Anda di halaman 1dari 8

HUMILITY DALAM PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kulaih Aplikasi Psikologi


Lokal VI B semester 6

Oleh :
ANGGI FITHRIAN FATHIMAH [11761200146]

HIKMAH ELYAUMI [11760124912]


NOVALDI NURISMAN [11761102119]
NOVI ALZUHRA [11761200151]

Dosen pengampu:
DESMA HUSNI, S.Pd.i, MA,Psi.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020

1
A.

2
Definisi Humility
Humiliti merupakan salah satu karakteristik penting dari model
HEXACO yang diusulkan oleh Lee & Asthon (Honesty-Humility) dan
merepresenasikan kemajuan besar dari The Big Five (Primawestri & Prasetyo,
2016). Elliot (2010) menyatakan bahwa Humility atau kerendahan hati adalh
kemampuan untuk mengakui kesalahan diri, ketidaksemournaan,
kesenjangan/keterbatasan diri dan keterbukaan untuk menerima ide-ide baru,
informasi, dan saran. Humility dapat dikatakan sebagai penilaian akurat dari
kemampuan seseorang dan prestasi dirinya (Wahyu, 2017).
Kerendahan hati oleh Lickona (2004) dikatakan sebagai kebajikan yang
dianggap sebagai dasar dari kehidupan moral secara keseluruhan. Kerendahan
hati secara keseluruhan merupakan salah satu karakter diri yang paling
mendasar dan penting untuk ditumbuhkan, dilatih, dan dibiasakan kepada
siswa agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Kerendahan hati
diperlukan untuk diakusisi kebajikan lainnya karena membuat individu
menyadari ketidaksempurnaan, berani mengakui kesalahan dan bertanggung
jawab atas apa yang telah diperbuat, dan membuat individu berusaha menjadi
orang yang lebih baik (Permatasari, 2016).
Tangney (dalam Elliott, 2010) mendefenisikan kerendahan hati, yaitu :
1) Sebuah penilaian yang akurat dari kemampuan individu
2) Kemampuan untuk mengakui kesalahan, ketidaksempurnaan, kesenjangan
dalam mengenali pengetahuan, dan keterbatasan
3) Terbuka terhadap ide-ide baru, informasi yang bertentangan, kritikan dan
saran
4) Individu dengan relatif fokus diri yang rendah, sementara tidak melupakan
dirinya yang terlalu besar.
Kerendahan hati bukan perilaku atau sikap yang dapat dilihat secara
langsung, melainkan merupakan nilai yang ada di dalam diri yang dapat
teramati melalui komunikasi dan tindakan yang ditunjukkan dengan tingkah
laku. Kerendahan hati bukan berarti buruk dalam diri sendiri tetapi lebih pada
tidak berfokus pada diri untuk mengabaikan yang lain. Jadi kerendahan hati
tidak ada kaitannya dengan rendah diri (Permatasari, 2016).

3
A. Aspek-aspek Humility
Menurut Elliot (2010, dalam Wahyu, 2017), ada 4 aspek dari Humility,
yaitu:
1. Openness merupakan membuka diri pada segala hal yang bersifat positif
tanpa mempertimbangkan siapa dan dari mana diperoleh.
2. Self forgetfulness yaitu merasa memiliki kekurangan, dan intropeksi diri
3. Modest self assesment yang menunjukkan penilaian diri yang sederhana
dan mampu menilai secara berimbang yang sejalan dengan kematangan
emosi dalam memandang berbagai hal.
4. Focus on others adalah memperhatikan orang lain memahami orang lain
serta menghargai orang lain

B. Faktor yang Membentuk Sikap Humility (Tawadhu)


Dalam Islam, Istilah rendah hati disebut dengan tawadhu yang
merupakan salah satu bentuk budi pekerti yang baik. Adapun factor-fakrot
yang membentuk sikap rendah hati adalah (Rozak, 2017) :
1. Bersyukur. Bersyukur yang dimaksud adalah menerima apa yang dimiliki
karena hal itu merupakan pemberian dari Allah. Dengan pemahaman ini,
maka tidak akan terbersit dalam hati manusia kesombongan dan merasa
lebih baik dari orang lain.
2. Riya. Riya adalah melakukan sesuatu bukan karena Allah, tetapi karena
ingin dipuji atau karena pamrih lainnya. Riya dapat menyebabkan
seseorang menjadi sombong, oleh karena itu hal ini perlu untuk dihindari.
3. Sabar. Sabar adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap ridho Allah atau bersabar dalam segala cobaan dan
godaan berupa pujian ketenaran. Menjaga kemurnian amal sholeh (hanya
mengharap ridho Allah) tanpa terbersit adanya rasa bangga di dalam hati.
4. Menghindari Takabur. Takabur adalah sombong, yaitu sikap menganggap
diri lebih dan meremehkan orang lain. Sikap ini perlu di hindari karena
orang dengan sikap sombing akan menolak kebenaran jika yang
menyampaikan kebenaran statusnya dianggap lebih rendah dari dirinya.

4
5. Berusaha mengendalikan diri untuk tidak menampakkan kelebihan yang
dimiliki pada orang lain.

C. Humility dalam pendidikan


Rendah hati merupakan sebuah karakter yang penting untuk di
tumbuhkan, sejak usia dini. Pendidikan karakter dapat dilakukan oleh orang
tua maupun oleh guru di sekolah. Karakter jika dihubungkan dengan
pendidikan dapat diartikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
kebaikan, mewujudkan dan menebar kebaikan dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati (Setiawati, 2017).
Lickona (2004) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai usaha
yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan kebajikan yang
mampu mengarahkan pada kehidupan yang saling memenuhi dan
membangun yang lebih baik. Pendidikan karakter merupakan usaha pendidik
dalam membangun karakter siswa yang kuat, yaitu dengan menumbuhkan,
melatih dan membiasakan siswa dalam berperilaku. Lickona mengungkapkan
ada sepuluh esensi kebajikan yang menjadi dasar dalam membangun karakter
yang kuat, salah satunya adalah kerendahan hati (Permatasari, 2016).
Kerendahan hati perlu dibiasakan sejak dini, karena pola pembiasaan
yang mendidik untuk mendidik karakter individu. Berawal dari pembiasaan
mengakui kesalahan yang artinya ada kesadaran akan ketidaksempurnaan diri
dalam kehidupan. Djajendra (2013) mempertegas dengan mengakui
ketidaksempurnaan diri berarti adanya kesadaran untuk setiap hari bersikap
rendah hati dan secara berkelanjutan memperbaiki diri untuk bisa melayani
kehidupan dengan kualitas diri yang lebih baik (Permatasari, 2016).
Kesadaran diri dalam mengakui kesalahan, kesadaran diri ntuk
bertanggung jawab memperbaiki kesalahan, dan kesadaran diri menjadi orang
yang lebih baik merupakan bagian nilai moral feeling yaitu kerendahan hati.
Kerendahan hati ini dibutuhkan untuk mendidik siswa dalam membentuk

5
karakter dasar. Siswa mampu memahami dan menerima kelemahan dan
kelebihan diri sendiri dan orang lain (Permatasari, 2016).

D. Membangun Sikap Humility pada Siswa


1. Membangun karakter humility dengan outbound pada anak taman kanak-
kanak
Untuk membangun sikap humility, dapat dilakukan dengan berbagai
hal. Bagi anak usia dini, pendidikan karakter untuk menumbuhkan sikap
humility salah satunya dapat dilakukan dengan kegiatan outbound.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunida & Rosita (2018) menunjukkan
bahwa kegiatan outbound berbasis karakter sebagai media pembelajaran
anak usia dini di taman kanak-kanak adalah bagian integral dari
pelaksanaan pendidikan holistic berbasis karakter, karena dalam kegiatan
ini dilaksanakan dalam rangka pengembangan seluruh aspek
perkembangan dan pembentukan karakter anak.
Pendidikan karakter anak usia dini di taman kanak-kanak dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam bidang agama, kognitif, bahasa,
sosial, emosional, fisik, dan kreativitas melebihi standar pencapaian
perkembangan anak yang telah di tentukan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 58 tahun 2009. Selain itu, dapat pula
meningkatkan karaker/ahlak mulia yang ditunjukkan dengan indkator
dalam Sembilan (9) yang meliputi: (1) Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-
Nya (2) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian (3)
Kejujuran/amanah dan diplomasi (4) Hormat dan Santun (5) Dermawan,
suka menolong dan gotong royong (6) percaya diri, kreatif, dan pekerja
keras (7) kepemimpinan dan keadilan (8) Baik dan rendah hati (9)
Toleransi, kedamaian dan kesatuan.
2. Membangun karakter Humility dengan Konseling kelompok
Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2015) menunjukkan
bahwa pendekatan konseling kelompok analisis transaksional dapat secara
efektif menumbuhkan kerendahan hati pada siswa SMP. Kerendahan hati

6
yang dimaksud disini adalah sikap siswa dalam mengakui kesalahan dan
bertanggung jawab. Layanan konseling kelompok dapat menjadi suatu
strategi bantuan kepada siswa dalam membuat keputusan secara tepat dan
diharapkan akan berdampak positif bagi siswa. Menempatkan iman dalam
kapasitas individu untuk mengatasi kebiasaan pola dan untuk memilih
tujuan-tujuan dan perilaku baru (Corey dalam Permatasari, 2015).
Dalam hal ini, semua anggota kelompok eksperimen dikondisikan
dalam pembelajaran mengenai struktur kepribadian dan memfungsikan
secara tepat serta dapat menganalisanya sesuai dengan tahapan konseling
kelompok analisis transaksional dalam menumbuhkan kerendahan hati.
Pembelajaran ini bertujuan agar semua anggota menyadari dan dapat
merubah script yang membawa mereka pada kerendahan hati, kegagalan
dan bahkan membahayakan diri sendiri dan lingkungan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Elliott, C. J. 2010. Humility: Development and analysis of a scale. PhD diss.,


University of Tennessee. http://trace.tennessee.edu/utk_graddiss/795 Permatasari,
D. (2015). Menumbuhkan Keredahan Hati Siswa SMP Melalui
Konseling Kelompok Analisis Transaksional, Proceedings Konferensi
Nasional. ISBN: 978-602-18625-2-0.
Permatasari, D. (2016). Tingkat Kerendahan Hati Siswa SMP. Jurnal Konseling
Indonesia, 1(2), 83-87.
Primawestri, K. R., & Prasetyo, A. R. (2016). Kepribadian Honesty-Humility dan
perilaku Impression Management ada Karyawn Dinas Koperasi dan
UMKM PProvinsi Jawa Tengah, Jurnal Empati, 5 (4), 780-785.
Rozak, P. (2017) Indkator Tawadhu dalam Keseharian, Jurnal Madaniyah, 1
(XII), 174-187.
Wahyu, Moh. A. (2017). Hubungan antara Humility dan Empati dengan
Forgiveness, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
Yunaida, H., & Rosita, T. (2018). Outbound Berbasis Karakter sebagai Mesia
Pembelajaran Anak Usia Dini (Studi Kasus di TK Aisyah 6 Kota
Bandung), Jurnal Comm-Edu, 1 (1) 30-37.

Anda mungkin juga menyukai