Disusun oleh :
NIM : 191430026
Kelas : TMK 1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul
“LAPORAN PRAKTIKUM PERALATAN LISTRIK KILANG” Pada makalah ini saya
mengambil banyak referensi dari berbagai sumber dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
Penyusun
2
Daftar Isi
Cover……………………………………………………………………………………………1
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...2
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..3
Bab I
Analisis Kode Warna……………………………………………………………………………4
Bab II
Pengukuran Tegangan Dan Arus Pada Resistor Seri, Paralel, Dan Seri-Paralel………………..9
Bab III
Rangkaian Resistor Seri, Paralel, Seri-Paralel………………………………………………….17
Bab IV
Resistor Hubung Seri-Paralel…………………………………………………………………..24
Bab V
Pengukuran Arus, Tegangan, Daya, Dan Cos Pada Beban R-L-C Pada Sumber Listrik AC….27
Bab VI
Rangkaian Instalasi Saklar Tukar……………………………………………………………....37
Bab VII
Start Dan Stop Generator………………………………………………………………………43
Bab VIII
Konstruksi Dan Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Phasa…………………………………………49
Bab IX
Kesimpulan…………………………………………………………………………………….58
Saran…………………………………………………………………………………………...58
Penutup………………………………………………………………………………………...58
3
BAB I
I. Tujuan
1. Mengetahui kode warna resistor.
2. Menganalisis nilai resistor pada kode warna yang benar.
3. Menentukan nilai resistor berdasarkan kode warna dengan benar.
4. Mengukur besarnya nilai resistor.
5. Menghitung besarnya hambatan pada sebuah resistor sesuai dengan kode warna.
4
Adapun standar kode warna resistor ditetapkan oleh EIA-RS-279. Berdasarkan
standarEIA-RS-279, kode warna pada sebuah resistor terdiri dari 3 jenis, yaitu resistor
dengan 4 kode warna, 5 kode warna, hingga 6 kode warna.
Berdasarkan bentuk serta proses pemasangannya pada PCB, maka resistor sendiri dibagi
kedalam dua jenis, yaitu :
1. Komponen Axial / Radial
2. Komponen Chip
Adapun perbedaan mendasar dari keduanya adalah pada pembacaan nilai resistor.
Pada komponen Axial / Radial, nilai resistor diwakili oleh barisan kode warna tertentu
yang melingkari diameter resistor sehingga diperlukan pengetahuan dalam membaca
kode warna tersebut. Sedangkan pada komponen Chip, nilai resistor umumnya diwakili
oleh kode tertentu (bisa berupa angka), sehingga lebih mudah membacanya.
Selain dengan membaca secara langsung nilai resistor, cara mudah untuk membaca
resistor adalah dengan dengan menggunakan peralatan multimeter atau ohm meter.
5
Berikut aturan pembacaan kode warna resistor dengan 4 pita warna :
Gelang pertama adalah digit pertama dari nilai tahanan.
Gelang kedua adalah digit kedua.
Gelang ketiga adalah perpangkatan sepuluh / multiplier.
Gelang keempat adalah nilai toleransi dari tahanan.
Contoh pembacaan :
6
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai dari resistor tersebut adalah
V. Langkah Kerja
1. Siapkan 5 buah resistor.
2. Siapkan multimeter dan atur untuk mengukur tahanan (ohm meter).
3. Tempelkan kabel + dan – multimeter pada tiap kawat resistor.
4. Tunggu hingga keluar hasil pada layar multimeter.
5. Bandingkan hasil nilai resistor dari tabel warna dengan hasil pengukuran menggunakan
multimeter.
VII. Analisa
Pada kesempatan ini diberikan 5 buah resistor dengan 4 pita warna. Berikut analisanya :
R1 mempunyai urutan pita MERAH – MERAH – MERAH – EMAS
R2 mempunyai urutan pita COKLAT – HITAM – COKLAT – EMAS
R3 mempunyai urutan pita ORANGE – ORANGE – ORANGE – EMAS
VIII. Kesimpulan
Nilai resistor antara hasil teori dengan hasil pengukuran menggunakan multimeter tidak
berbeda jauh.
8
IX. Lampiran
9
BAB II
I. TUJUAN
1. Mengukur tegangan dan arus pada resistor seri, paralel, dan seri paralel.
2. Menghitung besarnya tegangan dan arus.
3. Mengukur besarnya tegangan dan arus.
10
Rangkaian seri resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun
berderet. Apabila disusun seri maka nilai hambatan totalnya adalah jumlah dari semua nilai
resistor. Berikut gambar dari resistor yang dirangkai secara seri :
Untuk menghitung rangkaian seri pada resistor dapat menggunakan rumus berikut:
R total=R 1 + R 2 + R 3 +……
Dimana :
Rtotal : Total nilai resistor
R1 : Resistor ke-1
R2 : Resistor ke-2
R3 : Resistor ke-3
Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun
secara sejajar seperti anak tangga (paralel) lampu yang dipasang dirumah umumnya
merupakan rangkaian paralel. Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik,
dimana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu
sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian
listrik mengahabiskan biaya yang lebih banyak (kabel yang diperlukan lebih banyak).
Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan
susunan seri. Kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau dirusak, maka
komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Pada rangkaian resistor paralel
nilai resistor/resistansi total (RT) adalah lebih kecil dari salah satu resistor yang digunakan
untuk rangkaian resistor paralel nilai resistansi total (RT) dapat dirumuskan sebagai berikut
:
Untuk menghitung hambatan total rangkaian paralel resistor dapat menggunakan rumus :
11
Dimana :
Rtotal : Total nilai resistor
R1 : Resistor ke-1
R2 : Resistor ke-2
R3 : Resistor ke-3
Rn : Resistor ke-n
Rangakaian seri-paralel resistor adalah gabungan antara rangkaian seri resistor dan
rangkaian paralel resistor, dan menghitung nilai hambatan totalnya adalah dengan cara
menggunakan dua rumus diatas yaitu, rumus rangkaian seri resistor dan rumus rangkaian
paralel resistor.
12
RUMUS PERHITUNGAN
1. SERI
I1=I2=I3
V1=I.R1
V2=I.R2
V3=I.R3
∑V=V1+V2+V3
2. PARALEL
V=Tetap
I1=V1/R1
13
I2=V2/R2
I3=V3/R3
∑I=I1+I2+I3
3. SERI-PARALEL
IT=V/RT
IT=I1
I2=VP/R2
I3=VP/R3
V1=I.R1
V2=I.RP
V. LANGKAH KERJA
14
Gambar 1.2 Rangkaian Percobaan Resistor Paralel
Seri
R1 R2 R3 VS V1 V2 V3 IT
2,2 100
Hasil Teori 33 kΩ 12 0,748 0,034 11,22 0,00034
kΩ Ω
Hasil 2,1 100,5 32,48
12 0,753 0,035 11,27 0,001
Pengukuran kΩ Ω kΩ
Paralel
R1 R2 R3 VS IT I1 I2 I3
2,2 100 33 0,005
Hasil Teori 12 0,125 0,12 0,00036
kΩ Ω kΩ 4
Hasil 2,1 100, 32,48
12 0,129 0,006 0,121 0,001
Pengukuran kΩ 5Ω kΩ
15
Seri-Paralel
R1 R2 R3 Vs V1 V2 V3 IT I1 I2 I3
2,2 100 33 11.8 128, 0,005 0,005 0,0005
Hasil Teori 12 0,54 0,0000016
kΩ Ω kΩ 8 2 4 4 3
Hasil 2,1 100, 32,48 11,5 0,52 126,
12 0,005 0,003 0,08 0,00
Pengukuran kΩ 5Ω kΩ 3 8 9
VII. ANALISA
Pada rangkaian seri arus dan tegangannya sama antara teori dengan pengukuran,
sedangkan untuk rangkaian pararel tegangannya tetap yaitu 12V sedangkan rangkaian
seri pararel tegangan dan arusnya dalam hal ini V3 dan I2 mengalami perbedaan
antara hasil pengukuran dan teori. Dan untuk rangkaian seri – pararel juga tegangan
dan arusnya mengalami perbedaan.
VIII. KESIMPULAN
Pada rangkaian seri I = Tetap , rangkaian paralel V = Tetap.
Pada rangkaian Seri-Paralel I dan V berbeda-beda karena pada rangkaian ini seri dan
paralel digabungkan.. Hasil dari teori dan pengukuran berbeda-beda pada setiap
rangkaian karena teori tidak selalu sama dengan hasil nyata (pengukuran) , karena
pasti saja memiliki selisih.
IX. SARAN
Pada saat menggunakan peralatan pada saat praktikum terjadi kendala berupa alat
yang irasa masih kurang sehingga mahasiswa harus mengantri dan menunggu teman
yang lain
16
I. LAMPIRAN
BAB III
I. TUJUAN
1. Merangkai resistor secara paralel.
2. Menghitung besarnya resistor total.
3. Mengukur besarnya resistor total dengan multimeter.
17
II. KESELAMATAN KERJA
1. Rangkai percobaan dengan benar.
2. Operasikan multimeter sesuai dengan prosedur.
3. Tempatkan peralatan pada tempat yang aman.
Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun
secara sejajar seperti anak tangga (paralel) lampu yang dipasang dirumah umumnya
merupakan rangkaian paralel. Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik,
dimana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu
sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian
listrik mengahabiskan biaya yang lebih banyak (kabel yang diperlukan lebih banyak).
Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan
susunan seri. Kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau dirusak, maka
komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada rangkaian resistor paralel nilai resistor/resistansi total (RT) adalah lebih kecil dari
salah satu resistor yang digunakan untuk rangkaian resistor paralel nilai resistansi total
(RT) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Untuk menghitung hambatan total rangkaian paralel resistor dapat menggunakan rumus :
18
Dimana :
Rtotal : Total nilai resistor
R1 : Resistor ke-1
R2 : Resistor ke-2
R3 : Resistor ke-3
Rn : Resistor ke-n
Rangakaian seri-paralel resistor adalah gabungan antara rangkaian seri resistor dan
rangkaian paralel resistor, dan menghitung nilai hambatan totalnya adalah dengan cara
menggunakan dua rumus diatas yaitu, rumus rangkaian seri resistor dan rumus rangkaian
paralel resistor.
19
IV. BAHAN DAN PERALATAN
a. Peralatan
Multimeter Digital
Bread Board
Kabel
Tang Kombinasi
b. Bahan
Resistor
NO Volume Satuan
Teori Pengukuran
1 2,2 kΩ kΩ 1 Buah
2 100 Ω kΩ 1 Buah
3 33 kΩ kΩ 1 Buah
V. LANGKAH KERJA
a. Pasang resistor secara paralel di atas bread board seperti pada gambar.
20
Atur multimeter ke dalam pengaturan untuk mengukur hambatan (ohm
meter).
A. SERI
Tugas R1 R2 R3 Rtotal
22
B. PARALEL
Tugas R1 R2 R3 Rtotal
C. SERI – PARALEL
Tugas R1 R2 R3 Rtotal
VII. ANALISA
Rtotal dari setiap rangkaian berbeda-beda dan juga perbandingan antara hasil perhitungan
dan hasil pengukuran berbeda pada setiap rangkaian.
Selisih perbandingan rangkaian adalah :
Rangkaian seri 0,6 ; Rangkaian parallel 0,1 ; dan Rangkaian seri-paralel 0,03 adalah selisih
hasil perhitungan (teori) dengan hasil pengukuran.
23
VIII. KESIMPULAN
Dua buah resistor atau lebih apabila dihubungkan secara seri maka nilai hambatan
totalnya akan semakin kecil / berkurang.
Nilai hambatan total antara hasil teori dengan hasil pengukuran tidak berbeda jauh.
Hambatan total menggunakan multimeter lebih sedikit nilainya daripada secara teori
karena dipengaruhi oleh toleransi dari tiap resistor yang ada
Nilai R total secara teori = 37,685 kΩ
Nilai R total secara pengukuran = 37,055 kΩ
IX. LAMPIRAN
BAB III
24
I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini siswa dapat :
1. Merangkai instalasi listrik menggunakan saklar tukar.
2. Merangkai instalasi listrik menggunakan saklar seri.
3. Merangkai instalasi listrik menggunakan beban RLC.
4. Menghitung besarnya daya dan cos phi pada beban RLC.
5. Mengukur besarnya tegangan, arus, daya, dan cos phi pada beban RLC.
III.DASAR TEORI
Daya listrik adalah besarnya laju hantaran energi listrik yang terjadi pada suatu
rangkaian listrik. Dalam satuan internasional (SI) daya listrik adalah W (Watt) yang
menyatakan besarnya usaha yang dilakukan oleh sumber tegangan untuk mengalirkan
arus listrik tiap satuan waktu J/s (Joule/detik). Berikut ini adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung daya listrik :
Keterangan :
P = Daya (W)
W = Usaha (J)
t = Waktu (s)
25
Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan daya
aktif adalah W (Watt) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik
Wattmeter.
Daya aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), di mana tidak mengandung
induktor grafik gelombang tegangan (V) dan arus se fasa, sehingga besar daya
sebagai perkalian tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang yang keduanya
bernilai positif. Besarnya daya aktif adalah P. Sisa puncak dibagi menjadi dua untuk
mengisi celah-celah kosong sehingga kedua rongga terisi oleh dua puncak yang
mengisinya.
Keterangan :
P = Daya Aktif (W) = Tegangan
= Daya maksimum maksimum (V)
(W) V = Tegangan listrik
26
Daya aktif pada beban impedansi (Z), beban impedansi pada suatu rangkaian
disebabkan oleh beban yang bernilai resistansi (R) dan induktansi (L) maka
gelombang tegangan mendahului gelombang arus sebesar φ. Perkalian gelombang
tegangan dan gelombang arus menghasilkan dua puncak positif yang besar dan dua
puncak negatif yang kecil. Pergeseran sudut fasa bergantung pada seberapa besar
nilai dari komponen induktornya.
Keterangan :
P = Daya Aktif (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
Cos φ = Faktor daya
27
2. Daya Reaktif (Q)
Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet
atau daya yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif
adalah VAR (Volt Ampere Reaktif). Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan
dengan memasang kapasitor pada rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif.
Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik yang banyak menggunakan beban
berupa motor-motor listrik.
Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
Sin φ = Faktor reaktif
Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
V = Tegangan (V)
28
I =Arus listrik (A)
29
B. Segitia Daya
Keterangan :
P = Daya Aktif
Q = Daya Reaktif
S = Daya Semu
31
V. LANGKAH KERJA
1. Susunlah rangkaian pada gambar.
2. Hubungkan rangkaian dengan arus listrik AC.
3. Nyalakan Circuit Breaker.
4. Hidupkan stop kontak beban R-L-C.
5. Ukur tegangan determinal I.
6. Matikan saklar beban R-L-C.
7. Hidupkan saklar beban R dan ukur tegangan dan arusnya.
8. Matikan saklar beban R.
9. Hidupkan saklar beban L dan ukur tegangan dan arusnya.
10. Matikan saklar L.
11. Hidupkan saklar beban C dan ukur tegangan dan arusnya.
12. Matikan saklar C.
13. Hidupkan saklar beban R-L dan ukur tegangan dan arusnya.
14. Matikan saklar R-L.
15. Hidupkan saklar beban R-C dan ukur tegangan dan arusnya.
16. Matikan saklar R-C.
17. Hidupkan saklar beban L-C dan ukur tegangan dan arusnya.
18. Matikan saklar L-C.
19. Hidupkan saklar beban R-L-C dan ukur tegangan dan arusnya.
20. Matikan saklar R-L-C.
21. Catat hasil pengukuran tegangan dan arus lalu hitung daya tiap beban yang
digunakan.
32
VI. RANGKAIAN PERCOBAAN
33
VII. HASIL PENGAMATAN
Daya (W)
V I
No Reaktif
Beban (Volt) (Ampere) Nyata (W) Semu (VA)
(VAR) Cos θ
1 R 228 V 0,11 A 25,2 25,08 2,45 1,0
VIII. KESIMPULAN
1. Pada rangkaian listrik jika terdapat beban yang bersifat resistif dan induktif maka
daya yang dibutuhkan / memerlukan daya yang lebih besar daripada jika terdapat
beban berupa kondukor.
2. Jika beban R-L-C dialiri arus maka daya serta cos nya makin tinggi.
3. Terbukti bahwa lampu hemat energi benar-benar “hemat energi” karena hanya
membutuhkan daya yang kecil dibanding lampu biasa. Arus serta cos yang
didapat juga kecil.
34
IX. LAMPIRAN
35
36
37
38
39