PERPAJAKAN INTERNASIONAL
Di bawah bimbingan
kelompok 4:
Suyoto 18919049
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
PENGERTIAN
intangible asset?. (Gillis, 2003) mendefinisikan intangible asset sebagai “a legal claim to
some future benefit, typically a claim to future cash. Simply put, an intangible asset is an
asset that is not physical in nature. Definisi ini sejalan dengan dua syarat utama assets, yaitu
(1) sacrifices made dan (2) future economic benefits. Intangible asset juga dikenal dengan
intellectual assets, intellectual capital, intellectual property, atau knowledge capital. Contoh-
contohnya meliputi copyrights, patents, intellectual property, goodwill, brands, trademarks,
ideas, dan relationships. Daftar ini dengan mudah dapat diperluas sehingga mencakup
elemen-elemen seperti creativity, innovation, professionalism, dan loyalty. Intangible assets
umumnya memiliki dua karakteristik utama, yaitu : (1) ketiadaan eksistensi fisik dan (2)
tingkat ketidakpastian yang tinggi terkait dengan manfaat masa depannya. Diskusi-diskusi
mendalam yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ketiadaan eksistensi fisik, sebagai
karakteristik intangible assets, bukan merupakan kriteria utama. Bank deposits, piutang
usaha, dan investasi jangka panjang juga memenuhi kriteria ketiadaan eksistensi fisik, tetapi
diperlakukan sebagai tangible assets.
Para akuntan umumnya mengedepankan karakteristik yang kedua sebagai kriteria utama
intangible assets. Kieso dan Weygant (1989) mengarisbawahi bahwa the major characteristic
of an intangible assets is the high degree of uncertainty concerning the future benefits that
are to be received from its employment. Dalam Kieso dan Weygant (1989) dinyatakan
bahwa intangible assets dibedakan berdasarkan empat karakteristik, yaitu (1) identifiability,
(2) manner of acquisition, (3) expected period of benefit, dan (4) separability from an entire
enterprise. Paralel dengan perlakuan terhadap tangible assets, intangible assets harus
dicatat at cost. Hal ini mengindikasikan bahwa intangible assets dicatat dalam sistem
akuntansi apabila didahului oleh adanya transaksi akuisisi. Kieso dan Weygant (1989)
menegaskan if intangible assets are acquired for stocks or in exchange for other assets, the
cost of the intangible is the fair market value of the consideration given or is the fair market
value of the intangible received, whichever is more clearly evident. Atas nama reliability,
dengan mengorbankan relevancy, intangible assets yang dikembangkan sendiri oleh
perusahaan tidak dilaporkan dalam laporan keuangan. Pada kenyataannya intangible assets
yang dikembangkan sendiri oleh perusahaan sering kali merupakan faktor penting penentu
value perusahaan.
Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tetap Tak Berwujud yang lumrah kita temui dalam dunia
usaha :
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh
pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud)
karena dua alasan :
(-) Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas
sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat
kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
(-) Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati
oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
b. Organization Cost.
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang
usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya
telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun
demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya
memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku.
Untuk itu Ijin diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
d. Hak Patent
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas
penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu
tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau
rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu.
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya
ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario
film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
g. Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan
produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo
maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang
memberikan hak franchise.
h. Goodwill
Adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan,
yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan
tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus,
menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis,
dan lain-lain.
Pada kasus berikut kita akan membahas terkati dengan intangible property terkait
pemanfaatan IP dalam kasus pengakuan jasa teknik dann royalty, terkait perusahaan yang
ada diindonesia yang menguna jasa teknik yang ada di singapura.
Contoh kasus:
Untuk menentukan objek pajak yang sesuai, berikut penjelasan dan karakteristik atas
transfer know-how dan jasa teknik.
Article 12 OECD Commentary 2010
Paragraph 11 : Know-how umumnya berkaitan dengan informasi rahasia mengenai industri,
komersial, ataupun ilmu pengetahuan yang timbul dari pengalaman sebelumnya, yang
diaplikasikan secara praktik pada kegiatan operasional perusahaan dan menghasilkan suatu
manfaat ekonomis.
Paragraf 11.1 : Dalam kontrak know-how, salah satu pihak setuju untuk memberikannya
kepada yang lain, sehingga ia dapat menggunakan untuk kepentingannya sendiri, dan atas
pengetahuan khusus dan pengalaman yang diberikan tidak dapat diungkapkan ke publik.
Perlu diketahui juga bahwa pemberi tidak terlibat langsung dalam mengaplikasikan formula
yang diberikan kepada penerima hak dan tidak bertanggung jawab atas hasilnya.”
Paragraph 11.3 : Kontrak transfer know-how terkait dengan informasi yang telah eksis atau
informasi yang telah selesai dikembangkan dan mencakup ketentuan khusus mengenai
kerahasiaan informasi yang diberikan. Dalam pemberian jasa, pemberi jasa menggunakan
kemampuan khusus, keahlian atau pengalaman yang dimiliki namun tidak melakukan
transfer pengetahuan tersebut kepada pihak lain.
Australian Tax Office dalam IT 2660 mengatur karakteristik yang membedakan jasa
dengan transfer know-how.
- Informasi yang diserahkan dalam transaksi transfer know-how sudah terbentuk
sebelumnya, sedangkan pemberian jasa belum terbentuk.
- Terdapat transfer pengetahuan pada transaksi know-how sedangkan pemberian jasa tidak
terdapat transfer pengetahuan.
-Pada transfer know-how tidak terjadi pengalihan kepemilikan know-how dan know-how tetap
menjadi milik transferor, transferee hanya memperoleh hak untuk memanfaatkan. Namun,
pada pemberian jasa, produk jasa yang dihasilkan menjadi hak konsumen.
Berdasarkan pengertian diatas Cara yang dapat digunakan oleh fiscus untuk
mengidentifikasi objek pajak merupakan jasa teknik atau transfer know-how adalah:
1. Mengidentifikasi bentuk transaksi
Dilakukan dengan mempelajari perjanjian lisensi dan perjanjian jasa atau meminta
informasi kepada perusahaan mengenai bentuk transaksi yang dilakukan.
2. Menguji kesesuaian karakteristik
Menguji apakah transaksi yang terjadi memenuhi karakteristik dari transfer know-how atau
jasa teknik berdasarkan OECD Commentaries dan literatur lain.
3. Membuktikan adanya transfer pengetahuan
Melakukan observasi, wawancara karyawan, dan meminta bukti fisik untuk membuktikan
kebenaran bentuk transaksi yang dilakukan dan menentukan keberadaan transfer
pengetahuan. Misalnya jika diakui sebagai jasa menurut perjanjianberdasarkan informasi
yang diterima namun bukti menunjukkan bahwa terdapat transfer pengetahuan yang
bersifat rahasia, maka tetap harus diakui sebagai royalti karena Indonesia menganut
prinsip substance over form. Hal ini dapat diambil dari Pasal 5 ayat (3) PER-25/PJ/2018,
“dalam hal terdapat perbedaan antara bentuk hukum (legal form) suatu struktur/skema
transaksi dengan substansi ekonominya (economic substance), perlakuan perpajakan
diterapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan substansi ekonominya
(substance over form)”.
Apabila terbukti bahwa MRT Pte Ltd. tidak memberikan jasa secara aktif atas penyediaan
petunjuk kebijaksanaan dan prosedur, terdapat transfer pengetahuan yang bersifat rahasia,
dan memenuhi karakteristik transfer know-how di atas, maka penghasilan yang diperoleh
MRT Pte Ltd. dikategorikan sebagai royalti. Untuk pengenaan pajaknya, sesuai dengan
Pasal 12 Tax Treaty Indonesia–Singapura, royalti yang bersumber dari PT STR di Indonesia
yang diperoleh MRT Pte Ltd. dapat dikenakan pajak dari Singapura. Namun, royalti juga
dapat dikenakan di Indonesia jika penerima royalti adalah penerima manfaat sesungguhnya
danpajak yang dikenakan tidak melebihi 15% dari jumlah bruto royalti.PT STR wajib
memenuhi syarat administratif yang ada pada BAB VI Tata Cara Penyampaian SKD WPLN,
Pemotongan dan/atau Pemungutan dan Pelaporan Pajak dalam PER-25/PJ/2018. Jika
tidak memenuhi, maka PT STR wajib melakukan pemotongan dan/atau pemungutan pajak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU PPhPasal 26 dengan tarif sebesar 20% dari
penghasilan bruto.
Tiga kategori penghasilan luar negeri tersebut yaitu penghasilan dividen, laba cabang asing,
dan penghasilan atas jasa. Sehingga, penghasilan jasa MRT Pte Ltd. yang diperoleh dari
Indonesia termasuk dalam penghasilan yang dibebaskan di Singapura. Lalu, jika diakui
sebagaiimbalan atas jasa, maka penghasilan dikategorikan sebagai laba usaha MRT Pte Ltd.
di Singapura yang tidak dapat dikenakan pajak di Indonesia berdasarkan Tax
Treaty Indonesia–Singapura Pasal 7 yang berisi, “Laba suatu perusahaan dari Negara pihak
pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali jika perusahaan itu
menjalankan usaha di negara pihak lainnya pada Persetujuan melalui suatu bentuk usaha
tetap”.Hal ini dapat disimpulkan bahwa atas penghasilan jasa tersebut tidak dikenakan pajak
baik di Indonesia maupun Singapura dan masuk dalam kategori double non taxationsehingga
WPLN seharusnya tidak dapat memanfaatkan P3B.
Kesimpulan :
Pemaanfaatan Transaksasi Intangible Property , menimbulkan dua obyek Pajak yaitu Pajak
atas jasa teknik dan Royalti. pada kondisi seperti ini kemampuan fiscus pajak terhadap
pemahaman akan transaksi yang dipersyarakan dalam tax treaty sangat dibutuhkan agar
tidak kehilangan potensi penerimaan pajak yang ada. Karena antara jasa teknik dan royalty
ada perbedaan tarif pajak sebagaimana yang dijelaskan diatas.
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/12/aktiva-tetap-tak-
berwujud-intangible.html
https://news.ddtc.co.id/apa-itu-tax-treaty-9578
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/12/aktiva-tetap-tak-
berwujud-intangible.html
https://www.pajak.go.id/artikel/royalti-vs-jasa-teknik-indikasi-awal-double-non-taxation