Implikasi Transformasi Ekonomi Berbasis Syariah Dan Korelasinya Dengan Konservasi Moral
Implikasi Transformasi Ekonomi Berbasis Syariah Dan Korelasinya Dengan Konservasi Moral
Implikasi Transformasi Ekonomi Berbasis Syariah Dan Korelasinya Dengan Konservasi Moral
Dibuat Oleh :
SYAHID
NIM 041245117
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
2019
PENDAHULUAN
Berbicara tentang moralitas maka kita tidak dapat terlepas dari diskusi tentang
agama, karena sejatinya agama mengajarkan tentang perbaikan moral, dalam hal ini akan
dibahas tentang sistem ekonomi islam dan implikasinya terhadap pembangunan. “Islam
adalah suatu sistem dan jalan hidup yang utuh terpadu (a comprehensive way of life)”. Ia
memberikan panduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek kehidupan, termasuk
aspek lain yang berkaitan dengan mua’malah yang berhubungan dengan interaksi dan
pola kehidupan antar sesama manusia. Sangatlah tidak konsisten jika kita menerapkan
syariat Islam hanya dalam satu atau sebagian sisi saja dari kehidupan ini, karena tidak ada
satu bidang pun yang luput dari perhatian Islam, termasuk bidang ekonomi tentunya.
Berdasarkan data Global Islamic Economic Report (2018/19) bahwa pada 2017
jumlah penduduk muslim di dunia 1,8 miliar jiwa, setara dengan 24% populasi global.
Jumlahnya ditaksir melonjak 70% menjadi 3 miliar jiwa pada tahun 2060. Sebagai negara
dengan populasi muslim terbesar di dunia. Indonesia seharusnya mampu menerapkan dan
memimpin ekonomi berbasis syariah maupun industri halal. Perkembangan ekonomi
syariah di Indonesia boleh dikatakan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini
ditandai dengan banyak berdirinya lembaga keuangan yang secara konsep maupun
operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah. Namun, Indonesia belum mampu
maksimal menggarap potensi pasar bisnis halal global itu. Yang hingga saat ini masih
menempati peringkat keempat pebisnis halal, di bawah Malayia, UEA, dan Arab Saudi.
1
Poespoprodjo, 1996. Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Karya.
2
Setiadi, A. Gunawan, 2010. Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia. Jakarta:
BPK Gunung Mulia
3
Masrukhi, 2015. Konservasi Moral dalam Rangka Pendidikan Karakter.
https://masrukhiunnes.wordpress.com/2015/01/26/konservasi-moral-dalam-rangka-pendidikan-karakter/
(Diakses tanggal 10 Novemer 2019, 11:12)
2.2 Konservasi Moral
Upaya pewarisan atau pelestarian nilai luhur disebut juga sebagai konservasi.
Konservasi secara harfiah berasal dari bahasa Inggris “conservation” yang berarti
pelestarian atau perlindungan. Sedangkan Konservasi Moral dapat didefinisikan sebagai
upaya pelestarian budaya ditekankan pada konservasi atas nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam budaya tersebuut. Menurut Sari (2012) menyatakan bahwa konservasi
budaya melalui sektor pendidikan dan penanaman nilai moral sejak dini dilakukan dalam
rangka membangun peradaban baru bagi generasi Indonesia ke depan. Indonesia dikenal
sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar dan tentunya kondisi tersebut
membawa Indonesia menjadi target pasar bagi negara lain. Kondisi demikian apabila
tidak diimbangi dengan pendidikan dan penanaman nilai moral maka dappat diprediksi
situasi di masa mendatang akan semakin parah.4
4
Sari, M. P., & Raharja, S. (2019, May). Implementasi Konservasi Moral Melalui Pendidikan Akuntansi
Berkarakter Untuk Mengoptimalkan Peran Etika Bisnis Dan Profesi Dalam Upaya Mewujudkan Greening Business
Management. In Conference In Business, Accounting, And Management (CBAM) (Vol. 1, No. 2, pp. 663-683).
5
Sapriya. (2008). “Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter
Bangsa (Sebuah Kajian Konseptual-Filosofis dalam Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Pendidikan IPS”.
Jurnal Acta Civicus. “Vol” 1, ( 2).
dinamis, berorientasi ipteks yang semuanya didasari oleh iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.6
Dalam teori moral socialization atau teori moral sosialisasi dari Hoffman (Hakam,
2007) menguraikan bahwa perkembangan moral mengutamakan pemindahan (transmisi)
norma dan nilainilai dari masyarakat kepada anak agar anak tersebut kelak menjadi
anggota masyarakat yang memahami nilai dan norma yang terdapat dalam budaya
masyarakat. Teori ini menekankan pada nilai dan norma yang tadinya terdapat dalam
6
Yunus, R. (2013). Transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai upaya pembangunan karakter bangsa. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 13(1), 67-79.
7
Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat (Edisi Paripurna). Yogyakarta: Tiara Wacana
8
Pujileksono, S. (2009). Antropologi (Edisi Revisi). Malang: UMM Press
budaya masyarakat ditransformasikan atau disampaikan kepada masyarakat lain agar
masyarakat secara umum memiliki dan memahami nilai-nilai budaya dan dapat dijadikan
dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.9
9
Hakam, A.K. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
PEMBAHASAN
Upaya pembangunan karakter adalah upaya yang dibangun melalui proses edukasi,
maka diimlementasikan pembangunan karater tersebut menjadi konsep pendidikan
karakter. Adapun nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa menurut Kemendiknas
ada 18 unsur dan nilai diantaranya adalah:
1) Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.
2) Jujur, adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5) Kerja Keras, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
6) Kreatif, adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis, yaitu cara berĕ kir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10) Semangat Kebangsaan, adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11) Cinta Tanah Air, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12) Menghargai Prestasi, merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat/Komunikatif, adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
14) Cinta Damai, merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
15) Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16) Peduli lingkungan, merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17) Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung Jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sekolah merupakan salah satu wadah yang tepat untuk mengembangkan pendidikan
karakter bagi anak. Mengutip dari Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a
person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang
dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya
kepada masyarakat). Pengembangan karakter dalam suatu sekolah memfungsikan dan
melibatkan lingkungan belajar untuk mencetuskan, merintis, menyempurnakan dan
melestarikan kontinuitas pendidikan karakter pada satuan pendidikan atau sekolah. Oleh
karena itu, perlu dipersiapkan metode khusus dalam upaya mempersiapkan dan
mengintregasikan seluruh nilai-nilai pendidikan serta karakter agar terjadi keseimbangan
antara penguasaan bidang ilmu dengan kemampuan non-akademik merupakan
amanahnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa.
10
Ghazali, Sheikh, dkk.. 1992. an Introduction to “Islamic Finances”.
dan instrumen keuangan konvensional. Dengan menggunakan model ECM (error
correction model) dan data bulanan Bank Indonesia periode Mei 2002 hingga Agustus
2006, ia berkesimpulan bahwa jumlah uang beredar dalam konteks perbankan syariah
lebih mudah dikendalikan dibandingkan jumlah uang beredar dalam konteks perbankan
konvensional. Di sisi lain, ia juga berkesimpulan bahwa instrumen moneter konvensional
masih lebih baik dalam mengendalikan inflasi di Indonesia dibandingkan dengan
instrumen moneter syariah. Kesimpulan Hastomi (2007) yang pertama tersebut konsisten
dengan temuan Kaleem (2000) di Malaysia, sementara kesimpulan yang kedua sedikit
berbeda. Menurut Kaleem (2000), instrumen moneter syariah dan instrumen moneter
konvensional sama-sama berfungsi baik dalam mengendalikan inflasi di Malaysia (lihat
juga, Izhar dan Asutay, 2007)
Pada tingkatan mikro, penyaluran zakat juga dilaporkan telah berpengaruh positif
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan pendekatan deskriptif kualitatif,
Fatmawati (2004) berkesimpulan bahwa masyarakat yang menerima penyaluran zakat
dari BMT Bina Dhuafa Beringharjo telah mengalami peningkatan kesejahteraan dan
pemberdayaan (lihat juga, Khatimah, 2004).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
prinsip-prinsip etika yang diajarkan Islam untuk diterapkan dalam praktek bisnis
dan kewirausahaan yang memiliki dimensi keberkahan, yaitu memperoleh keuntungan,
baik di dunia maupun di akhirat. Etika merupakan suatu pedoman moral bagi semua
tindakan manusia dan menjadi sumber pemikiran baik buruk tindakan itu. Agama
merupakan kepercayaan akan sesuatu kekuatan supranatural yang mengatur dan
mengendalikan kehidupan manusia. Etika Islam mengatur segala aspek termasuk
ekonomi bahwa mesti ada kesepadanan untuk membedakan antara kebaikan dan
keburukan. Praktek ekonomi, bisnis, wirausaha, dan lainnya yang bertujuan
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, diperintahkan dan dipandu
baik oleh aturanaturan ekonomi yang bersifat rasional maupun dituntun oleh nilai-nilai
agama.
4.2 Saran
Praktik ekonomi islami di Indonesia saat ini telah membawa tren baru yang dalam
jangka panjang mengarah pada semakin pentingnya peran sub-perekonomian islami di
Indonesia. oleh karena itu pemerintah perlu mendukung upaya pengembangan ekonomi
berbasis syariah ini. Adapun implikasi penerapan ekonomi syariah yang pertama,
praktik ekonomi islami telah mampu memecah hambatan psikologis bahwa segala
sesuatu yang “berbau syariah” tidak dapat diterapkan dalam ekonomi modern.
Meskipun belum semua masyarakat memahami ekonomi syariah secara utuh, Kedua,
praktik perekonomian islami yang ada saat ini telah mendorong minat banyak pihak
untuk terlibat lebih aktif dalam pengembangan ekonomi islami secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Hakam, A.K. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Kuntowijoyo. (2006). Budaya dan Masyarakat (Edisi Paripurna). Yogyakarta: Tiara Wacana
Poespoprodjo, 1996. Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Bandung: Remadja
Karya
Sari, M. P., & Raharja, S. (2019, May). Implementasi Konservasi Moral Melalui Pendidikan
Akuntansi Berkarakter Untuk Mengoptimalkan Peran Etika Bisnis Dan Profesi Dalam
Upaya Mewujudkan Greening Business Management. In Conference In Business,
Accounting, And Management (CBAM) (Vol. 1, No. 2, pp. 663-683).
Yunus, R. (2013). Transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai upaya pembangunan karakter
bangsa. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1), 67-79.