PENGERTIAN
Kesehatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata “Health” yang saat ini tidak hanya
berarti terbebasnya seorang dari penyakit namun memiliki makna sehat secara fisik, mental
maupun sosial.
Sedangkan keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu “Safety” dan pada umumnya
dihubungkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa kecelakan (accident) atau
nyaris celaka (near-miss).
Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja di dasari atas 3 pendekatan yaitu :
Pendekatan Filosofi :
keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah atau rokhaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil
dan makmur.
Pendekatan Ilmiah :
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan suatu bidang keilmuan dimana kajian –
kajiannya tidak hanya terbatas pada ilmu kesehatan dan keselamatan namun juga melakukan
pengkajian terhadap ilmu – ilmu lain seperti : Higine industri, ergonomi, human faktor,
epidomologi, statistik, kedokteran, rekayasa , kimia, toksikologi, manajemen, hukum, sosial ,
perilaku dan lain – lain.
Pendekatan Praktis :
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan kajian – kajian praktis yang membahas
mengenai upaya – upaya yang ditempuh untuk melakukan pencegahan atau memperkecil
timbulnya bahaya – bahaya (Hazard) dan resiko (Risk) terjadinya penyakit dan juga
kecelakaan.
30 menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
Sedangkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan, menyebutkan adanya baku tingkat kebisingan yang berbeda di setiap
jenis tempat berdasarkan peruntukannya, antara lain dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Menurut Menteri Lingkungan Hidup, kebisingan yang dihasilkan dari usaha atau
kegiatan manusia memberikan dampak yang dapat mengganggu kesehatan manusia, makhluk
lain dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap
kebisingan untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Hal serupa pun dilakukan oleh Menteri Kesehatan yang mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No.718 tahun 1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan
menyatakan pembagian wilayah dalam empat zona, sebagai berikut :
Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan
atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 – 45 dB.
Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka kebisingan 45 – 55
dB.
Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan
sekitar 50 – 60 dB.
Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat
kebisingan 60 – 70 dB.
Alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah sound level
meter. Alat ini bekerja secara manual tanpa memori penyimpan data. bentuknya dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
Sound Level Meter
Bisa juga menggunakan alat yang canggih dan mampu menyimpan data, yaitu noise logging
dosimeter. Namun alat ini menuntut keahlian khusus untuk menggunakannya, termasuk untuk
menentukan titik pengukurannya.
DAMPAK KEBISINGAN
Kebisingan yang identik dengan bunyi yang mengganggu tersebut dapat menimbulkan
dampak yang negatif. Dampak kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua
berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan, antara
lain sebagai berikut :
a. Dampak kebisingan intensitas tinggi,
Umumnya menyebabkan terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat
menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat
permanen atau ketulian.
Secara fisiologi, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan
kesehatan seperti : meningkatnya tekanan darah dan tekanan jantung, resiko serangan
jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.
Reaksi emosional masyarakat, apabila kebisingan dari suatu proses produksi demikian
hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.
PENGENDALIAN KEBISINGAN
Kebisingan terjadi karena ada sumber bising, media pengantar (berbentuk materi atau
udara), dan manusia yang terkena dampak. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan
terhadap salah satu bagian di atas atau ketiga-tiganya. Tapi sebelum melakukan pengendalian
sebaiknya dilakukan dulu pengukuran.
Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan memodifikasi mesin atau
mereparasinya, dapat pula dengan menempatkan peredam pada sumber getaran. Tetapi
alternatif ini memerlukan penelitian intensif dan umumnya membutuhkan biaya yang tinggi.
Sedangkan pengurangan kebisingan pada media transmisi dapat dilakukan dengan memberi
pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau
melapisi dinding, plafon, dan lantai dengan bahan penyerap suara, seperti busa, ijuk, dll.
Apabila sumber kebisingannya lalu lintas, penanggulangannya bisa dengan membuat jalur
hijau dan penanaman pohon. Tanaman diyakini dapat mengurangi suara bising, walau sejauh
ini belum ada penelitian berapa besar tepatnya penurunan kebisingan oleh sebuah pohon.
Pengendalian kebisingan bisa juga dilakukan dengan memproteksi telinga dengan
menggunakan APD (alat pelindung diri). Ada tutup telinga (ear muff), ada juga sumbat
telinga (ear plug). Tutup telinga biasanya lebih efektif daripada sumbat telinga. Kalau tutup
telinga bisa menurunkan kebisingan antara 25 - 40 dB, kemampuan sumbat telinga lebih
kecil, tergantung bahannya. Sumbat karet dapat menurunkan kebisingan 18 - 25 dB. Apalagi
bahan cotton wool yang hanya menurunkan 8 dB. Gambar APD di atas dapat dilihat pada
gambar berikut :
Ear Muff
Ear Plug
Kebisingan kelihatannya wajar bagi sebagian orang, namun dampaknya bisa luar biasa jika
dibiarkan. Dampak yang paling terlihat adalah terganggunya indera pendengaran baik yang
sementara maupun permanen/ketulian. Dampak yang lainnya yaitu adanya gangguan
kesehatan seperti meningkatnya tekanan darah, penyebab penyakit jantung, gangguan
pencernaan, stres, depresi, dll. Masalah sosial juga dapat terjadi, sebagai akibat meningkatnya
emosi masyarakat karena merasa terganggu kenyamanannya. Selain itu, kebisingan juga
dapat menurunkan kinerja pekerja akibat timbulnya kelelahan dini, hilangnya konsentrasi dan
gangguan komunikasi. Menurunnya kinerja pekerja berdampak pada terganggunya
perekonomian negara. Untuk menghindari permasalahan di atas perlu dilakukan upaya
pengendalian terhadap kebisingan yang terjadi disertai dengan komitmen kuat dari semua
pihak yang terkait untuk melaksanakannya. Semoga bermanfaat.
Daftar pustaka: