Anda di halaman 1dari 7

BAGAIMANA PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA?

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
1. Periode Pengusulan Pancasila
Perumusan Pancasila pada awalnya dilakukan dalam siding BPUPKI pertama yang
dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah
Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang yang diketuai oleh dr.
Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu
Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi
Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945 lalu dimulai siding pertama
pada tanggal 29 Mei 1945. Tokoh-tokoh yang berbicara dalam siding BPUPKI yaitu Mr. Muh
Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, dan Mr. Soepomo. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir.
Soekarno berpidato tentang lima butir gagasan dasar negara yang isinya antara lain: (1)
Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia; (2) Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan; (3)
Mufakat atau Demokrasi; (4) Kesejahteraan Sosial; (5) Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan sejarah kelima butir tersebut diberi nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga
mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan
angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2) Sosio-Demokrasi, dan (3)
Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang
berisi asas Gotong-Royong.
2. Periode Perumusan Pancasila
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan
nama Piagam Jakarta yang berisi rumusan Pancasila pada alinea ke-empat yang bunyinya: (1)
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya; (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan; dan (5) Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Saat Jepang menyerah kepada sekutu yang ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota
Hiroshima pada 6 Agustus 1945, keesokan harinya Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta
mengeluarkan maklumat yang berisi; (1) pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI); (2) panitia itu rencananya akan dilantik 18
Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945; (3) direncanakan 24 Agustus 1945
Indonesia dimerdekakan. Tokoh-tokoh PPKI tersebut antara lain Soekarno, Moh. Hatta,
Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo,
Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang,
Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono
Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17). Akhirnya Jepang menyerah pada sekutu tanpa syarat pada
tanggal 14 Agustus 1945 dengan ditandai dengan jatuhnya bom di Nagasaki oleh sekutu.
3. Periode Pengesahan Pancasila
Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta dan ditulis oleh Soekarno pada
dini hari. Dengan demikian, naskah bersejarah teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini
digagas dan ditulis oleh dua tokoh proklamator tersebut sehingga wajar jika mereka dinamakan
Dwitunggal. Selanjutnya, naskah tersebut diketik oleh Sayuti Melik. Rancangan pernyataan
kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh BPUPKI yang diberi nama Piagam Jakarta, akhirnya
tidak dibacakan pada 17 Agustus 1945 karena situasi politik yang berubah (Lihat Pemahaman
Sejarah Indonesia: Sebelum dan Sesudah Revolusi, William Frederick dan Soeri Soeroto, 2002:
hal. 308 –-311). Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk menentukan dan
menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang merdeka.
Putusanputusan penting yang dihasilkan mencakup hal-hal berikut;
a. menegaskan Undang-Undang Dasar Negara (UUD’45) yang terdiri atas Pembukaan dan
Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah perubahan
Btang Tubuh juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta)
c. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah tokoh-tokoh
masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr.
Kasman Singodimejo.
Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengambil langkah “darurat” atas perdebatan
dalam sidang mengenai dasar negara dengan dikeluarkannya dekrit. Setelah Dekrit Presiden
Soekarno 5 Juli 1959, seharusnya pelaksanaan sistem pemerintahan negara didasarkan pada
Undang-Undang Dasar 1945. Karena pemberlakuan kembali UUD 1945 menuntut konsekuensi
sebagai berikut:Pertama, penulisan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Kedua, penyelenggaraan negara seharusnya dilaksanakan
sebagaimana amanat Batang Tubuh UUD ‘45. Dan, ketiga, segera dibentuk MPRS dan DPAS.
Pada kenyataannya, setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 terjadi beberapa hal yang berkaitan
dengan penulisan sila-sila Pancasila yang tidak seragam.

B. Menanya Alasan Diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


1. Pancasila sebagai identitas Bangsa Indonesia
Sebagaimana diketahui bahwa setiap bangsa mana pun di dunia ini pasti memiliki identitas
yang sesuai dengan latar belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan proses cipta, rasa,
dan karsa yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-menerus. Budaya dapat
membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai
identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan akulturasi
tersebut.
As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan
bahwa Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku
dalam masyarakat Indonesia. Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia dapat diitelusuri melalui
peran agama-agama besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Agama-agama
tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi nilai, norma, tradisi, dan kebiasaan-
kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya, konstruksi tradisi dan kultur
masyarakat Melayu, Minangkabau, dan Aceh tidak bisa dilepaskan dari peran peradaban Islam.
Sementara konstruksi budaya Toraja dan Papua tidak terlepas dari peradaban Kristen. Demikian
pula halnya dengan konstruksi budaya masyarakat Bali yang sepenuhnya dibentuk oleh
peradaban Hindu (Ali, 2010: 75).
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Meskipun nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga terdapat
dalam ideologi bangsa-bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila tersebut
mencerminkan kepribadian bangsa karena diangkat dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
Indonesia sendiri dan dilaksanakan secara simultan. Di samping itu, proses akulturasi dan
inkulturasi ikut memengaruhi kepribadian bangsa Indonesia dengan berbagai variasi yang sangat
beragam.

3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan
masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi ke dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia.
Pancasila telah ada sejak dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia (Bakry, 1994:
157).
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa
disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara Indonesia (Bakry,
1994: 161).

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Poliyis tentang Pancasila dalam Kajian


Sejarah Bangsa Indonesia
1. Sumber Historis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila
Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang
beranekaragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui.
2. Sumber Sosiologis Pancasila
Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan) secara
sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu nilai
yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah
nilai gotong royong.
3. Sumber Politis Pancasila
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom,
budaya, dan pengalaman bangsa Indonesia, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan
bangsa-bangsa lain.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian


Sejarah Bangsa Indonesia
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut
dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa pemerintahan
presiden Soekarno, terutama pada 1960-an NASAKOM lebih populer daripada Pancasila. Pada
zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar kekuasaan melalui
penataran P-4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan yang mengidentikkan Pancasila
dengan P-4. Pada masa pemerintahan era reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak
respek terhadap Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan.
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai Pancasila
menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia untuk Masa Depan
1. Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung.
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag) karena mengandung
unsur-unsur sebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara; setiap produk hukum di
Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
(Weltanschauung) mengandung unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat
istiadat.
2. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia dikarenakan hal-hal berikut:
pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila sebagai alat justifikasi
kekuasaan rezim tertentu, melemahnya pemahaman dan pelaksanaan nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

F. Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila dalam Kajian Sejarah


Bangsa Indonesia
Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia (TheFounding fathers); (2)
nila-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai-nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat;
(3) Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan.
Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan hal-hal berikut; (1)
betapapun lemahnya pemerintahan suatu rezim, tetapo Pancasila tetap bertahan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara; (2) betapapun ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagai ideology
bangsa, tetapi terbukti Pancasila merupakan pilihan yang terbaik bagi bangsa Indonesia; (3)
Pancasila merupakan pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia karena bersumber dan digali dari
nilai-nilai agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang di bumi Indonesia;
1. Latar Belakang Sikap beberapa pihak dalam masyarakat yang menolak Pancasila
sebagai dasar negara.
Perdebatan mengenai dasar negara yakni Pancasila telah terjadi sejak sidang pertama
BPUPKI (29 Mei -2 Juni 1945). Pada saat itu Soekarno membacakan konsepnya tentang lima
prinsip dasar negara dengan nama Pancasila, namun usulan Soekarno ini berbeda pandangan
dengan kalangan Islam, seperti K.H. Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Kahar Moezakir
dan K.H. Achmad Sanusi yang ingin menegakkan dasar Islam sebagai dasar negara. Karena
perdebatan berlangsung sangat alot maka diputuskan untuk dibentuk panitia kecil yang terdiri
dari sembilan orang untuk mangatasi perdebatan tersebut. Panitia kecil akhirnya berhasil
memutuskan rumusan mukadimah dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta dan
akhirnya pihak Islam menyetujui suatu kompromi tersebut.

Pada saat ini, perdebatan mengenai Pancasila sebagai dasar negara masih diragukan oleh
sebagian orang. Hal ini disebabkan oleh adanya kelompok-kelompok yang biasanya fanatik
dengan Islam, sehingga mereka ingin Indonesia mengubah sistem yang ada menjadi sistem
berbasis syariat Islam/Khilafah dimana dalam sistem ini unsur kapitalis dan ketidakadilan dapat
ditekan seminim mungkin. Beberapa pihak beranggapan mengubah bangsa Indonesia menjadi
negara Khilafah akan membawa kebaikan yang lebih karena menerapkan aturan dari Al-Qur’an
secara keseluruhan. Selain itu banyaknya tantangan yang muncul seperti liberalisme,
kapitalisme, komunisme, dll., yang memang tidak setuju jika Pancasila menjadi dasar Negara
Indonesia.

2. Alasan banyak pihak yang tetap ingin mempertahan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia.

Pancasila lahir berdasarkan nilai-nilai budaya yang terkandung sejak zaman nenek moyang
kita dahulu. Nilai-nilai tersebut lahir dan melekat secara tidak sengaja pada nenek moyang kita
(Ambiro Puji Asmaroini ,2017) Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang
memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dan memiliki fungsi sebagai berikut (Sri
Untari, 2012):
1. Pancasila sebagai identitas dan kepribadian bangsa
2. Pancasila sebagai sistem filsafat
3. Pancasila sebagai sistem etika
4. Pancasila sebagai paradigm keilmuan ekonomi, politik, hukum dan pendidikan
5. Pancasila sebagai ideologi terbuka

3. Kemukakan pendapat dan penilaian Anda tentang perbedaan pandangan tersebut


Menarik sekali di Indonesia hampir sebagian besar masyarakatnya adalah beragama Islam
namun itu tidak menjadikan Islam sebagai dasar negara. Selain itu, sebagian nilai-nilai Pancasila
yang terkandung adalah berasal dari Al-Qur’an sehingga memunculkan pandangan bagi sebagian
masyarakat bahwa Islam adalah dasar negara.
Beberapa golongan yang mengatasnamakan agama sering melakukan kegiatan yang
membahayakan kelestarian Pancasila. Bukan agama yang dipersalahkan disini, karena pada
dasarnya agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran, kasih sayang sesama manusia, namun
sering disalahgunakan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan agama dan menngunakan ajaran
yang bertentangan dengan agama sehingga menyesatkan masyarakat.

Bagi saya, Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan hasil kesepakatan bapak
pendiri bangsa ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, negara
Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara. Tugas saya adalah
menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan mengamalkannya.

4. Bagaimana sikap Anda dalam menghadapi perbedaan tersebut

Perbedaan diantara masyarakat akan selalu ada termasuk Pancasila. Dan saya menyikapi
perbedaan pandangan pada Pancasila tersebut dengan terbuka. Indonesia adalah negara besar
dengan jumlah penduduk yang banyak dan tentunya memiliki pemikiran dan pendapat yang
berbeda. Oleh karena itu, mengemukakan pendapat yang berbeda adalah hak setiap bangsa maka
kita wajib untuk menerima perbedaan pandangan tersebut selama perbedaan tersebut tidak
merubah ideology negara.

Selain itu, karena kita semua tinggal di Negara & Bangsa yang sama yaitu Indonesia,
sehingga kita harus dapat menerima pendapat semua orang. Pemerintah & elemen-elemen
penting negara lainnya juga harus ikut serta dalam menjaga keamanan negara agar tercipta
kerukunan seluruh rakyat indonesia. Paham kebangsaan Indonesia adalah dijiwai oleh Ketuhanan
Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga persatuan Indonesia itu tidak
sempit tapi dapat diartikan menghargai seluruh perbedaan yang ada baik dalam negeri maupun
luar negeri . Maka dari itu tidaklah begitu sulit jika mulai dari sekarang sebagai individu yang
bertuhan dan berperi kemanusiaan untuk saling menghargai perbedaan satu sama lain dengan
menyelaraskan pada nilai Persatuan Indonesia.
Referensi:

Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd. 2017.Menjaga Eksistensi Pancasila Dan Penerapannya Bagi
Masyarakat Di Era Globalisasi. Jpk: Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 1,
e-Issn 2527-7057, P-Issn 2545-268350

Sri Untari. 2012. “Pancasila dalam Kehidupan Berasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara” dalam
Margono (Ed). Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan Kebangsaan. Malang:
Universitas Negeri Malang (UM Press)

Yusuf, Effendi. 2009. “Kedaulatan Rakyat dalam Perspektif Pancasila” Makalah dalam

https://www.coursehero.com/file/54521853/BAB-2pptx/

https://www.academia.edu/31638906/Pancasila_dalam_Sejarah_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai