang terjadi selama masa nifas adalah

sebagai berikut :

a. Uterus

Perubahan pada uterus terjadi segerah setelah persalinan karena

kadar estrogen dan progesterone yang menurun yang mengakibatkan

proteolisis pada diding uterus.

Perubahan yang terjadi pada dinding uterus adalah timbulnya

thrombosis, degenersi dan negrosis ditempat implentasi plasenta.

Jaringan-jaringan ditempat implantasi plasenta akan mengalami

degenerasi dan kemudian terlepas. Tidak ada pembentukan jaringan perut

pada bekas tempat implantasi plasenta karena pelepasan jaringan ini

berlangsung lengkap.
11

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan

pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus

Uteri).

b. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong.

Hal ini disebabkan korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tdak

berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena

mangandung banyak pembuluh darah dengan konsitensi lunak.

Perubahan pada serviks adalah menjadi sangat lembek, kendor dan

terkulai. Segerah setelah janin dilahirkan, serviks masuk dilewati oleh

tangan pemeriksa. Setalah 2 jam persalinan seviks hanya dapat dilewati

oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1

jari.

c. Vulva dan Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan

suatu saluran yang luas berdinding tipis. Beberapa hari pertama setelah

proses melahirkan bayi, vagina masih dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, tetapi ukuran

vagina jarang kembali seperti seorang nulipara.


12

d. Payudara

Pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin dan payudara

mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi

darah, sehingga timbulrasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini

yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi, ketika bayi mengisap

putting, reflex saraf merangsang lobus posterior pinatari untuk

mengsekresi hormone oksitosin.

Oksitosin merangsang refkles tet down (melahirkan) sehingga

menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang

terdapat pada putting.

e. Tanda-tanda Vital (TTV)

1) Suhu Tubuh

Setelah proses perslinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar

0,50C dari keadaan normal (360C-370C) namun tidak lebih dari 380C.

hal ini disebabkan karena meningkatnya metabolism tubuh pada saat

persalinan. Setelah 12 jam post partum, suhu tubuh yang tadinya

meningkat akan kembali seperti semula. Bila suhu tubuh tidak

kembali normal atau semakin meningkat, maka perlu dicurigai

terhadap terjadinya infeksi.

2) Nadi

Denyut nadi normal berkisar 60-80 x/menit. Pada saat proses

persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah proses


13

persalinan selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lambat. Pada

masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.

3) Tekanan Darah

Tekanan darah untuk systole berkisar antar 110-140mmhg dan

untuk diastole 60-80 mmHg, setelah partus tekanan darah dapat

sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil.

4) Pernapasan

Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24 x/manit.

Pada saat partus frekuensi pernafasan akan meningkat karena

kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran atau

mengejan dan mempertahankan agar persediaan ke janin tetep

terpenuhi. Setelah proses persalinan, frekwensi persalinan akan

kembali normal. Keadaan pernafasan berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi.

f. Hormone

Sekitar 1-2 minggu sebelum partus dimulai, hormon estrogen dan

progesterone akan menurun dan terjadi peningkatan hormone prlaktin

dan prostaglandin. Hormon prolaktin akan merangsang pembentukan air

susu pada kelenjar mamae, sedangkan hormon prostaglandin memicu

sekresi oksitosin yang menyebabpkan timbulnya kontraksi uterus.

g. System Peredaran Darah (Cordio Vasculer)

Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah ibu dengan

sirkulasi darah janin akan terputus sehingga volume darah ibu relative
14

akan meningkat. Keadaan ini menjadi secara sepat dan mengakibatakan

beban kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi

oleh sestem homeostatis tubuh dengan mekanisme konpensasi berupa

timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume dara akan kembali normal.

Biasanya ini terjadi sekitar 1-2 minggu setelah melahirkan.

h. System Pencernaan

Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1-3 hari

pertama post partu. Hal ini desebabkan terjadinya penurunan tonus otot

selama proses persalinan sehingga dapat menimbulkan konstipasi pada

minggu pertama post partum, selain itu adanya rasa takut untuk buang air

besar, sehubung dengan jahitan pada perineum, dan takut akan rasa nyeri.

i. System Perkemihan

Pada pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada kahir minggu keempat setalah

melahirkan. Adanya trauma akibat kelahiran, lasensi vagina/episiotomy,

rasa nyeri pada panggul akibat dorongan saat melahirkan dapat

menurunkan dan mengubah reflex berkemih. Adanya distensi kandung

kemih yang muncul segerah setelah wanita melahirkan.

j. System Integumen

Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada

wajah (cloasma gravidarum), leher, mammae,diding perut dan beberapa

lipatan sendi karena pengaruh hormone akan menghilang selama masa

nifas.
15

k. System Musculoskeletal

Setelah proses persalinaan selesai, dinding perut akan mengelami

longgar, kendur dan melebar selama beberapa minggu atau bahakan

sampai beberapa bulan akibat peregangan yang bagitu lama selama

hamil. Ambulasi dini dan senam nifas sangat di anjurkan untuk

mangatasi hal tersebut. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dan

otot-otot rectus obdominalis sehingga seolah-olah sebagian dari dinding

perut digaris tengah hanya dri peritoneum.

l. Lochia

Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau

amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.

Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea

mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.

Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu

keluarnya :

1) Lochia rubra

Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-2 masa

postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah

segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo

(rambut bayi), dan mekonium.

2) Lochia sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca

persalinan.
16

3) Lochia serosa

Berwarna kecoklatan dan mengandung lebih banyak serum, pada hari

ke 7-14 pasca persalinan

4) Lochia alba cairan putih selama 2 minggu.

5) Lochia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan

berbau busuk [ CITATION Yun161 \l 1033 ]

m. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.pada

postnatal hari ke 5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar

tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum

melahirkan.

6. Perawatan Masa nifas [ CITATION suh14 \l 1033 ]

a. Mobilisasi karena lelah habis bersalin ibu harus istirahat, tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan. kemudian boleh merubah

posisi sesuai yang diinginkan untuk mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli

b. Diet : makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya

makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan

buah.

c. Miksi : hendaknya kencing data dilakukan sendiri, kadang wanita

mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin
17

dan spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama persalinan, juga oleh

adanya edema kandung kemih selama persalinan.

d. Defekasi : buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca

persalinan, bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi

berak keras berikan obat laksan peroral atau rectal.

e. Perawatan payudara : perawatan mamma telah dilakukan sejak

wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai

persiapan untuk menyusui bayinya.

7. Nasehat Untuk Ibu Nifas

a. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan.

b. Sebaiknya bayi disusui.

c. Kerjakan gimnastik sehabis bersalin.

d. Untuk kesehatan bayi, ibu dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk

menjarangkan anak.

e. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

8. Kunjungan Masa Nifas

a. Enam sampai Delapan Jam Post Partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lainperdarahan serta melakukan

rujukan bila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu dan

keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu

dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
18

hipotermi. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan

harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

b. Enam Hari Post Partum

Memastikan involusiuterus barjalan dengan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi

dan perdarahan.Memastikan ibu mendapat istirahat yang

cukup.Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup

cairan.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada

tanda-tanda kesulitan menyusui. Memberikan konseling tentang

perawatan bayi baru lahir.

c. Dua Minggu Post Partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungan 6 hari post partum yaitu Memastikan

involusiuterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik,

tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. Memastikan

ibu mendapat istirahat yang cukup. Memastikan ibu mendapat makanan

yang bergizi dan cukup cairan. Memastikan ibu menyusui dengan baik

dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. Memberikan

konseling tentang perawatan bayi baru lahir.


19

d. 6 Minggu Post Partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa

nifas dan memberikan konselingKB secara dini.

9. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis

yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia

mengalami stimulasi kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses

eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya, berada dibawah tekanan untuk

dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus

diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab

yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu. Tidak mengherankan

bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa

kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan

pembelajaran. Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas,

antara lain adalah :

a. Periode “Taking In”

Pada masa ini berlangsung selama 1 sampai 2 hari sesudah

melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan targantung, perhatianya

tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Pada saat ini, ibu memerlukan

istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalankan masa nifas selanjutnya

dengan baik. Dan peningkatan nutrisi ibu dibutuhkan yang lebih, karena
20

biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu

kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.

b. Periode “Taking Hold”

Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-

hari pertama setelah melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat

mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas

sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi

disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh

semangat ia belajar mempraktekkan cara-cara merawat bayi.

Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang

ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui,

memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan

merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung

menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima

pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan

penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi

c. Priode “Latting Go”

Pada fase ini biasanya setiaap ibu pulang ke rumah dan menerimah

tanggung jawab akan peran barunya. Pada fase ini berlangsung selama 10

hari setelah melahirkan. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan

bayinya. Ibu sudah mulai meyusuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Ibu memahami bahwa bayinya butuh disusui sehingga siap

terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu kan lebih percaya diri
21

dalam menjalani perang barunya. Pendidikan kesehatan yang di berikan

pada fase sebelunya akan sangat berguna bagi ibu.

Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan ibu. Suami

dan keluarga dapat membantu merawat bayinya, mengerjakan urusan

rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan

istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus

untuk dapat merawat bayinya.

Adapun faktor penyebab yang paling mempengaruhi perubahan

emosi dan psikososial ibu adalah :

1) Kekecewaan emosional

2) Rasa sakit pada tahap awal nifas

3) Kecemasan ibu dalam memberikan perawatan kepada banyinya

4) Ketakutan akan penampilan dari dirinya yang tidak menarik lagi bagi

suaminya[ CITATION ruk15 \l 1033 ].

10. Jadwal Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan dilakukan paling sedikit 3 kali selama ibu dalam masa

nifas seperti yang terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 1 : Jadwal Kunjungan Pada Ibu Dalam Masa Nifas

Kunjungan I (KF) 6 Kunjungan II (KF II) Kunjungan III (KF III)


jam s/d 3 hari pasca hari ke 4 s/d 28 hari hari ke 29 s/d 42 hari
salin pasca salin pasca salin
Memastikan involusi Bagaimana persepsi ibu Permulaan hubungan
uterus tentang persalinan dan seksual
kelahiran bayi
Menilai adanya tanda Kondisi payudara Metode KB yang
– tanda demam, digunakan
infeksi, atau
perdarahan
22

Memastikan ibu Ketidaknyamanan yang Latihan pengenceran


mendapat cukup dirasakan ibu otot perut
makanan, cairan dan
istirahat
Memastikan ibu Istirahat ibu Fungsi pencernaan,
menyusui dengan baik konstipasi dan
dan tidak ada tanda – bagaimana
tanda infeksi penanganannya
Bagaimana perawatan Hubungan bidan,
bayi sehari – hari dokter dan RS dengan
masalah yang ada
Menanyakan pada ibu
apa sudah haid
Sumber : Depkes (2014).

B. Tinjauan Khusus Tentang ASI

1. Definisi

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari payudara

setelah ibu melahirkan. ASI merupakan makanan yang fleksibel dan mudah

didapat, siap diminum tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang

sesuai dengan bayi, susunya segar dan bebas dari kontaminasi bakteri

sehingga mengurangi resiko gangguan gastrointestinal. Selain itu, ASI

memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan

bayi. Hal-hal tersebut menjadikan ASI sebagai satu - satunya makanan

terbaik dan paling cocok untuk bayi. Terdapat istilah yang berhubungan

dengan ASI :

a. ASI Predominan

Anak dikategorikan mendapat ASI Predominan apabila selama 0 hingga

6 bulan, anak mendapatkan tambahan minuman lain berupa teh, madu,

air tajin dan minuman lainnya disamping pemberian ASI

b. ASI parsial
23

Jika anak diberi makanan lain seperti bubur atau buah disamping

pemberian ASI

2. Fisiologi Kelenjar Payudara

Masing-masing payudara terdiri dari 15-24 lobus, tiap lobus terdiri

dari lobuli yang terdiri dari acini yang kemudian menghasilkan air susu.

Hormon prolaktin yang disekresikan dari hipofisis memiliki efek

meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini konsentrasinya dalam darah ibu

meningkat secara tetap dari kehamilan di minggu ke-5 hingga bayi lahir.

Saat postpartum konsentrasi prolaktin meningkat 10-20 kali. Selain itu

plasenta mensekresi human chorionic somatomammotropin yang memiliki

sifat laktogenik ringan yang menyokong prolaktin dari hipofifis ibu. Karena

efek supresi dari estrogen dan progesteron terhadap payudara, maka hanya

beberapa mililiter cairan saja yang dikeluarkan sebagai Kolostrum

3. Cara produksi Asi

Asi produksi oleh lenjar payudara yaitu pada daerah alveoli. Sertiap

alveoli dapat memulai produksi ASI segerah setelah medapatkan

rangsangan yang tepat, yaitu :

a. Terjadinya pengeluaran plasenta yang menyebabpakan turunya kadar

hormone hCG, estrogen, dan progesterone.

b. Turunya kadar hormone hCG, estrogen dan perogesteron menyebabkan

faktro inhibisi prolaktin tidak dilepaskan

c. Prolaktin yang tersimpan dalam granul di hipotalamus delepas melalui

jalur sirkulasi darah hipotalamus-hipofisis yang mencapai hipofisis


24

anterior dan dilepas dari dalam granul, masuk kedalam sirkulasi darah

sistemik.

d. Prolaktin yang mengalir dalam darah mencapai jaringan kelenjar

payudara hingga mampu merangsang inisiasi produksi ASI

e. Isapan pada puting susu ibu akan merangsang pelepasan prolaktin lebih

banyak, yang kemudian menjamin kontinulitas produksi ASI dalam

alveoli.

f. Pengeluran ASI dari alveoli membutuhkan reflex lain yang juga terpicu

dengan isapan bayi pada putting susuibu. Refleks ini dikenal dengan

istilah milk ejection reflex sebagai satu kesatuan.

4. Komposisi Gizi dalam ASI

Komposisi ASI tidak sama dari waktu kewaktu, hal ini berdasararkan

stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam menurut

waktunya:

