Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TEORITIS
PADA PASIEN CA OVARIUM

Oleh :

Komang Ayu Trisna Oktaviani (17C10066)

Kadek Ayu Riska Citra Pratiwi (17C10067)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

DENPASAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS
PADA PASIEN KANKER OVARIUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun.
Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem
getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan
penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)
Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu :
(Smeltzer, 2001;1570)
a. Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
b. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
perluasan pelvis
c. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
d. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan
metastasis jauh

2. Epidemiologi
Penyakit kanker ovarium mempunyai kejadian sekitar 13,8 wanita per
100.000 sekitar 75 % dari kasus dideteksi pada tahap lanjut.Sebagian kasus
kanker ovarium mengenai wanita antara usia 50-59 tahun. insiden tertingginya
adalah di Negara-negara industri, kecuali jepang dan insidennya rendah.
(Smeltzer, 2001;1569)
3. Etiologi
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.
Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin
dan faktor genetik (Price, 2005;1297).
e. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam
lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu
dianggap mungkin menyebabkan kanker.
f. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang
nulipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang
lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak
meningkatkan resiko dan mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti
astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan
dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
g. Faktor genetik
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi
penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium.
4. Patofisologi
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada
rongga abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan
peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat
timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke
ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar
pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal
kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala
atau spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang
dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal
vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat
perdarahan dalam tumor,ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium
paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin.
Pathway (pohon masalah terlampir)

5. Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium
dikelompokkan dalam 3 kategori besar ( Price, 2005;1297) yaitu :
(Price, 2005;1297)
a. Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium
dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas dan ganas
b. Tumor stroma gonad
c. Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaiyu : tumor jinak
(kista dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel
germinal primitive ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik)
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive
ganas. Penting untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.
6. Gejala klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker
ovarium adalah sebagai berikut :
a. Haid tidak teratur
b. Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada
payudara
c. Menopause dini
d. Dispepsia
e. Tekanan pada pelvis
f. Sering berkemih dan disuria
g. Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak
pada perut, cepat kenyang dan konstipasi.
h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
skunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen (Smeltzer, 2001;1570)

7. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium
adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan
fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun
secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan
licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan
memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral.
Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih
mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan
nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan

8. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan
diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan
memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat
ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti
CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan
memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak
menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling
sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor
untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid
dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline
phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG).

9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang
a. Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor,
penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak
nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering
berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah
mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi
pleura dan asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu
diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium.
Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil
(kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya
menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan
terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang
tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia
kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi
peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45%
setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa
berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal.
b. Pemeriksaan fisik ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor.
Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian
posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan
rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat
tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada
rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum
dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin,
unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan
gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa
yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan
tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-
de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.
c. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam
menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan
akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat
ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih
seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi
akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian
tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari
ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling
sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun
sering disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya
petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP),
lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG).
10. Kemungkinan komplikasi
a. Torsi
d. Rupture kista
e. Perdarahan
f. Keganasan

11. Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara
lain :
(Smeltzer, 2001;1570)
 Pentahapan/pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang
digunakan untuk mengarahkan pengobatan
 Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal
total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum
(salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar
unruk penyakit tahap dini
 Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop
radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan
 Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya
termasuk cisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
 Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara
pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk
berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini.
Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan
mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini
sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor
granulosit koloni stimulating)
 Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Identitas pasien
b. Status kesehatan saat ini, yang meliputi :
1) Alasan kunjungan/keluhan utama, faktor pencetus, lamanya keluhan,
timbulnya keluhan, upaya yang telah dilakukan
2) Riwayat Keperawatan, meliputi :
a) Riwayat obstetrik : riwayat menstruasi (menarche, banyaknya,
HPHT, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu)
b) Riwayat keluarga berencana : apakah melaksanakan KB, Jenis
kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan menggunakan
kontrasepsi, masalah yang terjadi
c) Riwayat kesehatan : penyakit yang pernah dialami ibu, pengobatan
yang didapat, riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat lingkungan : kebersihan, faktor lingkungan yang
membahayakan
e) Aspek psikososial : persepsi ibu tentang keluhan/penyakitnya
f) Kebutuhan dasar Khusus
1. Pola nutrisi : kaji frekuensi makan, nafsu makan, jenis
makanan rumah, makanan yang tidak disukai
2. Pola eliminasi : kaji pola BAK (frekuensi, warna, keluhan saat
BAK), pola BAB (frekuensi, warna, keluhan saat BAB)
3. Pola personal hygiene : kaji oral hygiene, kebersihan rambut,
kebersihan tubuh
4. Pola istirahat dan tidur : Kaji lama tidur, kebiasaan sebelum
tidur, keluhan saat tidur
5. Pola aktivitas dan latihan
6. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan
darah, respirasi, berat badan
a) Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata,
konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi.
b) Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus,dll.
c) Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan
d) Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae
e) Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan
otot bantu pernafasan
f) Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan
bunyi jantung, sakit dada
g) Abdomen : kaji adanya asites
h) Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis
i) Ekstremitas : kaji turgor kulit
4) Data penunjang
a) Laboratorium
b) USG
c) Rontgen
d) Terapi yang didapat

2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah
akibat kanker metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan produksi darah
3. Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaannya
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan volume darah
(anemia, tromositopenia, kemoterapi)
5. Ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan
struktur, fungsi organ, penyakit atau terapi medis
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, terapi
penyakit kanker (terapi radiasi)
7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus
gastrointestinal
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor psikologis (mis. Stress, keengganan
untuk makan)
9. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
kapasitas kandung kemih
10. Distress spiritual berhubungan dengan kondisi penyakit kronis
3. Intervensi Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut NOC NIC


a. Pain Level Pain Management
b. Pain Control
a. Lakukan pengkajian
c. Comfort Level
nyeri secara
Kriteria Hasil :
komprehensif
a. Mampu mengontrol
termasuk lokasi,
nyeri (tahu penyebab
karakterisitik, durasi,
nyeri, mampu
frekuensi, kualitas
menggunakan teknik
dari faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk
b. Kontrol lingkungan
mengurangi nyeri,
yang dapat
mencari bantuan)
mempengaruhi nyeri
b. Melaporkan bahwa
seperti suhu ruangan,
nyeri berkurang
pencahayaan dan
dengan menggunakan
kebisingan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali c. Kurangi faktor
nyeri (skala, presipitasi nyeri
intensitas, frekuensi, d. Pilih dan lakukan
dan tanda nyeri) penanganan nyeri
d. Menyatakan rasa (farmakologi,
nyaman setelah nyeri nonfarmakologi, dan
berkurang interpersonal)
e. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
f. Tingkatkan istirahat
g. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analagesic
Administration

a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat.
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi.
c. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
d. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal.
e. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan
perifer a. Circulation status Peripheral sensation
b. Tissue perfusion : managemant
(manajemen sensasi
cerebral
perifer)
Kriteria Hasil:
a. Monitor adanya
Mendemonstrasikan
daerah tertentu yang
status sirkulasi yang
ditandai dengan : hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/
a. Tekanan sistole dan
tumpul
diastole dalam rentang
b. Monitor adanya
yang diharapkan
paretese
b. Tidak ada ortostatik
c. Instruksikan
hipertensi
keluarga untuk
c. Tidak ada tanda – tanda
mengobservasi kulit
peningkatan tekanan
jika ada isi atau
intrakranial (tidak lebih
laserasi
dari 15 mmHg)
d. Gunakan sarung
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif tangan untuk
yang ditandai dengan: proteksi

a. Berkomunikasi dengan e. Batasi gerakan pada

jelas dan sesui dengan kepala, leher dan

kemampuan punggung

b. Menunjukan perhatian, f. Monitor

konsentrasi dan orientasi kemampuan BAB

c. Memproses informasi g. Kolaborasi


d. Membuat keputusan kemampuan
dengan benar analgetik
Menunjukkan fungsi h. Monitor adanya
sensori motori cranial tromboplebitis
yang utuh: tingkat i. Diskusikan
kesadaran membaik, mengenai penyebab
tidak ada gerakan perubahan sensasi
gerakan involunter
3. Ansietas NOC NIC

a. Anxiety Self-control Anxiety Reduction


b. Anxiety Level (penurunan
kecemasan)
c. Coping
Kriteria Hasil : a. Gunakan
pendekatan yang
a. Klien mampu
menenangkan.
mengidentifikasi dan
b. Pahami perspektif
mengungkapkan
pasien terhadap
gejala cemas.
situasi stres.
b. Mengidentifikasi,
c. Temani pasien
mengungkapkan, dan
untuk memberikan
menunjukkan teknik
keamanan dan
untuk mengontrol
mengurangi takut.
cemas.
d. Identifikasi tingkat
c. Vital sign normal.
kecemasan.
d. Postur tubuh,
e. Dorong pasien
ekspresi wajah,
untuk
bahasa tubuh dan
mengungkapkan
tingkat aktivitas
perasaan,
menunjukkan
ketakutan,
berkurangnya
persepsi.
kecemasan.
f. Instruksikan psien
menggunakan
teknik relaksasi.
g. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan.
4. Resiko perdarahan NOC NIC

a. Blood lose severity Bleeding Precautions


b. Blood koagulation a. Monitor ketat tanda-
Kriteria hasil: tanda perdarahan
a. Tidak ada hematuria b. Catat nilai HB dan
dan hematemesis HT sebelum dan
b. Kehilangan darah yang sudah terjadinya
terlihat perdarahan
c. Tekanan darah dalam c. Monitor nilai lab
batas normal (koagulasi) yang
d. Tidak ada perdarahan meliputi PT, PTT,
pervagina trombosit
e. Tidak ada distensi d. Monitor TTV
abdominal e. Pertahankan bed
rest selama
perdarahan aktif
f. Kolaborasi
pemberian produk
darah (platelet atau
fresh frozen plasma)
5. Gangguan citra NOC NIC
tubuh
a. Body image Body Image
b. Self esteem Enhancement

Kriteria hasil: a. Kaji secara verbal

a. Body image positif dan non verbal


respon klien
b. Mampu terhadap tubuhnya
mengidentifikasi b. Monitor frekuensi
kekuatan personal mengkritik dirinya
c. Mendeskripsikan c. Jelaskan tentang
secara faktual pengobatan,
perubahan fungsi perawatan,
tubuh kemajuan dan
d. Mempertahankan prognosis penyakit
interaksi sosial d. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
e. Identifikasi arti
pengurangan
melalui pemakaian
alat bantu
f. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok
kecil
6. Konstipasi NOC NIC

a. Bowel elimination Constipation/


b. Hydration Impaction
Management
Kriteria hasil
a. Monior tanda dan
a. Mempertahankan
gejala konstipasi
bentuk feses lunak
b. Monitor bising usus
setiap 1-3 hari
c. Monitor feses:
b. Bebas dari ketidak
frekuensi,
nyamanan dan
konsistensi, dan
konstipasi
volume
c. Mengidentifikasi
d. Konsultasi dengan
indikator untuk
mencegah konstipasi dokter tentang
d. Feses lunak dan penurunan dan
berbentuk peningkatan bising
usus
e. Monitor tanda dan
gejala ruptus usus/
prioritas
f. Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi
tindakan terhadap
pasien
g. Identifikasi faktor
penyebab dan
kontribusi konstipasi
h. Dukungan intake
cairan
i. Kolaborasikan
pemberian laksatif
j. Pantau tanda-tanda
dan gejala konstipasi
k. Pantau tanda-tanda
dan gejala impaksi
l. Memantau gerakan
usus, termasuk
konsisten frekuensi,
bentuk, volume, dan
warna
m. Membantu bising
usus
7 Ketidakseimbangan NOC Nutrition management
nutrisi kurang dari
a. Nutrisional status : a. Berikan makanan
kebutuhan tubuh b. Nutrisional status : terpilih sudah
fluid intake dikonsultasikan
c. Nutrisional status : dengan ahli gizi
nutrient intake b. Monitor adanya
d. Weight control penurunan berat
Kriteria Hasil: badan

a. Adanya peningkatan c. Anjurkan pasien

berat badan sesuai untuk meningkatkan

tujuan intake FE

b. Berat badan ideal Nutrition monitoring


sesuai dengan tinggi d. Monitor kalori dan
badan intake nutrisi
c. Mampu e. Berat badan pasien
mengidentifikasi dalam batas normal
kebutuhan nutrisi f. Memonitor mual
d. Tidak adanya tanda dan muntah
mal nutrisi
e. Menunjukan
peningkatan fungsi
pengecapan menelan
f. Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti

8 Gangguan eliminasi NOC NIC


urine
a. Urinary elimination Urinary retention care
b. Urinary contiunence a. Lakukan penilaian
Kriteria Hasil : kemih yang
a. Kandung kemih kosong komperfensif yang
secara penuh berfokus pada
b. Tidak ada residu urine > inkontinensia
100-200 cc (output, urine, pola
c. Intake cairan dalam berkemih, fungsi
rentang normal kognitif, dan
d. Bebas dari ISK masalah kencing pra
e. Tidak ada spasme eksisten )
bladder b. Pantau penggunaan
f. Balance cairan seimbang obat dengan sifat
antikolinergik.
c. Monitor efek dari
obat obatan yang
diresepkan, seperti
kalsium channel
blockers dan
antikolinergik
d. Memantau asupan
dan keluaran cairan
e. Memantau tingkat
distensi kandung
kemih dengan
palpasi dan perkusi
f. Menerapkan
katerisasi intermiten
9 Distress spiritual NOC NIC

a. Ansietas kematian Spiritual support


b. Konflik pembuatan a. Gunakan
keputusan komunikasi
c. Koping, terapiutik untuk
ketidakefektifan membangun
d. Distress spiritual, resiko kepercayaan dan
kepedulian empatik
Kriteria Hasil : b. Manfaatkan alat

a. Mampu mengontrol untuk memonitor

kecemasan dan mengevaluasi

b. Mampu mengontrol kesehatan rohani

tingkat depresi dan level c. Prilakukan individu


stress dengan bermartabat

c. Mampu memproses dan hormat

informasi d. Mendorong pratinjau

d. Penerimaan atau hidup melalui

kesiapan menghadapi kenangan

kematian e. Dorong partisipasi

e. Bepartisipasi dalam dalam interaksi

pengambilan keputusan dengan anggota

untuk mendapatkan keluarga, teman dll.

pelayanan kesehatan f. Sediakan privasi dan

f. Penerimaan terhadap cukup waktu untuk

status kesehatan kegiatan spiritual

g. Mampu beradaptasi g. Ajarkan metode

terhadap hospitalisasi relaksi, dan meditasi.

h. Psikososial penyesuaian: h. Anjurkan kunjungan


perubahan hidup oleh penasehat

i. Kesehatan spiritual spiritual individu

j. Menunjukan harapan i. Sediakan musik

arti hidup spiritual, sastra, atau

k. Terlibat dalam program radio atau

lingkungan sosial tv ke individu

4. Implementasi Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium


Proses implementasi/pelaksanaan merupakan langkah keempat yang
dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan dalam
rencana tindakan keperawatan. Pada pelaksanaan rencana tindakan
terdapat jenis tindakan yaitu tindakan observasi, nursing threatment,
edukasi dan kolaborasi.

5. Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Dengan Kanker Ovarium


Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang mana evaluasi
ditulis dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif,
Assessment, Planning).
DAFTAR PUSTAKA

Garcia,Agustin.2010.KankerOvarium,(online),
(http://emedecine.medscape.com./article/433779-overview, diakses pada
tanggal 1 Mei 2010)
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9 Jakarta : EGC
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 - 2006 Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika
Nettina,Sandra M.2001.Pedoman Praktek Keperawatan.Jakarta : EGC
Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi
6. Jakarta : EGC
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai