Gambar 2.1 : Anatomi sistem pencernaan, dari medial khususnya dari ventral
(Klikharry, 2010).
Menurut Harry (2010) Anatomi pada system pencernaan terdiri dari:
a. Mulut
Merupakan bagian awal dari saluran pencernaan yang
terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang
diantara gusi dan gigi dengan bibir dan pipi, serta bagian dalam
yang tersiri atas rongga mulut. Pada mulut ini terdapat palatum
anterior dan posterior yang terdiri atas membrane mukosa
(palatum mole). Rongga mulut dibatasi oleh tulang dan semua
gigi dan sebelah belakang bersambungan dengan awal faring.
b. Faring
Merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di
belakang hidung, mulut dan faring, faring berbentuk kerucut
dengan bagian terlebar bagian atas, yang berjalan hingga vetebra
servikal keenam, kemudian faring langsung berhubungan dengan
esophagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan panjang
kurang lebih 20-25 cm melalui toraks menembus diafragma yang
berhubungan langsung dengan abdomen dan menyambung
dengan lambung.
c. Esofagus
Merupakan suatu organ berongga dengan panjang 25 cm
dengan garis tengah 2 cm terletak dibelakang trachea di depan
tulang punggung kemudian masuk melalui toraks menembus
diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen dan
menyambung dengan lambung.
d. Lambung
Terletak miring dari kiri dan kanan melintasi abdomen
bagian atas antara hati dan diafragma di atas dan kolon
transversum dibawah.
11
e. Usus halus
Berbentuk tabung yang kira-jira sekitar 2,5 m panjangnya
dalam keadaan hidup, terletak di daerah umbilicus dan dikelilingi
oleh usus besar, usus halus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
deudenum dengan panjang kira-kira 25 cm, jejunum dengan
panjang kira-kira 2 m, dan ileum dengan panjang kira-kira 1 m
atau 3/5 akhir dari usus.
f. Usus besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya 1 ½ m,
lebarnya 5-6 cm. lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar.
1) Kolon asendes
Panjangnya 13 cm, terletak di bagian bawah abdomen sebelah
kanan membujur keatas dari ileum ke bawah hati.
2) Kolon transversum
Panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari kolon
asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hapatika dan sebelah
kiri terdapat fleksura linealis.
3) Kolon desendens
Panjang kurang lebih 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura linealis
sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
4) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring,
dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya sepereti huruf S,
ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
g. Rektum
Merupakan saluran pencernaan yang terakhir kira-kira 10
cm dari usus besar yang dimulai dari kolon sigmoid dan berakhir
12
2.1.3 Etiologi
Menurut Smeltzer (2006) Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan
sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama
aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung). Bahan kimia misal: lisol, alkohol, merokok,
kafein lada, steroid dan digitalis.
2. Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi diduga
pada peminum alkohol, dan merokok.
Atrofi gaster /
mukosa menipis Kurang Aktivitas lambung
informasi meningkat
Kehilangan fungsi Asam lambung
kelenjar fundus Cemas meningkat
Faktor intrinsik Kontaksi otot
lambung
Penurunan absorpsi
vitamin B12
Masukan nutrient Anorekssia, mual,
inadekuat muntah
Anemia pernisiosa
Intoleransi aktivitas
2.1.7 Komplikasi
Menurut Horbo (2010) Komplikasi yang dapat diakibatkan dari
penyakit Gastritis adalah:
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut
Yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi
ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik
Yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan,
B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu
dan penyempitan daerah antrum pylorus.
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Vietha (2008) pemeriksaan diagnostik yang dilakukakan
pada penderita Gastritis adalah:
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya
berdarah dan letaknyatersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena
erosi tidak pernahmelewati mukosa muskularis.
3. Biopsi mukosa lambung
4. Analisa cairan lambung : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL,
sekresi HCL menurun pada kliendengan gastritis kronik.
5. Pemeriksaan barium
6. Radiologi abdomen
7. Kadar Hb, Ht, Pepsinogen darah
8. Feces bila melena
9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci
untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan /
derajat ulkus jaringan / cedera.
10. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk
membedakan diganosa penyebab / sisi lesi..
19
1)Pola pernafasan
Data klien dengan Gastritis biasanya tidak ditemukan
napas sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada
auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2)Elminasi
BAB (Buang Air Besar): Kadang-kadang klien mengalami
diare /konstipasi dan bisa terjadi melena.
BAK (Buang Air Kecil): Perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak serta adanya hematuria.
3)Pola Nutrisi
Pada pola nutrisi yang di tanyakan adalah nafsu makan,
jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk, ada
tidaknya mual muntah dan kesukaran menelan.
Umumnya pada klien dengan Gastritis nafsu makan menurun
dan mengalami anoreksia, mual atau muntah.
4)Kebutuhan istirahat dan tidur
Klien sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri abdomen sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya kurang.
5)Kebutuhan Aktifitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan
kemampuan dalam ADL klien.
Pada klien Gastritis aktivitas dibatasi dan ADL di bantu
oleh perawat/keluarga.
6)Kebutuhan dan keseimbangan tubuh
Pada klien Gastritis biasanya terjadi peningkatan suhu
tubuh karena adanya infeksi.
22
a) Test laboratorium
(1) Leukositosis
(2) Hematokrit meningkat
(3) Asidosis metabolik
b) X. Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral),
didapatkan :
(1) Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada
peritonitis.
(2) Usus halus dan usus besar dilatasi.
(3) Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus
perforasi.
5) Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan pengembangan daya pikir
dan penalaran data keperawatan sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmu keperawatan untuk mendapatkan kesimpulan
permaslahan keperawatan/diagnosis keperawatan (Zaidin
Ali,2010)
Tabel 2.1 Analisa Data
NO SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Data Subyektif Infeksi mukosa Nyeri akut
a. Pasien biasanya lambung
mengeluh nyeri pada
perut
Data Obyektif Gangguan difus
a. Nyeri tekan abdomen mukosa
b. Perut tampak bengkak
c. Pasien tampak pucat
d. Pasien tampak meringis Peningkatan asam
lambung
27
Peradangan mukosa
lambung
Nyeri
2 Data Subyektif: Peradangan mukosa Gangguan
a. Pasien biasanya lambung pemenuhan
mengeluh nafsu makan nutrisi kurang
menurun dari kebutuhan
b. Pasien biasanya Aktivitas lambung
mengeluh mual muntah meningkat
Data Obyektif:
a. Pasien tampak lemah Asam lambung
b. Pasien tidak mau makan meningkat
c. Mual, muntah
Lanjutan
d. Tabel 2.1 menurun
BB klien
e. Nampak sisa makanan Anoreksia, mual,
yang disediakan RS muntah
f. Wajah pucat
3 Data Subyektif: Helicobacter pylori Hipertermi
a. Klien mengeluh demam
tinggi
Data Obyektif: Infeksi mukosa
a. Akral hangat lambung
b. Suhu diatas 39 oC
c. Klien tampak berkeringat
d. Badan teraba panas Peradangan mukosa
e. Nyeri pada otot lambung
4 Data Subyektif: Peradangan mukosa Gangguan
a. Klien biasanya mual dan lambung keseimbangan
muntah dan klien merasa cairan dan
28
haus elektrolit
Data Obyektif: Aktivitas lambung
a. Mukosa bibir kering dan meningkat
pecah-pecah
b. Turgor kulit menurun Asam lambung
c. Klien tampak lemah meningkat
d. Tampak pucat
Anoreksia, mual,
muntah
pucat d. Tidak mengalami makanan yang menghasilkan f. Menurunkan iritasi gaster/diare dan
tanda mal nutrisi. gas atau berbumbu dan terlalu ketidaknyamanan abdomen yang dapat
panas atau terlalu dingin. menganggu pemasukan
g. Berikan makanan lunak, oral/pencernaan.
hindari makanan keras sesuai
indikasi g. Pasien cenderung mengalami
perdarahan dari varises esophagus
h. Berikan perawatan mulut dapat terjadi pada sirosis berat.
sering dan sebelum makan. h. Pasien cenderung mengalami luka dan
perdarahan gusi dan rasa tidak enak
i. Tingkatkan periode tidur tanpa pada mulut dimana menambah
gangguan, khususnya sebelum anorexia.
makan. i. Penyimpanan energi menurunkan
kebutuhan metabolic pada hati dan
Kolaborasi meningkatkan regenerasi seluler.
j. Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh : Glukosa
serum, albumim, total protein.
j. Glukosa menurun menurun karena
gangguan glikogenesis, penurunan
Lanjutan Tabel 2.2
penyimpanan glikogen atau masukan
tak adequate, protein menurun karena
gangguan metabolisme, penurunan
sistem hepatic atau kehilangan
kerongga peritoneum, peningkatan
k. Pertahankan status puasa bila kadar ammonia perlu pembatasan
diindikasikan. masukan protein untuk mencegah
komplikasi serius.
k. Pada awalnya pengistirahatan GI
l. Konsul dengan ahli gizi untuk diperlukan untuk menurunkan
memberikan diet tinggi dalam kebutuhan pada hati dan produksi
kalori dan karbohidrat ammonia/urea GI.
sederhana rendah lemak dan l. Makanan tinggi kalori di butuhkan pada
tinggi protein. kebanyakan pasien yang pemasukannya
m. Berikan obat sesuai indikasi dibatasi, karbohidrat memberikan
energi yang siap pakai, lemak diserap
dengan buruk karena disfungsi hati.
m. Pasien biasanya kekurangan vitamin
karena diet yang buruk sebelumnya.