a. Kolostrum

kolostrum adalah cairan yang dikeluarkan oleh payudara di hari

hari pertama kelahiran bayi, kolostrum lebih kental bewarna kekuning-

kuningan, karena banyak mengandung komposisi lemak dan sel-sel

hidup. Kolostrum juga mengandung mengandung zat zat gizi yang pas

untuk bayi antara lain protein 8,5%, lemak 2,5% , sedikit karbohidrat

3,5%, garam dan mineral 0,4%, air 85,1 % , antibodi serta kandungan

imunoglobulin lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur yang

mengakibatkan bayi tidak mudah terserang diare. Sekresi kolostrum


25

hanya berlangsung sekitar 3 hari, diakibatkan oleh hilangnya estrogen

dan progesteron oleh plasenta yang tiba-tiba menyebabkan laktogenik

prolaktin memegang peranan tiba-tiba dalam memproduksi air susu

Kemudian, kelenjar payudara mulai progresif menyekresikan air

susu dalam jumlah yang besar. Manfaat besar dari kolostrum masih

banyak tidak diketahui oleh ibu-ibu setelah melahirkan, sehingga mereka

masih ragu untuk melakukan inisiasi dini. Kebanyakan mereka takut

memberikan kolostrum karena kepercayaan yang menganggap kolostrum

sebagai ASI basi atau ASI kotor sehingga harus dibuang. Padahal

manfaat kolostrum tersebut sudah seringkali diberitakan melalui media,

ataupun melalui penyuluhan

b. ASI masa transisi

ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10,

dimana pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil. Pada masa

ini, terjadi peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya

penurunan komposisi protein. Akibat adanya penurunan komposisi

protein ini diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan

makanannnya.

c. ASI Matur

ASI matur disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar

karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya

meningkat terutama laktosa pada ASI transisi. Setelah melewatri masa

transisi kemudian menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI


26

relative stabil. Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan utama

dalam ASI sebagai sumber energi untuk otak. Konsentrasi laktosa pada

air susu manusia kira-kira 50% lebih banyak jika dibandingkan dengan

kadar laktosa dalam susu sapi . Walaupun demikian, angka kejadian diare

karena intoleransi laktosa jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan

ASI [ CITATION Siw17 \l 1033 ].

5. Manfaat ASI Dan Menyusi

Pemberian ASI ekslusip bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak

bayi untuk mendapatkan ASI asklusif sejak dilahirkan sampai dengan

berusia 6 bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangannya. Selain itu menyusi adalah suatu proses pemberian

makanan berupa air susu dari ibu kepada bayinya.

Menyususi menurunkan resiko untuk mengalami kanker ovarium dan

kanker payudara pramenopause, serta penyakit janjtung pada ibu.

6. Cara Perawatan payudara

Tujuan dilakukan perawatan payudara untuk memperlancara

sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga

memperlancar pengeluaran ASI, menjaga kebersihan payudara sehingga

terhindar dari infeksi, menghindari putingsusu yang sakit, menjaga

keindahan bentuk payudara, memperbanyak peroduksi ASI dan dapat

mengetahui adanya kelainan.

Langkah-langkah dalam perawatan payudara :

a. Pengerutan Payudara
27

1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa/baby oil

2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting susu

selam 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara

3) Handuk bersih 1-2 buah

4) Air hangat dan air dingin dalam baskom

5) Waslap atau sapu tangan dari handuk

6) Pengurutan payudara pertama

Licingkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak

tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari

atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearahkanan, lakukan

terus pengurutan kebawa atau melintang. Laku kedua telapak tangan

dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-3- kali untuk setiap satu

payudara.

7) Pengurutan yang kedua

Meyokong payudara kiri dengan tangan kanan, kemudian dua atau

tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir

pada putting susu. Lalu tahapan mengurut payudara dengan sisi

kelingking dari arah tepih kearah putting susu. Lakukan gerkan 20-

30 kali

8) Pengurutan yang keriga

Menyokong payudara dengan satu tangan,sedangkan tangan lain

mengurut dan menggenggam dari pakal menuju ke putting susu.

Lakukan gerakan 20-30 kali


28

9) Pengompresan

2 buah buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan

air dingin dan dua buah waslap. Kemudian kompres kedua payudara

dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan

kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali

berturut-turut dengan kompres air hangat. Lalu menganjurkan ibu

untuk memakai BH khusus untuk menyusui.

7. Teknik Meyususi

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluerkan sedikit kemudian oleskan pada

putting susu dan areola sekitarnya

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lainya

menopang diawah

d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh

pipih dengan putting susu

e. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan kemulut bayi

f. Melepas isapan bayi setelah menyususi pada stu payudara sampai terasa

kosong kemudian ganti menyusui pada payudara yang satunya

g. Setelah selesai menyususi, ASi dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan

pada putingsusu dan areola sekitanya

h. Menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya

bayi tidak mutah


29

8. Kelancaran Produksi ASI

Proses produksi ASI bisa hanya memerlukan waktu beberapa menit

atau hingga satu jam atau lebih, tapi ibu dan bayi sebaiknya diberikan waktu

ini (setidaknya satu atau dua jam pertama) berdua untuk mulai saling

mengenal satu sama lain.  Proses ini tidak membutuhkan usaha apapun dari

ibu, dan alasan yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak bisa dilakukan

karena ibu terlalu lelah setelah melahirkan merupakan alasan yang tidak

masuk akal, polos dan sederhana dan akan mempengaruhi produksi

ASI[ CITATION ruk15 \l 1033 ].

Air Susu Ibu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu

pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari, masih berupa kolustrum. Banyaknya

kolustrum yang disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 cc, dengan

rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah hari kelima. Ibu

harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh puting dan

areola “tergenggam” oleh mulut bayi. Tugas mengalirkan susu jangan

dibebankan pada satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah ini, jika

memang terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai produsen ASI.

Karena itu, kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing sekitar 7-10

menit. Selesai menyusui, payudara dibersihkan dengan air bersih dan

dibiarkan kering dalam udara selama 15 menit [ CITATION Siw17 \l 1033 ].

Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama 750 cc sehari.

Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50 cc yang kemudian


30

meningkat menjadi 500, 650 dan 750 cc, masing-masing pada hari V, bulan

I dan III. Volume ASI pada 6 bulan berikutnya menyusut menjadi 600 cc.

Banyak anggapan bahwa ibu dengan status gizi kurang akan tetap mampu

menyusui bayinya sama dengan ibu yang status gizi normal, walaupun

sebenarnya komposisi ASI tetap sama tetapi volume ASI yang dikeluarkan

ibu status gizi kurang dengan status gizi normal berbeda [ CITATION suh14 \l

1033 ].

Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran

produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha

untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.

Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat

menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar [ CITATION ruk15 \l 1033

].

Apabila bayi disusui maka gerakan menghisap yang berirama akan

menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria

posterior sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel

miopitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk

alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengarui oleh isapan

bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar,

maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

C. Tinjauan Khusus Tetang Involusi Uterus

1. Pengertian
31

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60

gram. Proses ini dimulai segerah setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-

otot polos uterus[ CITATION Wid17 \l 1033 ]

Involusi uterus merupakan pengecilan yang normal dari suatu organ

setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya pengecilan uterus

stelah melahirkan. Mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali

ke bentuk asal[ CITATION Siw17 \l 1033 ]

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke bentuk sebelum hamil dengan berat antara 60 gram.

Proses ini dimulai segerah setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot

polos uterus

Ischemi pada miometriumdi sebut juga lokal ischemia, yaitu

kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukanhanya karena

kontraksi retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan

oleh pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil,

karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan

janin.

untuk memenuhi kebutuhanya, darah banyak dialirkan ke uterus

dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak

diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa.

Dan aliran darah dialirkan kebuah dada sehingga peredaran darah ke buah

dada menjadi lebih baik. Demikianlah, uterus akan mengalami kekurangan


32

darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada

ukuran semula[ CITATION Siw17 \l 1033 ].

Autolisis adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang

tumbuh karena adanya hyperplasi, dan jaringan otot yang membesar

menjadi lebih panjang 10 kali dan menjadi 5 kali lebih tebal dari sewaktu

masa hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula. Factor yang

menyebapkan terjadinya autolysis apakah merupakan hormon atau enzim

sampai sekran belum diketahui, tetapi telah diketahui adanya penghancuran

protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian di keluarkan

oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu mengalami

beser air kemih atau sering buang air kecil.

Aktivitas otot- otot adalah adanya retraksidan kontraksi dari otot-

otot setelah anak lahir, yang di perlukan untuk menjepit pembuluh darah

yang pecah karena adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus

meyebabpakan terganggunya pendarahan darah didalam uterus yang

mengakibatkan jaringan-jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.

2. Proses Involusi Uterus

Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah

plasenta lahir. Proses berlangsung sekitar 6 minggu. Setelah plasenta

terlepas dari uterus, fundus uteri dapat dipalpasi dan berada pada

pertengahan pusta dan symphisis pubis.


33

Tinggi fundus uteri setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1 cm

dibawa pusat. Proses infolusi uterus yeng terjadi pada masa nifas melalui

tahapan berikut :

a. Autolysis

Autolysis merupakan proses penghangcuran diri sendiri yang terjadi

didalam otot urine. Enzim proteolitik memendekkan jaringan otot yang

telah sempat mundur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali

lebar dari semula selama kehamilan. Diketahui adanya penghancuran

protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian

dikeluarkan ibu sering buang air besar. Pengerusakan secara langsung

jaringan hipertropi yang berlebihan ini disebabkan karena penurunan

hormone estrogen dan progesterone.

b. Atrifi Jaringan

Atrofi jaringan yang berpoliferasi dengan adanya penghentian produksi

estrogen dalam jumlah besar yang menyertai pelepasan plasenta. Selain

perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua mengalami atrofi

dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi

menjadi endometrium yang baru.

c. Efek Oksitosin

Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang myometrium

uterus sehingga dapat berkontrakasi. Kontraksi uterus merupakan suatu

proses yang kompleks dan terjadi karena adanya pertumbuhan


34

komponen kontraksi. Pertemuan aktin dan myosin disebabkan karena

adanya myosin light chine konase (MLCK) dan dependen myosin ATP

ase, proses ini dapat dipercepat oleh banyaknya ion kalsium yang

masuk dalam sel, sedangkan oksitosin merupakan suatu hormone yang

memperbanyak masuknya ion kalsium kedalam intra sel. Seangkan

dengan adanya oksitosin akan memperkuat kontraksi uterus.

Isensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera

setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan

volume intrauterine yang sangat besar. Hormone oksitosin yang

terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi

uterus. Mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses

homostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi

pendarahan. Selama 1-2 jam pertama masa nifas insentisas kontraksi

uterus bisa berkurang dan menjdi teratur, karena itu penting sekali

menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.

3. Mekanisme terjadinya kontraksi pada uterus melalui 2 cara yaitu :

a. Kontraksi oleh ion kalsium

Sebagai pengganti iroponin, sel-sel otot polos mengandung

sejumlah besar protein pengeturan yang lain yang disebut kalmodulin.

Terjadinya kontraksi diawali dengan ion kalsium berkaitan dengan

calmodulin. Kombinasi calmodulin ion kalsium kemudian bergabung

dengan sekaligus mengaktifkan myosin kinase yaitu enzim yang

melakukan fosforilase sebagai respon terhadap myosin kinase.


35

Bila rantai tidak mengalami fosforilasi, siklus perekatan pelepasan

kepala myosin dengan filament aktin tidak akan terjadi. Tetapi bila rantai

pengaturan mengalami fosforilasi, kepala memiliki kemampuan untuk

berikatan secara berulang dengan filament aktin dan bekerja melalui

seluruh proses siklus tarikan berkala sehingga menghasilkan kontraksi

otot uterus

b. Kontraksi yang disebabkan oleh hormone

Ada beberapa hormone yang mempengaruhi adalah epinefrin,

norepinefrin, angiotensin, endhothelin, vesiperin, oksitosin serotonin

dan histamine. Beberapa reseptor hormone pada membrane otot polos

akan membuka kenal ion kalsium dan natrium serta menimbulkan

depolarisasi membran. Kadang timbul potensial aksi yang telah terjadi.

Pada keadaan ini, terjadi depolarisasi tanpa disertai dengan potensial aksi

dan depolarisasi ini membuat ion kalsium masuk kedalam sel sehingga

terjadi kontraksi pada otot uterus dengan demikian proses involusi

terjadi sehingga uterus kembali pada ukuran dan tempat semula.

Adapun kambalinya keadaan uterus tersebut secara gradual

artinya,tidak sekaligus tetapi setingkat. Sehari setelah 24 jam persalinan,

fundus uteri agak tinggi sedikit disebabkan oleh adanya pelemasan

uterus segmen atas dan uterus bagian bawah terlaluh lemah dalam

meningkatkan tonusnya kembali, tetapi setelah tonus otot-otot kembali

fundus uterus akan turun sedikit demi sedikit.

4. Pengukuran Involusi Uterus


36

Pengukuran uterus dapat dilakukan dengan mengukur tinggi funfus

uteri, kontraksi uterus dan juga dengan pengeluaran lokhia.

a. Tinggi Fundus Uterus (TFU)

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup

pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.

Pada hari pertama ibu nifas setinggi fundus uterus kira-kira satu jari

bawah pusat (1 cm).

Pada hari kelima nifas uterus menjadi 1/3 jarak antara sympisis

kepusat dan hari ke 20 fundus sukar diraba di atas syimpisis. Tinggi

fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. Secara berangsur-angsur menjadi

kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas dapat diliat pada gambar

dan tabel dibawa ini :

Tabel .2 Perubahan Uterus menurut Masa Ivolusi

Kondisi Tinggi Fundus Berat Utes Diameter Servik


Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 900-1000 - Lembut/lunak
gram
Uri lahir 1-2 jari dibawah 750 gram 12,5 cm Lembek
pusat
3 hari 3 cm bawah pusat 600 gram - -
1 minggu Pertengahan pusat- 450-500 gram 7,5 cm 2 cm
symphisis
2 minggu Tak teraba di atas 350 gram 4-5 cm 1 cm
symphisis
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram 1-2 cm Meyempit
37

8 minggu Normal 30 gram - -

b. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

selama masa nifas. Lochea mempunyai bau yang khas yang bedah dengan

bau menstruasi. Lochea dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam

jumlah yang banyak pada jam pertama setelah melahirkan. Jumlah rata-

rata pengeluaran lochea adalah kira-kira 240-270 ml.

Berikut adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada wanita masa

nifas yaitu :

1) Lochea rubra berwarnah merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseso, lanugo dan

mekonium. Hal ini berlangsung selama 2-3 hari setelah persalinan

2) Lochea sanguilonta berwarna merah kecoklatan, berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari 3-7 hari setelah melahirkan.

3) Lochea serosa cairan berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit dan robekan plasenta. Lendir ini keluar

pada hari ke 7-14 setelah melahirkan.

4) Lochea alba atau pulih, mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir servik dan serabut jaringan yang mati. Ini berlangsung

selama 2-6 minggu setelah melahirkan


38

5) Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah atau bau

busuk

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi ivolusi uterus

Proses involusi uterus dapat terjadi secara cepat atau lambat, factor

yang mempengaruhi involusi uterus (Sarwono, 2014) antar lain:

a. Status Gizi

Sataus gizi yang kurang pada ibu postpartum maka pertahanan

pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok inflitrasi sel-sel

bulat yang disamping mengadakan pertahan penyembuhan kuman,

bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik pada ibu post

partum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan

kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat

proses involusi uterus.

b. Mobilisasi Dini

Aktivitas otot-otot ilah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah

anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah

karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi

uterus yang tidak diperlukan, yang adanya kontraksi dan retraksi yang

trus menerus ini menyebapkan terganggunya pendarahan darah dalam

uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang di

perlukan, sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.


39

c. IMD (inisiasi meyusui dini)

Memberikan ASI segerah setelah bayi lahir memberikan efek

kontraksi pada otot polos uterus. Kontak fisik antar ibu dan bayi

mengakibatkan kosentrasi perifer oksitosin dalam sirkulasi darah

meningkat dengan respon hormonal oksitosin di otak yang memperkuat

kontraksi uterus yang dapat membantu menurunkan tinggi fundus uteri.

d. Proses laktasi

Sesudah persalinan ibu di suru mencoba menyusui banyinya untuk

merangsang timbulnya laktasi. Dimana menyususi merangsang

pengeluaran hormone oksitosin yang akan mempu meningkatkan proses

kontraksi uterus yang akhirnya memberikan dampak terhadap semakin

cepat proses involusi uterus.

Pada proses menyusi ada refkles dari isapan bayi merangsang

hipofise posterior mengeluarkan hormone oxytosin, darah hormone ini

diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga

proses involusi uterus terjadi.

e. Usia

Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat

melahirkan, usia 20-30 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk

terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini disebabkan karena factor

elastisitas dari otot uterus mengingat ibu yang telah berusia lanih 35

tahun elastisitas ototnya berkutang.


40

Pada usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum maksimal

karena organ reproduksi yang belum matang, sedangkan usia diatas 35

tahun sring terjadi komplikasi saat sebelum dan seduh melahirkan

dikarenakan elastisitas otot rahimnya sudah menurun, meyebabkan

kontraksi uterus tidak maksimal. Pada ibu yang usianya labih tua proses

involusi lebih banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses

penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak, protein serta karbohidrat.

Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses

penuaan, maka hal ini akan menghambat proses ivolusi uterus.

f. Senam Nifas

Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang

mengalami masa nifas. Tujuanya untuk mempercepat pemulihan kondisi

ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasih yang mungkin terjadi

selama masa nifas, memperkuat otot-otot perut, otot dasar panggul dan

memperlancar sirkulasi pembuluh darah, membantu memperlancar

terjadinya ivolusi uterus.

6. Involusi alat-alat kandungan

a. Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus selama persalinan mengalami

kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup

pembuluh darah besar yang bermuarah pada bekas impalantasi plasenta.

Pada hari pertama ibu post partum tinggi fundus uteri satu jari bawa

pusat (1 cm). Pada hari kedua post partum uterus menjadi 1/3 jarak
41

antara symphisis ke pusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba diatas

symphisis. Tinggi pundus uteri menurun 1 cm tiap hari. Secara

berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil.

b. Bekas implantasi uteri

Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke ovum uteri

dengan diameter 7,6 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada

minggu ke 6 2,4 cm dan akhirnya pulih. Otot-otot uterus berkontraksi

segerah postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara

ayaman-ayaman otot uterus akan terjapit. Prosesn ini akan

menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.

c. Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong.

Bantuk ini disebapkan oleh korpus uteri yang menggandakan kontraksi,

sedangkan servik tidak berkontraksi, sehingga seola-olah pada

berbtasan antara korpus dan servik uteri berbantuk semacam cincin.

Warna servik sendiri merah kahitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah, konsistensinya lunak, segerah setelah janin dilahirkan. Tangan

pemeriksa masih masih dapat di masukkan 2-3 jari dan setalah satu

minggu hanya dapat di masukkan 1 jari ke dalam kavum uteri.

d. Lingamen-lingamen
42

Lingamen-lingamen dan diafragma pelvis serta fasia yang

merenggang sewaktu kehamilan dan persalinan setelah jalan lahir

berangsur-angsur mengecil kembali seperti sediakala, tidak jarang

ligemantum ratundum menjadi kendor mengakibatkan uterus jatuh

kebelakan, untuk memulihkan kembali penunjang alat genetalias.

D. Hubungan Breastfeeding Dengan Involusi Uterus

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi

disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan

tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut. Beberapa faktor yang dapat

mencegah kejadian subinvolusi yaitu dengan cara breastfeeding. Breastfeeding

dapat menghentikan pendarahan setelah melahirkan dengan merangsang

timbulnya kontraksi uterus, karena pada waktu bayi menghisap puting susu ibu

terjadi rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan oksitosin

yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar alveoli

kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi

rangsangan pada otot polos rahim sehingga rahim akan cepat kembali seperti

semula [ CITATION Wid17 \l 1033 ]

Pada periode setelah persalinan terdapat perubahan-perubahan yang secara

fisiologis terjadi didalam tubuh ibu dimana salah satunya organ yang

mengalami perubahan itu adalah involusi, lochea, dan laktasi. Segera setelah

bayi lahir, uterus berkontraksi menjadi keras sehingga dapat menutup

pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Proses
43

involusi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor yang

mempengaruhi involusi uterus, yaitu menyusui dini, status gizi, pendidikan,

usia, paritas, dan mobilisasi. Secara umum breastfeeding dapat menghentikan

pendarahan setelah melahirkan dengan merangsang timbulnya kontraksi uterus,

karena pada waktu bayi menghisap puting susu ibu terjadi rangsangan ke

hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan oksitosin yang berfungsi untuk

meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar alveoli kelenjar air susu ibu (ASI)

sehingga ASI dapat dikeluarkan dan terjadi rangsangan pada otot polos rahim

sehingga rahim akan berkontraksi dan uterus dapat kembali kebentuk sebelum

hamil.

Ibu yang melakukan inisiasi manyusui dini akan mempercepat involusi

uterus karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa mulas karena

rahim yang berkontraksi. Menyusui merangsang pengeluaran hormon oksitosin

yang akan mampu meningkatkan proses kontraksi uterus yang akhirnya

memberikan dampak terhadap semakin cepatnya proses involusi uterus. Pada

proses menyusui ada reflek let down dari isapan bayi yang merangsang

hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin yang oleh darah hormon ini

diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses

involusi uterus terjadi

Sekitar 1-2 minggu sebelum partus dimulai, hormon estrogen dan

progesterone akan menurun dan terjadi peningkatan hormone prolaktin dan

prostaglandin. Hormon prolaktin akan merangsang pembentukan air susu pada


44

kelenjar mamae, sedangkan hormon prostaglandin memicu sekresi oksitosin

yang menyebabpkan timbulnya kontraksi uterus

Dengan isapan bayi merangsang pengeluaran oksitosin, kemudian

oksitosin akan membuat uterus berkontaksi atau menjadi keras. Halal ini dapat

menurangi atau mencegah terjadinya pendrahan.( Seri, Judistinani, Rahmiati &

susanti, 2018)

Hormone oksitosin merangsang kontraksi uterus sehingga menjepit

pembuluh darah yang bisa mencegah terjadinya pendarahan. Dan mempercepat

involusi uterus dengan dikeluarkanya hormon oksitosin, maka akan

merangsang kontraksi uterus sehingga proses involusi uterus dapat berlangsung

secara maksimal (Reni, 2019)

E. Kerangka Konsep

1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Breastfeeding dapat menghentikan pendarahan setelah melahirkan

dengan merangsang timbulnya kontraksi uterus, karena pada waktu bayi

menghisap puting susu ibu terjadi rangsangan ke hipofisis posterior

sehingga dapat dikeluarkan oksitosin yang berfungsi untuk meningkatkan

kontraksi otot polos di sekitar alveoli kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga

ASI dapat dikeluarkan dan terjadi rangsangan pada otot polos rahim

sehingga rahim akan cepat kembali seperti semula.

Variabel independen Variabel Dependen

Involusi Uterus Pada Ibu Nifas


Breastfeeding
45

Bagan 2.1 : Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Diteliti

2. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

a) Breastfeeding

Breastfeeding yang dilakukan pada ibu nifas dapat menghentikan

pendarahan setelah melahirkan dengan merangsang timbulnya kontraksi

uterus, karena pada waktu bayi menghisap putting susu ibu terjadi

rangsangan ke hipofisis posterior sehingga dapat dikeluarkan oksitosin

yang berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos di sekitar

alveoli kelenjar air susu ibu (ASI) sehingga ASI dapat dikeluarkan dan

terjadi rangsangan pada otot polos rahim sehingga rahim akan

berkontraksi dan uterus cepat kembali seperti semula.

b) Involusi Uterus

Pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke

kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai

segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Sehingga ibu yang melakukan inisiasi manyusui dini akan mempercepat

involusi uterus karena pengaruh hormon oksitosin ditandai dengan rasa

mulas karena rahim yang berkontraksi.


46

1) Perubaahan involusi uterus yang terjadi pada ibu nifas yang

melakukan Breastfeeding

2) Tidak ada perubahan involusi uterus yang terjadi pada ibu nifas

yang melakukan Breastfeeding

3. Hipotesis

Menurut Arikunto hipotesis penelitian merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis di rumusakan

atas dasar kerangka fikiran yang merupakan jawaban sementara atas

masalah yang di rumuskan.[ CITATION Car17 \l 1033 ]

Arikunto menyatakan jenis hipotesis penelitian di golongkan

menjadi dua yaitu Hipotesis nol (H0 ) yang menyatakan “tidak ada” (tidak

ada pengaruh, tidak ada perbedaan, tidak ada hubungan) antara variable

yang satu dengan yang lainnya. Dan Hipotesis alternative (H a) yang

mengatakan “ada” (ada pengaruh, ada perbedaan, ada hubungan) antar

variable yang satu dengan yang lainya[ CITATION Car17 \l 1033 ]

Hipotesis pada penelitian ini :

Ha :

a) Ada hubungan breastfeeding dengan infolusi uterus pada ibu nifas 0-

7 hari

H0 :
47

b) Tidak ada hubungan breastfeeding dengan infolusi uterus pada ibu

nifas 0-7 hari

Anda mungkin juga menyukai