(Castrol Oil)
Abstrak
Pemanfaatan minyak jarak cina (castrol oil) sebagai pelumas sangat terbatas, karena hanya digunakan pada
mesin hidroulik. Hal ini disebabkan oleh viskositasnya yang tinggi. Selain itu, ikatan rangkap dalam minyak
jarak cina mudah teroksidasi karena penyusun utama minyak jarak cina adalah asam risinoleat (asam 12-
hidroksi-cis-9-oktadekenoat). Pengubahan ikatan rangkap dalam minyak jarak menjadi gugus lain akan
meningkatkan ketahanannya terhadap oksidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis senyawa-senyawa
hidroksi ester minyak jarak cina dengan mengubah ikatan rangkap pada asam lemaknya menjadi gugus
hidroksil dan gugus ester. Penelitian ini terdiri dari dua langkah utama yaitu: 1) epoksidasi minyak jarak
dengan asam peroksi format, dan 2) pembukaan cincin epoksida dengan asam format membentuk senyawa
hidroksi ester. Analisis dan identifikasi senyawa hasil dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dan
spektrometri IR. Karakterisasi senyawa hasil sintesis menggunakan indeks bias dan viskositas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa senyawa-senyawa hidroksi ester dapat disintesis dari minyak jarak cina melalui tahap
pembentukan epoksida dan diikuti dengan pembukaan cincin epoksida dengan asam karboksilat. Berdasarkan
karakter indeks bias dan viskositasnya diketahui bahwa senyawa hidroksi ester minyak jarak cina berpotensi
digunakan sebagai pelumas Roda Gigi Industeri Standar AGMA (No. 8 untuk formil hidroksi ester dan No.
10 untuk propionil hidroksi ester).
Abstract
The utilization of castor oil as a lubricant is very limited, because it was only used on the machine
hydraulic. This is because their highly viscosity. In addition, the double bond in ricinoleic acid (cys-12-
hydroxy-9-oktadecenoic acid) as the main constituent of castor oil is easily oxidized. The conversion of double
bonds in the castor oil into another group will increase its resistance to oxidation. This research aims to
synthesize the compounds of the hydroxyl ester derivatives of castor oil by converting the double bond in the
fatty acid into hydroxyl and ester groups. This study consists of two main steps: 1) epoxidation of castor oil
with performic acids, 2) opening of the epoxide ring with formic acid to form hydroxyl ester compound.
Analysis and identification of the compounds is done by thin layer chromategraphy and infrared spectrometry.
Characterization of compounds synthesized using the refractive index and viscosity. The results showed that
the hydroxyl ester compounds can be synthesized from castor oil by epoxide double bonds and followed by
ring opening of epoxides with carboxylic acids. Based on the character of the refractive index and viscosity is
known that hydroxyl ester derivatives of castor oil could potentially be used as a lubricant of Gear Industries
AGMA Standards (No. 8 for formic hydroxyl esters and No. 10 for propionic-hydroxyl esters).
PENDAHULUAN
Minyak jarak (castrol oil) merupakan minyak Asam lemak utama (89%) (Ogunniyi, 2006) minyak
nabati yang mudah diperoleh di Indonesia karena jarak adalah asam risinoleat (asam cis-12-hidroksi-9-
tanaman jarak sangat mudah dibudidayakan. oktadekenoat).
Pemanfaatan minyak jarak di Indonesia saat ini
Hingga saat ini bahan pelumas mesin dan
terutama adalah sebagai bahan dasar pembuatan
kendaraan bermotor yang digunakan di Indonesia
bahan bakar diesel (biodiesel) dan belum dilakukan
masih tergantung dan bersumber dari minyak bumi
kajian tentang fungsinya sebagai bahan pelumas.
(petroleum). Minyak bumi merupakan sumberdaya
Parlan, dkk., Sintesis dan Karakterisasi Senyawa-senyawa Hidroksi Ester Minyak Jarak Cina... 1
Journal Cis-Trans (JC-T) Volume 1, Nomor 1, Agustus 2017, e-ISSN 2549-6573
alam yang keberadaannya terbatas dan tidak dapat Penelitian ini secara umum meliputi 3 tahap, yaitu:
diperbarui (unrenewable). Untuk mengurangi 1) sintesis epoksida minyak jarak, 2) pembukaan
ketergantungan tersebut diperlukan upaya mencari epoksida minyak jarak dengan asam format dan
alternatif pengganti yang berasal dari bahan yang asam propionat membentuk senyawa hidroksi ester,
dapat diperbarui (renewable). dan 3) penentuan karakteristik senyawa-senyawa
hasil sintesis yang meliputi indeks bias dan
Hampir semua pelumas dari minyak bumi
viskositas.
(petroleum) merupakan pencemar lingkungan karena
sifatnya yang tidak dapat diuraikan oleh Untuk mencapai tujuan penelitian seperti yang
mikroorganisme (Rhee, 1996). Sekitar 5-10 juta ton telah diuraikan sebelumnya, maka dilakukan
minyak bumi masuk ke biosfer, 40% di antaranya beberapa tahapan penelitian eksperimen, yaitu:
berasal dari tumpahan minyak, limbah industri dan
Tahap Pertama: Penyiapan Sampel
rumah tangga, proses pemurnian, dan pengeboran
lepas pantai. Oleh karena itu, diperlukan pelumas Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
yang ramah lingkungan (“green lubricants”) (Rhee, minyak jarak (castor oil) dan asam risinoleat.
1996) akibat meningkatnya jumlah pelumas yang Sampel minyak jarak diperoleh dari PT Panadia
masuk ke lingkungan, meningkatnya harga Corporation dan PT Brataco Kimia di Malang.
petroleum, dan ketatnya pengawasan terhadap Tahap kedua: Sintesis/Pembuatan Hidroksi Ester
kualitas lingkungan (Van Arnum, 2004 & Minyak Jarak
Viswanathan, 2005).
Reaksi Epoksidasi Minyak Jarak
Salah satu bahan alternatif untuk mengatasi Sebanyak 2,763 gram (0,01 mol) H2O2
kedua masalah tersebut adalah minyak nabati dimasukkan ke dalam beaker glass, secara perlahan-
(vegetable oil). Minyak nabati bersifat tidak lahan ditambah dengan 0,816 gram asam format
mencemari lingkungan (biodegradable), merupakan (0,006 mol), kemudian ditambahkan 3,078 gram (±
sumber yang dapat diperbarui, dan harganya murah 0,001 mol) minyak jarak. Campuran tersebut
sebagai pengganti pelumas petroleum (Randles, kemudian distirer selama 16 jam pada suhu 4°C.
1992 & Asadauskas, 1996). Beberapa turunan Setelah 10 jam, setiap 2 jam sekali campuran reaksi
minyak nabati sangat berpotensi sebagai bahan pe- dianalisis dengan KLT. Setelah 16 jam campuran
lumas (Loredana Pop, dkk., 2008). Penggunaan mi- reaksi membentuk 2 fasa campuran, fasa air dan fasa
nyak nabati sebagai pelumas dalam industri dan organik. Kedua fasa ini kemudian dipisahkan. Fasa
transportasi merupakan satu upaya menyelamatkan organik ditambah dengan ± 5 mL heksana dan dicuci
lingkungan (Gawrilow, 2004). dengan 5 mL akuades. Heksana di dalam larutan
Komponen utama asam-asam lemak minyak organik diuapkan di udara terbuka. Senyawa yang
nabati adalah asam lemak tak jenuh (memiliki ikatan terbentuk kemudian diidentifikasi dengan
rangkap karbon-karbon). Adanya ikatan rangkap spektrometer inframerah (IR).
tersebut menyebabkan ketahanannya terhadap
Pembentukan Hidroksi Ester
oksidasi rendah (mudah teroksidasi). Untuk
meningkatkan ketahanan terhadap oksidasi maka Pada tahap ini sintesis hidroksi ester dilakukan
dapat dilakukan transformasi menjadi gugus lain dengan membuka cincin senyawa epoksida.
yang memiliki ketahanan oksidasi yang lebih tinggi. Sebanyak 2,551 gram (± 0,001 mol) epoksida yang
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mensintesis senyawa diperoleh pada tahap sebelumnya ditambah dengan
hidroksi ester minyak jarak cina dengan pereaksi 1,212 gram (± 0.012 mol) asam format dan direfluk
asam format dan propionat, 2) Mengetahui karakter selama ± 6 jam pada suhu 100˚C sambil diaduk.
senyawa hidroksi ester minyak jarak hasil sintesis Analisis senyawa hasil dengan KLT. KLT dilakukan
(indeks bias dan viskositas) dan kemungkinan setiap 1 jam sekali setelah jam ke-3. Setelah 6 jam
pemanfaatannya sebagai bahan pelumas. reaksi membentuk 2 lapisan, lapisan atas (organik)
dan lapisan bawah. Kedua lapisan dipisahkan.
METODE Lapisan organik kemudian ditambah dengan 5 mL
Penelitian ini merupakan penelitian aseton dan dibiarkan selama ± 24 jam. Produk yang
eksperimental laboratoris dengan tujuan dihasilkan kemudian dicuci dengan ± 5 mL akuades.
mendeversifikasi minyak jarak menjadi turunannya Kelebihan air pada sampel ditambah Na2SO4
yaitu hidroksi ester diikuti dengan pengujian anhidrat dan disaring. Setelah disaring dirotavapor
karakteristiknya yang meliputi parameter-parameter pada suhu ± 40˚C. Hasil dari sintesis di atas
yang terkait dengan kegunaannya sebagai pelumas. kemudian diidentifikasi dengan spektrometer
inframerah (IR).
2
Parlan, dkk., Sintesis dan Karakterisasi Senyawa-senyawa Hidroksi Ester Minyak Jarak Cina...
3
Journal Cis-Trans (JC-T) Volume 1, Nomor 1, Agustus 2017, e-ISSN 2549-6573
Persamaan reaksi epoksidasi minyak jarak cina sebagai minyak hasil epoksidasi diidentifikasi gugus
(castrol oil) dapat dilihat pada Gambar 2. Senyawa fungsinya dengan spektrometri IR. Hasil identifikasi
dengan harga Rf 0,64 yang diduga merupakan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 1. Hasil Analisis KLT: (a) Hasil Pengadukan 14 Jam dan (b) Hasil Pengadukan 16 Jam
Gambar 2. Persamaan Reaksi Epoksidasi Minyak Jarak Cina dengan Asam Peroksi Format
4
Parlan, dkk., Sintesis dan Karakterisasi Senyawa-senyawa Hidroksi Ester Minyak Jarak Cina...
Spektrum inframerah hasil reaksi epoksidasi ± 24 jam. Campuran kemudian dicuci dengan
menunjukkan terbentuknya serapan tajam pada akuades. Setelah fasa air dipisahkan, ekstrak yang
2924,09 dan 2854,65 cm-1 yang menunjukkan diperoleh dikeringkan dengan menambahkan
adanya gugus metilen (-CH2-) dan metil (-CH3) yang Na2SO4 anhidrat dan disaring. Untuk menguapkan
diperkuat dengan adanya serapan pada 1458,18 dan aseton sisa pada sampel dilakukan penguapan
1381,03 cm-1. Serapan kuat pada 1743,65 cm-1 dengan penguap putar atau rotavapor.
merupakan karakteristik untuk gugus C=O (ester).
Selanjutnya lapisan minyak dipisahkan dan
Serapan yang melebar dan tajam pada daerah 3600-
dianalisis dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
3200 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH, serapan
Kromatogram hasil reaksi pembukaan cincin
pada daerah 3441,01 cm-1 ini menunjukkan adanya
epoksida tercantum pada Gambar 4.
gugus -OH alkohol. Pada 1242,16 dan 1165,00 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-O eter, daerah ini juga Berdasarkan kromatogram Gambar 4 diketahui
merupakan serapan untuk gugus epoksida yaitu pada telah terbentuk senyawa baru (Rf = 0,68) yang
daerah 1300-1050 cm-1 yang diperkuat dengan berbeda dengan epoksida (Rf = 0,63). Senyawa
adanya serapan pada 848,68 cm-1 menunjukkan tersebut diduga adalah senyawa hidroksi ester. Untuk
adanya cincin C-C. Tidak adanya serapan pada membuktikan dugaan tersebut dilakukan identifikasi
daerah 3000-3100 cm-1 menunjukkan tidak ada dengan spektrometri inframerah. Spektrum
ikatan C-H rangkap. Ringkasan serapan IR hasil inframerah senyawa dengan Rf = 0,68 ditunjukkan
reaksi epoksidasi dapat dilihat dalam Tabel 1. pada Gambar 5.
Reaksi Pembentukan Hidroksi Ester dari Epoksida Spektrum IR untuk senyawa hasil pembukaan
Senyawa hidroksi ester minyak jarak diperoleh cincin epoksida menunjukkan serapan melebar
dari reaksi pembukaan cincin epoksida minyak jarak antara 2200-3600 cm-1 yang merupakan serapan
yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. yang khas untuk gugus –OH terikat. Serapan pada
Pembukaan cincin epoksida dilakukan dengan 3448,72 cm-1 menunjukkan adanya gugus –OH
menambahkan asam karboksilat (asam format dan (membentuk ikatan hidrogen), serapan yang tajam
asam propionat). Campuran direfluks pada suhu ± pada 2931,80 dan 2854,65 cm-1 menunjukkan
100 °C dengan pengadukan selama ± 6 jam. Setelah adanya gugus metilen (-CH2-) dan metil (-CH3) yang
6 jam warna minyak berubah menjadi kuning pucat diperkuat dengan adanya serapan pada 1458,18 dan
dan sedikit lebih encer. Terbentuknya senyawa 1381,03 cm-1. Serapan kuat pada 1720,50 cm-1
hidroksi ester dianalisis dengan menggunakan menunjukkan karakteristik dari gugus karbonil
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Analisis (-C=O). Pada rentang 1300-1050 cm-1 masih terlihat
dilakukan 1 jam sekali dimulai pada pemanasan jam adanya serapan yang khas untuk gugus C-O eter,
ke-3. Hasil analisis menggunakan KLT tetapi puncak tajam pada daerah 848,68 cm-1 yang
menunjukkan bahwa harga Rf senyawa hasil terlihat pada spektrum IR hasil epoksidasi (Gambar
pembukaan cincin epoksida pada jam ke-6 sebesar 4) tidak tampak. Secara keseluruhan terbukanya
0,68 (berbeda dengan Rf epoksida). Setelah jam ke-6 cincin epoksida ditandai dengan hilangnya serapan
terbentuk dua lapisan. Pada lapisan minyak berwarna pada daerah 848,68 cm-1 yang merupakan serapan
kunig pucat dan lapisan air kuning terang/jernih. untuk cincin C-C. Ringkasan serapan IR hasil reaksi
pembukaan cincin dapat dilihat dalam Tabel 2.
Dua lapisan yang terbentuk pada reaksi tersebut Sedangkan perbedaan spektrum IR senyawa hasil
dipisahkan. Lapisan atas yang berwarna kuning reaksi epoksidasi dengan senyawa hasil
pucat ditambah dengan aseton, dan dibiarkan selama pembentukan hidroksi ester disajikan pada Tabel 3.
5
Journal Cis-Trans (JC-T) Volume 1, Nomor 1, Agustus 2017, e-ISSN 2549-6573
Gambar 4. Kromatogram Analis KLT Pembukaan Cincin Epoksida dengan Asam Format:
(a) Hasil Pemanasan 3, 4, dan 5 jam (b) Hasil Pemanasan 5 dan 6 jam.
Tabel 3. Perbedaan antara Spektrum Inframerah Epoksida dan Senyawa Hidroksi Ester Minyak Jarak Cina
6
Parlan, dkk., Sintesis dan Karakterisasi Senyawa-senyawa Hidroksi Ester Minyak Jarak Cina...
Gambar 6. Persamaan Reaksi Pembukaan Cincin Epoksida pada Minyak Jarak Cina (Castrol oil)
Reaksi pembukaan cincin epoksida merupakan sampai ditemukan deviasi minimumnya. Deviasi
reaksi substitusi nukleofilik. Reaksi ini diawali minimum terjadi saat sudut datang sama dengan
dengan pengaktifan epoksida oleh proton yang sudut bias. Wadah sampel yang digunakan sebagai
berasal dari nukleofil dengan katalis asam. Sumber tempat minyak terbuat dari kaca preparat. Indeks
nukleofil pada reaksi pembukaan cincin epoksida ini bias senyawa hidroksi ester disajikan pada Tabel 4.
adalah asam format. Persamaan reaksi pembukaan
Dari data pada Tabel 4 diketahui bahwa indeks
cincin epoksida dengan asam format pada sintesis ini
bias senyawa hasil sintesis lebih kecil dari pada
dapat dilihat pada Gambar 6 dan mekanisme
minyak jarak. Kerapatan senyawa hasil sintesis lebih
reaksinya dapat dilihat pada Gambar 7.
tinggi dari pada minyak jarak sehingga kecepatan
Karakterisasi Hasil Sintesis cahaya dalam minyak tersebut lebih kecil yang
mengakibatkan nilai indeks biasnya lebih kecil
Indeks Bias
(Sutiah, 2008). Molekul-molekul dalam minyak
Indeks bias senyawa hasil diukur dengan jarak memiliki banyak ikatan rangkap sehingga
menggunakan metode pembiasan pada prisma. kerapatannya lebih kecil dan indeks biasnya lebih
Berkas laser ditembakkan pada prisma yang berisi besar daripada senyawa hidroksi ester.
minyak dengan berbagai variasi sudut datang,
7
Journal Cis-Trans (JC-T) Volume 1, Nomor 1, Agustus 2017, e-ISSN 2549-6573
Tabel 4. Indeks Bias Minyak Jarak dan Senyawa Hidroksi Ester Tabel 5. Viskositas Hidroksi Ester pada 25oC dan 40oC
Hasil Sintesis Viskositas (cSt) Potensi sebagai
Hidroksi Ester Indeks Bias (25oC) Pelumas Roda
Hidroksi Ester
Minyak Jarak 1,477 25oC 40oC Gigi Industri
Formil hidroksi ester 1,465 Standar AGMA
Propionil hidroksi ester 1,475 Formil hidroksi ester 846,8 787,4 Pelumas No. 8
Propionil hidroksi ester 3108,0 2890,0 Pelumas No. 10
DAFTAR PUSTAKA
Asadauskas, S., Perez, J.M., & Duda, J.L. 1996. Effendy. 2006. Teori Vsepr, Kepolaran dan Gaya
Oxidative stability and antiwear properties of Antarmolekul. Penerbit: Bayumedia
high oleic vegetable oils. Lubr.Eng., 52(12), Publishing.
877–882.
Gawrilow I .2004. Vegetable oil usage in lubricants.
Brian, R.M., Brajendra, K.S., Kenneth, M.D., &
Loredana P. P, Bandur, C., Vlase, G., Gabriela.
Sevim, Z.E. 2007. Diester From Olei Acid:
2008. Basestock Oils for Lubricants from
Syntesis, Low Temperature Properties, and
Mixtures of Corn Oil and Synthetic
Oxidation Stability. JOCS, Journal of The
Diesters. Journal of the American Oil
American Oil Chemists’ Society.
Chemists' Society v.85 no.1 pp. 93-94.
Champaign: Juli 2007. Vol. 84, Iss. 7; pg.
675, 6 pgs. Stability. Journal of The American Oil Chemists
Society, Vol. 84.Iss.7.pp.675.
8
Parlan, dkk., Sintesis dan Karakterisasi Senyawa-senyawa Hidroksi Ester Minyak Jarak Cina...
Ogunniyi, D.S. 2006. Castor Oil: a Vital Industrial Sutiah, K., Soffan, F., & Wahyu, S.B. 2008.
Raw Material.Bioresour. Technol, 97: 1086- Studi Kualitas Minyak Goreng dengan
1091. Parameter Viskositas dan Indeks Bias.
Randles, S.J. & Wright M. 1992. Environmentally ISSN:1440-9662. Berkala Fisika, 11(2),
considerate ester lubricants for automotive 53-58.
and engineering industries. J. Synth.Lubr., 9, Van Arnum P. Analysts say oil at $50 per barrel is
145-161. possible. Chem. Market Rep., 266, 1-2.
Rhee, I. S. 1996. Evaluation of environmentally Viswanathan P. Oil price threat. Chem. Market Rep.,
acceptable hydraulicfluids. NLGI Spokesman, 267, 1.
60(5), 28-34.