Anda di halaman 1dari 2

1. Jelaskan dengan singkat perkembangan retorika sejak ada hingga sekarang.

Jawaban Anda
tidak lebih dari 200 kata. Gunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. 

JAWAB:
Perkembangan retorika terjadi sudah lama sekali, seiring lamanya perjalanan kehidupan
manusia. Ketika itu retorika mengalami masa kejayaannya pada masa Yunani dan Roma.
Namun retorika pertama terjadi pada masa Yunani. 
Saat terjadinya penggusuran tanah rakyat, saat itu belum ada pengacara. Maka cara satu-
satunya ialah orang yang pandai berbicara. Seperti yang dilakukan oleh orang Syracuse,
sebuah koloni Yunani di pulau Sicilia. 
Untuk memenangkan haknya di pengadilan, Corax menulis makalah retorika yang diberi
nama Techne Logon (Seni Kata-kata). Dalam bukunya Corax meletakkan dasar-dasar
organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian yaitu:

 Pembukaan
 Uraian
 Argument
 Penjelasan tambahan
 Kesimpulan

Dan berkat karyanya ajaran Corax tetap berpengaruh. Selanjutnya masih di pulau Sicilia,
hidup seorang filosof, mistikus, politisi, sekaligus orator cerdas yang menguasai banyak
pengetahuan bernama Empodocles (490-430 SM). Konon ia pernah beguru pada Phytagoras
dan menulis The Nature of Things. Konon ia mengajarkan retorika pada Gorgias dan
menyebarkannya kepada penduduk Athena. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis
dan teknik berbicara impromptu bersama Protagoras, mereka bersama-sama menjadi “dosen
terbang”.
Protagoras menyebut kelompoknya sophistai “guru kebijaksanaan”. Ada yang
menyebutkan mereka kelompok Sophis. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan
mempopulerkannya. Bagi mereka retorika bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi ilmu
pengetahuan sastra, gramatika, dan logika. Berkat kaum sophis, abad 4 SM adalah abad
retorika. Salah satu orang yang terpengaruh ialah Demothenes dan Isocrates. Demothenes
mengembangkan gaya bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi jelas dan keras. Ia juga
menggabungkan narasi dan argumentasi serta memperhatikan cara penyampaiannya.
Semenjak itu terjadi duel antara Demothenes dan Aechines, bahkan mereka membentuk citra
negatif kaum sophis.

Maka dari itu muncullah seorang tokoh yang berusaha mengembangkan retorika
dengan menyingkirkan Sophisme negative adalah Isocrates. Ia menganggap tidak semua
orang boleh diberi pelajaran ini, hanya untuk mereka yang berbakat dan retorika menjadi
sebuah pelajaran yang elit. Semenjak itu ia mendirikan sekolah retorika yang paling berhasil
tahun 391 SM. Ia mendidik muridnya menggunakan kata-kata dalam susunan yang jernih
tetapi tidak berlebih-lebihan. Karena ia tidak mempunyai keberanian yang baik untuk tampil
ia hanya menuliskan pidato dan menyebarkannya. Salah satu risalah yang ditulisnya
mengkritik kaum sophis. Gaya bahasa Isocrates telah mengilhami tokoh-tokoh retorika
sepanjang zaman: Cicero, Milton, Massilon, Jeremy Taylor, dan Edmud Burke.
Salah satu tokoh yang mengembangkan retorika ialah Plato. Plato merupakan murid
Socrates yang menerima pendapat tentang Sophisme, saat itu Plato menjadikan Gorgias dan
Socrates sebagai contoh retorika yang palsu dan retorika yang benar, atau retorika yang
berdasarkan pada Sophisme dan retorika berdasarkan filsafat. Sophisme mengajarkan
kebenaran yang relative sedang filsafat membawa pengetahuan yang sejati. Plato kemudian
membahas organisasi, gaya, dan penyampaian pesan hingga akhirnya ia menciptakan
karyanya yang berjudul Dialog.Kemudian salah satu murid Plato yang melanjutkan kajian
retorika ilmiah ialah Aristoteles. Ia menulis tiga buah jilid buku yang berjudul De Arte
Rhetorica. Dalam bukunya kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato yang dikenal
sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric) yakni:

        Inventio (penemuan)


 
Pada tahap ini pembicara dituntut untuk menggali topic dan meneliti khalayak untuk
mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Dalam tahap ini juga pembicara merumuskan
tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.

Disposition (penyusunan)
Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan harus dibagi
ke dalam beberapa bagian yang berkaitan dengan logis. Oleh karena itu Aristoteles membagi
susuna pidato sebagai berikut: pengantar, argumen, dan epilog.

Elocution (gaya)
Pada tahap ini pembicara memilih kata-kata dan mengubah bahasa yang tepat untuk
“mengemas” pesannya. Misalanya menggunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat
diterima.

Memoria (memori)
Pada tahap ini pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya. Aristoteles
menyebutnya sebagai “jembatan kedelai” untuk memudahkan ingatan.

Pronuntiatio (penyampaian)
      Pada tahap ini pembicara menyampaikan pesannya secara lisan. Disini acting sangat
berperan. Pembicara harus memperhatikan olah suara dan gerakan anggota badan.

Anda mungkin juga menyukai