Anda di halaman 1dari 5

Pengukuran Kadar Glukomanan pada Konjak – Widjanarko, dkk

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1584-1588, September 2015

ANALISIS METODE KOLORIMETRI DAN GRAVIMETRI PENGUKURAN KADAR


GLUKOMANAN PADA KONJAK (Amorphophallus Konjac)

Comparation between Colorimetric and Gravimetric Methods of Glucomannan


Analysis to Konjac

Simon Bambang Widjanarko1*, Johana Megawati1

1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang


Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email: simonbw@ub.ac.id

ABSTRAK

Kemurnian glukomanan adalah indikator utama dalam mengevaluasi kualitas tepung


glukomanan komersial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan metode yang
lebih akurat dan presisi antara gravimetri dan kolorimetri dalam menentukan kadar
glukomanan yang hingga saat ini belum disepakati secara internasional. Sampel yang
diujikan adalah Konjac glukomanan komersial yang merupakan ekstrak glukomanan dari
umbi Amorphophallus Konjac. Glukomanan komersial diuji dengan kedua metode sebanyak
10 kali ulangan lalu dibandingkan akurasi dan presisinya. Metode kolorimetri dengan reagen
3,5-DNS menunjukkan akurasi yang lebih tinggi (93.21%) dibandingkan dengan metode
gravimetri (63.49%) terhadap literatur (90%). RSD kolorimetri (1.36%) lebih kecil
dibandingkan gravimetri (4.92%), menunjukkan bahwa kolorimetri lebih presisi dibandingkan
gravimetri.

Kata kunci: Akurasi, DNS, Presisi

ABSTRACT

Glucomannan purity is the main indicator in evaluating the quality of commercial


glucomannan flour. The aim of this research was to determine which method is more
accurate and precision between gravimetric and colorimetric, which have not been globally
agreed yet. Samples tested are commercial Konjac glucomannan that has been extracted
from Konjac (Amorphophallus Konjac) tuber. Commercial Konjac glucomannan was tested
by both methods with 10 repetitions each to compare the accuracy and precision. 3,5-DNS -
colorimetric method (93.21%) is closer to the literature (90%) than gravimetric method
(63.49%) . RSD colorimetry (1:36%) is smaller than the gravimetric one (4.92%). It showed
that colorimetric is more precise than gravimetry. Colorimetric method is recommended to
measure the levels of glucomannan because its accuracy and precision are better than
gravimetric.

Keywords: Accuracy, DNS, Precision.

PENDAHULUAN

Glukomanan adalah senyawa polisakarida yang banyak digunakan sebagai agen


pembuat gel, pengental makanan, dan dietary fiber [1]. Glukomanan juga memiliki
kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol dan gula darah, mengurangi berat badan,
meningkatkan kesehatan pencernaan dan daya tahan tubuh [2]. Dewasa ini glukomanan
yang telah banyak dikonsumsi di Jepang dan China didapatkan dari umbi Amorphophallus
konjac:[3].
Penyetaraan standar sangat diperlukan untuk menilai dan menentukan kualitas
produk glukomanan komersial, namun aturan standar tentang pengujian tepung glukomanan

1584
Pengukuran Kadar Glukomanan pada Konjak – Widjanarko, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1584-1588, September 2015

belum ada yang disepakati secara internasional [3]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan metode manakah diantara gravimetri [4,5] dan kolorimetri [3] yang paling akurat
dan memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi untuk mengetahui kadar glukomanan. Gravimetri
walaupun merupakan teknik tertua dalam analisis kuantitatif, namun dinilai masih relevan
dalam menentukan kadar terutama senyawa-senyawa organic [6].

BAHAN DAN METODE


Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tepung glukomanan
komersial merk “Konjac Glucomannan Powder” produksi Konjac Foods China, Sedangkan
bahan yang digunakan untuk analisis meliputi: fenol, NaOH, deionized water (DI water),
asam format, potassium natrium tartrat, 3,5-Dinitrosalisilat (3,5-DNS), H2SO4,
Na2SO3,H2SO3, garam aluminium sulfat, etanol 100%, aquades, isopropyl alcohol, dan
glukosa. Bahan-bahan analisis tersebut memiliki kemurnian pro analitik (p.a), dan dibeli di
toko Makmur Sejati.

Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan tepung porang dan suweg serta
pemurnian tepung metode bertingkat meliputi : glassware, timbangan analitik (Denver
Instrument M-310), pisau stainless steel, slicer, loyang, blender kering (Philips), ayakan 80
mesh, dan homogenizer (Stirrer).
Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis pada penelitian meliputi : glassware,
kertas saring, kompor listrik (Maspion), oven kering (Memmert), desikator, shaker
(Heidolph), spektrofotometer (Medilab), kuvet, vortex (LW Scintific Inc), sentrifuse (Universal
Model : PLC-012E), dan Magnetic Stirrer (LH Velp Scientifica).

Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Metode deskriptif digunakan
untuk membandingkan kedua metode (Gravimetri, dan Kolorimetri) menggunakan sampel
berupa Konjak Glucomannan (KGM) komersial dengan merk “Konjak Glucomannan Powder”
produksi Konjac Foods China yang dilakukan 10 kali ulangan untuk masing-masing metode.

Tahapan Penelitian
Pengujian metode gravimetri.
1. Sampel dan garam aluminium sulfat (0.10 kali massa sampel) dilarutkan dalam air hangat
suhu 75oC dengan perbandingan 1:10 (b/v) sambil diaduk selama 35 menit.
2. Endapan sampel dipisahkan menggunakan sentrifuse 2000 rpm selama 30 menit dan
diambil supernatan.
3. Supernatan ditambahkan isopropil alkohol dengan perbandingan 1:1 (v/v) sambil diaduk
hingga terbentuk gumpalan.
4. Gumpalan disaring dengan kertas saring dan dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam
lalu ditimbang.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑚𝑎𝑛𝑛𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎

Pengujian Metode Kolorimetri


1. Pembuatan reagen 3,5-DNS dengan mencampurkan larutan A dan B. Larutan A dibuat
dengan mencampurkan fenol (0.70g), 10% (w/w) natrium hidroksida (1.50ml), Deionized
Water (5 ml) dan Natrium Bisulfit (0.70 g). Larutan B dibuat dengan mencampurkan
Natrium Kalium Tartrat (22.50 g), 10% Natrium Hidroksida (30 ml) dan 1% (w/w) 3,5-DNS
(88 ml).
2. Sampel ditimbang sebanyak 0.20 gram lalu ditambahkan buffer asam format – natrium
hidroksida sebanyak 50 ml dan diaduk pada suhu ruang selama 4 jam. Campuran
kemudian diencerkan hingga 100 ml dengan menambahkan buffer.

1585
Pengukuran Kadar Glukomanan pada Konjak – Widjanarko, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1584-1588, September 2015

3. Campuran disentrifugasi 4500 rpm selama 40 menit untuk diambil supernatannya.


Supernatan tersebut merupakan ekstrak glukomanan.
4. Ekstrak glukomanan diambil 5 ml dan dihidrolisis menggunakan asam sulfat 3M 2.50 ml
dengan pemanasan dan pengadukan selama 90 menit. Hasil hidrolisis didinginkan pada
suhu ruang dan dinetralkan dengan penambahan Natrium Hidroksida 6M 2.50 ml,
kemudian diencerkan dengan Deionized water hingga 25 ml. Hasil yang didapat
merupakan hidrolisat glukomanan.
5. Ekstrak glukomanan, hidrolisat glukomanan, dan Deionized Water (sebagai blanko),
masing-masing 2.00 ml, ditempatkan ke dalam gelas ukur 25 ml diikuti dengan
penambahan reagen 3,5-DNS (1.50 ml) dan kemudian diaduk dan diinkubasi dalam
wadah tertutup berisi air mendidih selama 5 menit. Larutan didinginkan hingga suhu
ruang, lalu diencerkan hingga 25 ml menggunakan Deionized Water.
6. Masing-masing sampel diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 540 nm. Kandungan glukosa pada larutan sampel dan hidrolisat
ditentukan dengan memasukkan nilai absorbansi pada persamaan garis lurus regresi
kurva standar glukosa.
𝜀 5000𝑓(5𝑇 − 𝑇𝑜)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑚𝑎𝑛𝑛𝑎𝑛 (%) =
𝑚
f = faktor koreksi (0.90), T = kadar glukosa hidrolisat KGM (mg), To = kadar glukosa
larutan sampel KGM (mg), m = massa tepung konjak (200 mg).

Prosedur Analisis
Data pertama berupa perbandingan metode akan dideskripsikan berdasarkan rata-
rata dan variasi data yang terbentuk. Dari data tersebut akan ditentukan metode manakah
yang memiliki akurasi dan presisi yang lebih tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Validasi Metode Gravimetri dan Kolorimetri


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung konjak glukomanan
komersial. Konjak glukomanan komersial diuji kadar glukomanannya dengan metode
gravimetri dan kolorimetri sebanyak 10 kali ulangan yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai RSD metode gravimetri (4.218%) lebih
besar dibandingkan dengan metode kolorimetri (1.356%). Artinya, variasi data gravimetri
lebih besar dibandingkan metode kolorimetri. Metode kolorimetri lebih repeatable dan presisi
dibandingkan gravimetri. Nilai RSD kolorimetri juga memenuhi standar presisi suatu analisis
kimiawi oleh CIPAC [7], sesuai dengan persamaan 𝑅𝑆𝐷 < 2(1 − 0.5 log 𝐶) 𝑥 0.67 , yaitu lebih
kecil dari 1.361 sehingga metode kolorimetri merupakan suatu analisis yang presisi. Gambar
1 memperkuat bukti bahwa kolorimetri lebih presisi dibandingkan dengan gravimetri.
Sebaran titik pada gravimetri lebih jauh dan trendline membentuk garis yang lebih curam
dibandingkan dengan metode kolorimetri.
Tabel 1 Kadar Glukomanan Tepung Konjak Diukur dengan Gravimetri dan Kolorimetri
Kadar glukomanan KGM komersial (%)
Gravimetri Kolorimetri
Rata-rata 63.49 93.21
SD 3.12 1.26
RSD 4.918% 1.356%

1586
Pengukuran Kadar Glukomanan pada Konjak – Widjanarko, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1584-1588, September 2015

100,00

90,00
Kadar Glukomanan (%)

Gravimetri
80,00

Kolorimetri
70,00

Literatur
60,00

50,00

40,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ulangan
Gambar 1 Trend Hasil Pengukuran Kadar Glukomanan Tepung Konjak Diukur dengan
Gravimetri dan Kolorimetri

Terdapat banyak cara untuk menentukan akurasi suatu metode. Salah satu
diantaranya adalah dengan membandingkan hasil analisis dengan hasil yang telah
dipublikasikan [8]. Kemasan KGM komersial telah mempublikasikan bahwa kandungan
glukomanan dalam sampel adalah sebesar 90%. Rata-rata hasil kandungan glukomanan
yang didapat dari metode gravimetri adalah 63.49%, sangat jauh selisihnya (26.51%)
dibandingkan dengan metode kolorimetri yang rata-rata mendeteksi terdapat 93.21%
glukomanan dalam sampel (selisih 3.21%) . Hal ini menunjukkan bahwa metode kolorimetri
lebih akurat jika dibandingkan dengan metode gravimetri.
Rendahnya hasil pengukuran kadar glukomanan dengan gravimetri diduga akibat
proses koagulasi dan presipitasi yang tidak sempurna. Proses koagulasi dan ukuran
koagulan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu pemanasan, pengadukan, dan penambahan
elektrolit [9]. Pengadukan yang dilakukan dalam proses ini tidak seragam sehingga ukuran
partikel tidak seragam juga. Hal ini mengakibatkan banyaknya presipitat ukuran kecil yang
lolos kertas saring halus, sehingga tidak tertimbang dan tidak terhitung sebagai glukomanan.
Ukuran partikel yang bervariasi menyebabkan jumlah partikel yang lolos kertas saring juga
bervariasi, yang berakibat variasi data yang didapat menjadi tinggi dan presisinya menurun.
Pada pengujian kadar glukomanan metode kolorimetri denngan reagen 3,5-DNS,
sampel tepung konjak yang akan dianalisis dipreparasi terlebih dahulu dengan cara diaduk
dengan magnetic stirrer dalam buffer asam format - NaOH selama 4 jam dalam suhu ruang
untuk menghilangkan zat-zat yang tidak larut seperti pati dan selulosa. Larutan yang
dihasilkan (disebut sebagai larutan sampel KGM) kemudian dihidrolisis dan jumlah gula
reduksi (glukosa dan manosa) diukur. Jumlah gula reduksi dalam larutan sampel KGM
sebelum hidrolisis juga ditentukan, kemudian jumlah gula reduksi setelah hidrolisis dikurangi
gula reduksi sebelum hidrolisis. Hal ini dilakukan untuk mencegah error positif dalam
penentuan kandungan glukomanan yang diakibatkan terukurnya senyawa non glukomanan
seperti glukosa bebas dalam sampel [3].

SIMPULAN

Metode kolorimetri dengan reagen 3,5-DNS menunjukkan akurasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode gravimetri. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata kadar
glukomanan KGM komersial yang diukur dengan kolorimetri sebesar 93.21%, lebih
mendekati literatur (90%) dibandingkan dengan pengukuran menggunakan gravimetri yang

1587
Pengukuran Kadar Glukomanan pada Konjak – Widjanarko, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1584-1588, September 2015

menunjukkan kadar KGM sebesar 63.49%. RSD kolorimetri sebesar 1.36%, lebih kecil
dibandingkan RSD gravimetri sebesar 4.92%, menunjukkan bahwa kolorimetri lebih presisi
dibandingkan gravimetri.

DAFTAR PUSTAKA

1) Husniati, Devi, A. Fitria, Medikasari, dan Hanafi. 2009. Isolasi Senyawa Glukomanan
dalam Tanaman Umbi Singkong, Walur, dan Gadung Indiginous Indonesia. Jurnal Sains
MIPA. Vol. 15, No 3, Halaman 191-195.
2) Zhang, Y., B. Xie, and X. Gan. 2005. Advance in Application of Konjac Glucomannan
and its Derivatives. Carbohydrate Polimers 60 : 27–31.
3) Chua, Melinda, K. Chan, J.T. Hocking, P. Williams, C. Perry, and T. Baldwin. 2012.
Methodologies for the Extraction and Analysis of Konjac Glucomannan from Corms of
Amorphophallus konjac K. Koch. Elsevier. Carbohydrate Polymers 87 (2012) halaman
2202-2210.
4) Whistler. R. L. and E.L. Richards. 1970. Hemicelluloses, Dalam Pigman, W.D. The
Carbohydrates, Chemistry and Biochemistry, 2nd ed. Vol. 2, Academic Press. New
York.
5) Harijono, T. Estiasih, W.B. Sunarharum, dan I.S. Rakhmita. 2010. Karakteristik Kimia
Ekstrak Polisakarida Larut Air dari Umbi Gembili (Dioscorea esculenta) yang
Ditunaskan. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 11, No 3, halaman 162-169.
6) Harris, D.C. 2003. Quantitative Chemical Analysis, 6th ed. W.H. Freeman and Co : New
York, page 680-690.
7) CIPAC. 2003. Guidelines on Method Validation to be Performed in Support of Analytical
Methods for Agrochemical Formulations. Document No. 3807.
8) Huber, Ludwig. 2007. Validation and Qualification in Analytical Laboratories.
Intherpharm, Informa Healthcare. New York, USA.
9) Widianto, Sonny. 2009. Kimia Analitik: Gravimetri. Diakses 31 Mei 2014. <
http://staff.unila.ac.id/ sonnywidiartofiles/201109/GRAVIMETRI.pdf.>

1588

Anda mungkin juga menyukai