Anda di halaman 1dari 35

Peruntukan lahan di daerah rawa

• Lahan daerah rawa untuk areal permukiman dan


fasilitas umum.
• Lahan daerah rawa untuk budidaya pertanian dan
perikan.
• Pertanian padi sawah - palawija.
– Beririgasi.
» Irigasi pasang surut.
» irigasi gravitasi dari sungai di hulu.
» Irigasi pasang surut dan irigasi gravitasi.
– Tadah hujan (drains)
» Tegalan palawija
» Tegalan padi
• Perkebunan (karet, sawit, dll)
• Hutan kayu industri.

• Lahan rawa untuk areal perikanan (tambak (perikanan air asin) / kolam
(perikanan air tawar))
– Beririgasi.
• Irigasi pasang surut.
• irigasi gravitasi dari sungai di hulu untuk kolam ikan air tawar.
• Irigasi pasang surut dan irigasi gravitasi dengan kolam pencampur
asin dan tawar sampai batas yang diinginkan, untuk daerah zone 1a
dimana air mungkin terlalu asin.

• Lahan untuk areal jalur hijau.


– jalur hijau berada di sungai alam, pantai, sekeliling danau, saluran navigasi, saluran
primer dan saluran sekunder, batas daerah reklamasi rawa. Kegunaan jalur hijau
adalah:
– Sumber energi (kayu bakar)
– Menjaga kelembaban udara, menahan angin.
– Bahan pakan ternak.
– Batas wilayah.
– Daerah pembuangan sediment bagi saluran pada saat di normalisasi.
– Menjaga kelongsoran talud saluran.

1
• Lahan untuk areal konservasi:
• Konservasi air tawar.
• Konservasi lahan.
• Konservasi tanaman langka.
• Konservasi biota air atau darat yang langka.

• Lahan untuk sarana pra sarana transportasi


darat ataupun air, terdiri dari saluran
navigasi, lokasi dermaga, lokasi pasar hasil
budidaya, jaringan jalan darat menuju pusat
pengembangan wilayah.

Lahan untuk Areal Permukiman

1. Pemukiman di daerah rawa pasang surut konvensional


(gambar 3.1a)
2. Permukiman mempunyai akses ke pusat pelayanan umum
dan ke pusat pengembangan wilayah dengan jarak < 5 km.
3. Jarak tempuh dari pemukiman ke lahan usaha budidaya 1.5
– 2 km
4. Permukiman berada di pinggir saluran primer atau saluran
navigasi atau sungai alam dengan sistem drainase lahan
pemukiman yang mandiri.
5. Mempunyai KD minimal sedalam 50 cm dari
permukaan lahan.
6. Luas lahan pekarangan unt pertanian tanaman pangan
minimal luas 0.35 ha

2
Lahan untuk Areal Permukiman
7. Untuk budidaya perikanan, permukiman penduduk
berada di luar area tambak, Lahan pekarangan bagi
budidaya perikanan minimal luas 0.25 ha.
8. Lahan fasilitas umum terdiri dari
• Pemerintahan daerah paling tidak kelurahan,
• Olah raga,
• pasar,
• penjernihan air munum,
• peribadatan,
• penggilingan padi,
• terminal kendaraan darat,
• listrik dan kantor PLN,
• perbangkan,
• keamanan,
• jembatan penyebrangan saluran/ sungai,
• BBM.

• pemukiman
Jalur hujau
2 – 4 km

400 m

pemukiman

Gambar 3.1a Pemukiman dalam konsep jaringan rawa


konvensional

3
Pintu drainase pemukiman

Jalur hujau

pemukiman

Gambar 3.1b Pemukiman dan drainasenya dalam Satu Blok Sistem jaringan
terkontrol. Drainase pemukiman terpisah system dengan drainase lahan

• pemukiman

pemukiman

Gambar 3.1c Pemukiman dan drainasenya dalam Satu Blok Sistem jaringan terkontrol, system
garpu tala

4
pemukiman

Jalur ijau

Saluran pemberi Saluran drainase

Gambar 3.1d Pemukiman pada system sisir di sepanjang saluran primer dengan
system jaringan pemberi dan drainase.

fasilitas umum
pemukiman

Jalur ijau

Saluran pemberi Saluran drainase

Gambar 3.1e Pemukiman pada system sisir di sepanjang saluran sekunder dengan
system jaringan pemberi dan drainase, masalah adalah drainase pemukiman mendapat

kesulitan apabila menggunakan tanaman padi sawah.

5
1.Lahan Untuk Areal Pertanian

• Lahan yang digunakan untuk pemanfaatan pertanian harus


mempunyai daya dukung sumber daya air dan lahan yang
mendukung dengan budidaya yang diinginkan.
• Secara umum Faktor alam yang berpengaruh pada masing2 jenis
tanaman budidaya untuk daerah reklamasi rawa adalah:
– Radiasi
– Suhu
– Kelembaban udara
– Ketersediaan air
• Hujan
• pasut
– Media perakaran
• Drainase air di tanah.
• Kapasitas drainase
• Texture tanah
• Kedalaman efektif
• Gambut
– Kematangan
– ketebalan

Lahan Untuk Areal Pertanian


• Retensi hara
– KTK
– pH
– C organik
• Ketersediaan hara
• Bahaya banjir
• Kegaraman
– Toksisitas
• Kejenuhan aluminium
• Kedalaman pirit

6
• Sangat Sesuai (S1):
– Lahan sesuai untuk penggunaan tanaman tertentu, dan tidak memiliki
faktor pembatas yang berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman.
• Cukup Sesuai (S2):
– Lahan cukup sesuai untuk penggunaan tertentu. Pembatas yang ada
dapat berpengaruh pada hasil tanaman, sehingga diperlukan
tambahan masukan rendah/sederhana.
• Sesuai Marjinal (S3):
– Lahan sesuai marjinal. Lahan mempunyai pembatas serius yang
berpengaruh terhadap hasil tanaman, sehingga diperlukan upaya
perbaikan dengan masukan rendah - tinggi.
• Tidak Sesuai (N):
– Lahan memiliki pembatas sangat berat. Lahan termasuk tak sesuai
untuk penggunaan tertentu dan upaya perbaikan memerlukan
masukan teknologi/investasi tinggi (saat ini tidak ekonomis).

KRITERIA KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERTANIAN DAN TANAMAN KEHUTANAN
PADI SAWAH

Kelas Kesesuaian Lahan


Kualitas / Karakteristik Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
1 Temperatur (t )
- Rata-rata tahunan ( 0C ) 24 - 29 > 29 - 32 > 32 - 35 Td > 35
22 - < 24 18 - < 22 - < 18
Ketersediaan air ( w)
- Bulan kering ( < 75 mm ) <3 3-<9 9 - 9.5 Td > 9.5
- Curah hujan / tahun ( mm ) > 1500 1200 - 1500 800 - < 1200 < 800
- LGP ( hari ) 90 - 240 75 - 90 75 - 90 < 75 < 75
2 Media perakaran (r)
- Drainase tanah Terhambat Terhambat Sedang - Baik Cepat Sangat cepat
SCL, SiL, SL, L, SiCL,
- Tekstur LS, Str C Td Kerikil, pasir
Si, CL C, SiC
- Kedalaman efektif ( cm ) > 50 40 - 50 25 - 40 20 - 25 < 20
- Gambut
- Kematangan - Saprik Hemik Hemik - Saprik Fibrik
- Ketebalan ( cm ) - < 100 100 - 150 > 150 - 200 > 200
3 Retensi hara (f)
- KTK tanah > Sedang Rendah Sangat rendah - -
- pH tanah 5.5 - 7.0 > 7.0 - 8.0 > 8.0 - 8.5 - -
- C-organik (%) - - - - -
4 Kegaraman (c )
- Salinitas ( mmhos/cm) < 3.5 3.5 - 5.0 > 5.0 - 6.6 > 6.6 - 8.0 > 8.0
5 Toksisitas (x )
- Kejenuhan Al (%) - - - - -
- Kedalaman sulfidik ( cm ) > 75 60 - 75 40 - < 60 30 - < 40 < 30
6 Hara tersedia (n)
- Total N Sedang Rendah Sangat rendah - -
Rendah - sangat
- P2O5 Tinggi Sedang - -
rendah
- K2O Sedang Rendah Sangat rendah - -
7 Bahaya banjir (b) F0 - F1 F2 F3 F4 F4

7
Kapasitas Drainase (KD) Lahan
Kelas Kapasitas Drainase Lahan
KD 1 > 120 cm dari permukaan lahan
sampai batas surut rata2
KD 2 < 120 cm dan > 60 cm
KD 3 < 60 cm dan > 30 cm
KD 4 < 30 cm

Gambar 3. 2 Pembagian Daerah Pasang Surut

Daerah pasang surut ke Sungai,


Dua arah aliran DAERAH TA
ADA PASUT

M hujan tidak asin


Daerah M kemarau asin DAERAH TA ADA ASIN
selalu kena
asin

Peralihan
payau Pasut ta asin Back water

Pasut dikala debit


banjir Pasut dikala debit Daerah yang tidak
norma l
intrusi asin dikala
musim hujan kena pengaruh
pasang surut
Intrusi asin dikala
musim kemarau
Pasut di laut

Dasar sungai

Dasar
laut

8
Zone pasut

• Zone pasang surut dari laut yang merambat masuk ke sungai,


yang mempunyai dua arah aliran air, terbagi menjadi:
– Zone Pasut (ZP 1a) dikala musim kemarau ataupun musim hujan selalu
kena intrusi air asin
– Zone Pasut (ZP 1b) dikala musim hujan tidak kena intrusi air asin, pada
waktu musim kemarau kena intrusi air.
– Zone Pasut (ZP 1c) kena pengaruh pasut (dua arah aliran) tidak kena
intrusi air asin.
• Zone pasut (ZP 2) kena pengaruh pasang surut dari laut yang
merambat masuk ke sungai. Zone ini mempunyai satu arah
aliran, perubahan muka air karena pengaruh back water dari
pasang surut laut.
• Zone pasut (ZP 3), yang tidak kena pengaruh pasang surut, air
turun naik karena perubahan debit dan arah aliran satu arah.

Hidrotopografi
• Kategori A :
– Lahan dapat diluapi dengan pengaruh pasang, baik
pada musim hujan maupun musim kemarau,
dengan frekuensi minimum 4-5 kali selama siklus
pasang maksimum/ pasang perbani (satu siklus 14
hari), sebagian waktu pasang masuk dalam zone
akar tanaman pangan (50 cm).

9
Hidrotopografi
• Kategori B :
– Lahan dapat diluapi pasang pada musim hujan
saja, pasang naik karena debit sungai
membesar. Lahan ini dapat diluapi pasang
minimum 4-5 kali pada saat pasang selama
siklus pasut (satu siklus 14 hari), tetapi hanya
pada musim hujan. Pada musim kemarau lahan
tidak diluapi sama sekali tetapi masuk dalam
zone akar dengan frequensi 4-5 kali, atau hanya
kadang-kadang terluapi (frekuensi < 4 kali
selama siklus pasang).

Hidrotopografi
• Kategori C :
– Lahan di atas elevasi pasang (muka air < 50 cm di
bawah muka tanah di lahan). Lahan ini tidak dapat
diluapi pasang di musim hujan, kecuali hanya
kadang-kadang saja. Elevasi air di saluran lebih
rendah daripada lahan kategori A atau B,
sehingga air dari petakan sawah relatif cepat
mengalir ke saluran (air sulit ditahan di petakan
sawah).

10
Hidrotopografi
• Kategori D :
– Lahan tinggi Lahan ini betul-betul di atas
jangkauan pasang surut dan lebih menyerupai
lahan tidak ada pengaruh pasang surut (muka air <
50 cm di bawah muka tanah di lahan). Variasi
kapasitas drainase tergantung perbedaan antara
muka tanah di lahan dan muka air di sungai
terdekat dengan lahan.

11
Saluran tersier
Saluran Sekunder
Saluran primer
Gambar 3.3
Saluran tersier Jaringan
drainase
Saluran primer terkontrol di
Saluran Sekunder
daerah rawa
Pintu pengatur yang
Saluran tersier memerlukan
Saluran primer longstorage
Saluran Sekunder
pada saluran
Saluran
Induk/
drainase daerah
Saluran tersier
Navigasi/
sungai rawa.

Satu Blok Sistem jaringan terkontrol

Kondisi tanah rawa pasang surut


• Ketebalan Gambut
• Klasifikasi Ketebalan Lapisan
Tabel 3. 3
Gambut (Widjaja-Adhi, 1988)

kelas Klasifikasi lahan Gambut tebal


1 Lahan bergambut < 50 cm
2 Gambut dangkal 50 – 100 cm
3 Gambut sedang 100 – 200 cm
4 Gambut dalam 200 – 300 cm
5 Gambut sangat dalam > 300 cm

12
Gambut
• Gambut sangat dalam > 3.00 m lebih baik
digunakan untuk konservasi lahan dan air.
• Kecuali gambut > 3.00 m tersebut direkomendasi
bisa ditanami dengan tanaman lain yang bisa
dibudidayakan (sayur dll).
• Sangat dilarang gambut dibakar tanpa kontrol
sebab akan menyebabkan kebakaran gambut
yang berada di dalam bukan dipermukaan.

Kedalaman Lapisan Pirit


Kelas Kedalaman lapisan pirit
1 < 25 cm dari permukaan tanah
2 25 – 50 cm dari permukaan tanah
3 51 – 100 cm dari permukaan tanah
4 > 100 cm dari permukaan tanah

13
Pasang Surut dan Intrusi Air Asin
• Parameter ini memperlihatkan periode intrusi salin
(DHL ≥ 5 mS/cm) yang diperhitungkan dalam
sistem tata saluran. Pengaruh intrusi salin ini
digolongkan atas dua kategori, yakni :
– Salin, intrusi air asin (DHL ≥ 5 mS/cm) di saluran utama
berlangsung >1 bulan.
– Tidak salin, intrusi air asin (DHL ≤ 5 mS/cm) di saluran
berlangsung ≤ 1 bulan.

Pencucian asam
Cara leaching;
• Genangi lapisan tanah yang mengandung pirit dengan
air (hujan atau luapan), sampai air berwarna kekuning-
kuningan.
• Air dari lahan dibuang pada waktu air surut sampai
pasang kembali dan tidak bisa lagi di buang.
• Lama pencucian ini adalah sekitar 1-3 hari, tergantung
dari kadar asam.
• Pencucian lapisan pirit ini akan berjalan dengan baik,
jika didukung dengan sarana pintu-pintu air sebagai
pengatur masuk dan keluarnya air pasang surut.

14
Konservasi lahan dan air.
1. Daerah lahan konservasi mempunyai tingkat kesuburan
yang paling rendah bagi semua tanaman budidaya.
2. Daerah lahan konservasi mempunyai gambut ketebalan >
3 m.
3. Lahan konservasi mempunyai fungsi sebagai daerah
tampungan air hujan.
4. Lahan konservasi mempunyai fungsi sebagai daerah
pemberi air untuk reklamasi rawa pada waktu musim
kering.
5. Lahan rawa yang KD < 10 cm.
6. dicanangkan sebagai pendukung lahan rawa yang
direklamasi untuk keseimbangan lingkugan, untuk
memenuhi kebutuhan air bagi budidaya.

Pemanfaatan Konservasi
• perlu membuat saluran penangkap air (Sal
Interceptor) dari daerah konservasi, supaya
secara terkontrol bisa digunakan untuk suplesi
air.
• Saluran interseptor bisa digunakan sebagai
suplesi ke Jaringan daerah reklamasi rawa
dengan membangun pintu pengatur pemberian
air.
• Saluran interceptor bisa digunakan untuk
memberikan air pada saluran mavigasi agar bisa
tetap digunakan sebagai navigasi sepanjang
musim (M hujan dan M kemarau).

15
Pemanfaatan konservasi
• Air dari daerah konservasi bias dimanfaatkan
untuk pengendalian kebakaran hutan atau kebun
budidaya.
• Pada Saluran interseptor air bisa diolah menjadi
air siap diminum karena air tidak asin dengan
sistem pengolahan Hydro Cyclone.
• Saluran interseptor bisa digunakan untuk
menahan atau menampung dan mengalihkan
aliran banjir dari lahan, lengsung ke sungai.

Satu Blok Sistem jaringan terkontrol

Sal Interseptor buangan


kelebihan air

Ss
Konservasi Rawa Gambar 3.5
St Konservasi rawa sebagai
Sp konservasi tanah dan air,
air dimanfaatkan untuk
suplesi air di reklamasi
Ss rawa

Sp Ss

Sal Interseptor

Jalur Hijau

Sal Induk/Navigasi/ sungai

Bangunan pintu
Arah aliran saluran dan permukaan
pengatur air

Ss = Saluran sekunder St = Saluran tersier

16
Lahan untuk Areal Jalur Hijau
• Zona penyangga atau jalur hijau masing-masing lebar 25 m,
50 m dan 200 m harus dipertahankan sepanjang saluran
primer, sungai alam dan pantai.
• Jalur hijau ini berguna untuk mempertahankan keseimbangan
lingkungan, untuk perkembangan biota darat, menahan angin
sehingga kelembaban bisa dipertahankan dan
evapotranspirasi akan rendah.
• Jalur hijau di pantai untuk kehidupan biota air laut terutama
tempat hidupnya udang, binatang laut yang dipantai,
menahan erosi dari ombak, dll.
• Bagi jaringan daerah reklamasi rawa yang sadah ada,
diharuskan membuat jalur hijau walaupun lebar jalur hijau
tidak terpenuhi, pelaksanaan dilapangan harus di bina oleh
Dinas SDA setempat.

Lahan untuk Areal Perikanan


Peruntukan lahan rawa pasang surut untuk areal pertanian yang
diperhatikan yaitu:
• Tanah clay, tidak bergambut dan tidak asam.
• Air asin yang akan dimasukan ke tambak lewat jaringan suplesi,
harus memenuhi kebutuhan pertumbuhan ikan (udang, bandeng)
yang sesuai dengan umur ikan.
• Tersedia sungai yang bisa memasok air tawar atau air payau
dengan kadar garam tertentu, untuk dicampur dengan air asin
yang melebihi kebutuhan air asin untuk ikan.
• Dibuatkan jaringan drainase dengan kapasitas drainase mampu
untuk membuang semua air di tambak.
• Akses jalan yang cukup untuk kegiatan para petani tambak
dalam kegiatan pemeliharaan tambak dan pasca panen
(pengangkutan, pengolahan, cool storage, pemasaran).

17
Lahan jalur hijau di Areal Perikanan
• Daerah yang berdekatan dengan laut harus
menjadi daerah konservasi pantai dengan
tanaman bakau minimal lebar 200 m.
• Sepanjang sungai harus ada jalur hijau
selebar minimal 50 m
• Sepanjang saluran primer atau navigasi harus
ada jalur hijau selebar minimal 25 m

3 2
6

9
1 Saluran suplesi air asin.
4 4 4 4 2 Saluran suplesi air payau.
3 3 Bangunan pengatur debit pada
5 saluran air asin dan air payau atau
8 tawar untuk kolam pencampur.
4 4 4 Petak tambak
4 4
5 Saluran pembuang
6 Bangunan pengatur pembuangan
6 1
air
7 Jalur hijau
8 Pemukiman
9 Kolam pencampur antara air asin
Gambar 3.6 contoh system tata air untuk dan payau atau tawar
tambak udang atau bandeng tanpa jaringan

transportasi.

18
Penyediaan Air di Lahan Rawa
Pasang Surut
Sumber air di lahan rawa pasang surut berasal dari:
• Air permukaan yang mengalir di sungai.
• air tawar
• air payau
• Air tanah (air tanah hanya untuk keperluan hidup sehari2,
selama air permukaan tidak ada atau jauh lokasinya).
• Air hujan
• Air konservasi
• Dan air laut yang berada di darat (pasang surut atau dipompa
untuk tambak)

Penyediaan air
• Penyediaan air di lahan rawa pasang surut dilakukan
dengan memanfaatkan fluktuasi muka air di laut.
• Pemasukan air dari pasut ada 3 kondisi yaitu (1) air tawar,
(2) air payau (dengan kadar garam tertentu) dan (3) air
asin penggunaannya tergantung jenis budidaya di lahan.
• Penyediaan air dari pasut ada 4 kategori hidrotopografi
yaitu A, B, C, dan D.
• Jika hidro topografi kategori C, apabila ingin diluapi maka harus
menggunakan pompa.
• Kalau muka air tersebut sampai mencapai zone akar dan cukup sering
(dari periode pasut) maka penanaman bisa dilakukan tanpa menambah air
tapi dengan system pertanian SRI dan system irigasi zone akar, selama
air tidak pernah mencapai titik layu bagi tanaman.

19
Sistem penyediaan air di Rawa

P in tu d ra in a se

S a lu r a n d r a in a se P r im er

S a lu r a n p r im er p e m b er i
D a n b e rfu n g s i p em b u a n g

S a lu ra n ter sier
p e m b eri d a n p em b u a n g

P in tu p em b er i

S a lu r a n p r im er p e m b er i

S a lu r a n p r im er p e m b er i
d a n p em b u a n g

G a m b a r 3 .7 a
S Y S T E M 1 . S y s te m ja r in g a n d ia t a s d e n g a n m e n g g u n a k a n s a t u s a lu r a n s e k u n d e r d a n
te r s ie r s e b a g a i p e m b e r i d a n p e m b u a n g d e n g a n s a lu r a n p r im e r p e m b u a n g
te r p is a h d a r i s a lu r a n p e m b e r i.

20
P in tu d r a in a s e

S a lu r a n p e m b u a n g p r im e r

S a lu r a n p e m b e r i s e k u n d e r

S a lu r a n p e m b e r i
T e r s ie r

P in tu P e m b e r i

S a lu r a n p e m b e r i
P r im e r

S a lu r a n p e m b u a n g te r s ie r

S a lu r a n p e m b u a n g s e k u n d e r

G a m b a r 3 .7 b
S Y S T E M 2 . S ys te m s a lu ra n s e k u n d e r d a n te rs ie r p e m b e ri te rp is a h d e n g a n d ik o n tro l o le h
m a s i n g -m a s i n g P i n t u p e m b e r i d a n p e m b u a n g

Saluran primer pemberi

Saluran tersier

Pintu pemberi atau pembuang pintu pg

Arah pemberi

arah
Saluran primer pemberi pembuang

Pintu Pembuang

Gambar 3.7c
SYSTEM 3. System saluran sekunder dan tersier pemberi disatukan dengan arah bulak-balik dengan
dikontrol oleh satu Pintu di sekunder

21
P i n t u d r a in a se

S a lu r a n p e m b u a n g p r im e r

S alu r a n p em b eri sek u n d er

S alu ra n p em b eri
T e r sie r

P in tu P e m b e r i

S alu r a n p em b eri
P r im e r

S a l u r a n p e m b u a n g te r sie r

S a lu r a n p e m b u a n g se k u n d e r

G a m b a r 3 .7 d
S Y S T E M 4 . S ys tem sa lu ra n te rs ier p e m b eri d a n p em b u a n g d e n ga n p i n tu m a s in g2 d ek a t s e k u n d e r
p e m b e ri d a n p e m b u a n g.

Jaringan Tata Air Rawa.


Saluran pemberi (drainase):
• Saluran yang langsung berhubungan mengairi lahan, disebut
saluran pemberi tersier.
• Saluran yang disadap oleh saluran tersier disebut saluran
pemberi sekunder.
• Saluran yang disadap atau diambil oleh saluran sekunder
disebut saluran pemberi primer.
• Saluran primer biasa mengambil dari sungai alam atau
mengambil dari saluran induk
• Saluran induk yang direncanakan untuk system transportasi
disebut saluran navigasi.
• Saluran primer, sekunder bisa dimanfaatkan untuk sarana
transportasi tapi tidak dikatakan sebagai saluran navigasi.

22
10.25

1.5 m

Timbunan galian OP
H=1.5 m sementara jadi jalur
hijau

1.0
0.5 2.25 1.5
1.5 1.5 3.0

Gambar 3.8a Potongan Melintang saluran tersier jaringan Rawa

18.25

1.5 m

H=2.5 m Timbunan galian OP


sementara jadi jalur
hijau

2.5
1.5 3.75 1.5
2.5 1.5 10.0

Gambar 3.8b Potongan Melintang saluran sekunder jaringan Rawa

23
33.5 m

2.5 m

Timbunan galian
H=3 OP sementara jadi
m jalur hijau
3.5

3 4.5 2.5 2.5 15.0


2.5

Catatan penting: Dalam pelaksanaan dilapangan satu system


ini harus jadi tidak boleh ada tahapan pembangunan karena
akan merusah kondisi saluran dan lahannya sendiri apabila
tidak segera terbangun system jaringan yang terkontrol.

Kolam
Kolam pasang
pasang
2 km 4 km
2 km

400 m

3 - 7 km

pemukiman
2 km
Jalur hijau

Pasang surut di sungai

24
Pintu pemberi Arah aliran

Pintu drainase

Jalur hiau Saluran pemberi

Saluran drainase
pemukiman

Saluran tersier
Saluran Sekunder

Saluran Saluran tersier


primer Gambar 3. 9c Sistem
Tata Air Kombinasi
Saluran Sekunder

Saluran tersier

Saluran Sekunder

Saluran Induk/ Saluran tersier


Navigasi/ sungai
Pintu pengatur

pemukiman

Jalur hijau

Dua Blok Sistem jaringan terkontrol di saluran


primer

25
Bangunan pengatur air.
• Stoplog: Balok kayu ini sampai pada elevasi
minimal yang harus di pertahankan bisa
dipasang tetap dan selebihnya bisa diangkat
(terlepas) bagaimana kondisi lapangan.
– Fungsi: Mengatur muka air di saluran, menjaga
keluar masuknya air ke saluran.
• Pintu geser: sederhana mudah
pengoperasiannya harus dijaga, buka tutup pintu
dengan stang pintu.
– Fungsi: Mengatur muka air di saluran, menjaga
keluar masuknya air ke saluran.

Bangunan pengatur air.


• Pintu klep: ada dua jenis pintu klep
– Pintu klep dimana engselnya di atas, bangunan
ini tidak besar, diterapkan di saluran tersier.
– Pintu klep dimana engselnya di bawah, pintu ini
disebut juga pintu apung (floating gate). Pintu ini
bisa lebar 1.0 m, 1.5 m
• Pintu apung dengan bendung karet guling. Pintu ini bisa
lebar 1.0 m, 1.5 m, atau 2 m. jumlah pintu bisa lebih
dari satu dan tanpa pilar ditengah kecuali paling pinggir
kiri dan kanan

26
• Pompa: pengisian air kapan saja dibutuhkannya bisa
dipompakan ke lahan.
– Fungsi: memberikan air apabila kekurangan dari hujan atau
pasang surut, bisa juga sebagai pompa drainase utnuk rawa
lebak. Perlu investasi dan biaya OP.
• Bangunan pintu kapal. Bangunan ini bisa dipakai
pelintasan kapal dari system ke system lainnya atau ke
luar system. Bangunan ini sangat bermanfaat untuk
pasang surut yang tinggi perbedaan antara pasang dan
surut (> 2 m).panjang atau volume tampungan kapal yang
lewat tergantung kondisi lapangan terutama angkutan
yang dibawanya (kayu, kelapa sawit dll). Bangunan ini
bisa menggunakan pintu pengaturnya dari bendung karet
guling dengan pelindung supaya tidak kena baling2 kapal.
Bendung karet guling mempunyai pilar tegak karet tidak
diberi anker ke dinding samping, tapi ke dasar meja.

a. Pintu stop log b. Pintu apung dgn bendung karet guling


tanpa pilar lebar 1 m, 2 m

c. Pintu klep engsel atas

d. Pintu apung/ klep


engsel bawah

e. Pintu sorong

f. Bangunan pelintasan kapal

Gambar 3.10 sketsa type2 pintu pengatur


air di jaringan reklamasi rawa

27
Operasi jaringan reklamasi rawa

Secara khusus untuk lahan rawa pasang surut operasi


jaringan bertujuan untuk:
• Memenuhi Kebutuhan air untuk tanaman.
• Membuang kelebihan air.
• Memenuhi kebutuhan air untuk Pelindihan/pencucian
dan pembilasan racun-racun.
• Mencegah penurunan tanah secara berlebihan.
• Menahan intrusi air asin masuk kedalam system
jaringan reklamasi rawa.

Sistem Aliran Satu Arah


P in tu d ra in a se

S a lu ra n d ra in a se P r im er

S a lu ra n ter sier
p em b eri d a n p em b u a n g

P in tu p em ber i

S a lu ra n p r im er p em b eri

S a lu ra n p r im er p em b eri
d a n p em b u a n g

G a m b a r 3 .1 1 a
S y s te m ja r in g a n r a w a s a tu a r a h d i tin g k a t s e k u n d e r ,

28
Sistem Aliran Satu Arah

P in tu d r a in a s e

S a lu ra n p e m b u a n g p r im e r

S a lu r a n p e m b e r i s e k u n d e r

S a lu r a n p e m b e ri
T e r s ie r

P in tu P e m b e r i

S a lu r a n p e m b e r i
P r im e r

S a lu r a n p e m b u a n g te r s ie r

S a lu ra n p e m b u a n g sek u n d e r

G a m b a r 3 .1 1 b
S ys t e m a l i r a n s a t u a r a h d i s a l u r a n t e r s i e r p e m b e r i d a n p e m b u a n g d e n g a n p i n t u m a s i n g 2 d e k a t s e k u n d e r
p e m b e ri d a n p e m b u a n g .

Sistem Aliran Satu Arah


P in tu d ra in a se

S a lu r a n p e m b u a n g p r i m e r

S a lu r a n p e m b e r i s e k u n d e r

S a lu ra n p e m b e r i
T e r s ie r

P i n t u P e m b e ri

S a lu r a n p e m b e r i
P rim er

S a l u r a n p e m b u a n g t e r s ie r

S a l u ra n p e m b u a n g s e k u n d e r

G a m b a r 3 .1 1 c .
S y s t e m a l ir a n s a t u a r a h , s a l u r a n s e k u n d e r d a n t e r s i e r p e m b e r i t e r p i s a h d e n g a n d i k o n t r o l o l e h
m a s i n g -m a s in g P i n t u p e m b e r i d a n p e m b u a n g d i s e k u n d e r

29
P in tu d r a i n a s e

S a lu r a n p e m b u a n g p r i m e r

S a l u r a n p e m b e r i se k u n d e r

S a lu r a n p e m b e r i
T e r s ie r

S a lu ra n
pena m pu nga n

P in tu P em b eri

S alu ran p em b eri


P r im e r
k
S a l u r a n p em b u a n g t e r s ie r o
n
S a l u r a n p e m b u a n g s ek u n d e r
s
e
r
v
a
s
i
G a m b a r 3 .1 2 s y s t e m T a b a t .
S ys te m in i u n tu k m e n a m p u n g air h u ja n d i p e ta k s a w a h s e rta d i sa lu ra n ter sie r d a n s e k u n d e r.

P in t u s to p l o g a t a u t a b a t d i p a s a n g d i s a l u r a n t e r s i e r p e m b e r i d a n p e m b u a n g /
d ra in a se

Penggunaan Air di Lahan Rawa Pasang Surut


Pengaturan Air untuk Padi
Jenis-jenis pengaturan air yang dapat
diterapkan untuk budidaya padi di daerah
pasang surut:
• Retensi air (penahana) air.
• Drainase dan pencucian (pelindihan)
tanah.
• Irigasi pasang surut, irigasi gravitasi dan
irigasi pompa.

30
bulan okt nov des jan feb mart
pembibitan
hujan
pemupukan organik panen
pemupukan organik

pencucian 3-7 hari

zone akar 50 cm

penyiapan lahan pertumbuhan berbunga


pematangan buah
0 - 25 26 - 75 76 - 105 106 - 135

31
Irigasi Pompa
• Sitem jaringan yang menggunakan pompa bisa di pompa di
saluran primer ke saluran sekunder pemberi dan dibuang ke
saluran drainase tersier diteruskan ke sekunder dengan pintu
pengaturan di sekunder drainase. Saluran pemberi dan
drainase dipisahkan (Gambar 3.15a)
• Pompa dipasang di tersier pemberi, air dari sekunder pemberi,
dibuang ke tersier drainase diteruskan ke sekunder drainase,
pintu pengontrol dipasang di sekunder drainase. Saluran
pemberi dan drainase dipisahkan (Gambar 3.15b)
• Pompa dipasang di tersier pemberi, air dari sekunder pemberi,
dibuang ke tersier drainase diteruskan ke sekunder drainase,
pintu pengontrol dipasang di tersier drainase. Saluran pemberi
dan drainase dipisahkan.
• Pompa dipasang di tersier pemberi, air dari sekunder pemberi,
dibuang ke tersier drainase diteruskan ke sekunder drainase,
pintu pengontrol dipasang di tersier drainase. Saluran pemberi
dan drainase dipisahkan.

p om p a s a l u r a n d ra i n a s e p e m u k im a n

p in tu s a lu ra n p e m b e ri ja lu r h ija u

G a m b a r 3 .1 5 a
P o m p a d ip a s a n g p a d a s a lu r a n se k u n d e r p e m b e r i d a n
d i s a lu r a n se k u n d e r d r a i n a s e d ip a sa n g p in tu s o r o n g

32
pom pa salu ra n d rain ase p e m u k im a n

p in t u salu ra n p em b e ri ja lu r h i ja u

G a m b a r 3 .1 5 b
P o m p a d ip a s a n g p a d a s a l u r a n t e r s ie r p e m b e r i d a n
d i s a l u r a n s e k u n d e r d r a in a s e d i p a s a n g p in t u s o r o n g

pom pa salu ra n d rain ase p e m u k im a n

p in t u salu ra n p em b e ri ja lu r h i ja u

G a m b a r 3 .1 5 c
P o m p a d ip a s a n g p a d a s a l u r a n t e r s ie r p e m b e r i d a n
d i s a l u r a n s e k u n d e r d r a in a s e d i p a s a n g p in t u s o r o n g

33
Drainase
• Aturan untuk Drainase Palawija:
– Aliran permukaan harus habis di drain selama 2 hari (hari
ke 1-2).
– base flow harus dibuang selama 2 hari (hari ke 3 - 4)
sampai mencapai rencana muka air 50 cm dibawah muka
tanah (rencana air tanah di lahan).
– Infiltrasi terjadi selama aliran permukaan terjadi. ( + 25
mm/hari).
– Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan
hujan
– Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah muka
tanah, pada saat 2 hari pertama.
– Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah rencana
air tanah di lahan pada saat setelah 4 hari.

Drainase
• Drainase untuk perkebunan :
– Aliran permukaan harus habis di drain selama 3 hari (h ke 1-3).
– Rencana muka air tanah di lahan 50 cm dari muka tanah.
– Base flow harus dibuang selama 3 hari (h ke 4-6) sampai
mencapai rencana muka air 50 cm dibawah muka tanah, dengan
rincian hari ke 4 = 25 mm, h ke 5=15 mm dan h ke 6 = 10 mm .
– Infiltrasi terjadi selama aliran permukaan terjadi selama 2 hari. ( +
25 mm/hari).
– Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan
– Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah muka tanah,
pada saat 3 hari pertama.
– Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah rencana air
tanah di lahan pada saat setelah 6 hari.

34
Surjan
• Syarat untuk bisa dilakukan surjan:
hubungan surjan dengan kedalaman pirit

Kelas Kedalaman lapisan pirit Kedalan surjan


1 < 25 cm dari permukaan tanah Tidak boleh ada surjan
2 25 – 50 cm dari permukaan tanah 20
3 51 – 100 cm dari permukaan tanah 50
4 > 100 cm dari permukaan tanah 90

Selamat Belajar

35

Anda mungkin juga menyukai