Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
AKIDAH
Disusun Oleh :
ANISSA
16371042
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi
Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan
penyusunan Makalah Etika dan Agama yang berjudul “Akidah” tepat pada waktunya.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, saya sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka
dari itu, dengan lapang dada saya membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan saya bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.
Anissa
1
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
Kesimpulan ..................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang
yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih
bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.
Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah
rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah
pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan
akhirat. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek
kehidupan keagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial,
budaya, pendidikan dan sebagainya.
3
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita lebih memahami tentang
apa itu akidah dan apa saja sumber – sumber dasar – dasar akidah, bahaya menyimpang
akidah, dan pengaruh akidah dalam kehidupan seseorang agar selalu berada di jalan yang
benar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
d. Pengertian Akidah Menurut Para Ahli
6
Aqidah memiliki ruang lingkup dalam pembahasannya. Menurut
ulama ada 4 ruang lingkup aqidah dalam Islam, yakni :
1 Ilahiyat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan masalah ketuhanan,
khususnya membahas mengenai Allah SWT seperti kekuasaan Allah,
perintah Allah dan larangannya.
2 Nubuwwat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan para utusan Allah (nabi dan
rasul Allah). Dalam Alquran, disebutkan beberapa nabi dan dibahas
sebagai suri tauladan bagi umat manusia di antaranya Nabi
Muhammad SAW, Musa As, Harun As, Ismail As, Ishaq As, Daud As,
Zulkifli As, Sulaiman As, Yahya As, Isa As dan lainnya.
3 Ruhaniyat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan mahluk gaib. Misalnya
malaikat, iblis, dan jin.
4 Sam’iyyat
Pembahasan hal yang berkenaan dengan alam gaib. Misalnya surga,
neraka, alam kubur, dan lainnya.
7
Perkara ghaib merupakan segala sesuatu yang tidak dapat dijangkau
oleh indra manusia. Aqidah islam sendiri bertumpu pada penyerahan
diri dan kepasrahan terhadap segala hal yang tidak dapat dilogika.
8
hanya untuk Allah SWT. Dari sini, mereka akan terus berusaha
meningkatkan ibadahnya tanpa ada keraguan lainnya.
4. Menegakkan Agama
Semakin banyak Anda tahu tentang aqidah makan orang
akan sulit menggoyahkan iman Anda. Dengan mengetahui aqidah
secara mendalam, orang tidak akan pernah ragu membela
agamanya di mata siapapun.
Selain itu, mereka juga akan selalu berusaha untuk
memperkuat tiang penyangga agamanya, termasuk berjihad. Pada
dasarnya, Aqidah akan membuat orang tahu bahwasannya yang
perlu dikejar tidak semata-mata kebahagiaan di dunia tetapi juga
di akhirat.
9
a. Kebodohan terhadap aqidah shahihah
Karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian
terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga
tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq
sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Umar bin Khatab radliyallahu ’anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul
Islam akan pudar satu demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh
tanpa mengenal kejahiliyaha
b. Ta’ashshub (fanatik)
Kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya, sekalipun hal itu batil,
dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun hal itu benar. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang artinya: ”Dan apabila dikatakan
kepada mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah ’, mereka menjawab, ’(tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
c. Taqlid Buta
Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui dalilnya
dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.
d. Ghuluw (berlebihan)
Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas
derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak
mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan maupun
meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah dan
makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan bukan
menyembah Allah.
e. Ghaflah (lalai)
10
Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat
kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Qura’niyah). Di
samping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai
mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka
mengagung-agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih
payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini
kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam.
b. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang
pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat
dalam menyajikan materi ini.
c. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan
kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.
11
d. Menyebar para da’i yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah
salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil.(Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin
Fauzan bin Abdullah al Fauzan)
2. Syirik
Kata syirk berasal dari kata Arab syirk yang berarti sekutu atau sekutu. Dalam hal
monoteisme, syirik digunakan dalam arti menghubungkan dewa-dewa lain dengan
Tuhan, apakah itu persekutuan dengan substansi-Nya, sifat-Nya atau kasih sayang-Nya,
12
atau kepatuhan yang harus diarahkan hanya kepada-Nya. Ini bisa dilihat di QS az-
zumar: 38, Al-Ankabut: 63, dan al-zukhruf: 87.
Percaya kepada Tuhan tidak dengan sendirinya berarti iman atau
kesalehan. Karena iman kepada Tuhan tidak cukup dalam arti percaya kepada-Nya saja,
tetapi itu mencakup pemahaman yang benar tentang siapa Tuhan itu dan bagaimana kita
harus bertindak terhadap-Nya dan untuk hal-hal selain Dia. Karena itu orang-orang
Arab sebelum Islam, terlepas dari kepercayaan mereka kepada Allah, bahwa pencipta
alam semesta, yang menyebabkan hujan dan bahkan pencipta seluruh dunia adalah
Allah SWT, mereka tidak dapat disebut orang percaya, karena kepercayaan mereka bagi
Tuhan masih mengandung kemungkinan mempercayai orang lain selain Tuhan dalam
keilahian-Nya. Itulah sebabnya mereka disebut muslim sebagai anti tesis oleh para ateis.
4. Bid'ah
Arti bidat oleh bahasa adalah bahwa segala sesuatu adalah baru, atau sesuatu yang
tidak berdasarkan pada contoh yang ada. Sedangkan istilah bid'ah berarti menciptakan
sesuatu dalam Islam yang tidak ditemukan dalam Al Qur'an dan Sunnah.
5. Mukjizat
Kata takhayul berasal dari bahasa Arab: arti alfabetis dari dongeng, legenda, cerita,
ketidakbenaran, asumsi, asumsi, kepercayaan dan keyakinan palsu, atau keyakinan
13
salah. Mempertimbangkan dongeng, cerita, dongeng, dan absurditas lainnya pada
umumnya menarik dan mempesona, supranatural juga disebut "al-hadis al-mustamlah
min al-kidb", sebuah kisah yang menarik dan mempesona.
Sedangkan dalam istilahnya, takhayul adalah keyakinan, keyakinan, pandangan
dan ajaran yang tidak memiliki dasar dalam agama tetapi diyakini sebagai esensi dan
agama. Dengan demikian, bagi umat Islam, setiap ajaran atau pandangan, kepercayaan
dan keyakinan yang dianggap absurditas atau kejelasan mereka - jelas bertentangan
dengan ajaran Alquran dan Hadits nabi, termasuk dalam kategori takhayul.
6. Tahayul
Kata takhayul berasal dari bahasa Arab, al-tahayul yang berarti desain, pemikiran,
dan imajinasi. Sementara dalam istilah, takhayul adalah kepercayaan pada supranatural,
bahwa kepercayaan hanya didasarkan pada kecerdasan, bukan pada sumber Islam, baik
Alquran atau al-hadits.
14
BAB III
KESIMPULAN
Kedudukkan akidah dalam Islam, yaitu : Sumber Pengambilan Murni; Akidah tentang
perkara ghaib; Jelas, mudah dan terang; juga bebas dari paradok, kekaburan dan kerancuan.
Tujuan mempelajari akidah yaitu : Meningkatkan Ibadah Kepada Allah SWT, bisa
menenangkan jiwa, memperbanyak amalan baik, menegakkan agama.
Beberapa hal yang dapat merusak akidah yaitu : Kebodohan dan Perselingkuhan, Syirik,
Riddah dan murtad, Bid'ah, Mukjizat, Tahayul, Nifaq atau Munafiq
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam
https://www.ngelmu.co/pengertian-aqidah-tujuan-dan-fungsi-aqidah/
https://pelayananpublik.id/2019/07/27/akidah-pengertian-tujuan-dan-kedudukannya-dalam-islam/
http://reduma99.blogspot.com/2012/09/reduma003.html
https://www.slideshare.net/farasyaa/makalah-akidah-islamiyah
http://belajarpengertian.blogspot.com/2018/08/pengertian-aqidah-menurut-bahasa-istilah-dan-
menurut-para-ahli.html
16