Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM PERALATAN LISTRIK KILANG

Disusun oleh :

Nama : Pangeran Arya Z.N.N

NIM : 191430026

Kelas : TMK 1

Program Studi Teknik Mesin Kilang


Politeknik Energi dan Mineral Akamigas
Cepu – Jawa Tengah
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul
“LAPORAN PRAKTIKUM PERALATAN LISTRIK KILANG” Pada makalah ini saya
mengambil banyak referensi dari berbagai sumber dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Bandung, 20 April 2020

Penyusun

2
Daftar Isi

Cover……………………………………………………………………………………………1
Kata Pengantar………………………………………………………………………………...2
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..3

Bab I
Analisis Kode Warna……………………………………………………………………………4

Bab II
Pengukuran Tegangan Dan Arus Pada Resistor Seri, Paralel, Dan Seri-Paralel………………..9

Bab III
Rangkaian Resistor Seri, Paralel, Seri-Paralel………………………………………………….17

Bab IV
Resistor Hubung Seri-Paralel…………………………………………………………………..24

Bab V
Pengukuran Arus, Tegangan, Daya, Dan Cos Pada Beban R-L-C Pada Sumber Listrik AC….27

Bab VI
Rangkaian Instalasi Saklar Tukar……………………………………………………………....37

Bab VII
Start Dan Stop Generator………………………………………………………………………43

Bab VIII
Konstruksi Dan Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Phasa…………………………………………49

Bab IX
Kesimpulan…………………………………………………………………………………….58
Saran…………………………………………………………………………………………...58
Penutup………………………………………………………………………………………...58

3
BAB I

ANALISIS KODE WARNA RESISTOR

I. Tujuan
1. Mengetahui kode warna resistor.
2. Menganalisis nilai resistor pada kode warna yang benar.
3. Menentukan nilai resistor berdasarkan kode warna dengan benar.
4. Mengukur besarnya nilai resistor.
5. Menghitung besarnya hambatan pada sebuah resistor sesuai dengan kode warna.

II. Keselamatan Kerja


1. Operasikan multimeter sesuai dengan prosedur.
2. Tempatkan peralatan pada tempat yang aman.

III. Teori Dasar


Kode warna resistor, nilai resistor atau tahanan biasanya bisa di lihat dari kode warna
pada resistor tersebut. Warna tersebut biasanya berupa gelang atau pita. Ada resistor yang
memiliki 4 pita warna, ada yang 5 pita warna dan ada yang 6 pita warna.
Nilai tahanan resistor ini biasanya dengan satuan Ohm. Berdasarkan kemampuan daya
nya, resistor memiliki jenis 1/4 watt, 1/2 watt, 1 watt, 2 watt, makin besar nilai watt nya
makin besar ukuran resistor nya. Warna warna pada resistor sudah menjadi standar
internasional, atau sering kita dengar dengan istilah standart EIA ( Electronic Industries
Alliance ). 

4
Adapun standar kode warna resistor ditetapkan oleh EIA-RS-279. Berdasarkan
standarEIA-RS-279, kode warna pada sebuah resistor terdiri dari 3 jenis, yaitu resistor
dengan 4 kode warna, 5 kode warna, hingga 6 kode warna.

Berdasarkan bentuk serta proses pemasangannya pada PCB, maka resistor sendiri dibagi
kedalam dua jenis, yaitu : 
1. Komponen Axial / Radial
2. Komponen Chip

Adapun perbedaan mendasar dari keduanya adalah pada pembacaan nilai resistor.
Pada komponen Axial / Radial, nilai resistor diwakili oleh barisan kode warna tertentu
yang melingkari diameter resistor sehingga diperlukan pengetahuan dalam membaca
kode warna tersebut. Sedangkan pada komponen Chip, nilai resistor umumnya diwakili
oleh kode tertentu (bisa berupa angka), sehingga lebih mudah membacanya.
Selain dengan membaca secara langsung nilai resistor, cara mudah untuk membaca
resistor adalah dengan dengan menggunakan peralatan multimeter atau ohm meter.

Berikut table kode warna resistor :

5
Berikut aturan pembacaan kode warna resistor dengan 4 pita warna :
 Gelang pertama adalah digit pertama dari nilai tahanan.
 Gelang kedua adalah digit kedua.
 Gelang ketiga adalah perpangkatan sepuluh / multiplier.
 Gelang keempat adalah nilai toleransi dari tahanan.

Contoh pembacaan :

6
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa nilai dari resistor tersebut adalah

dengan Toleransi 10%.

IV. Bahan dan Peralatan


a. Alat Kerja
 Multimeter Digital
b. Bahan
 4 buah Resistor (gelang) yang berbeda dengan 3 jenis

V. Langkah Kerja
1. Siapkan 5 buah resistor.
2. Siapkan multimeter dan atur untuk mengukur tahanan (ohm meter).
3. Tempelkan kabel + dan – multimeter pada tiap kawat resistor.
4. Tunggu hingga keluar hasil pada layar multimeter.
5. Bandingkan hasil nilai resistor dari tabel warna dengan hasil pengukuran menggunakan
multimeter.

VI. Pengamatan / Tugas


1. Lakukan perhitungan nilai resistor sesuai dengan tabel warna yang sudah tertera
2. Ukurlah nilai resistor menggunakan multimeter
3. Bandingkan antara hasil teori dengan pengukuran
4. Tabel
7
Tabel.
Hasil
R C1 C2 C3 C4 Nilai
Pengukuran
Warna Merah Merah Merah Emas 2,2 kΩ 2,1 kΩ
R1
Nilai 2 2 102 5% Toleransi ±5% Toleransi ±5%
Warna Coklat Hitam Coklat Emas 100 Ω 100,5 kΩ
R2
Nilai 1 0 101 5% Toleransi ±5% Toleransi ±5%
Warna Orange Orange Orange Emas 33 kΩ 32,48 kΩ
R3
Nilai 3 3 103 5% Toleransi ±5% Toleransi ±5%

VII. Analisa
Pada kesempatan ini diberikan 5 buah resistor dengan 4 pita warna. Berikut analisanya :
 R1 mempunyai urutan pita MERAH – MERAH – MERAH – EMAS
 R2 mempunyai urutan pita COKLAT – HITAM – COKLAT – EMAS
 R3 mempunyai urutan pita ORANGE – ORANGE – ORANGE – EMAS

Nilai dari tiap resistor menurut tabel


 R1 = 2,2 kΩ Toleransi ±5%
 R2 = 100 Ω Toleransi ±5%
 R3 = 33 kΩ Toleransi ±5%

Nilai dari tiap resistor dengan pengukuran menggunakan multimeter


 R1 = 2,1 kΩ Toleransi ±5%
 R2 = 100,5 Ω Toleransi ±5%
 R3 = 32,48 kΩ Toleransi ±5%

VIII. Kesimpulan
 Nilai resistor antara hasil teori dengan hasil pengukuran menggunakan multimeter tidak
berbeda jauh.

8
IX. Lampiran

9
BAB II

PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS PADA RESISTOR SERI, PARALEL, DAN


SERI-PARALEL

I. TUJUAN
1. Mengukur tegangan dan arus pada resistor seri, paralel, dan seri paralel.
2. Menghitung besarnya tegangan dan arus.
3. Mengukur besarnya tegangan dan arus.

II. KESELAMATAN KERJA


1. Rangkai percobaan dengan benar.
2. Operasikan multimeter sesuai dengan prosedur.
3. Tempatkan peralatan pada tempat yang aman.

III. TEORI DASAR


A. Tegangan
Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik dan titik dalam rangkaian listrik
yang dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energy potensial dan
sebuah medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah
konduktor listrik.
B. Arus
Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan
elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu.
Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Jika kita
mempunyai benda bermuatan negatif berarti benda tersebut mempunyai kelebihan
elektron. Derajat termuatinya benda tersebut diukur dengan jumlah kelebihan
elektron yang ada.

10
Rangkaian seri resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun
berderet. Apabila disusun seri maka nilai hambatan totalnya adalah jumlah dari semua nilai
resistor. Berikut gambar dari resistor yang dirangkai secara seri :

Untuk menghitung rangkaian seri pada resistor dapat menggunakan rumus berikut:

R total=R 1 + R 2 + R 3 +……

Dimana :
Rtotal : Total nilai resistor
R1 : Resistor ke-1
R2 : Resistor ke-2
R3 : Resistor ke-3

Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun
secara sejajar seperti anak tangga (paralel) lampu yang dipasang dirumah umumnya
merupakan rangkaian paralel. Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik,
dimana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu
sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian
listrik mengahabiskan biaya yang lebih banyak (kabel yang diperlukan lebih banyak).
Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan
susunan seri. Kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau dirusak, maka
komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Pada rangkaian resistor paralel
nilai resistor/resistansi total (RT) adalah lebih kecil dari salah satu resistor yang digunakan
untuk rangkaian resistor paralel nilai resistansi total (RT) dapat dirumuskan sebagai berikut
:
Untuk menghitung hambatan total rangkaian paralel resistor dapat menggunakan rumus :

11
Dimana :
Rtotal : Total nilai resistor
R1 : Resistor ke-1
R2 : Resistor ke-2
R3 : Resistor ke-3
Rn : Resistor ke-n

Berikut gambar dari resistor yang dirangkai secara paralel :

Rangakaian seri-paralel resistor adalah gabungan antara rangkaian seri resistor dan
rangkaian paralel resistor, dan menghitung nilai hambatan totalnya adalah dengan cara
menggunakan dua rumus diatas yaitu, rumus rangkaian seri resistor dan rumus rangkaian
paralel resistor.

12
 RUMUS PERHITUNGAN
1. SERI
I1=I2=I3
V1=I.R1
V2=I.R2
V3=I.R3
∑V=V1+V2+V3

2. PARALEL
V=Tetap
I1=V1/R1

13
I2=V2/R2
I3=V3/R3
∑I=I1+I2+I3

3. SERI-PARALEL
IT=V/RT
IT=I1
I2=VP/R2
I3=VP/R3
V1=I.R1
V2=I.RP

IV. BAHAN DAN PERALATAN


a. Peralatan
 Multimeter Digital
 Bread Board
 Kabel
 Tang Kombinasi
b. Bahan
 Power Supply DC
 Resistor

V. LANGKAH KERJA

1. Rangkai komponen resistor seperti pada gambar.

Gambar 1.1 Rangkaian Percobaan Resistor Seri

14
Gambar 1.2 Rangkaian Percobaan Resistor Paralel

Gambar 1.3 Rangkaian Percobaan Resistor Seri-Paralel

 Ukur besarnya tegangan dan arus sesuai prosedur

VI. PENGAMATAN DAN TUGAS


1. Hitung secara teori nilai hambatan total dari 3 buah resistor.
2. Lakukan pengukuran hambatan total 3 buah resistor dengan menggunakan multimeter.
3. Catat serta bandingkan.
4. Membuat tabel dari hasil pengamatan

 Seri
  R1 R2 R3 VS V1 V2 V3 IT
2,2 100
Hasil Teori 33 kΩ 12 0,748 0,034 11,22 0,00034
kΩ Ω
Hasil 2,1 100,5 32,48
12 0,753 0,035 11,27 0,001
Pengukuran kΩ Ω kΩ

 Paralel
  R1 R2 R3 VS IT I1 I2 I3
2,2 100 33 0,005
Hasil Teori 12 0,125 0,12 0,00036
kΩ Ω kΩ 4
Hasil 2,1 100, 32,48
12 0,129 0,006 0,121 0,001
Pengukuran kΩ 5Ω kΩ

15
 Seri-Paralel
  R1 R2 R3 Vs V1 V2 V3 IT I1 I2 I3
2,2 100 33 11.8 128, 0,005 0,005 0,0005
Hasil Teori 12 0,54 0,0000016
kΩ Ω kΩ 8 2 4 4 3
Hasil 2,1 100, 32,48 11,5 0,52 126,
12 0,005 0,003 0,08 0,00
Pengukuran kΩ 5Ω kΩ 3 8 9

VII. ANALISA
Pada rangkaian seri arus dan tegangannya sama antara teori dengan pengukuran,
sedangkan untuk rangkaian pararel tegangannya tetap yaitu 12V sedangkan rangkaian
seri pararel tegangan dan arusnya dalam hal ini V3 dan I2 mengalami perbedaan
antara hasil pengukuran dan teori. Dan untuk rangkaian seri – pararel juga tegangan
dan arusnya mengalami perbedaan.

VIII. KESIMPULAN
Pada rangkaian seri I = Tetap , rangkaian paralel V = Tetap.
Pada rangkaian Seri-Paralel I dan V berbeda-beda karena pada rangkaian ini seri dan
paralel digabungkan.. Hasil dari teori dan pengukuran berbeda-beda pada setiap
rangkaian karena teori tidak selalu sama dengan hasil nyata (pengukuran) , karena
pasti saja memiliki selisih.

IX. SARAN
Pada saat menggunakan peralatan pada saat praktikum terjadi kendala berupa alat
yang irasa masih kurang sehingga mahasiswa harus mengantri dan menunggu teman
yang lain

16
I. LAMPIRAN

BAB III

RANGKAIAN RESISTOR SERI, PARALEL, SERI - PARALEL

I. TUJUAN
1. Merangkai resistor secara paralel.
2. Menghitung besarnya resistor total.
3. Mengukur besarnya resistor total dengan multimeter.

17
II. KESELAMATAN KERJA
1. Rangkai percobaan dengan benar.
2. Operasikan multimeter sesuai dengan prosedur.
3. Tempatkan peralatan pada tempat yang aman.

III. TEORI DASAR


Rangkaian seri resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun secara
berurutan atau berderet (seri). Dua buah resistor atau lebih apabila dirangkai secara seri
maka nilai hambatannya akan bertambah sesuai dengan rumus berikut ini :
Rtotal = R1 + R2 + R3 + … + Rn
Dimana :
Rtotal : Total nilai resistor
R1 : Resistor ke-1
R2 : Resistor ke-2
R3 : Resistor ke-3
Rn : Resistor ke-n

Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun
secara sejajar seperti anak tangga (paralel) lampu yang dipasang dirumah umumnya
merupakan rangkaian paralel. Rangkaian listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik,
dimana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua komponen satu
sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan paralel dalam rangkaian
listrik mengahabiskan biaya yang lebih banyak (kabel yang diperlukan lebih banyak).
Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu dibandingkan
susunan seri. Kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau dirusak, maka
komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada rangkaian resistor paralel nilai resistor/resistansi total (RT) adalah lebih kecil dari
salah satu resistor yang digunakan untuk rangkaian resistor paralel nilai resistansi total
(RT) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Untuk menghitung hambatan total rangkaian paralel resistor dapat menggunakan rumus :

18
Dimana :
Rtotal : Total nilai resistor
R1 : Resistor ke-1
R2 : Resistor ke-2
R3 : Resistor ke-3
Rn : Resistor ke-n

Berikut gambar dari resistor yang dirangkai secara paralel :

Rangakaian seri-paralel resistor adalah gabungan antara rangkaian seri resistor dan
rangkaian paralel resistor, dan menghitung nilai hambatan totalnya adalah dengan cara
menggunakan dua rumus diatas yaitu, rumus rangkaian seri resistor dan rumus rangkaian
paralel resistor.

19
IV. BAHAN DAN PERALATAN
a. Peralatan
 Multimeter Digital
 Bread Board
 Kabel
 Tang Kombinasi
b. Bahan
Resistor
NO Volume Satuan
Teori Pengukuran
1 2,2 kΩ kΩ 1 Buah
2 100 Ω kΩ 1 Buah
3 33 kΩ kΩ 1 Buah

V. LANGKAH KERJA
a. Pasang resistor secara paralel di atas bread board seperti pada gambar.

20
Atur multimeter ke dalam pengaturan untuk mengukur hambatan (ohm
meter).

b. Tempelkan kabel multimeter pada ujung-ujung resistor yang telah terpasang


sebelumnya (Ujung kiri atas dan ujung kanan bawah / Ujung kiri dan ujung kanan).
(Contoh)

c. Tunggu hingga multimeter menampilkan hasil pada layar.


21
d. Bandingkan hasil teori dengan hasil pengukuran menggunakan multimeter.

VI. PENGAMATAN DAN TUGAS


1. Hitung secara teori nilai hambatan total dari 3 buah resistor.
2. Lakukan pengukuran hambatan total 3 buah resistor dengan menggunakan multimeter.
3. Catat serta bandingkan.
4. Membuat tabel

 Bandingkan dengan hasil perhitungan dengan hasil pengukuran

A. SERI

Tugas R1 R2 R3 Rtotal

Hasil Teori 2,2 kΩ 100 Ω 33 kΩ 35,3 kΩ

Hasil Pengukuran 2,1 kΩ 100,5Ω 32,48 kΩ 34,7 kΩ

22
B. PARALEL

Tugas R1 R2 R3 Rtotal

Hasil Teori 2,2 kΩ 100 Ω 33 kΩ 95,3 Ω

Hasil Pengukuran 2,1 kΩ 100,5Ω 32,48 kΩ 95,2 Ω

C. SERI – PARALEL

Tugas R1 R2 R3 Rtotal

Hasil Teori 2,2 kΩ 100 Ω 33 kΩ 2,29 kΩ

Hasil Pengukuran 2,1 kΩ 100,5Ω 32,48 kΩ 2,26 kΩ

VII. ANALISA
Rtotal dari setiap rangkaian berbeda-beda dan juga perbandingan antara hasil perhitungan
dan hasil pengukuran berbeda pada setiap rangkaian.
Selisih perbandingan rangkaian adalah :
Rangkaian seri 0,6 ; Rangkaian parallel 0,1 ; dan Rangkaian seri-paralel 0,03 adalah selisih
hasil perhitungan (teori) dengan hasil pengukuran.

23
VIII. KESIMPULAN
 Dua buah resistor atau lebih apabila dihubungkan secara seri maka nilai hambatan
totalnya akan semakin kecil / berkurang.
 Nilai hambatan total antara hasil teori dengan hasil pengukuran tidak berbeda jauh.
Hambatan total menggunakan multimeter lebih sedikit nilainya daripada secara teori
karena dipengaruhi oleh toleransi dari tiap resistor yang ada
 Nilai R total secara teori = 37,685 kΩ
 Nilai R total secara pengukuran = 37,055 kΩ

IX. LAMPIRAN

Seri-Paralel Paralel Seri

BAB III

PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAYA, DAN PADA BEBAN R-L-C


PADA SUMBER LISTRIK AC

24
I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini siswa dapat :
1. Merangkai instalasi listrik menggunakan saklar tukar.
2. Merangkai instalasi listrik menggunakan saklar seri.
3. Merangkai instalasi listrik menggunakan beban RLC.
4. Menghitung besarnya daya dan cos phi pada beban RLC.
5. Mengukur besarnya tegangan, arus, daya, dan cos phi pada beban RLC.

II. KESELAMATAN KERJA


1. Rangkai percobaan dengan benar.
2. Operasikan multimeter sesuai dengan prosedur.
3. Hati-hati terhadap tegangan yang ada.
4. Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.

III.DASAR TEORI
Daya listrik adalah besarnya laju hantaran energi listrik yang terjadi pada suatu
rangkaian listrik. Dalam satuan internasional (SI) daya listrik adalah W (Watt) yang
menyatakan besarnya usaha yang dilakukan oleh sumber tegangan untuk mengalirkan
arus listrik tiap satuan waktu J/s (Joule/detik). Berikut ini adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung daya listrik :

Keterangan :
P = Daya (W)
W = Usaha (J)
t = Waktu (s)

A. Macam-macam Daya pada Listrik Arus Bolak-Balik


Dalam listrik bolak-balik terdapat tiga jenis daya yaitu :
1. Daya Aktif (P)

25
Daya aktif adalah daya yang sesungguhnya dibutuhkan oleh beban. Satuan daya
aktif adalah W (Watt) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik
Wattmeter.
Daya aktif pada beban yang bersifat resistansi (R), di mana tidak mengandung
induktor grafik gelombang tegangan (V) dan arus se fasa, sehingga besar daya
sebagai perkalian tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang yang keduanya
bernilai positif. Besarnya daya aktif adalah P. Sisa puncak dibagi menjadi dua untuk
mengisi celah-celah kosong sehingga kedua rongga terisi oleh dua puncak yang
mengisinya.

Gambar gelombang daya aktif pada beban yang bersifat resistansi

Persamaan Daya aktif (P) pada beban yang bersifat resistansi :

Keterangan :
P = Daya Aktif (W) = Tegangan
= Daya maksimum maksimum (V)
(W) V = Tegangan listrik

= Arus listrik (V)

maksimum (A) I = Arus Listrik (A)

26
Daya aktif pada beban impedansi (Z), beban impedansi pada suatu rangkaian
disebabkan oleh beban yang bernilai resistansi (R) dan induktansi (L) maka
gelombang tegangan mendahului gelombang arus sebesar φ. Perkalian gelombang
tegangan dan gelombang arus menghasilkan dua puncak positif yang besar dan dua
puncak negatif yang kecil. Pergeseran sudut fasa bergantung pada seberapa besar
nilai dari komponen induktornya.

Gambar gelombang daya aktif dengan beban impedansi


(Gelombang tegangan mendahului gelombang arus sebesar φ = 60°)

Persamaan daya aktif (P) pada beban yang bersifat impedansi :

Keterangan :
P = Daya Aktif (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
Cos φ = Faktor daya

27
2. Daya Reaktif (Q)
Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk pembentukan medan magnet
atau daya yang ditimbulkan oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif
adalah VAR (Volt Ampere Reaktif). Untuk menghemat daya reaktif dapat dilakukan
dengan memasang kapasitor pada rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif.
Hal serupa sering dilakukan pada pabrik-pabrik yang banyak menggunakan beban
berupa motor-motor listrik.

Persamaan daya reaktif :

Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus listrik (A)
Sin φ = Faktor reaktif

3. Daya Semu (S)


Daya semu adalah daya yang dihasilkan dari perkalian tegangan dan arus listrik.
Daya semu merupakan daya yang diberikan oleh PLN kepada konsumen. Satuan daya
semu adalah VA (Volt Ampere).
Beban yang bersifat daya semu adalah beban yang bersifat resistansi (R), contoh :
lampu pijar, setrika listrik, kompor listrik, dll. Peralatan listrik atau beban pada
rangkaian listrik yang bersifat resistansi tidak dapat dihemat karena tegangan dan
arus listrik se fasa perbedaan sudut fasa adalah 0° dan memiliki nilai factor daya
adalah :

Persamaan daya semu :

Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
V = Tegangan (V)

28
I =Arus listrik (A)

29
B. Segitia Daya

Gambar segitiga daya

Daya Aktif (P) digambarkan dengan garis horizontal yang lurus.


Daya Reaktif (Q) berbeda sudut 90° dari Daya Aktif.
Daya Semu (S) adalah hasil penjumlahan secara vektor antara Daya Aktif dan Daya
Reaktif.
Jika mengetahui dua dari ketiga daya maka kita dapat menghitung salah satu daya
yang belum diketahui dengan menggunakan persamaan berikut :

Daya Aktif Daya Reaktif


Daya Semu

Keterangan :
P = Daya Aktif
Q = Daya Reaktif
S = Daya Semu

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Multimeter F. Circuit Breaker
B. Clamp Meter G. Therminal
C. Obeng H. Kabel
D. Tang I. Saklar Ganda
E. Stop kontak J. Lampu pijar (beban R)
30
K. Lampu TL (beban L)
L. Kapasitor (beban C)

31
V. LANGKAH KERJA
1. Susunlah rangkaian pada gambar.
2. Hubungkan rangkaian dengan arus listrik AC.
3. Nyalakan Circuit Breaker.
4. Hidupkan stop kontak beban R-L-C.
5. Ukur tegangan determinal I.
6. Matikan saklar beban R-L-C.
7. Hidupkan saklar beban R dan ukur tegangan dan arusnya.
8. Matikan saklar beban R.
9. Hidupkan saklar beban L dan ukur tegangan dan arusnya.
10. Matikan saklar L.
11. Hidupkan saklar beban C dan ukur tegangan dan arusnya.
12. Matikan saklar C.
13. Hidupkan saklar beban R-L dan ukur tegangan dan arusnya.
14. Matikan saklar R-L.
15. Hidupkan saklar beban R-C dan ukur tegangan dan arusnya.
16. Matikan saklar R-C.
17. Hidupkan saklar beban L-C dan ukur tegangan dan arusnya.
18. Matikan saklar L-C.
19. Hidupkan saklar beban R-L-C dan ukur tegangan dan arusnya.
20. Matikan saklar R-L-C.
21. Catat hasil pengukuran tegangan dan arus lalu hitung daya tiap beban yang
digunakan.

32
VI. RANGKAIAN PERCOBAAN

Diagram garis tunggal rangkaian

Diagram garis ganda rangkaian

33
VII. HASIL PENGAMATAN

Daya (W)
V I
No Reaktif
Beban (Volt) (Ampere) Nyata (W) Semu (VA)
(VAR) Cos θ
1 R 228 V 0,11 A 25,2 25,08 2,45 1,0

2 L 228 V 0,42 A 42,5 95,20 85,81 0,44

3 C 228 V 0,30 A 0,5 68,4 68,39 0,007

4 R-L 228 V 0,47 A 68,0 107,16 82,82 0,63

5 R-C 228 V 0,33 A 25,8 75,24 70,67 0,34

6 L-C 228 V 0,20 A 43,7 45,5 13,03 0,95

7 R-L-C 228 V 0,31 A 69,5 70,68 12,86 0,98


Lampu
8 Hemat 228 V 14,0 25,08 20,81 0,55
0,11 A
Energi
9. HE-L 228 V 0,44 A 56,3 100,32 83,13 0,56

10. HE-C 228 V 0,34 A 14,2 77,5 76,18 0,18

11. HE-L-C 228 V 0,27 A 56,8 61,65 23,95 0,92

VIII. KESIMPULAN
1. Pada rangkaian listrik jika terdapat beban yang bersifat resistif dan induktif maka
daya yang dibutuhkan / memerlukan daya yang lebih besar daripada jika terdapat
beban berupa kondukor.
2. Jika beban R-L-C dialiri arus maka daya serta cos nya makin tinggi.
3. Terbukti bahwa lampu hemat energi benar-benar “hemat energi” karena hanya
membutuhkan daya yang kecil dibanding lampu biasa. Arus serta cos yang
didapat juga kecil.
34
IX. LAMPIRAN

35
36
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai