Anda di halaman 1dari 18

Nina Math

Telaah Kurikulum
 Nina Math

6 years ago
Advertisements

Ad
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua
dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.

Peranan dan Tujuan kurikulum

Beberapa peranan penting kurikulum dalam pencapaian tujuan pendidikan, antara lain:

1. Peranan Konservatif

Menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentrasmisikan
nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada
generasi muda.

1. Peranan Kreatif

Menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai
dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa
sekarang dan masa mendatang.

1. Peranan Kritis dan Evaluatif

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa
mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa
perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Menekankan kurikulum
harus turut aktif berpatisipasi dalam kontrol atau filter sosial.
 

Tujuan penyusunan kurikulum

Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan
peserta didik untuk :

 Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
 Belajar untuk memahami dan menghayati,
 Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
 Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
 Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.

Landasan Kurikulum di Indonesia

1. UUD 1945

Pembukaan alinea 4 Pasal 31 ayat :

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.


2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu Sisdiknas yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang
diatur dengan UU.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % dari APBN serta
dari APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

2. UU no 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS

Pasal 35   :  Standar Nasional Pendidikan .

Pasal 36   :  Pengembangan kurikulum mengacu pada SNP.

Pasal 37   :  Isi kurikulum pendidikan dasar ,menengah dan tinggi.

Pasal 42   :  Kualifikasi minimum dan sertifikasi pendidik.

Pasal 43   :  Promosi dan penghargaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Pasal 59   : Evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur penyelenggara sertifikasi jenjang dan
jenis       pendidik.

Pasal 60   :  Akreditasi

Pasal 61   :  Sertifikasi

3. PP no 19 TAHUN 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan


Pasal   5    : Standar isi.

Pasal   6    : Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum.

Pasal   8    : Kedalaman muatan kurikulum.

Pasal   10  : Beban belajar.

Pasal   11  : Beban belajar sistem SKS.

Pasal   12  : Beban belajar efektif ditentukan PERMEN berdasarkan

usulan BSNP.

Pasal   18  : Kalender Pendidikan.

Pasal   25,26,27 : Standar Kompetensi Lulusan.

4. PERMENDIKNAS RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan


Dasar Dan Menengah

Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar
Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar Isi sesuai dengan PP No 19 Tahun 2005 mencakup :

1. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum yang merupakan pedoman dalam


penyusunankurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan DIKDASMEN
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi.
4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang
DIKDASMEN.

Kurikulum yang Pernah Berlaku di Indonesia

Terdapat 9 kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia

1. Kurikulum 1947, diberi nama Rentjana Pembelajaran 1947

Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda
karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri
utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.

1. Kurikulum 1952, disebut juga Rentjana Pembelajaran Terurai 1952

Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pembelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

1. Kurikulum 1964, disebut juga Rentjana Pendidikan 1964


Yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah pembelajarannya yang dipusatkan pada program
pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan emosional, kerigelan dan jasmani.

1. Kurikulum 1968, yang merupakan pembaharuan kurikulum 1964

Ditandai dengan perubahan struktur pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

1. Kurikulum 1975

Menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Metode materi dirinci
pada Prosedur Pengembangan Sistem Instruksi (PPSI)

1. Kurikulum 1984

Kurikulum ini mengusung proses skill approach yang mengutamakan pendekatan proses.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut dengan model Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA).

1. Kurikulum 1994

Ditandai dengan sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan
satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.

1. Kurikulum 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.

1. Kurikulum 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. KTSP
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di
bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi
oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP .

Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis


kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Kurikulum ini
berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat
diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.

Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
setiap mata pelajaran. Cakupan standar kompetensi standar isi (content standard) dan standar
penampilan (performance standard). Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari standar
kompetensi, adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan
dapat diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi. Materi pokok atau
materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi,
proses, keterampilam, serta konteks keilmuan suatu mata pelajaran. Sedangkan indikator
pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan yang lebih spesifik yang dapat
dijadikan sebagai ukuran untuk menilai ketuntasan belajar.

KBK berorientasi pada pendekatan konstruktivisme, hal ini terlihat dari ciri-ciri KBK, yaitu:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang memenuhi
unsur edukasi
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian
suatu kompetensi.

Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1994 dan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum 1994

Kelebihan dalam pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain :

1. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi
kepada materi pelajaran).
2. Siswa memiliki keterempilan di bidang non akademis melalui muatan lokal.

Namun sayangnya, protes yang terus bermunculan untuk segera merevisi kurikulum 1994
membuat pemerintah mengambil tindakan untuk memperbaharui kurikulum 1994 menjadi
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004.

Kekurangan  kurikulum 1994, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada


pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut :

1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi
kehidupan sehari-hari.
3. Proses pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran, guru
sebagai pusat pembelajaran. Target pembelajaran pada penyampaian materi.
4. Evaluasi atau sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif. Keberhasilan siswa
diukur dan dilaporkan atas dasar perolehan nilai yang dapat diperbandingkan dengan nilai siswa
lain. Ujian hanya menggunakan teknik paper and pencil test.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kelebihan kurikulum berbasis kompetensi  (KBK) antara lain:

1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan


bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri.
2. Selain bertujuan memberikan bekal akademik bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, juga agar siswa mampu memecahkan masalah secara wajar dan mejalani
hidup secara bermartabat.
3. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented).
Siswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal
mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Kegiatan
tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
4. Guru diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing.
5. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran
memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.
6. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi
kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.

Kekurangan kurikulum berbasis kompetensi  (KBK)

Kekurangan pada penerapan KBK di setiap jenjang pendidikan disebabkan beberapa


permasalahan antara lain:

1. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya


yang lebih pada teacher oriented.
2. Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43% SMA, 34%
SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu 17,2% guru atau
setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109
dari 179 negara berdasarkan Human Development Index.
3. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap sekolah,
sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.
4. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba di
beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum tentang
pelaksanaan tersebut.

Kekurangan kurikulum berbasis kompetensi  dari sisi isi kurikulum, antara lain:

1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya
disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi peserta didik dan
lingkungan
2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.
Advertisements
Share this:
Related

 Hakikat Profesi Keguruan


 March 14, 2013
 In "Profesi keguruan"

 Teori Belajar Bruner - Free Discovery Learning


 January 12, 2017
 In "Teori belajar"

 TEORI BELAJAR MENGAJAR ZOLTAN P. DIENES


 March 14, 2013
 In "Teori belajar"

Categories: Profesi keguruan
Leave a Comment

Nina Math
Back to top
Advertisements

Lanjut ke konten

ayumaghfurroh

Tag: sejarah pendidikan dunia


MAKALAH EDUKASI

Landasan Sejarah Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sejarah atau history adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian
atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan
informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita
dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109).
Sejarah adalah suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, yang merupakan
bagian dari kehidupan manusia, sejarah itu diisi tergantung pada pembuat sejarah
apakah diisi dengan tinta sejarah yang bermanfaat atau sebakliknya. Hingga sampai
saat ini pun sebenarnya kita juga sedang membuat sejarah tentang kehidupan kita
untuk generasi penerus kita baik itu untuk anak dan cucu kita dan semua orang yang
terlibat dalam aktivitas kehidupan kita. Secara tidak langsung kita ada pada saat ini
merupakan sejarah dari orang tua kita, orang tua kita ada dari orang tua kita
sebelumnya dan begitulah seterusnya.
Peristiwa sejarah meliputi berbagai aktivitas manusia semua bidang manusia salah
satunya adalah landasan sejarah dalam bidang pendidikan yang merupakan
pembahasan makalah ini. Pendidikan merupakan hasil sejarah orang – orang
sebelum kita yang berjasa dalam bidang sejarah, oleh karena itu dengan adanya
landasan sejarah pendidikan di masa lalu bisa dijadikan gambaran untuk melakukan
pendidikan dimasa sekarang. Sehingga dalam pelaksannan pendidika dapat
mengarah pada tujuan sebenarnya pendidikan itu.Indonesia sendiri telah mengalami
berbagai perubahan dan salah satunyadi bidang pendidikan. Perubahan tersebut
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Untuk memajukan pendidikan suatu
bangsa maka kita perlu mempelajari sejarah pendidikan itu sendiri, baik yang
bersifat nasional maupun internasional. Karena dengan mernpelajari sejarah
pendidikan maka kita dapat mengetahui apa yang sudah dikerjakan oleh pendahulu
kita serta hasil yang diperoleh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana landasan sejarah pendidikan dunia dan sejarah pendidikan
Indonesia ?
2. Bagaimana sejarah pendidikan di masa Perjuangan bangsa Indonesia, masa
Pembangunan dan masa Reformasi ?
3. Bagaimanakah implikasi landasan sejarah pendidikan terhadap pendidikan masa
kini ?
1.3 Tujuan Penulisan makalah
1. Mengetahui landasan sejarah pendidikan dunia dan sejarah pendidikan Indonesia.
2. Mengetahui sejarah pendidikan di masa Perjuangan bangsa Indonesia, masa
Pembangunan dan masa Reformasi.
3. Mengetahui dan dapat menerapkan landasan sejarah pendidikan terhadap
pendidikan masa kini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Sejarah
2.1.1 Sejarah Pendidikan Dunia
Umur sejarah pendidikan dunia sudah panjang sekali, mulai dari zaman Hellenisme
tahun 150SM-250SM, zaman pertengahan tahun 500-1500, zaman Humanisme atau
Renaissance, hingga zaman Refomasi dan Kontra-Reformasi pada tahun 1600-an.
Pendidikan pada zaman ini belum banyak memberikan konstribusi pada pendidikan
zaman sekarang. Oleh sebab itu, pendidikan yang terjadi pada zaman ini tidak
diuraikan.

A. Zaman Realisme
Pendidikan yang mulai menunjukkan perbedaan eksistensinya dengan pendidikan-
pendidikan sebelumnya adalah sejak zaman Realisme. Pendidikan Realisme lebih
berkiblat pada dunia dan bersumber dari keadaan di dunia ini pula. Pendidikan tidak
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani dan Romawi, tidak banyak bergantung
pada alam pikiran yang tertulis dalam buku, lengkap dengan keadaan dan estetika
yang ditimbulkannya. Realisme menghendaki pikiran praktis.
Fransis Bacon adalah tokoh pendidikan pada zaman Realisme ini (abad ke 17) yang
pertama kali mengembangkan metode induktif. Pendapat Bacon adalah sebagai
berikut:
a) Dalam menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus
diarahkan ke realita alam mini serta hal-hal praktis yang ada di dalamnya.
b) Alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat lewat alat-alat
indra.
c) Menggunakan metode berfikir induktif, yaitu mulai dari menemukan fakta-fakta
khusus kemudian dianalisis sehingga menimbulkan simpulan.
d) Bila memungkinkan dapat mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen-
eksperimen.
e) Penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan

Ada sejumlah pendidikan yang berkembang pada waktu itu yang dirumuskan oleh
Bacon beserta pengikut-pengikutnya, yaitu:

a) Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran, karena pendidikan


mengembangkan kemampuan manusia
b) Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri
c) Penanaman pengertian lebih penting daripada hapalan
d) Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
e) Pelajaran harus diberikan satu persatu
f) Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi
g) Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar

Pandangan aliran Realisme tentang pendidikan sebagai berikut:


a) Anak-anak harus belajar dari alam
b) Belajar dengan metode induktif
c) Mementingkan aktifitas anak
d) Mengutamakan pengertian
e) Ekspresi kata untuk menyatakan pengertian menjadi penting
f) Belajar melalui bahasa ibu
g) Belajar dibantu oleh gambar-gambar
h) Materi dipelajari satu demi satu dari yang sukar ke yang gampang
i) Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak
j) Pendidikan bersifat demokratis yaitu semua untuk anak

B. Zaman Rasionalisme
Sesudah zaman Realisme berkebanglah zaman Rasionalisme dengan tokohnya
John Locke pada abad 18. Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan pada
manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya. Karena itu, aliran ini juga
disebut displinarisme. Dengan teorinya yang terkenal ialah teori taularasa atau a
blank sheet of paper.Proses belajar menurut Jhon Locke ada tiga langkah, yaitu:
a) Mengamati hal-hal yang ada diluar diri manusia.
b) Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan.
c) Berfikir

