Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

“ASMA”
Kelompok III

DISUSUN OLEH :

SHERLY 516 19 011 204

ANUGRAH PRATIWI 513 19 011 078

NILA IKA IFANAWATI 513 19 011 077

JILKA PALAYANGAN 516 19 011 200

NURFITRIANA HASYIM 513 19 011 079

AYU MEILANNY TONI HARTONO 513 19 011 076

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan

tugas makalah “FARMAKOTERAPI II”. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu

selaku Dosen mata kuliah Imunologi yang telah memberikan tugas ini. Kami

sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenai tentang Imunologi. Kami juga menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh

dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,kami berharap adanya kritik, saran dan

usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu

yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah ini dapat

dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun

ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

Makassar, 30 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma...................................................................................3

B. Patofisiologi Penyakit Asma.................................................................3

C.  Tanda-tanda Penyakit Asma................................................................5

D. Penyebab Terjadinya Asma..................................................................6

E. Terapi Pentakit Asma...........................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................12

B. Saran ....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma saat ini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai
negara yang dapat menurunkan produktivitas serta menurunkan kualitas
hidup. Data Global Initiative for Asthma (GINA) pada tahun 2014,
diperkirakan sebanyak 300 juta manusia menderita asma. Data National
Center for Health Statistics of the Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) 2011 selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2009
menunjukkan proporsi penderita asma di segala usia meningkat setinggi
12,3%. Sedangkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi penyakit asma di Indonesia mencapai 4%. Hasil penelitian pada
anak sekolah usia 13 – 14 tahun dengan menggunakan kuesioner
International Study on Asthma and Allergy in Children (ISAAC) pada tahun
1995 menyatakan bahwa prevalensi asma 2,1%. Hasil survey asma pada anak
sekolah di beberapa kota besar seperti Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar menunjukkan prevalensi asma
pada anak SD usia 6 – 12 tahun berkisar 3,7% - 6,4%. Pada anak sekolah
tingkat SMP, prevalensi asma di Jakarta Pusat sebesar 5,8% pada tahun 1995.
Di Jakarta Timur prevalensi asma pada anak SMP mencapai 8,6% pada tahun
2001. Asma dapat mengenai semua ras dan etnik yang ada di dunia, dari usia
bayi hingga orang tua, dengan lebih banyak mengenai laki-laki dibandingkan
perempuan, tetapi setelah pubertas lebih banyak wanita dibandingkan dengan
pria. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, penurunan
produktivitas, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko
perawatan di rumah sakit, dan bahkan kematian. Meskipun pengobatan secara
efektif dapat menurunkan morbiditas karena asma, namun efektivitas hanya
tercapai jika penggunaan obat-obatan telah sesuai. Selain dikarenakan kurang
tepatnya tindakan pengobatan, faktor lain yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup penderita asma adalah rendahnya tingkat
pemahaman penderita tentang asma dan pengobatannya.
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Asma ?
2. Patofisiologi Penyakit Asma.
3. Bagaimana tanda-tanda Gejala Asma ?
4. Apa penyebab terjadinya Asma ?
5. Bagaimana terapi penyembuhan Penyakit Asma ?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui Penyakit Asma
2. Agar mengetahui Patofisiologi Penyakit Asma.
3. Agar mengetahui tanda-tanda Gejala Asma
4. Agar mengetahui penyebab terjadinya Asma
5. Agar mengetahui cara mencegah Penyakit Asma
6. Agar mengetahui cara mengobati pnyakit Asma 
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk membantu peneliti-peneliti lain
2. Menambah literatur pengetahuan
3. Untuk melatih diri agar terampil dalam menulis
4. Untuk menambah wawasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena
adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh
penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan
peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga
menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas dimana
banyak sel yang berperan terutama sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag,
neutrofil dan sel epitel. Individu yang rentan, proses inflamasi tersebut
menyebabkan wheezing berulang, sesak napas, dada rasa tertekan dan batuk
terutama malam hari dan atau menjelang pagi. Episode ini bervariasi dan
sering reversibel, baik spontan maupun dengan pengobatan. Hambatan aliran
udara pada asma disebabkan oleh berbagai perubahan dalam saluran napas
yaitu bronkokontriksi, edema saluran napas, hiperresponsif saluran napas dan
airway remodeling.

B. Patofisilogi Penyakit Asma


Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan
penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan brokus saja, sehingga
terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti beta agonis dan
golongan metil ksantin saja. Namu para ahli mengemukakan konsep baru
yang kemudian digunakan hingga kini, yaiu bahwa asam merupakan penyakit
inflamasi pada salurna nafas, yang diandai dengan bronkokontriksi, inflamasi,
dan respon yang berlebihan terhadap rangsangan (hyperressonsiveness).
Selain itu juga terdapa penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan
kecepatan aliran udara akibat penyempitan brokus. Akibatnya terjadi
hiperinflasi distal, perubahan mekanisme paru-paru, dan meningkatnya
4

kesulitan bernafas. Selain itu juga terjadi peningkatan sekresi mukus yang
berlebihan.
Secara klasik, asma dibagi dalam dua kategori berdasar faktor
pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergik dan asma intrinsik atau
idiosinkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan karena
menghirup alergen, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang memiliki
keluarga dengan riwayat penyakit alergi (baik eksim, utikaria, atau hey fever).
Asma intrinsik mengacu pada asma yang disebabkan karena faktor- faktor di
luar mekanisme imunitas, dan umumnya dijumpai pada orang dewasa.
Beberapa faktor yang dapat memicu tejadinya asma antara lain : udara dingin,
obat-obatan, stres, dan olahraga.
Seperti telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi saluran
nafas. Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu respon
inflamasi, baik pada asma ekstrinsik maupun intrinsik, tetapi karakteristik
inflamasi pada asma umunya sama, yaitu terjadinya infiltrasi eusinofil dan
limfosit serta terjadinya pengelupasan sel-sel epitelial pada saluran nafas dan
peningkatan permeabelitas mukosa. Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga
pada penderita asma yang ringan. Pada pasien yang meninggal karena
serangan asma, secara histologis terlihat adanya sumbatan (plugs) yang terdiri
dari mukus glikoprotein dan eksudat protein plasma yang memperangkap
debris ang berisi sel-sel epitelial yang terkelupas dan sel-sel inflamsi. Selain
itu terlihat adanya penebalan lapisan subepitelial saluran nafas. Respon
inflamasi ini terjadi hampir disepanjang saluran nafas, dari trakea sampai
ujung bronkiolus. Juga terjadi hiperplasia dari kelenjar-kelenjar sel goblet
yang menyebabkan hiperseksresi mukus yang kemudian larut menyumbat
saluran nafas.
Penyakit asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel
inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran nafas. Sel-sel
inflamasi utama yang turut berkontribusi pada rangkaian kejadian pada
serangan asma antara lain adalah sel mast, limfosit, dan eosinofil, sedangkan
mediator inflamasi utama yang terlibat dalam asma adalah histamin,
5

leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil (eosinofil chemotactic facor) dan


beberapa sitokin yaitu : interleukin (IL)-4, IL-5, dan IL-13.
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari
meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya rangsangan
dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian akan memicu
pelepasan berbagai senyawa endogen dari mast sel yang merupakan mediator
inflamasi yaitu histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil. Histamin dan
leukotrien merupakan bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktor
kemotaktik eosinofil bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil menuju
tempat terjadinya peradangan yaitu di bronkus.
C. Tanda-tanda Penyakit Asma

Setiap pengidap asma mungkin merasakan gejala yang berbeda


dengan intensitas nyeri yang berbeda pula. Bahkan,pemicu dan waktu
kekambuhan gejala juga dapat berbeda-beda mengalami serangan secara
berkala setiap hari, hanya di malam hari atau hanya setelah beraktvitas.
Berikut ini merupakan tanda dan gejala asma paling khas yang perlu
diwaspadai yaitu :

a. Mengi pada saat menghirup nafas


b. Riwayat batuk yang memburuk dimalam hari, dada sesak yang
terjadi berulang, dan nafas tersengal-sengal.
c. Hambatan pernafasan yang reversibel secara bervariasi selama
siang hari.
d. Adanya peningkatan pada saat olahraga, infeksi virus, eksposur
terhadap alergen, dan perubahan musim.
e. Terbangun malam-malam dengan gejalah-gejalah seperti diatas.
f. Gejala lain
Selain yang sudah disebutkan diatas, orang dengan kondisi ini
juga bisa memunculkan gejala seperti:
1. Badan lemas, lesu, dan tidak bertenaga.
2. Suara sengau.
3. Menghala napas terus-terusan.
6

3. Rasa gelisah yang tidak biasa.


D. Penyebab Terjadinya Asma
Asma yang terjadi pada anak-anak sangat erat kaitannya dengan alergi.
Kurang lebih 80% pasien asma memilki riwayat alergi. Asma yang muncul
pada saat dewasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti : adanya
sinusitis, polip hidung, sensitivitas terhadap aspirin atau obat-obat AINS, atau
mendapatkan picuan di tempat kerja. Di tempat-tempat kerja tertentu yang
banyak terdapat agen-egen yang dapat terhirup seperti debu, bulu binatang, dll,
banyak dijumpai orang yang menderita asma, yang disebut occupulational
asthma, yaitu asma yang disebabkan karena pekerjaan. Kelompok dengan
resiko terbesar perkembangan asma adalah anak-anak yang mengidap alergi
dan memilki keluarga dengan riwayat asma. Beberapa faktor risiko terjadinya
asma dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang menyebabkan berkembangnya asma
pada individu dan yang memicu terjadinya gejalah asma. Faktor yang perama
utamanya berasal dari faktor pasien, yang meliputi unsur genetik, obesitas dan
jenis kelamin.
Asma meiliki komponen herediter, dimana banyak gen yang terlibat
dalam perkembangan pathogenesis penyakit ini. Peneliian mengenai unsur
genetik yang terlibat pada pathogenesis asam berfokus pada 4 area besar,
yaitu : produksi IgE spesifik, ekspresi hiperresponsivitas salauran nafas,
pemebentukan mediator inflamasi seperti sitokin, chemokin, dan faktor
pertumbuhan : serta penentuan rasio respo imun limfosit Th1 dan Th2.
Obesitas juga merupakan faktor resiko terjadinya asma pada individu,
dimana kelebihan berat badan dan obesitas meningkatkan resiko kejadian asma
sampai 50%, baik pada pria maupun wanita.
Jenis kelamin merupakan faktor risiko berikutnya, dimana jenis kelamin
pria merupakan faktor risiko asma pada anak-anak. Pada anak-anak dibawah
umur 14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki hampir dua kali lipat dari
pada anak perempuan. Namun demikian, pada usia dewasa, kejadian asma
lebih banyak pada wanita dari pada pria, hal ini karena ukuran paru/saluran
nafas pada pria lebih kecil dari pada wanita pada saa kanak-kanak, tetaoi
menjadi lebih besar pada usia dewasa.
7

Fakor lingkungan lebih berperan dalam memicu kekambuhan asma.


Beberapa diantaranya adalah :
a. Alergi
Alergi dan asma saling berkaitan satu sama lain. sekitar 80% orang
dengan kondisi ini mengalami alergi seperti alegi debu, bulu binatang,
kecoa, hingga serbuk sari, dalam kasus yang kurang umum, alergi
makanan juga bisa jadi penyebab seseorang mengalami gelaja dari
penyakit pernapasan kronis ini.
b. Batuk
Batuk terus-terusan karena flu, rhinitis kronis, sinusitis atau
bronchi sering kali berujung pada asma. Oleh karena itu, bila anda
mengalimi batuk berkepanjangan, ada baiknya segera periksa ke dokter
spesialis paru-paru.
c. Olahraga terlalu berat
Aktivitas berat, termasuk olahraga, dapat memicu serangan asma
bagi beberapa orang ,biasanya kondisi ini lebih mudah dialami orang
yang memang sebelumnya sudah punya riwayat penyakit.
d. Paparan iritan
Paparan iritan seperti asap rokok, polusi udara, bahan kimia, atau
debu di tempat kerja dapat membuat saluran pernapasan anda lebih
reaktif terhadap zat di udara akibatnya anda akan lebih mudah untuk
mengalami penyakit peradangan saluran napas.
e. Obat-obat tertentu
Sejumlah obat-obatan seperti obat aspirin, paparan terhadap
senyawa sulfit, NSAID hingga obat penyakit jantung beta blocker dapat
memicu serangan asma, bahkan tak jarang efek samping obat-obatan
tersebut dapat berakibat fatal bagi orang dengan kondisi ini.
f. GERD
Data menyebutkan bahwa orang dengan penyakit ini dua kali lebih
rentan terkena GERD ketimbang mereka yang sehat. Mayo clinik
mengungkap GERD dapat membuat gejala asma memburuk dan asma
dapat memperburuk gejala GERD.
8

g. Penyebab lainya
Bau-bauan yang kuat, udara dingin, serta stress psikologi ternyata
juga dapat menjadi penyebab asma
E. Terapi Penyakit Asma
1. Terapi Non-farmakologi

Terapi non-farmakologi meliputi dua komponen utama, yaitu edukasi


pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma, dan
kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan. Berbagai pemicu serangan
antara lain adalah debu, polusi, merokok, olahraga, perubahan temperatur
secara eksrim dll, termasuk penyakit yang sering mempengaruhi kejadian
asma, seperti rinitis, sinusitis, gastro esophagal refluks disease (GERD),
dan infeksi virus.

Untuk memastikan macam alergen pemicu serangan pasien, maka


direkomendasikan untuk mengetahui riwayat penyakit kesehatan pasien
serta uji kulit (Skin test). Jika penyebab serangan sudah diindentifikasi,
pasien perlu diedukasi mengenai berbagai cara mencegah dan mengatasi diri
dalam serangan asma. Edukasi kepada pasien juga meliputi pengetahuan
tentang patogenesis asma, bagaimana mengenai pemicu asmanya dan
mengenal tanda-tanda awal keparahan gejala, cara penggunaan obat yang
tepat terutama teknik inhalasi yang benar, dan bagaimana memonitor fungsi
paru-parunya. Selain itu juga dapat dilakukan fisioterapi napas (senam
asma), vibrasi dan atau perkusi toraks, dan batuk yang efisien. Kegiatan
yang dapat dilakukan :

1. Bagun pagi sinar matahari dan udara pagi obat asma secara alamiah
karena pagi hari udara masih segar untuk kesehatan paru-paru.
2. Sangat penting untuk melakukan meditasi atau senam pernapasan guna
untuk melatih organ paru-paru yang terganggu.
3. Rajin membersihkan lingkungan agar terhindar dari debu yang dapat
mengganggu pernapasan.
4. Mengunjungi tempat yang memiliki udara yang bersih demi menguras
saluran pernapasan. Seperti taman dan pantai.
9

5. Serangan asma menyebabkan dehidrasi, jadi perbanyak minum air putih


agar pernapasan lancar kembali.
6. Gunakan masker ketika berada di luar ruangan, apabila di tempat-tempat
yang berpotensi terkena polusi udura.
7. Hindari memelihara hewan bebulu yang memicu serangan asma
mendadak akibat bulu yang beterbangan.
8. Olahraga renang sangat bagus melatih pernapasan, dan jauhi olahraga
yang berat yang memicu kelelahan.
2. Terapi Famakologi

Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan pengobatan


yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah kekambuhan.
Berdasarkan penggunaanya, maka oba asma terabagi dalam dua glongan
yaitu pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma dan
pengobatan cepat untuk mengatasi serangan akut asma.

a. Obat yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang antara lain :

1. Inhalasi Steroid

Untuk menjaga agar gejala asma tidak kambuh, dokter juga akan
memberikan pengobatan kortikosteroid. Obat ini berfungsi untuk
mencegah dan mengurangi peradangan di dalam saluran napas, obat
kortikosteroid yang digunakan untuk asma ini tersedia dalam bentuk
kortikosteroid hirup. Obat ini memberikan penecgahan jangka panjang
terhadap gejalah asma. Namun demikian, steroid inhalasi tidak efektif
untrk mengatasi seranagn akut. Contoh obat antara lain :
Beklametasone dipropinat, Budesonid, Flutikason

2. Agonis beta kerja lambat (long –acting beta-agonist)

Obat ini merupakan obat jenis bronkodilator yang berfungsi untuk


menjaga agar jalan napas tetap lapang dan tidak menyempit, obat ini
umumnya digunakan dengan cara dihirup, meski dapat dikonsumsi
obat ini tidak disarankan untuk dikonsumsi ketika serangan asma
10

sedang kambuh menyerang. Hal ini karena obat sesak napas jenis ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengahasilkan efek
melegakan pernapasan, oleh karena itu obat golongan agonis beta
bekerja lambat hanya digunakan untuk mencegah gejala asma.
Contoh obat : Salmeterol dan formeterol.

3. Penstabil sel mast

Obat-obat yag termasuk golongan penstabil sel mast adalah Sodium


kromoklikat atau kromolin dan nedokromil, yang merupakan obat
alternatif pada asma persisten ringan. Mereka diduga bekerja dengan
cara mencegah masuknya kalsium ke dalam sel mast. Diketahui
bahwa peningkatan kalsium intra sel sangat diperlukan untuk proses
degranulasi atau pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya
dari sel mast. Dengan mencegah masuknya kalsium, maka obat
tersebut dikatakan dapat menstabilkan sel mast sehingga tidak
melepaskan mediator-mediator yang terlibat dalam patofisiologi asma.

4. Pengubahan leukotrien (leukotrene modifiers)

Obat ini bekerja dengan cara mencegah alergi dan peradangan yang
dapat memyebabkan penyampitan saluran napas pada penderita asma.
Obat ini juga dapat mengurangi peradangan yang terjadi di saluran
pernapasan, sehingga membuat pernapasan lebih nyaman. Contoh
obat : montelukast, pranlukast, zafirlukast, zileuton.

5. Golongan metil ksantin

Obat golongan metil ksanin bekerja dengan menghambat enzim


fosfodiesterase, sehingga mencegah penguraian siklik AMP, sehingga
kadar siklik AMP intrasel meningkat. Hal ini akan merelaksasi otot
polos bronkus, dan mencegah pelepasan mediator alergi seperti,
histamin dan leukotren dari sel mast. Selain itu, metil ksantin juga
mengantagonis bronkokonstriksi yang disebabkan oleh prostaglandin
11

dan memblok reseptor adenosin. Contoh obat : teofiline, teobromin,


kafein.

b. Untuk pengobatan cepat sering digunakan.

1. Bronkodilator

a. Beta agonis aksi cepat

Pada terapi asma, obat golongan B2-adrenergik merupakan


brokodilator paling poten yang tersedia dan merupakan obat
penyelamat untuk melonggarkan jalan nafas pada serangan asma.
Obat ini bekerja dengan cara mengativasi adenilat siklase sehingga
meningkatkan kadar siklik AMP intrasel, dan merelaksasi otot
polos bronkus. Obat yang digunakan : salbutamol, terbutaline,
pirbuterol, levarbuterol, fennoterol.

b. Antikolinergik

Antikolinergik tidak direkomendasikan untuk diberikan secara


tunggal pada serangan akut asma, dan ia diberikan dalam
kombinasi dengan b-agonis pada keadaan serangan akut yang berat.
Contoh obat : ipratropium bromida, tiotropium bromida.

c. Metilksantin

2. Korikosteroid oral
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas dimana


banyak sel yang berperan terutama sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag,
neutrofil dan sel epitel. Individu yang rentan, proses inflamasi tersebut
menyebabkan wheezing berulang, sesak napas, dada rasa tertekan dan batuk
terutama malam hari dan atau menjelang pagi. Episode ini bervariasi dan sering
reversibel, baik spontan maupun dengan pengobatan. Hambatan aliran udara
pada asma disebabkan oleh berbagai perubahan dalam saluran napas yaitu
bronkokontriksi, edema saluran napas, hiperresponsif saluran napas dan airway
remodeling. Fakor lingkungan lebih berperan dalam memicu kekambuhan
asma. Beberapa diantaranya adalah alergi, batuk, olahraga terlau berat, paparan
iritan, infeksi, obat/bahan sensitizer, asap rokok, polusi udara.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca


agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu
saya juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa
berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.


Diakses 22 Juni 2012 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes
RI:http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.p
df
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 22 Juni 2012
dari USU digital library:
Prof. Zullies Ikawati, Ph. D, Apt., 2011.,Penyakit Sisem Pernafasan dan
Tatalaksana Terapinya., Yogyakarta.
www.ginasthma.org

13

Anda mungkin juga menyukai