Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETIKA DAN AGAMA

AKIDAH

Disusun Oleh :

ANISSA
16371042

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK DAN KOMPUTER
UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN
2020
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan
penyusunan Makalah Etika dan Agama yang berjudul “Akidah” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah saya lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari


banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu saya pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu saya dalam rangka
menyelesaikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, saya sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka
dari itu, dengan lapang dada saya membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan saya bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Medan, 11 April 2020

Anissa

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................1

DAFTAR ISI ................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................3
1.3 Tujuan .....................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akidah .................................................................5


2.2 Ruang Lingkup Akidah .........................................................6
2.3 Kedudukan Akidah dalam Islam ...........................................7
2.4 Tujuan Mempelajari Akidah .................................................8
2.5 Penyimpangan Terhadap Akidah ..........................................9
2.6 Cara Penanggulangan Penyimpangan Akidah ....................11
2.7 Hal – Hal yang Merusak Akidah .........................................11

BAB III : KESIMPULAN

Kesimpulan ..................................................................................15

DAFTAR ISI ..............................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan  ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang
yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih
bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya


bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka
dengan mengutus para Rasul semuanya menyerukan kepada tauhid agar mereka berjalan
sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul.
Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta orang
yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.

Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah
rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah
pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan
akhirat. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek
kehidupan keagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial,
budaya, pendidikan dan sebagainya.

1.2. Rumusan Masala


Adapun rumusan masalah yang dapat saya simpulakan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa itu akidah?
2. Apa saja ruang lingkup Akidah?
3. Apa tujuan dari mempelajari akidah?
4. Apa saja hal – hal yang dapat merusak akidah seseorang?

3
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita lebih memahami tentang
apa itu akidah dan apa saja sumber – sumber dasar – dasar akidah, bahaya menyimpang
akidah, dan pengaruh akidah dalam kehidupan seseorang agar selalu berada di jalan yang
benar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akidah


Akidah adalah Ilmu pengetahuan dalam memahami perkara-perkara yang berkaitan
keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya. Akidah yang benar
adalah akidah yang berdasarkan pada al-Quran dan As-Sunnah. Dalam bahasa Arab
ْ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (ُ‫ )التَّوْ ثِ ْيق‬yang berarti
akidah berasal dari kata al-'aqdu (ُ‫)ال َع ْقد‬
ْ yang artinya mengokohkan
kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (‫ا ُم‬VV‫)ا ِإلحْ َك‬
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (‫ )ال َّر ْبطُ بِقُ َّو ٍة‬yang berarti mengikat dengan kuat.

a. Pengertian Akidah Secara Terminologi


Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan
fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu  (Kuliah Aqidah Islam, Dr. Yunahar Ilyas, M.Ag., Lc.)

b. Pengertian Akidah Secara Etimologi


Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang
diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan
pembenaran terhadap sesuatu.

c. Pengertian Akidah Secara Syara’


Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasulnya,
dan kepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun yang buruk (rukun
iman).

5
d. Pengertian Akidah Menurut Para Ahli

1 Pengertian Aqidah Menurut Hasan al-Banna


Menjelaskan bahwa aqidah adalah perkara yang harus dan wajib untuk di
yakini oleh hati seseorang. hal tersebut menyangkut tentang ketentraman hati dan
jiwa dan tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya.

2 Pengertian Aqidah Menurut Imam Al-Ghazali


Beliau menerangkan bahwa aqidah telah tumbuh dalam jiwa seseorang, maka
orang tersebut akan merasa bahwa hanya allah swt lah yang penguasa seluruh alam
semesta, dan semua yang ada di dalamnya hanyalah makhluk belaka.

3 Pengertian Aqidah Menurut Abdullah Azzam


Menurut beliau, aqidah merupakan iman dengan semua rukun-rukunnya, yang
di maksud adalah rukun iman yang berjumlah 6 rukun, yaitu kepercayaan akan
adanya allah swt, malaikat-malaikat allah, kitab-kitab allah, nabi-nabi allah, hari
akhir, serta qadha dan qadar.

4 Pengertian Aqidah Menurut Ibnu Taimiyah


Dalam bukunya yang berjudul "aqidah al-wasithiyah" beliau menerangkan
bahwa aqidah adalah suatu perkara dalam hati dan jiwa yang harus di benarkan dan
di luruskan agar menjadi tenang, tentram tanpa ada keraguan apapun di dalamnya.

5 Pengertian Aqidah Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy


Menurut beliau, aqidah merupakan kebenaran yang dapat di terima oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. semua kebenaran tersebut terpatri dalam
hati manusia dan di yakini kesahihannya secara pasti.

2.2. Ruang Lingkup Akidah

6
Aqidah memiliki ruang lingkup dalam pembahasannya. Menurut
ulama ada 4 ruang lingkup aqidah dalam Islam, yakni :
1 Ilahiyat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan,
khususnya membahas mengenai Allah SWT seperti kekuasaan Allah,
perintah Allah dan larangannya.

2 Nubuwwat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan para utusan Allah (nabi dan
rasul Allah). Dalam Alquran, disebutkan beberapa nabi dan dibahas
sebagai suri tauladan bagi umat manusia di antaranya Nabi
Muhammad SAW, Musa As, Harun As, Ismail As, Ishaq As, Daud As,
Zulkifli As, Sulaiman As, Yahya As, Isa As dan lainnya.

3 Ruhaniyat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib. Misalnya
malaikat, iblis, dan jin.

4 Sam’iyyat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib. Misalnya surga,
neraka, alam kubur, dan lainnya.

2.3. Kedudukan Akidah dalam Islam


a. Sumber Pengambilan Murni
Aqidah islam memiliki landasan yang jelas dan murni yaitu Al Qur’an,
As Sunnah serta ijma’ Salafush shalih. Jadi, Aqidah ini tidak ada
campur tangan dengan hawa nafsu, akal ataupun sekedarasumsi
manusia.

b. Aqidah Tentang Perkara Ghaib

7
Perkara ghaib merupakan segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau
oleh indra manusia. Aqidah islam sendiri bertumpu pada penyerahan
diri dan kepasrahan terhadap segala hal yang tidak dapat dilogika.

c. Jelas, Mudah dan Terang


Aqidah islam memuat segala hal dengan jelas tanpa ada
penyimpangan apapun di dalamnya. Selain itu, semua dalil dan
maknanya juga sangat mudah dipahami oleh semua orang.

d. Bebas dari Paradoks, Kekaburan dan Kerancuan


Seperti yang dijelaskan di awal, sumber utama Aqidah islam sangatlah
murni. Bahkan dalil-dalilnya juga sangat jelas. Oleh karena itu, di
dalamnya terbebas dari unsur kekaburan atau paradoks. Bahkan,
Aqidah Islam tidak mudah untuk dimasuki kebatilan dari berbagai arah.

2.4. Tujuan Mempelajari Akidah


Akidah akan menunjukkan manusia kepada perbuatan baik yang
haris dilakukan dan mengjindari perbuatan buruk. Sebab dengan
mengimani suatu aqidah, manusia harus bisa melakukan perintah
Allah dan menjauhi larangannya.
Selain itu mempelajari aqudah juga mendatangkan banyak
manfaat kepada iman manusia itu sendiri. Adapun manfaat dari
mempelajari aqidah ialah:

1. Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT


Mempelajari aqidah akan membuat Anda semakin paham
konsep-konsep beriman dalam Islam. Orang yang paham Aqidah
akan bisa dengan mudah mengikhlaskan ibadahnya semata-mata

8
hanya untuk Allah SWT. Dari sini, mereka akan terus berusaha
meningkatkan ibadahnya tanpa ada keraguan lainnya.

2. Bisa Menenangkan Jiwa


Aqidah bertujuan untuk membuat hati menjadi lebih tenang
karena bisa menerima semuanya dengan ikhlas, baik takdir baik
maupun buruk. Hal ini karena mereka meyakini bahwa semuanya
ini sudah diatur oleh Allah. Mereka juga akan percaya bahwa
rencana Allah jauh lebih indah sehingga tidak perlu khawatir apa
yang akan terjadi esok hari.

3. Memperbanyak Amalan Baik


Tujuan Aqidah sebenarnya untuk menghindarkan diri dari
perbuatan sesat. Oleh karena itu, mereka yang memahami dengan
baik Aqidah akan senantiasa melakukan amalan baik dan menjauhi
perbuatan buruk yang dilarang Allah. Mereka akan selalu ingat
bahwasannya setiap perbuatan dosa yang dilakukan akan
mendapat balasan dan siksaan.

4. Menegakkan Agama
Semakin banyak Anda tahu tentang aqidah makan orang
akan sulit menggoyahkan iman Anda. Dengan mengetahui aqidah
secara mendalam, orang tidak akan pernah ragu membela
agamanya di mata siapapun.
Selain itu, mereka juga akan selalu berusaha untuk
memperkuat tiang penyangga agamanya, termasuk berjihad. Pada
dasarnya, Aqidah akan membuat orang tahu bahwasannya yang
perlu dikejar tidak semata-mata kebahagiaan di dunia tetapi juga
di akhirat.

2.5. Penyimpangan Terhadap Akidah

9
a. Kebodohan terhadap aqidah shahihah
Karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian
terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga
tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq
sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Umar bin Khatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul
Islam akan pudar satu demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh
tanpa mengenal kejahiliyaha

b. Ta’ashshub (fanatik) 
Kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu batil,
dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya: ”Dan apabila dikatakan
kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’, mereka menjawab, ’(tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”

c. Taqlid Buta
Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnya
dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

d. Ghuluw (berlebihan)
Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas
derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak
mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun
meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah dan
makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan
menyembah Allah.

e. Ghaflah (lalai)

10
Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat
kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Di
samping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai
mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka
mengagung-agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih
payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini
kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam.

f. Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya.


Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap
pendidikan agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan media
informasi, baik cetak maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur dan
perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat meteri dan
hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral dan
menanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat.

2.6. Cara Penanggulangan Penyimpangan Akidah


a. Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam untuk
mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidah
mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang
telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan yang
sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai,
karena siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.

b. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang
pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat
dalam menyajikan materi ini.

c. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan
kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.

11
d. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah
salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.(Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin
Fauzan bin Abdullah al Fauzan)

2.7. Hal – Hal yang Merusak Akidah


1. Kebodohan dan Perselingkuhan
Dalam bahasa kafir berasal dari kata Arab: kufur, yang berarti menutupi sesuatu,
atau menyembunyikan sesuatu yang baik yang telah diterima, dan atau tidak berterima
kasih atas kebaikan yang telah diterima. Orang itu disebut kafir, bentuk jamaknya kafir
atau kuffar. Dalam kata sehari-hari, kata kafir tampaknya lebih umum digunakan
daripada kata kafir, meskipun kata kafir sering disebut untuk menunjukkan sesuatu yang
berarti kafir.
Sedangkan istilah perselingkuhan sering diartikan sebagai sikap atau tindakan
yang menyangkal, menentang, memulihkan dan menyangkal kebenaran dewa yang
disampaikan oleh para rasul-Nya. Dalam Alquran kata kufur merujuk pada tindakan
yang terkait dengan Tuhan. Dengan demikian, sikap atau tindakan yang termasuk dalam
kategori ketidakpercayaan ini dapat diidentifikasi sebagai:
a) Menjauhkan diri dari bantuan dan pemberian Tuhan dan tidak berterima kasih
kepada-Nya. Ini ditemukan dalam QS An-Nahl: 55 dan QS ar-Rum: 34.
b) Hindari tanggung jawab atau abstain dari tindakan apa pun. Ini ditemukan dalam
QS Abraham: 22.
c) Keberatan atau keberatan terhadap hukum Allah. Ini ditemukan dalam QS al-
Maidah: 44.
d) Meninggalkan amal yang diperintahkan Allah. Ini ditemukan dalam QS ar-Rum:
44.

2. Syirik
Kata syirk berasal dari kata Arab syirk yang berarti sekutu atau sekutu. Dalam hal
monoteisme, syirik digunakan dalam arti menghubungkan dewa-dewa lain dengan
Tuhan, apakah itu persekutuan dengan substansi-Nya, sifat-Nya atau kasih sayang-Nya,

12
atau kepatuhan yang harus diarahkan hanya kepada-Nya. Ini bisa dilihat di QS az-
zumar: 38, Al-Ankabut: 63, dan al-zukhruf: 87.
Percaya kepada Tuhan tidak dengan sendirinya berarti iman atau
kesalehan. Karena iman kepada Tuhan tidak cukup dalam arti percaya kepada-Nya saja,
tetapi itu mencakup pemahaman yang benar tentang siapa Tuhan itu dan bagaimana kita
harus bertindak terhadap-Nya dan untuk hal-hal selain Dia. Karena itu orang-orang
Arab sebelum Islam, terlepas dari kepercayaan mereka kepada Allah, bahwa pencipta
alam semesta, yang menyebabkan hujan dan bahkan pencipta seluruh dunia adalah
Allah SWT, mereka tidak dapat disebut orang percaya, karena kepercayaan mereka bagi
Tuhan masih mengandung kemungkinan mempercayai orang lain selain Tuhan dalam
keilahian-Nya. Itulah sebabnya mereka disebut muslim sebagai anti tesis oleh para ateis.

3. Riddah dan murtad


Menurut riddah, makna aslinya kembali (ke suatu tempat atau jalan
kembali). Sedangkan kata murtad adalah nama pelakunya. Definisi ini mencakup
meninggalkan iman dan kembali kepada ketidakpercayaan. Istilah kemurtadan
didefinisikan sebagai seseorang yang secara sadar (tanpa paksaan) keluar dari Islam
dalam bentuk niat, kata, atau perbuatan yang menyebabkan dia tidak percaya, pindah
agama atau tidak beragama sama sekali.
Dalam hubungan ini, ketika seseorang berbicara tentang Islam karena dipaksa
oleh orang lain - seperti mengancam akan membunuh - sementara hatinya masih
percaya, ia bukan milik murtad. Ini bisa dilihat di QS An-Nahl: 106. 

4. Bid'ah
Arti bidat oleh bahasa adalah bahwa segala sesuatu adalah baru, atau sesuatu yang
tidak berdasarkan pada contoh yang ada. Sedangkan istilah bid'ah berarti menciptakan
sesuatu dalam Islam yang tidak ditemukan dalam Al Qur'an dan Sunnah.

5. Mukjizat
Kata takhayul berasal dari bahasa Arab: arti alfabetis dari dongeng, legenda, cerita,
ketidakbenaran, asumsi, asumsi, kepercayaan dan keyakinan palsu, atau keyakinan

13
salah. Mempertimbangkan dongeng, cerita, dongeng, dan absurditas lainnya pada
umumnya menarik dan mempesona, supranatural juga disebut "al-hadis al-mustamlah
min al-kidb", sebuah kisah yang menarik dan mempesona.
Sedangkan dalam istilahnya, takhayul adalah keyakinan, keyakinan, pandangan
dan ajaran yang tidak memiliki dasar dalam agama tetapi diyakini sebagai esensi dan
agama. Dengan demikian, bagi umat Islam, setiap ajaran atau pandangan, kepercayaan
dan keyakinan yang dianggap absurditas atau kejelasan mereka - jelas bertentangan
dengan ajaran Alquran dan Hadits nabi, termasuk dalam kategori takhayul. 

6. Tahayul
Kata takhayul berasal dari bahasa Arab, al-tahayul yang berarti desain, pemikiran,
dan imajinasi. Sementara dalam istilah, takhayul adalah kepercayaan pada supranatural,
bahwa kepercayaan hanya didasarkan pada kecerdasan, bukan pada sumber Islam, baik
Alquran atau al-hadits.

7. Nifaq atau Munafiq


Nifaq berasal dari kata Arab na-fi-qa-u, yang merupakan salah satu lubang tempat
asal yarbu (binatang tikus). Nifaq juga dikatakan berasal dari kata na-fa-qa, yang
merupakan tempat persembunyian. Sementara menurut hukum Islam, nifaq berarti
Islam dan baik, tetapi menyembunyikan ketidakpercayaan dan kejahatan. Nifaq
dibedakan dalam dua jenis yaitu nifaq I'tiqadiy dan nifaq 'amaliy. 
- Nifaq I'tiqadiy (keyakinan) atau nifaq besar, di mana pelakunya nampaknya beriman,
tetapi menyembunyikan kekafiran. Orang yang termasuk nifaq ini berarti dia keluar
dari agama dan dia berada di kerak neraka.
- Nifaq Amaly (melakukan), yaitu melakukan sesuatu yang merupakan tindakan orang
munafik, tetapi masih memiliki iman di dalam hati. Jenis nifaq ini tidak membawa
pelakunya keluar dari agama, tetapi bisa menjadi perantara (perantara) bagi pelaku
untuk meninggalkan agama jika dia terus melakukan tindakan nifaq.

14
BAB III
KESIMPULAN

Akidah adalah Ilmu pengetahuan dalam memahami perkara-perkara yang berkaitan


keyakinan terhadap Allah swt dan sifat-sifat kesempurnaanNya. Akidah yang benar
adalah akidah yang berdasarkan pada al-Quran dan As-Sunnah.

Ruang lingkup akidah :


1. Ilahiyat 3. Ruhaniyat
2. Nubuwwat 4. Sam’iyyat

Kedudukkan akidah dalam Islam, yaitu : Sumber Pengambilan Murni; Akidah tentang
perkara ghaib; Jelas, mudah dan terang; juga bebas dari paradok, kekaburan dan kerancuan.

Tujuan mempelajari akidah yaitu : Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT, bisa
menenangkan jiwa, memperbanyak amalan baik, menegakkan agama.

Penyimpangan terhadap akidah berupa : Kebodohan terhadap aqidah shahihah, Ta’ashshub


(fanatik), Taqlid Buta, Ghuluw (berlebihan), Ghaflah (lalai), dan enggannya media pendidikan
dan media informasi melaksanakan tugasnya. Adapun cara untuk menanggulanginya yaitu,
15
Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam, Memberi
perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang pendidikan, Harus
ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran, dan menyebar para da’i yang
meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah salaf serta menjawab dan menolak
seluruh aqidah batil

Beberapa hal yang dapat merusak akidah yaitu : Kebodohan dan Perselingkuhan, Syirik,
Riddah dan murtad, Bid'ah, Mukjizat, Tahayul, Nifaq atau Munafiq

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/

https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam

https://www.ngelmu.co/pengertian-aqidah-tujuan-dan-fungsi-aqidah/

https://pelayananpublik.id/2019/07/27/akidah-pengertian-tujuan-dan-kedudukannya-dalam-islam/

http://reduma99.blogspot.com/2012/09/reduma003.html

https://www.slideshare.net/farasyaa/makalah-akidah-islamiyah

http://belajarpengertian.blogspot.com/2018/08/pengertian-aqidah-menurut-bahasa-istilah-dan-
menurut-para-ahli.html

16

Anda mungkin juga menyukai