C. Zaman Naturalisme
Tokoh dari aliran ini yaitu J.J. Rousseu. Naturalism menentang kehidupan yang tidak
wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus, cara
hidup yang dibuat-buat, sampai dengan korupsi. Anak-anak dipadang sebagai orang
deasa yang kecil. Naturaliem menginginkan keseimbanagn kekuatan antara rasio
dan hati. Menurut Rousseau ada tiga asas pengajar yaitu:
a) Asas pertumbuhan: pengajaran harus memberikan kesempatan pada anak-anak
bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai dengan
kebutuhannya
b) Asas aktifitas: melalui belajar anak-anak menjadi aktif yang akan meberikan
pengalaman, yang kemduain akan menjadi penetahuan mereka
c) Asas individualis: dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan
individualitas masing-masing anak, sehingga mereka berkembang menurut alamnya
sendiri

Tokoh kedua adalah J.F. Herbart yang menginginkan pembentukan manusia susila
yang bermoral tinggi. Tujuan pendidikannya adalah membentuk watak anak melaui
pengembangan minat seluas-luasnya. Dasar dari teori pndidikan Herbart adalah
Psikologi Asosiasi. Pembelajaran yang baik adalah yang memberikan tanggapan
sejelas-jelasnya kepada anak-anak. Karena itu Psikologi Asosiasi Herbart sering
pula disebut Psikologi Tanggapan.
Menurut Herbart ada lima langkah dalam proses belajar mengajar:
A. Persiapan: anak-anak dipersiapkan untuk menerima pelajaran
B. Presentasi:dimulai secara konkret agar anak-anak mendapat tanggapan-
tanggapan yang jelas dan kuat
C. Asosiasi: dilakukan dengan cara mengintegrasikan pengetahuan baru dengan
yang lama
D. Generalisasi: hubungan pengetahuan baru dengan yang lama bertujuan
membentuk sesuatu yang baru pula dalam benak anak-anak 

E. Aplikasi: pembentukan pengetahuan-pengetahuan baru itu perlu diuji atau dites


untuk mengetahui apakah anak-anak sudah mampu mengaplikasikan pengetahuan
itu atau belum.

2.1.2 Sejarah Pendidikan Indonesia


Pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Pendidikan itu telah
ada sejak zaman kuno/tradisional yang dimulai dengan zaman pengaruh agama
Hindu dan Budha, zaman pengaruh Islam, zaman penjajahan, dan zaman merdeka
(Pidarta, 2009.: 125).

A. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha


Pengaruh pendidikan pada zaman Hinduisme and Budhisme datang ke Indonesia
sekitar abad ke-5. Hinduisme dan Budhisme merupakan dua agama yang berbeda,
namun di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan
mempersatukan figur Siva dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha Tinggi.
Motto pada lambang Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Sang Maha Tunggal yaitu Tuhan , secara
etimologis berasal dari keyakinan tersebut (Mudyahardjo, 2012: 215).
Pada zaman ini pendidikan memiliki tujuan yang sama yaitu pendidikan diarahkan
dalam rangka penyebaran dan pembinaan kehidupan keberagamaan Hindu dan
Budha (Mudyahardjo, 217), juga mencari petunjuk tentang apa yang diinginkan, baik
buruknya, hingga pencapaiannya.

B. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)


Agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-13 dan mencakup
sebagian besar Nusantara pada abad ke-16. Perkembangan pendidikan agama
Islam di Indonesia sejalan dengan perkembangan penyebaran Islam di Nusantara,
baik sebagai agama maupun sebagai arus kebudayaan (Mudyahardjo.: 221).
Pendidikan agama Islam pada zaman ini disebut Pendidikan Islam Tradisional.
Tujuan dari pendidikan agama Islam adalah sama dengan tujuan hidup Islam, yaitu
mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT sesuai dengan ajaran yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad S.A.W. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
(Mudyahardjo.: 121-223) Pendidikan agama Islam Tradisional ini tidak
diselenggarakan secara terpusat, namun banyak diupayakan secara perorangan
melalui para ulamanya di suatu wilayah tertentu dan terkoordinasi oleh para wali di
Jawa, terutama Wali Sanga..

