Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian Corona
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS
dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang dikenal beredar pada
hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Manifestasi klinis
biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan.
Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada
kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian.
B. Sejarah Virus Corona
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi
Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus
(coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern
(PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat
dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain.
Sampai dengan 16 Februari 2020, secara global dilaporkan 51.857 kasus
konfimasi di 25 negara dengan 1.669 kematian (CFR 3,2%). Rincian negara
dan jumlah kasus sebagai berikut: China 51.174 kasus konfirmasi dengan
1.666 kematian, Jepang (53 kasus, 1 Kematian dan 355 kasus di cruise ship
Pelabuhan Jepang), Thailand (34 kasus), Korea Selatan (29 kasus), Vietnam
(16 kasus), Singapura (72 kasus), Amerika Serikat (15 kasus), Kamboja (1
kasus), Nepal (1 kasus), Perancis (12 kasus), Australia (15 kasus), Malaysia
(22 kasus), Filipina (3 kasus, 1 kematian), Sri Lanka (1 kasus), Kanada (7
kasus), Jerman (16 kasus), Perancis (12 kasus), Italia (3 kasus), Rusia (2
kasus), United Kingdom (9 kasus), Belgia (1 kasus), Finlandia (1 kasus),
Spanyol (2 kasus), Swedia (1 kasus), UEA (8 kasus), dan Mesir (1 Kasus).
Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang
dilaporkan terinfeksi. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan
sebagian besar adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan
bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua
paru. Menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar kasus
di Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang
sering berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini,
penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. WHO melaporkan
bahwa penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak erat dan
petugas kesehatan) telah dikonfirmasi di China maupun negara lain.
Berdasarkan kejadian MERS dan SARS sebelumnya, penularan manusia ke
manusia terjadi melalui droplet, kontak dan benda yang terkontaminasi,
maka penularan COVID-19 diperkirakan sama. Rekomendasi standar untuk
mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara teratur,
menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung
dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapa
pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.
Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat
berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat.
C. Penularannya
1. Lewat droplet/percikan saat : Batuk, bersin atau berbicara
2. Kontak fisik dengan orang Terinfeksi (menyentuh atau Jabat tangan)
3. Menyentuh mulut, hidung dan Mata dengan tangan yang Terpapar virus
D. Gejala
a. Gejala ringan & sedang
 Demam (sama dengan atau > 38 C) atau ada riwayat demam, pada
kasus tertentu tidak ada demam
 Batuk/pilek/nyeri tenggorokan
b. Gejala Berat
Gejala ringan ditambah :
 Keluhan sesak nafas (frekuensi nafas >24x/menit) dan pneumonia
berdasarkan gambaran radiologis
 Gagal ginjal
Gejala tersebut disertai riwayat sebagai berikut :
1. Melakukan perjalanan ke negara/daerah yang terkonfirmasi
adanya transmisi lokal Covid-19 pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala
2. Kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada 14
hari terakhir ke negara-negara/daerah yang terkonfirmasi adanya
transmisi lokal Covid-19
3. Kontak erat dengan orang-orang berasal dari negara/daerah yang
terkonfirmasi adanya transmisi lokal Covid-19
4. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan
dengan pasien yang terkonfirmasi Covid-19
5. Riwayat kontak erat (minimal 15 menit dengan jarak kurang dari 2
meter) dengan pasien terkonfirmasi Covid-19
E.. Pencegahan
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir minimal 20 detik.
Jangan menyentuh hidung, mulut dan mata sebelum mencuci tangan!
2. Terapkan etika batuk ketika batuk

3. Melakukan physical distancing


Physical Distancing adalah menjaga jarak antar manusia dan
menghindari titik keramaian
COVID-19 menyebar dengan cepat. Orang dapat terinfeksi tanpa
gejala apapun, namun tetap dapat menyebarkannya ke orang lain. Jika
kita tidak melakukan upaya pencegahan dengan menghindari
keramaian, jumlah orang terinfeksi akan meledak dan fasilitas
layanan kesehatan akan kewalahan menangani.
 Yang dilakukan saat Physical Distancing
Berdiam diri di rumah, jika tidak untuk kepentingan yang
sangat mendesak, usahakan tidak keluar rumah. Jika terpaksa
sekali ke luar rumah, hindari tempat keramaian, beri jarak
dengan orang lain, Sekolah diliburkan, kebanyakan tempat kerja
sudah memberlakukan work from home.
Maka bijaksanalah, jangan malah jalan-jalan, jangan
mudik/pulang kampung, jangan mengadakan acara berkumpul
seperti reuni, arisan, dll.Saudara-saudara kita yang bekerja di
fasilitasmkesehatan sedang berjuang di garda terdepan, mari
hormati usaha mereka dengan mematuhi setiap himbauan, dan
melakukan hal produktif lainnya.
F. Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Pandemic Covid 19
1. Lockdown baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah adalah
kebijakan pemerintah pusat. Kebijakan ini tidak boleh diambil oleh
pemerintah daerah. Dan sampai saat ini tidak ada kita berpikiran ke arah
kebijakan lockdown. Sekarang ini yang paling penting yang perlu
dilakukan adalah bagaimana kita mengurangi mobilitas orang dari satu
tempat ke tempat yang lain, menjaga jarak, dan mengurangi kerumunan
orang yang membawa risiko lebih besar pada penyebaran covid-19.
2. Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah di
rumah perlu terus untuk kita gencarkan, untuk mengurangi tingkat
penyebaran COVID-19  dengan tetap mempertahankan pelayanan
kepada masyarakat, baik itu urusan kebutuhan pokok, pelayanan
kesehatan, dan layanan-layanan publik lainnya.
3. Transportasi publik tetap harus disediakan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah, dengan catatan meningkatkan tingkat
kebersihan transportasi tersebut, baik itu kereta api, bus kota, MRT,
LRT, bus trans. Yang penting bisa mengurangi tingkat kerumunan,
mengurangi antrian, dan mengurangi tingkat kepadatan orang di dalam
moda transportasi tersebut sehingga kita bisa menjaga jarak satu dengan
lainnya.
4. Kebijakan besar di tingkat daerah terkait dengan COVID-19  harus
dibahas terlebih dulu dengan pemerintah pusat. Untuk mempermudah
komunikasi, saya minta kepada daerah untuk berkonsultasi
membahasnya dengan kementerian terkait dan Satgas COVID-19
5. Satgas COVID-19 menjadi satu-satunya rujukan informasi kepada
masyarakat.
 Kebijakan COVID-19 di Kota Bogor
Dengan di mulainya diberlakukan pembatasan wilayah, Dedie
mengaku masih menunggu perkembangan dari Pemprov DKI Jakarta
yang juga berencana menutup akses keluar masuk wilayah tersebut.
Kebijakan tersebut akan merujuk kepada satu Peraturan Pemerintah
(PP) tentang karantina lokal yang kini masih dirancang.
Kepala daerah dapat menerapkan karantina lokal di wilayahnya
berdasarkan PP tersebut. Namun karantinanya hanya melarang orang
lewat, sedangkan barang, petugas medis, dan logistik boleh tetap
masuk. Begitu pula aktivitas jual beli kebutuhan pokok masih tetap
seperti biasa.
Skenario Karantina Wilayah
Adapun skenario rekayasa lalu lintas karantina wilayah di Kota Bogor
yakni:
- Plan A : Karantina kewilayahan terbatas (Local Lockdown Pusat
Kota)
Penyekatan Arus Lalu Lintas Dilakukan Pada 5 Lokasi Simpang
Menuju Pusat Kota Bogor:
a. Simpang Baranangsiang menuju Tugu Kujang hingga seputar
Kebun Raya Bogor.
b. Simpang Empang menuju Bogor Trade Mall
c. Simpang Jembatan Merah dari Jalan Merdeka menuju Jalan Kapten
Muslihat
d. Simpang Air Mancur menuju Jalan Jenderal Sudirman
e. Simpang Pangrango
- PLAN B : Karantina Seluruh Wilayah Kota Bogor (Full Local
Lockdown)
Penyekatan Arus Lalu Lintas di 9 Lokasi menuju Kota Bogor:
a. Simpang Baranangsiang menuju Tugu Kujang hingga seputar
Kebun Raya Bogor
b. Simpang Empang menuju Bogor Trade Mall
c. Simpang Gunung Batu menuju Jalan Veteran
d. Simpang RSUD menuju Jalan Semeru
b. Simpang Air Mancur menuju Jalan Sudirman
c. Simpang Bogor Outer Ring Road (BORR) menuju Warung Jambu
d. Simpang Marwan dari arah Pangrango hingga seputar Kebun Raya
Bogor
e. Simpang Ekalokasari menuju Terminal Baranangsiang-Tugu
Kujang
f. U-Turn Polsek Bogor Timur menuju Baranangsiang
G. Pengaruh Covid-19 terhadap KIA
a. Ibu Hamil
Selama masa kehamilan, perempuan mengalami perubahan
sistem imun yang menyebabkan mereka lebih rentan terhadap infeksi
saluran pernapasan. Sementara saat ini dunia sedang menghadapi
pandemi virus corona COVID-19 yang menyerang paru-paru dan
saluran pernapasan manusia.Pemerintah Inggris mengumumkan, ibu
hamil lebih berisiko terpapar penyakit akibat infeksi virus corona
COVID-19. Dalam konferensi pers itu, Kepala Petugas Medis Inggris,
Chris Whitty, meminta para ibu hamil mengisolasi diri selama 12
minggu di dalam rumah.
“Imbauan itu sebagai tindakan pencegahan karena pemahaman
kami soal virus ini masih dalam tahap awal dan kami hanya ingin
memastikan keselamatan mereka,” kata Whitty, dilansir Time.
Namun, perubahan sistem imun yang terjadi pada kehamilan
dapat membuat ibu hamil lebih rentan terkena infeksi virus Corona
dan lebih berisiko mengalami gejala penyakit yang berat dan fatal.
Selain itu, demam tinggi yang terjadi akibat COVID-19 di
trimester pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko
terjadinya cacat lahir pada anak.
Berdasarkan kejadian yang lalu, ibu hamil dengan SARS atau
MERS juga berisiko lebih tinggi mengalami keguguran
atau melahirkan bayi prematur. Kejadian ini juga bisa terjadi pada ibu
hamil dengan COVID-19, namun laporan kejadiannya masih sangat
sedikit.
Sejauh ini, penularan utama virus Corona adalah melalui
percikan air liur pada batuk atau bersin. Belum ada data yang jelas
terkait penularan virus Corona dari ibu ke janin selama kehamilan atau
saat melahirkan. Namun, dari kasus yang baru-baru ini terjadi, bayi
yang lahir dari ibu dengan COVID-19 tidak terbukti positif tertular
virus ini.
Bila Bumil merasakan gejala atau baru saja bepergian ke negara
terjangkit, seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Italia, Bumil dapat
klik gambar di bawah ini untuk mengetahui apakah Bumil berisiko
terinfeksi virus Corona.
Perubahan sistem kekebalan tubuh selama kehamilan
menyebabkan risiko perempuan hamil terinfeksi COVID-19 lebih
tinggi dari rata-rata orang pada umumnya.
Belum ada bukti yang menunjukkan COVID-19 meningkatkan
risiko keguguran pada Ibu Hamil Menurut Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists Royal Australian dan New
Zealand:
 Perempuan hamil tampaknya tidak berisiko mengalami kondisi
yang lebih parah dari COVID-19 daripada populasi umum
 Infeksi COVID-19 pada ibu hamil belum terbukti
meningkatkan risiko keguguran
 Tidak ada bukti virus dapat menular dari ibu hamil ke bayinya
 Tidak ada bukti virus akan menyebabkan kelainan pada bayi
yang belum lahir
 Operasi caesar atau induksi persalinan tampaknya tidak
diperlukan, jika tujuannya mengurangi risiko penularan dari Ibu
ke anak
 Beberapa bayi yang lahir dari perempuan dengan gejala
COVID-19 di China lahir prematur, tetapi tidak jelas apakah ini
disebabkan oleh virus atau keputusan dokter.
 Tidak ada bukti bayi yang baru lahir dan bayi berisiko tinggi
mengalami komplikasi
 Tidak ada bukti COVID-19 menular dari ibu ke anak melalui
ASI, sehingga menyusui tetap dianjurkan, meskipun perempuan
dengan virus tersebut harus ekstra hati-hati dengan kebersihan
dan mempertimbangkan memakai masker wajah saat menyusui

b. Bayi dan balita


Risiko bayi dari COVID-19 juga cukup rendah, meskipun tidak
serendah anak-anak yang usianya lebih tua.
Tapi menurut makalah Pediatrics, mereka yang berusia di bawah
1 tahun, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi yang parah
atau kritis.
Profesor Collignon mengatakan, risiko bayi terjangkit berbagai
macam infeksi cenderung lebih tinggi."Secara umum, semakin muda
usia anak, semakin tinggi risikonya," katanya.
Namun ia juga mengatakan belum ada data yang benar-benar
meyakinkan bahwa mereka lebih berisiko.
H. Pengaruh COVID 19 terhadap Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, lansia atau orang
dengan usia lanjut dengan kondisi medis tertentu yang sudah ada
sebelumnya dapat dengan mudah terinfeksi oleh virus Corona karena
kekebalan mereka lebih rendah. Meski demikian ada beberapa cara untuk
mencegah agar virus Corona tidak menular :
1. Tidak melakukan perjalanan Untuk sementara waktu sebaiknya tidak
melakukan perjalanan. Sebab dalam perjalanan, seseorang akan lebih
mudah terpapar virus maupun bakteri apalagi jika berada di tengah
kerumunan. Saat berpergian khususnya dengan kendaraan umum dan
hotel yang tidak dibersihkan dengan benar dapat meningkatkan risiko
terinfeksi virus Corona
2. Hindari pertemuan sosial sementara waktu Pertemuan sosial yang besar
berarti Anda akan bertemu lebih banyak orang, lebih banyak jabat
tangan, lebih banyak sentuhan konstan dengan mereka dan lebih banyak
potensi penyebaran penyakit. Pertemuan sosial juga memungkinkan
orang untuk menyentuh benda-benda yang terinfeksi oleh virus Corona
sehingga bisa memperbesar potensi penyebaran virus. Oleh karena itu,
orang dewasa yang lebih tua harus selalu ingat bahwa meskipun mereka
sedang dalam pengobatan dan kondisinya stabil, situasinya mungkin
menjadi lebih buruk jika mereka terinfeksi oleh COVID-19.
3. Sementara waktu lebih baik tidak menerima kunjungan cucu Pada situasi
seperti ini, mereka juga harus menghindari mengunjungi anak-anak
mereka, terutama yang berusia sangat muda. Sebab anak-anak juga lebih
mudah terserang virus karena kekebalan tubuh mereka yang belum
berkembang maksimal. Jika orang dewasa yang lebih tua terkena virus
Corona selama berkunjung ke cucu mereka yang terlalu muda, ada
kemungkinan besar penyebaran virus pindah ke anak-anak.
4. Tunda pemeriksaan rutin Lansia berpotensi lebih besar mengalami
masalah kesehatan, oleh karenanya mereka rutin melakukan pemeriksaan
ke dokter. Cobalah untuk menunda sebentar dan hanya mengunjungi
dpkter saat sangat mendesak.
5. Beralihlah ke pertemuan virtual Sangat sulit bagi orang tua untuk
menjauhkan diri dari interaksi sosial karena dapat menyebabkan isolasi
sosial, yang sudah menjadi masalah kesehatan mental utama pada orang
tua. Orang yang mereka cintai harus memastikan bahwa mereka tidak
merasa sendirian dan tetap bahagia. Orang tua dapat melakukannya
dengan mengatur pertemuan virtual (seperti Skype atau Panggilan video)
dengan teman atau kerabat mereka sehingga kesepian tidak akan
memengaruhi kondisi pikiran mereka.
6. Ajarkan tentang kebersihan pada pengasuh Pengasuh biasanya
sekelompok profesional yang berpengalaman dalam memberikan
perawatan yang tepat untuk orang tua atau lansia dengan obat-obatan
tepat waktu dan kebutuhan lainnya. Penting untuk memeriksa kembali
kebersihan pengasuh lansia pada kondisi seperti saat ini. Pastikan mereka
mencuci tangan dengan benar dan belum mengunjungi daerah yang
terinfeksi setelah wabah.
7. Melarang kunjungan ke rumah jompo Panti jompo dimaksudkan untuk
memberikan perawatan dan perhatian yang tepat kepada para lansia serta
memantau kesehatan rutin mereka. Karena orang yang lebih tua lebih
rentan terhadap virus Corona, pengunjung nonmedis ke panti jompo
harus dibatasi, termasuk anggota keluarga.
8. Jangan berkompromi pada rutinitas harian Pandemi virus Corona telah
memengaruhi aktivitas sehari-hari banyak orang di luar sana. Orang-
orang harus memperhatikan anggota keluarga yang lebih tua dan lebih
memperhatikan kebiasaan rutin mereka seperti tidur tepat waktu, makan
sehat, dan berolahraga setiap hari.
Sistem imun yang sudah melemah ditambah adanya penyakit kronis
dapat meningkatkan risiko COVID-19 pada lansia, baik risiko terjadinya
infeksi virus Corona maupun risiko virus ini untuk menimbulkan gangguan
yang parah, bahkan kematian.
Oleh karena itu, pencegahan virus Corona pada lansia perlu dilakukan
lebih ketat dan kondisi kesehatan lansia pun perlu lebih diperhatikan. Orang
lanjut usia yang mengalami demam dengan batuk, pilek, atau sesak napas
perlu segera diperiksakan ke dokter, terutama bila sudah memiliki penyakit
kronis.

Sumber :
dr. Anung Sugihantono, M.Kes (Direktur Jenderal P2P), dkk. 2020 PEDOMAN
KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI CORONAVIRUS DISESASE
(COVID-19). Jakarta: Kemenkes RI
https://www.tempo.co/abc/5433/apakah-virus-corona-mengancam-kehamilan-bayi-
dan-anak-anak
https://kumparan.com/kumparansains/virus-corona-covid-19-berdampak-pada-
kehamilan-dan-bayi-ini-kata-ahli-1t4Hs3HbED6
https://www.liputan6.com/global/read/4212494/bagaimana-jika-ibu-hamil-bayi-dan-
anak-anak-tertular-corona-covid-19-ini-kata-ahli

Anda mungkin juga menyukai