Pengertian Bronkopneumonia
2. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah:
a. Faktor Infeksi :
3. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
4. Patofisiologi
Proses Penyakit
Sebagai akibat masuknya zat kimia debu, asap rokok, kuman dll. Melalui
jalan pernafasan atas maka jaringan paru-paru itu akan rusak dan mengakibatkan
pau-paru tidak dapat memenuhi oksigen yang cukup pada tubuh. Dengan adanya
produk yang dihasilkan oleh mikroorganisme tadi berupa seputum yang
menambah atau memperbesar sumbatan pada jalan nafas sehingga memperkecil
jumlah oksigen yang dihirup. Sumbatan ini sebagai hasil dari proses infeksi yang
terdapat dalam paru-paru, keadaan ini akan memburuk jika sputum tidak
dikeluarkan sedangkan produk terus betambah. Oksigen yang berlawanan
selanjutnya akan berdiskusi masuk kepembuluh darah kemudian oksigen dan
darah tadi akan kembali kejantung untuk dipompakan keseluruh tubuh, sehingga
kurang terpenuhinya kebutuhan oksigen bagian paru-paru akan mengakibatkan
suplai ini kedalam jaringan menjadi berkuranga. Serta ada gangguan pada
terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme pathogen yaitu virus
streptococcus aurent H. Influenza streptococcus pneumonimia bakteri. Terdapat
infiltran yang biasanya mengenai pada multiple lobus terjadinya destruksi sel
dengan menggagalkan debriseluler kedalam lumen yang mengakibatkan gangguan
fungsi alveolar dan jalan nafas. Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik
misalnya, aspirasi benda asing dan congenital yang dapat mengakibatkan resiko
pneumonia.
5. Manisfestasi Klinis
Batuk filek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi (keadaan tak
dapat melakukan fungsi yang normal). Pernafasan dimulai dengan infeksi saluran
bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan
kesulitan menelan.
6. Komplikasi
Komplikasi dari Bronchopneumonia adalah :
a. Atletasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk
hilang.
b. Empisema adalah keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat disuatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katub endokardial
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1. Pemberian cairan intravena dan oksigen biasanya dicampurkan
glukosa 5% dan NACL 9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan
KCL 10 mEq, 500 ml/botol infuse.
2. Pasien yang asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia
maka dapat diberika koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah dan
diberikan inhalasi sesuai indikasi.
b. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan. Kemotherapi untuk
mycoplasma pneumonia, dapat diberika eritromicin 4 x 500 mg sehari atau
tetrakilin 3-4 mg sehari. Obat-obat ini meringankan dan memperceoat
penyembuhan terutama pada kasus yang berat.
Pengobatannya seperti :
1. Istirahat umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat
dirumah.
2. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan andtusif.
3. Bila terdapat obstruksi jalan nafas, dan lender serta ada febris,
diberikan bronchodilator.
4. Pemberian oksigen umunya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat
, antibiotic yang paling baik.
Pengkajian
Pengkajian merupakan data dasar pasien yang terdiri dari data subyektif
dan data obyektif. Data dasar klien adalah komplikasi data yang dikumpulkan
tentang pasien. Data dasar pasien terdiri dari riwayat keperawatan, pemeriksaan
fisik, dan hasil pemeriksaan diagnostic, data subyektif terdiri dari apa yang
dilaporkan, diyakini dan dirasakan klien, sedangkan data obyektif adalah yang
dihasilkan dari observasi.
a. Riwayat pengkajian
b. Pemeriksaan fisik
4. Rontegn dada normal (bercak, konulidasi yang terbesar pada kedua paru)
3. koping
4. Pengalaman terpisah dari keluarga
5. Infeksi sebelumnya
+ Sirkulasi
+ Makanan/cairan
+ Nyeri/kenyamanan
+ Aktivitas/istirahat
A. Diagnosa Keperawatan
(tidak).
-RR: 20-30/menit, suara napas vesikuler.
Intervensi:
Mandiri:
1). Kaji frekuensi / kedalaman pernapasan.
Rasional:Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tidak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dada
/ cairan paru.
2). Auskultasi area paru, catat area penurunan / tidak ada aliran udara
dan bunyi napas advendsius, misal mengi.
Rasional: Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi
dengan
cairan, bunyi napas bronchial (normal pada bronkus).
3). Bantu pasien latihan napas sering.
Rasional: Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru –
paru/jalan nafas kecil.
4). Berikan cairan sedikitnya (2500 ml/hari (kecuali kontra indikasi).
Tawarkan air hangat, dari pada dingin.
Rasional:Cairan (khususnya air hangat ) memobilisasi dan
mengeluarkan secret.
Kolaborasi:
1) Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator,
analgesic.
Rasional:Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan
dengan hati – hati.
2). Berikan cairan tambahan missal: iv oksigen humidiksi dan ruangan
humidivikasi.
Rasional: Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan (termasuk
yang tak tampak) dan memobilisasi secret.
DAFTAR PUSTAKA
Bobok, M Irene. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 7. Jakarta: EGC.
Hidayat,A.Aziz Alimul. 2014 Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
Laksamana, Hendra. T. 2012. Kamus Kedokteran. Jakarta: D. Jambatan.
Ngastiah. 2013. Perawatan Anak Sakit .Jakarta: EGC
Wong. Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta:
EGC.