C. Zaman Kolonial Belanda


Saat Belanda menjajah Indonesia, pendidikan yang ada diawasi secara ketat oleh
Belanda. Hal tersebut dikarenakan Belanda tahu bahwa melalui pendidikan,
gerakan-gerakan perlawanan halus terhadap keberadaan Belanda di Indonesia pada
sat itu dapat muncul dan menyulitkan Belanda saat itu.
Tiga poin utama dalam politik etis Belnada pada masa itu adalah irigasi, migrasi, dan
edukasi. Dalam poin eduksi, peerintah Belanda mendirikan sekolah-sekolah gaya
barat untuk kalangan pribumi. Akan tetapi keberadaan sekolah-sekolah ini ternyata
tidak menjadi sarana pencerdasan masyarakat pribumi. Pendidikan yang disediakan
Belanda ternyata hanya sebatas mengajari para pribumi berhitung, membaca, dan
menulis.
Pada masa ini pula, pendidikan pendidikan rakyat juga turut muncul. Sekolah
sekolah rakyat seperti Taman Siswa dan Muhammadiyah muncul dan berkembang.
Jadi dapat dikatakan pada masa tersebut terdapat 3 tipe jalur pendidikan yang
berbeda:
1) System pendidikan dari masa islam yang diwakili dengan pondok pesantren
2) Pendidikan bergaya barat yang disediakan oleh pemerintah Hindia-Belanda
3) Pendidikan “swasta pro-pribumi” seperti Taman Siswa dan Muhammadiyah
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui
pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi
perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin
meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928. Setelah itu tokoh-tokoh
pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse
School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, dan Kyai Haji Ahmad
Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang semuanya mendidik anak-
anak agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2009: 125-33).

D. Zaman Kolonial Jepang


Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan Kolonial Jepang tetap
berlanjut sampai cita-cita untuk merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang
menguras habis-habisan kekayaan alam Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang
menyerah dan terus mengobarkan semangat 45 di hati mereka. Meskipun demikian,
ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di Indonesia.
Di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah
Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang.
Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan oleh Jepang
untuk di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam
pergaulan sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk merealisasi
Indonesia merdeka. Pada tanggal 17 Agustus 1945 cita-cita bangsa Indonesia
menjadi kenyataan ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada dunia
(Mudyahardjo, 2012:266-272).

2.2 Landasan Sejarah Pendidikan Di Masa Perjuangan Bangsa Indonesia, Masa


Pembangunan Dan MasaReformasi.

2.2.1 Masa Perjuangan.

a. Zaman Kolonial Belanda


Didorong oleh kebutuhan praktis berkaitan dengan pekerjaan diberbagai bidang,
Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat Indonesia dengan tujuan
menghasilkan pegawai-pegawai rendahan baik sebagai pegawai negeri maupun
swasta. Adapun kecenderungan pendidikan masa kolonial ini adalah:1) membiarkan
terselengarakannya pendidikan islam tradisional serta membantu mendirikan
madrasah Islam di Nusantara, 2) mendirikan sekolah Zending (mizionaris) yang
bertujuan menyebarkan agama kristen. Adapun ciri khas pendidikannya antara lain:
1) dualistik diskriminatif, 2) sentralistik, 3) tujuan pendidikan untuk menghasilkan
tamatan sebagai warga negara Belanda kelas dua.
Kurikulum sekolah mengalami radikal dengan masuknya ide-ide liberal tersebut yang
bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai rasional dan sosial.
Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-anak Belanda selama
setengah abad ke-19. Setelah tahun 1848 dikeluarkan peraturan pemerintah yang
menunjukkan bahwa pemerintah lambat laun menerima tanggung jawab yang lebih
besar atas pendidikan anak-anak Indonesia sebagai hasil perdebatan di parlemen
Belanda dan mencerminkan sikap liberal yang lebih menguntungkan rakyat
Indonesia. Pda tahun 1899 terbit sebuah artikel oleh Van Deventer berjudul Hutang
Kehormatan dalam majalah De Gids, Ia menganjurkan agar pemerintah lebih
memajukan kesejahterran rakyat Indonesia. Ekspresi ini kemudian dikenal dengan
Politik Etis. Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat
dalam bidang pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi
Barat ini meskipun masih bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain
anak-anak Indonesia yang orang tuanta adalah pegawai pemerintah Belanda, telah
menimbulkan elite intelektual baru.
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui
pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi
perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin
meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928.

b. Zaman Kolonial Jepang


Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942 yang pada masa itu sedang terjadi
Perang Dunia sehingga berimbas pada pemerintahan Jepang yang bersifat
militeristik. Dalam misinya menguasai Indonesia, Jepang banyak melakukan
perubahan. Termasuk dibidang pendidikan, penyelenggaraannya ditujukan untuk
menghasilkan tentara yang siap memenangkan perang bagi Jepang. Selain itu, di
bidang pendidikan secara luas ada beberapa segi positif dari penjajahan Jepang di
Indonesia antara lain: a) Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari
penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua
orang, b) pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstrusikan oleh Jepang untuk
di pakai di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor dan dalam pergaulan
sehari-hari. Bahas Jepang sebagai bahasa kedua sedang bahasa Belanda dilarang,
c) Jepang mendirikan sekolah guru dengan sistem pembinaan indoktrinasi mental
ideologis, d) pembinaan murid dan para pemuda dilakukan dengan senam pagi
(taiso).

c. Zaman Kemerdekaan
Meski belum mencapai suasana kondusif dalam kehidupan pemerintahannya, akan
tetapi dalam bidang pendidikan pada awal kemerdekaan ini terus dilaksanakan
dengan berpedoman pada UUD1945 pasal 31. Dalam prakteknya, penyelenggaraan
pendidikan pada era 1945-1950 yaitu :
• Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia mengusulkan perlunya pembaharuan di
bidang pendidikan
• Pembentukan pendidikan masyarakat yang bertujuan membangun masyarakat adil
dan makmur berdasar pancasila.
• Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran
• Menetapkan kurikulum awal sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan
• Pembaharuan kurikulum menjadi kurikulum SR 947

2.2.2 Masa Pembangunan


Dalam rangka menyesuaikan segala usaha untuk mewujudkan Manipol, melalui
Keputusan Presiden RI No. 145 Tahun 1965 pendidikan nasional dipandang sebagai
alat revolusi. Pendidikan harus difungsikan atau harus memiliki Lima Dharma Bhakti
Pendidikan, yaitu: (1) Membina Manusia Indonesia Baru yang berakhlak tinggi
(Moral Pancasila), (2) Memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam segenap bidang dan
tingkatnya (manpower), (3) Memajukan dan mengembangkan kebudayaan nasional,
(4) Memajukan dan mengembangkan ilmu engetahuan dan teknlogi, (5)
Menggerakkan dan menyadarkan seluruh kekuatan rakyat untuk membangun
masyarakat dan manusia Indonesia baru. Selanjutnya dinyatakan bahwa asas
pendidikan nasional adalah Pancasila – Manipol USDEK. Dengan demikian tujuan
pendidikan nasional adalah untuk melahirkan warga negara-warga negara sosialis
Indonesia yang susila yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat
sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan berjiwa
Pancasila. Dalam hal ini, moral pendidikan nasional ialah Pancasila
Manipol/USDEK, dan politik pendidikannya adalah Manifesto Politik. Selanjutnya
melalui Penetapan Presiden RI No. 19 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Sistem
Pendidikan Nasional Pancasila antra lain dirumuskan kembali mengenai dasar asas
pendidikan nasional, tujuan, isi moral, dan politik nasional. Yang menarik dalam
rumusan-rumusan tersebut ditegaskan sekali lagi bahwa tugas pendidikan nasional
Indonesia ialah menghimpun kekuatan progresif revolusioner berporoskan
Nasakom.
Banyak progam pembangunan yang telah direncanakan dalam Pembangunan
Nasional Semesta Berencana Thap Pertama (1961-1969). Rencana proyek
pembangunan di bidang pendidikan antara lain berkenaan pengembangan
pendidikan tinggi,diprioritaskannya pengembangan sekolah-sekolah kejuruan,
kursus-kursus dan sebagainya. Namun demikian akibat pecahnya pemberontakan
G-30S/PKI, maka rontoklah rencana pembangunan nasional semesta berencana
tersebut. Setelah pemberontakan G30S/PKI dapat ditumpas, terjadi suatu keadaan
peralihan masyarakat Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru.
Pendidikan Pada Masa PJP I (Pembangunan Jangka Panjang)
Pelaksaan Pelita I PJP I dicanangkan mulai 1 April 1969, maka pada tanggal 28-30
April 1969 pemerintah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengumpulkan
100 orang pakar/pemikir pendidikan di Cipayung untuk melakukan konferensi dalam
rangka: 1) mengidentifikasi masalah-masalah pendidikan nasional, dan 2) menyusun
suatu prioritas pemecahn dari berbagai maslah tersebut, serta mencari alternatif
pemecahannya.
Didalam rumusan-rumusan kebijakan pkok pembangunan pendidikan selama PJP I
terdapat beberapa kebijakan yang terus menerus dikemukakan, yaitu: 1) relevansi
pendidikan, 2) pemerataan pendidikan, 3) peningkatan mutu gru atau tenaga
kependidikan, 4) mutu pendidikan, dan 5) pendidikan kejuruan. Selain kebijakan
pokok tyersebut terdapat pula beberapa kebijakan yang perlu mendapat perhatian
kita. Pertama, kebijakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam bidang
pendidikan,. Kedua, pengembangan sistem pendidikan yag efisien dan efektif.
Ketiga, dirumuskan dan disahkannya UU RI No. 2 Tahun 1989 Tentang “ Sistem
Pendidikan Nasional” sebagai pengganti UU pendidikan lama yang telah
diundangkan sejak tahun 1950.
Kurikulum Pendidikan dalam PJP I telah dilakukan tiga kali perubahan kurikulum
pendidikan (sekolah), yaitu dikenal sebagai: Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, dan
Kurikulum 1984. Kurikulum Pendidikan Kejuruan, dalam Pelita I selain
penyempurnaan sistem sekolah kejuruan juga ditingkatkan mutu pendidikannya
terutama mutu guru dan laboratoriumnya. Dengan dana pinjaman Bank Dunia
diadakan brbagai usah untuk meningkatkan pendidikan teknik menengah. Beberapa
STM ditingkatkan, juga membangun apa yang disebut Sekolah Teknik Menengah
Pembangunan, diadakan bengkel-bengkel latihan pusat yang dapat digunakan
beberapa STM termasuk STM swasta. Usaha perbaikan kurikulum terus menerus,
baik melalui dan pinjaman dari ADB juga bantuan dari negara-negar sahabat.

2.2.3 Masa Reformasi


Selama Orde Baru berlansung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-
hal yang mereka ingunkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan
perlawanan, rezim ini juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar
yang merupakan partai terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi
masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk kebebasan untuk berbicara dan
menyampaikan pendapatnya.
Maraknya gerakan reformasi menyebabka tumbangnya kekuasaan orde baru.
Implikasi dari peristiwa itu dapat dirasakan pada seluruh aspek kehidupan
bernegara, termasuk bidang pendidikan. Dengan di berlakukannya UU No. 22/1999
dan UU No. 25/1999 maka sistem penyelengaraan pendidikan berubah ke otonomi
pendidikan. Desentralisasi kekuasaan yang menitik beratkan pada partisipasi rakyat
menuntut tersedianya tenaga-tenaga terampil dalam jumlah dan kualitas yang tnggi
serta pemberdayaan lembaga-lembaga sosial di daerah termasuk dalm bidang
pendidikan. Desentralisasi penyelenggaraan pendidikan di daerah akan memberikan
implikasi langsung dalam penyusunan kurikulum yang dewasa ini sangat sentalistis.
Disamping itu kesejahteraan tenaga kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini
memicu peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk
mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya MBS (Manajemen
Berbasi Sekolah), Life Skill (Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality
Manajement).
2.3 Implikasi Landasan Sejarah Pendidikan Terhadap Pendidikan.
Masa lampau memperjelas pemahaman kita pada masa kini. Sistem pendidikan
yang kita terapkan masa kini adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh
dalam sejarah pengalaman bangsa kita pada masa lampau. Hal ini sudah terbukti
dengan adanya kemajuan perkembangan dalam segala bidang, misalnya; ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial dan budaya. Berikut pembahasan tetntang
implikasi landasan sejarah terhadap konsep pendidikan ;
A. Tujuan pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai
macam potensi peserta didik. Serta mengembangkan kepribadian mereka secara
lebih harmonis. Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk pengembangkan segala
aspek pribadi yang terdapat dalam individu peserta didik, baik dalam aspek
keagamaan ataupun kemandirian. Dengan mengetahui landasan sejarah pendidikan
kita dapat mengetahui betapa pentingnya konsep tujuan dari pendidikan yang seiring
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Proses Pendidikan terutama proses belajar- mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan denagn tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode
global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siwa
dalam pembelajaran, menegmbangkan pelajaran dalam lintas disiplin ilmu,
demokratisasi dalam pendidikan, serat pengembangan ilmu dan teknologi.
C. Kebudayaan nasional, Sejarah membawa perubahan kebudayaan. Dari zaman
dahulu dahulu sampai saat ini, adanya perubahan budaya karena pengalaman
sejarah melalui penemuan baru, pertukaran budaya akibat penjajahan bangsa asing
sehingga sejarah membawa dampak perubahan peradaban kebudayaan melalui
peranan pendidikan.Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional.
Pidarta (2008:149) mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-
puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan
oleh budaya global.
D. Inovasi-inovasi Pendidikan. Inovasi-inovasi harus berumber dari hasil hasil
penelitian pendidikan di indonesia, sehingga diharapkan pada akhirnya membentuk
konsep-konsep pendidikan yang bercirikan indonesia.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan.
Dari rangkaian masa dalam sejarah yang menjadi landasan histori kependidikan di
Indonesia, kita dapat menyimpulkan bahwa sejarah sangatlah penting untuk
diketahui apalagi sejarah pendidikan indonesia dari perjuangan para tokoh
pendidikan di indonesia serta peran pemerintah untuk mengembangkan
dunia pendidikan.Yang menjadi landasan historis kependidikan di Indonesia adalah
semua pengalaman dan pandangan masa lalu bangsa Indonesia yang dapat
dijadikan cerminan untuk perbaikan dalam dunia pendidikan di masa
depan.Pendidikan mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa
lampau yang memiliki nilai-nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu
digunakan generasi penerus dalam kehidupan mereka di masa sekarang. Dengan
mewariskan dan menggunakan karya dan pengalaman masa lampau, pendidikan
menjadi pengawal,perantara,dan pemelihara peradaban. Dengan demikian,
pendidikan memungkinkan peradaban masa lampau diakui eksistensinya dan bukan
merupakan “harta karun” yang tersia-siakan.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, Agung. 2014. Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang
Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.
Suardi. 2012. Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta Barat: PT INDEKS.
http://tyarmahutasoitregb.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html
https://ikadekartajaya.wordpress.com/2013/09/21/landasan-sejarah-pendidikan-di-
indonesia/
http://dyahrochmawati08.wordpress.com/2008/11/30/landasan-historis-pendidikan-
di-indonesia/

17 Februari 2015landasan sejarah pendidikan, makalah, pengantar pendidikan, sejarah


pendidikan, sejarah pendidikan dunia, sejarah pendidikan indonesia1 Komentar
Cari untuk:Cari

Tulisan Terakhir

 What Make him POSSESIVE


 The Sun
 Subjek Hukum dan Perannya dalam Hubungan Industrial
 UKM butuh pengayaan
 MODUL Cara Mengetik atau Keyboarding dengan Cepat dan Tepat

Komentar Terbaru
Anggi Giyoscha pada Landasan
Sejarah Pendidikan

Arsip

 Oktober 2018
 Maret 2017
 Desember 2016
 Februari 2015

Kategori

 best experience
 contoh laporan observasi
 edukasi
 hubungan industrial
 makalah edukasi
 pengalaman
 seni
 subjek hukum hubungan industrial
 Tak Berkategori
 usaha kecil menengah

Meta

 Daftar
 Masuk
 Entries feed
 Feed Komentar
 WordPress.com

ayu maghfurroh, find me on facebook


Cari untuk:Cari

Tulisan Terakhir

 What Make him POSSESIVE


 The Sun
 Subjek Hukum dan Perannya dalam Hubungan Industrial
 UKM butuh pengayaan
 MODUL Cara Mengetik atau Keyboarding dengan Cepat dan Tepat

Komentar Terbaru
Anggi Giyoscha pada Landasan
Sejarah Pendidikan

Arsip

 Oktober 2018
 Maret 2017
 Desember 2016
 Februari 2015

Kategori

 best experience
 contoh laporan observasi
 edukasi
 hubungan industrial
 makalah edukasi
 pengalaman
 seni
 subjek hukum hubungan industrial
 Tak Berkategori
 usaha kecil menengah
Meta

 Daftar
 Masuk
 Entries feed
 Feed Komentar
 WordPress.com

me on GRAVATAR

ayumarara236@gmail.com
follow longlastayufaisal.blogspo.com

FOLLOW

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

KEMBALI KE ATAS
 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai