Junk Food disebut makanan instan atau makanan cepat saji yang kini telah berkembang pesat
di persaingan perusahaan makanan di Indonesia. Makanan cepat saji dinilai sebagian orang
lebih efektif terhadap waktu dan mudah ditemukan. Tak hanya itu saja, makanan cepat saji
juga memiliki cita rasa yang lezat ditambah lagi harganya yang terjangkau.
Makanan cepat saji sudah lama mengundang kontroversi di negara kita karena terungkapnya
beberapa dampak buruk yang ia miliki. Dampak buruk itu disebabkan oleh kandungan zat-zat
berbahaya di dalam makanan instan seperti lilin yang ada pada mie instan. Tak berhenti di
situ, nyatanya di dalam makanan cepat saji terkandung bahan pengawet dan penyedap yang
kini disebut micin.
Fenomena kata micin kini mendadak kerap digunakan para remaja hingga dewasa bila
seseorang mengalami hal-hal yang kurang normal. Maksud dari hal kurang normal itu seperti
seseorang yang telat berpikir, lama menjawab bila diajak bicara dan lain sebagainya. Tak
dielakkan, makanan cepat saji memang mengandung zat berbahaya seperti yang telah
diungkapkan di atas.
2. Berdasarkan paragraf terakhir apa yang akan terjadi apabila lilih masuk ke dalam
tubuh?
A. Memperlambat proses pencernaan tubuh
B. Menghambat gejala stroke
C. Mengalami penyakit ginjal dengan durasi yang lama
D. Mengurangi nafsu makan
E. Menyebabkan makanan tidak tercerna oleh tubuh
Indonesia adalah suatu negara dengan iklim tropis yang terdiri atas ribuan pulau. Walaupun
daratan Indonesia tak seluas lautannya, hutan di Indonesia sangat banyak mulai dari ujung
Aceh yaitu Sabang hingga Merauke (Papua). Beberapa tahun terakhir kebakaran di Indonesia
kerap terjadi, hal itu disebabkan dua faktor yaitu faktor alam dan buatan (manusia).
Mengenai faktor alam memang tak ada yang dapat disalahkan, tetapi mengenai faktor buatan
yaitu manusia itulah hal yang perlu dievaluasi. Manusia kini telah kehilangan kesadarannya
hingga mereka melakukan hal-hal yang merugikan banyak pihak di antaranya merugikan
lingkungan hidup contohnya hutan. Hutan adalah habitat dari ribuan spesies makhluk hidup
yang saling bergantungan.
Maka dari itu, aksi manusia membakar hutan untuk memenuhi maksud dari dalam dirinya
sendiri memang perlu diadili. Alasan mereka melakukan pembakaran hutan beragam mulai
dari ingin membuka lahan tanam baru hingga berdirinya gedung-gedung bertingkat. Namun,
hal yang disayangkan yaitu betapa mereka tak memikirkan aneka flora dan fauna yang
tinggal di dalam hutan tersebut.
Flora dan fauna di dalam hutan akan melarikan diri bahkan akan mati hangus terbakar api
yang berkobar karena ulah manusia. Mereka akan kehilangan habitat aslinya dan akibat dari
hal tersebut yaitu larinya para satwa ke pemukiman penduduk. Mereka merasa tak lagi
memiliki rumah yang dapat mereka tempati sehingga jalan terakhir ialah lari ke pemukiman
warga sekitar.
Tak heran bila akhir-akhir ini kasus ditemukannya hewan liar seperti macan dan singa di
pemukiman warga sering dikabarkan. Seperti kata pepatah bahwa apa yang kita lakukan akan
berbalik ke diri sendiri, maka berbuatlah sesuatu yang baik. Sedangkan faktor alam dari
kebakaran hutan yaitu musim kemarau dan adanya sambaran petir saat hujan.
Musim memang tak dapat diprediksi manusia, sehingga bila musim kemarau tiba dengan
jangka waktu yang sangat panjang itu wajar. Namun, hal itu mempengaruhi keadaan hutan
karena hutan yang setiap hari disinari matahari terik dapat menimbulkan percikan api. Hal ini
juga serupa bila terjadi petir lalu petir tersebut menyambar suatu bagian hingga timbul
percikan api.
4. Kata berimbuhan yang salah yang digunakan dalam paragraf terakhir adalah
A. Menyambar
B. Mempengaruhi
C. Menimbulkan
D. Diprediksi
E. Disinari
Fenomena alam yang berujung menjadi bencana menjadi kejadian langganan di Indonesia.
Sepanjang 2018, ribuan manusia tercatat menjadi korban dari sederet peristiwa alam seperti
gempa bumi, abrasi tsunami, puting beliung, banjir, dan seterusnya.
Catatan Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jumlah korban
meninggal dunia dan hilang akibat bencana alam (per 27 Desember 2018, pukul 08.00 WIB)
mencapai 4.773 jiwa. Sementara, pada tahun sebelumnya berjumlah 378 jiwa.
Padahal, jumlah kejadian bencana pada 2018 lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya,
yakni 2.532 kejadian berbanding 2.862. Ada satu kejadian bencana yang tidak terjadi pada
2017 tetapi muncul pada 2018 dengan kekuatan yang sangat dahsyat, yakni gempa bumi
disertai tsunami dan satu fenomena langka: likuefaksi.
Peristiwa ini terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, 29 September 2018. Sekitar
2.200 orang dilaporkan meninggal dunia dan ribuan lainnya menghilang. Peristiwa ini yang
kemudian membuat jumlah korban bencana alam pada 2018 melonjak drastis dibanding
2017. Selain itu, pada tahun ini juga terjadi peristiwa seperti gempa bumi di Lombok, Nusa
Tenggara Barat (NTB), yang merenggut korban hingga kisaran 321 jiwa.
Begitu juga dengan kejadian erupsi Gunung Anak Krakatau yang menimbulkan tsunami di
Selat Sunda, 22 Desember 2018. Sampai Sabtu (28/12/2018), sebanyak 426 jiwa meninggal
dunia dari kejadian ini. Kendati gempa bumi, tsunami, likuefaksi, dan erupsi gunung berapi
memakan korban terbanyak, mayoritas bencana yang terjadi pada 2018 didominasi oleh
puting beliung dengan 785 kejadian, disusul banjir dengan 667 kejadian, dan tanah longsor
sebanyak 446 kejadian.
10. Berdasarkan teks di atas, alasan apa yang paling memungkinkan terjadinya lebih
banyak korban pada tahun 2018?
A. Terjadi lebih banyak bencana pada tahun 2018
B. Terjadi bencana skala besar pada 2018
C. Jumlah populasi yang lebih banyak pada tahun 2018
D. Kurangnya antisipasi dari masyarakat
E. Kurang memadainya pelayanan masyarakat
11. Berdasarkan grafik di atas, selisih jumlah terjadinya bencana terbanyak antara
tahun 2017 dan 2018 terdapat pada bencana….
A. Puting beliung
B. Banjir
C. Gempa bumi
D. Tanah longsor
E. Kekeringan
12. Berdasarkan teks di atas, bencana apa yang paling banyak memakan korban jiwa
pada tahun 2018 atau 2017?
A. Banjir
B. Longsor
C. Tsunami
D. Letusan gunung berapi
E. Puting beliung
A. Pernyataan (1) SAJA cukup untuk menjawab pertanyaan, tetapi pernyataan (2) SAJA
tidak cukup
B. Pernyataan (2) SAJA cukup untuk menjawab pertanyaan, tetapi pernyataan (1) SAJA
tidak cukup
C. DUA pernyataan bersama-sama cukup untuk menjawab pertanyaan, tetapi SATU
pernyataan SAJA tidak cukup
D. Pernyataan (1) SAJA cukup untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan (2) SAJA
cukup
E. Pernyataan (1) dan (2) TIDAK cukup untuk menjawab pertanyaan.
1. Y = 70
2. X = Y
A. Pernyataan (1) SAJA cukup untuk menjawab pertanyaan, tetapi pernyataan (2) SAJA
tidak cukup
B. Pernyataan (2) SAJA cukup untuk menjawab pertanyaan, tetapi pernyataan (1) SAJA
tidak cukup
C. DUA pernyataan bersama-sama cukup untuk menjawab pertanyaan, tetapi SATU
pernyataan SAJA tidak cukup
D. Pernyataan (1) SAJA cukup untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan (2) SAJA
cukup
E. Pernyataan (1) dan (2) TIDAK cukup untuk menjawab pertanyaan.
15. Manakah di bawah ini yang memiliki lebih besar sama dengan (>=) 6 sisi?
A. Limas segitiga
B. Tabung
C. Prisma segitiga
D. Prisma segiempat
E. Limas segiempat
A. 9
B. 11
C. 8
D. 10
E. 12
A. 3 & 81
B. 2 & 78
C. 2 & 120
D. 1 & 81
E. 1 & 144
A. 24
B. 26
C. 28
D. 29
E. 30