Anda di halaman 1dari 10

TUGAS RUTIN

Nama : ABDI REBBANI

NIM : 5181122010

DOSEN PENGAMPU : Dra. GARTIMA SITANGGANG , M.Si .

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
Critical Book Report mata kuliah Pendidikan pancasila dapat tersusun sehingga selesai.

Dan harapan penyusun semoga ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, baik untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini penulis ucapkan terima
kasih.
1. Urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia merupakan karya besar bangsa Indonesia
dan merupakan lambang ideologi bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi besar di
dunia lainnya. Bangsa Indonesia menggunakan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam
kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila juga dijadikan
pedoman dalam pelaksaan pemerintahan. Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa
Indonesia menunjukkan bahwa Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia
(The Founding fathers). Kedua,  nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama,
kebudayaan, dan adat istiadat. Ketiga, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan
dasar filsafat kenegaraan.

Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan bahwa Betapapun


lemahnya pemerintahan suatu rezim, tetapi Pancasila tetap bertahan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kedua, Betapapun ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagai
ideologi bangsa, tetapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa
Indonesia. Ketiga, Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena
bersumber dan digali dari nilai-nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang hidup dan
berkembang di bumi Indonesia.

1. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Pancasila dapat memberikan arah tentang hukum harus menciptakan keadaan negara
yang 
lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah
dihindari karena pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun ang ada dapat dibina
menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang berada
dalam satu keseragaman yang kokoh (Muzayin, 1992: 16).

Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4%
responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila secara
benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60%
responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila Pancasila. Fenomena tersebut
sangat memprihatinkan karena menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang ada
dalam masyarakat tidak sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat terhadap
Pancasila (Ali, 2009: 2).
2. Sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian sejarah
bangsa

a. Sumber Historis Pancasila

Pancasila melalui proses yang panjang dalam pembuatannya. Nilai-nilai yang


terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar
negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri,
atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

Secara historis, sejak zaman kerajaan unsur Pancasila sudah muncul dalam kehidupan
bangsa kita. Agar nilai-nilai Pancasila selalu melekat dalam kehidupan bangsa Indonesia,
maka . nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila tersebut kemudian dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar Negara. Sebagai sebuah dasar Negara, Pancasila harus selalu
dijadikan acuan dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.Semua peraturan perundang-undangan yang ada juga tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila.

b. Sumber Sosiologis Pancasila

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila


bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa
Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).  Bung Karno
menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Dengan kata lain,
nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.

c..Sumber Politis Pancasila

Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi politik, yaitu mengandung nilai-
nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai berikut: “Ideologi politik
adalah himpunan nilai-nilai, idé, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan, suatu
“Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia
menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang
menentukan tingkah laku politiknya.”

Dengan memahami pancasila, diharapkan mampu termotivasi berpartisipasi


memberikan masukan konstruktif, baik kepada infrastruktur politik maupun suprastruktur
politik. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa
mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai penyimpangan seperti yang sering
terjadi dewasa ini.
4. Dinamika dan tantangan Pancasila dalam kajian sejarah bangsa

Bisa dikatakan bahwa generasi wajib bela negara jatuh pada zaman orde baru Tekad
pemerintahan yang dibawah kendali Presiden Suharto adalah melaksanakan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen . Pada era Orde Baru, salah satu
upaya konkrit Pemerintah dalam rangka penanaman nilai-nilai Pancasila, adalah melalui
penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Tujuannya antara lain
adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan
pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan
terpelihara.

Orde Lama, dimana konsep Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM)


menempatkan ideologi komunis menjadi dominan, sehingga nilai-nilai Pancasila justru
menjadi kabur. Sisi baiknya adalah dengan adanya penanaman nilai-nilai pancasila maka
telah menciptakan keteraturan dan keseragaman. Semua organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, organisasi keagamaan dan organisasi kemahasiswaan berasaskan pancasila.

Tetapi pada sisi yang lain, keteraturan, ketenangan dan kedamaian oleh sebagian
kalangan dianggap sebagai gejala yang nampak dipermukaan saja, sebagai bentuk ketakutan
atas politik represif rezim Orde Baru. Pancasila dipahami secara tektual saja, tetapi tidak
dipahami secara kontekstual. Redaksi Pancasila beserta butir-butirnya dihafal tetapi tidak
dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka dari itu sangat penting
menyamakan persepsi hidup bernegara. Masuk pada masa reformasi, Pancasila dijadikan
sebagai hegemoni politik oleh penguasa. Yang membuat warga wajib mematuhi setiap
kebijakan yang dikeluarkan penguasa, dan dianggap bertentangan dengan Pancasila bila
warga menolaknya.

Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai
Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Indonesia saat ini
menghadapi tantangan di era globalisasi. Proses globalisasi yang terjadi telah menggerogoti
Pancasila melalui teknologi dan gaya hidup sehingga memengaruhi dinamika kehidupan
masyarakat Indonesia. Adanya proses liberalisasi yang telah masuk ke Indonesia membuat
banyak nilai yang tidak sesuai dengan pancasila lagi.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme
dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun
dan diwujudkan rakyat dan bangsaIndonesia.Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasantanpa batas. Hak asasi manusia diartikan dengan keliru dan  diterjemahkan dengan
boleh berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain.
Dalam kondisi seperti itu Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang
peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk
disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
berkembang nantinya akan tetap berada diatas kepribadian bangsa Indonesia.
1. Pancasila sebagai falsafah negara

Pancasila sebagai falsafah adalah Pancasila berperan sebagai pandangan, nilai, dan isi
pembentukan ideologi Indonesia. Pancasila sebagai filsafat mempunyai fungsi pengendalian
dan pegangan dalam sikap, tingkah laku serta perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila mengandung nilai-nilai serta norma yang diyakini paling
benar, adil, dan bijaksana. Pancasila merupakan sarana yang sangat ampuh untuk
mempersatukan bangsa Indonesia

Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar Negara mulai tanggal 1 juni 1945 dalam
siding BPPK oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 agustus 1945 pancasila resmi dan sah
menurut hukum menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Kemudian mulai dekrit presiden 5
juni 1959 dan ketetapan MPRS No XX /MPRS/1996 berhubungan dengan ketetapan No I
/MPR/1988 No I/MPR/1993, pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara Indonesia hingga
sekarang.

Akibat hukum dari disahkannya pancasila sebagai dasar Negara, maka seluruh
kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh pancasila. Landasan hukum
pancasila sebagai dasar Negara memberi akibat hukum dan filosofis, yaitu kehidupan Negara
dari bangsa ini haruslah berpedoman pada kepada pancasila. Bagaimana sebetulnya
implementasi pancasila dalam sejarah Indonesia selama ini dan pentingnya upaya untuk
mengimplementasikan nilai-nilai pancasila yang setelah reformasi mulai ditinggalkan demi
tegaknya persatuan dan kesatuan NKRI

Penetapan pancasila sebagai dasar Negara dapat dikatakan mulai pada masa prde
lama, tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia memproklamirkan diri
kemerdekaannya. Apalagi Soekarno akhirnya menjadi presiden yang pertama Republik
Indonesia.

Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang


terkandung dalam pancasila disarikan dan digali dari nilai-nilai budaya yang telah ada dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Pencetus dan penggali pancasila yang pertama ialah
Soekarno sendiri. Sebagai tokoh nasional yang paling berpengaruh pada saat itu, memilih
sila-sila berjumlah 5 yang kemudian yang dinamakan pancasila dengan pertimbangan utama
demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke.
1. Dinamika Pancasila pada masa orde lama

Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi. Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai
keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan
ideologi Pancasila berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila
dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani
membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia.

Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada
situasi dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di
dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini
adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan.
Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama

. 1.     Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil,
namun dalam prakteknya system ini tidak dapat terwujudkan setelah penjajah dapat diusir.
Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk
mengganti Pancasila sebagai dasar Negara dengan faham komunis oleh PKI melalui
pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang ingin mendirikan Negara
dengan agam Islam

.   2.   Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang pada nyatanya
tidak dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar Negara tetap Pancasila, tetapi
rumusan sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak.
Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang
dianggap paling demokratis

 3.     Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi justru tidak
berada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi
kepemimpinana berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka terjadilah berbagai
penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.akibatnya presiden Soekarno
menjado otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan
menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok dengan
kehidupan Negara Indonesia. Terbukti dengan adanya kemerosotan moral di sebagian
masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai pancasila, dan berusaha untuk
menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.

Dalam mengimplementasikan pancasila, presiden Soekarno melaksanakan pemahaman


pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Untuk mengarahkan perjalanan
bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 1945, sosialisme ala
Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Akan tetapi
hasilnya terjadilah kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan

3. Dinamika Pancasila pada masa orde baru

Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang menyimpang dari
pancasila melalui program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) atau
Ekaprasetia Pancakarsa.

Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
sekaligus berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi implementasi dan
aplikasinya sangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan
kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.

Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto


menggunakan  Pancasila sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa
metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu pertama, melalui ajaran P4 yang
dilakukan di sekolah-sekolah melalui pembekalan atau seminar. Kedua, asa tunggal, yaitu
presiden Soeharto membolehkan rakyat untuk membentuk organisasi-organisasi dengan
syarat harus berasaskan Pancasila. Ketiga, stabilisasi yaitu presiden Soeharto melarang
adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah. Karena presiden Soeharto
beranggapan bahwa kritikan terhadap pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam
negara. Dan untuk menstabilkannya presiden Soeharto menggunakan kekuatan militer
sehingga tak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah.

Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam


penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat
pada pemerintah selain itu presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislative,
eksekutif dan yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai dengan persetujuannya.
Presiden juga melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dinilai dapat
membahayakan kekuasaannya. Maka, presiden Soeharto membentuk Departemen
Penerangan atau lembaga sensor secara besar-besaran agar setiap berita yang dimuat di media
tidak menjatuhan pemerintahan. Penyelewengan yang lain adalah pelanggengan korupsi,
kolusi, dan nepotisme sehingga pada masa ini banyak pejabat negara yang melakukan
korupsi. Tak hanya itu, pada masa ini negara Indonesia juga mengalami krisis moneter yang
di sebabkan oleh keuangan negara yang tidak stabil dan banyaknya hutang kepada pihak
negara asing. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM  terjadi  dimana-
mana  yang  dilakukan  oleh  aparat  pemerintah  atau  negara.

Eksistensi pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang substansinya
belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlangsung dengan baik karena
Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat
yang hafal butir-butir Pancasila tetapi belum memahami makna sesungguhnya.
Pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi.Yaitu Pancasila harus selalu di
interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam
menginterprestasikannya harus relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai dengan
kenyataan pada zaman saat itu.
Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah
sosial-ekonomi yang belum terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun
dipertanyakan. Pancasila di masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila di masa orde
lama dan orde baru. Karena saat ini debat tentang masih relevan atau tidaknya Pancasila
dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa
lalu.Pancasila banyak diselewengkan dianggap sebagai bagian dari pengalaman buruk di
masa lalu dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran.
Pancasila pada masa reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde baru
dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi. Tantangan itu adalah KKN
yang merupakan masalah yang sangat besar dan sulit untuk di tuntaskan. Pada masa ini
korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak
malu lagi. Mereka justru merasa bangga,

ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan melambaikan tangan serta
tersenyum seperti artis yang baru terkenal. Selain KKN, globalisasi menjadi racun bagi
bangsa Indonesia Karen semakin lama ideologI Pancasila tergerus oleh ideologI liberal dan
kapitalis. Apalagi tantangan pada masa ini bersifat terbuka, lebih bebas, dan nyata.

4. Esensi dan Urgensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa

Sebagai sebuah filsafat, di dalam Pancasila terkandung sebuah pandangan, nilai-nilai serta
suatu pemikiran yang menjadikannya inti utama dari sebuah ideologi. Pancasila sebagai
sebuah filsafat merupakan cerminan sebuah pemikiran yang kristis dan rasoinal tentang
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa secara mendasar dan
menyeluruh. Filsafat Pancasila ditujukan untuk semua orang dan bukan hanya untuk bangsa
Indonesia saja, sebab didalamnya terkandung konsep kehidupan secara luas dan tidak
terbatas.

Dalam aspek ontologi, “keberadaan” Pancasila merupakan sesuatu hal yang nyata dan
realistis. Sebab didalam Pancasila menjelaskan tentang keberadaan Tuhan serta kehidupan
masyarakat Indonesia yang majemuk adalah sesuatu yang nyata (real). Seperti yang tertera
pada sila pertama, “Ketuhanan yang Maha Esa”. Bahwa Pancasila secara ontologi mengakui
keberadaan Tuhan yang memiliki kuasa dan sebagai pencipta alam semesta. Maka dari segi
epistemologi Pancasila merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dibuktikan dan
memiliki dasar-dasar yang memiliki kekuatan hukum. Sebagaimana yang tercantum dalam
UUD 1945.

Dilihat dari segi aksiologi, Pancasila memiliki nilai-nilai yang mendasari terciptanya sebuah
hak dan kewajiban warga negara didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang majemuk. Nilai-nilai tersebut merupakan cerminan dari kehidupan bangsa yang
memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila sebagai dasar negara berperan sebagai
pedoman bagi bangsa Indonesia yangmenuntun kita dalam bersikap

Anda mungkin juga menyukai