SKENARIO 1
DARI B20 KE A15
BLOK PENGOBATAN RASIONAL
A. NURJAYANTI ILYAS
15120190077
KELOMPOK 4
Penggolongan obat TB
Golongan antimikobakterium yaitu golongan antibiotic dan kemoterapetika ini
aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk disini adalah obat-obatan anti
TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dalm
lain-lain.
Pedoman pelayanan kefarmasian untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA),
2006 dan farmakoterapi antiinfeksia/antibiotika, h. 6)
10. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan interaksi obat TB dengan HIV
Interaksi obat TB dan ARV yaitu:
a. Pemakaian obat HIV/AIDS seperti zidovudin kan meningkatkan terjadinya
efek toksik OAT.
b. Tidak ada interaksi yang umum untuk terapi OAT dan ARV untuk golongan
nukleosida kecuali didanosin yang harus diberikan selang 1 jam dengan OAT
karena berifat buffer antasida (Mulyadi, h. 129).
11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan efek samping dari TB dengan
HIV
A. TB
Isoniazid efek sampingnya merasakan kesemutan dan rasa terbakar di kaki
Rifampisin efek sampingnya tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut, dan
kemerahan pada air seni (urin).
Pirazinamid efek sampingnya Nyeri sendi
Streptomisin efek sampingnya Tuli, gangguan keseimbangan
Etambutol efek sampingnya gangguan penglihatan (Permenkes 67, 2016, h.
79-80).
B. HIV
NRTI : laktat asidosis dan hepatotoksik
NtRTI : Toksisitas ginjal
NNRTI : Hepatotoksisitas dan rash
PI : Ganggun metabolic ganda (insulin resistensi, hyperlipidemia, lipodistropi,
gangguan tulang, peningkatan perdarahan pada penderita hemophilia
(Pedoman pelayanan kefarmasian untuk orang dengan HIV/AIDS
(ODHA), 2006).
12. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor resiko TB dengan HIV
(Pharmaceutical care untuk penyakit tuberculosis, 2005, h. 14 dan petunjuk
teknis tata laksana klinis ko-infeksi TB-HIV, 2012, h. 62).
A. TB
Kepadatan droplet nuclei
Lamanya kontak dengan droplet nuclei
Kedekatan dengan penderita TB
Risiko terinfeksi TB sebagian besar adalah factor risiko external, terutama
factor lingkungan seperti rumah yang tak sehat, pemukiman padat dan
kumuh. Sedangkan risiko menjadi sakit TB, sebagian besar adalah factor
internal dalam tubuh penderita sendiri yang disebabkan oleh terganggunya
system kekebalan dalm tubuh penderita seperti kurang gizi, infeksi
HIV/AIDS, pengobatan dengan immunosupresan dan lain sebagainya.
B. HIV
Berganti-ganti atau memiliki lebih dari satu pasangan seksual
Penggunaan Napza suntik
Memiliki tindih berlebihan dan tato permanen
Memiliki riwayat infeksi menular seksual (IMS)
Memiliki jenis pekerjaan berisiko tinggi, misalnya orang yang karena
pekerjaanya berpindah-pindahtempat (supir, pelaut), migran, tuna wisma,
pekerja bar/salon, pekerja seks
Memiliki riwayat transfuse darah dan produk darah, transplantasi organ
tubuh
13. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan monitoring apa saja yang perlu
untuk pasien TB dengan HIV
Dilakukan monitoring klinis yang perlu dilakukan pada minggu ke 2, 4, 8, 12,
dan 24 minggu sesak memulai mengkonsumsi ARV kemudian dilakukan lagi
selama 6 bulan setelah pasien mencapai keadaan yang stabil, setiap melakukan
monitorning juga dilakukan penilaian klinis terkait tanda dan gejala efek samping
obat atau terjadinya gagal terapi, serta dilakukan konseling untuk membantu
pasien memahami pengobatan ARV dan dukungan kepatuhan.
Monitoring laboratorium yaitu memonitoring CD4 tiap 6 bulan atau lebih
sering jika terdapat indikasi yang tidak diinginkan (Petunjuk teknis tata laksana
klinis ko-infeksi TB-HIV, 2012, h. 86).
MATERI REFRESHING
1. HIV
Merupakan virus yang menyerang sel system kekebalan tubuh, virus HIV
dapat masuk kedalam darah dan bereplikasi di limfa.
Stadium perkembangan penyakit HIV
a. Stadium 1 (infeksi primer) HIV masuk ke dalam tubuh dan bersembunyi
b. Stadium 2 (laten klinik) tes darah spesifik menunjukkan bahwa orang itu
mempunyai antibody terhadap virus.
c. Stadium 3 (gejala konstitusional) gejala ini mulai timbul berupa
penurunan berat badan hebat, demam lama dan berkeringay hebat
pada malam hari, ruam kulit, dan diare terus menerus.
d. Stadium 4 (infeksi oportunistik) timbuh berbagai penyakit berbahaya
dan oada stadium ini orang dikatakan menderita AIDS.
Obat-obat antiretroviral
a. Inhibitor transkiptase balik nukleosid (zidovudin, didanosin, stavudin,
lamivudine)
b. Inhibitor transkiptase balik nonnukleosida (nevirapin, delavidin,
efevirens, tenofovir)
c. Inhibitor protease (sakunavir, indinavir, ritonavir, nelfinavir)
2. Tuberculosis
TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri M.Tuberculosis
dimana bakteri ini sangat kuat dan sulit untuk dibunuh karena memiliki
lapisan lipid yang tebal bias bertahan didahak selama 1 minggu, bakteri ini
bersifat dorman dimana dapat kembali sewaktu-waktu jika system imun
penderita rendah.
Jika pasien rongten berbayang dan nilai BTA nya negative maka tidak
langsung diberikan obat TB tetapi diberikan obat anti biotik lainnya selain
OAT.
Peraturan yang baru untuk pengobatan TB kategori sisipan dimasukkan
dalam kategori 2
Kombipak yaitu pemberian obat satu per satu karena pasien mengalami
alergi obat sedangkan FDC/KDT yaitu untuk meningkatkan kepatuhan
pasieen dalam meminum obat sehingga dibuatkan sediaan kapsul yang
berisi lebih dari satu macam obat didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Pedoman pelayanan kefarmasian untuk
orang dengan HIV/AIDS (ODHA), 2006.
Price, SA., Wilson, LM, 2006, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit,
Edisi VI: EGC, Jakarta, hal. 224-231.
Sudoyo, dkk, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi V: EGC, Jakarta,
hal. 2232-2236, 2865.