Anda di halaman 1dari 37

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN
(Inventory Management)

Dosen :
Dr.Baihaqi, SE.,M.Si.,Ak., CA.

Oleh:
SARI APRIANI PANJAITAN
C2C019010

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
A. Pengertian Manajemen Persediaan.......................................................................3
B. Karakteristik Persediaan.......................................................................................3
C. Fungsi Persediaan.................................................................................................4
D. Tujuan Persediaan................................................................................................5
E. Pengendalian Persediaan......................................................................................5
F. Tujuan Pengendalian Persediaan..........................................................................6
G. Sistem Pengendalian Persediaan..........................................................................6
H. Keputusan dalam Manajemen Persediaan............................................................7
Tingkat Perputaran Persediaan...................................................................................8
I. Model-model Tingkat Persediaan Optimal..........................................................9
2. Metode ABC.........................................................................................................9
3. Mengelola Persediaan dengan Menggunakan Turunan Permintaan..................11
BAB III..........................................................................................................................20
PENUTUP.....................................................................................................................20
A. Kesimpulan.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu.
Makalah ini disusun secara pribadi untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan. Makalah ini diharapkan dapat
mempertajam wawasan serta kajian mengenai Akuntansi Manajemen Lanjutan
secara khusus mengenai Manajemen Persediaan.
Ahirnya, penulis selaku penyusun makalah berharap agar makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Tiada gading yang tak retak,
penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan di
dalamnya, meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin. Untuk itu, seluruh
saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini sangat
diharapkan.

Bengkulu, 11 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu
perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan
persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi
dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Pengaturan persediaan ini berpengaruh
terhadap semua fungsi bisnis (operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan
persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance
menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan operasi
menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan konsumen dan
kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Persediaan dapat diartikan sebagai stok barang yang akan dijual atau
digunakan untuk periode tertentu. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan
dihadapkan pada sebuah risiko, tidak dapat memenuhi keinginan para konsumennya.
Persediaan dapat muncul secara sengaja maupun tidak disengaja. Secara sengaja
berarti adanya perencanaan untuk mengadakan persediaan, sedangkan secara tidak
sengaja biasanya terjadi apabila persediaan ada akibat barang tidak terjual yang
disebabkan rendahnya permintaan.
Masalah persediaan termasuk masalah yang cukup krusial dalam operasional
perusahaan. Sebab apabila terjadi kekurangan persediaan, proses produksi sebuah
perusahaan dapat terhenti. Sebaliknya apabila terlalu banyak persediaan (over stock)
dapat berakibat meningkatnya beban biaya guna menyimpan dan memelihara bahan
selama penyimpanan di gudang padahal barang tersebut masih mempunyai
”opportunity cost” (dana yang bisa diinvestasikan pada hal yang lebih
menguntungkan). Sasaran sebuah perusahaan sebenarnya bukanlah untuk mengurangi
atau meningkatkan persediaan (inventory), tetapi untuk memaksimalkan keuntungan.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah
persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan

1
proses produksi (perusahaan) maupun kebutuhan konsumen dapat dipenuhi. Tujuan
utama dari pengendalian persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai
persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi
atau mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak
terganggu). Hal ini sejalan dengan prinsip manajemen persediaan yaitu besarnya
jumlah investasi (bahan baku) yang tepat dan waktu pemesanan yang tepat.
Manajemen persediaan dianggap vital untuk memberikan informasi yang
berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persediaan,
maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba perusahaan
yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga
pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan mengalami
penurunan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang tersimpan di gudang akan
mempengaruhi besar/kecilnya biaya. Segala kemungkinan dapat terjadi diantarnaya
kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan hingga persediaan yang kadaluarsa
sehingga tidak dapat dijual.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa manajemen persediaan sangat
penting artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih
mengetahui dan memahami bagaimana teori-teori manajemen persediaan diapliasikan
secara benar dalam suatu perusahaan agar membawa manfaat yang baik dalam
pencapaian laba yang diinginkan. Oleh sebab itu penulis akan mengkaji lebih dalam
mengenai manajemen persediaan melalui sebuah studi pustaka yang dituangkan dalam
makalah.

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari manajemen persediaan dan fungsinya.
2. Mengetahui karakteristik persediaan.
3. Mengetahui pengendalian persediaan.
4. Mengetahui model-model tingkat persediaan yang optimal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Persediaan


Persediaan merupakan sejumlah bahan/barang yang disediakan oleh
perusahaan, baik berupa bahan jadi, bahan mentah, maupun barang dalam proses yang
disediakan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan guna memenuhi permintaan
konsumen setiap waktu (Margaretha, 2014).
Persediaan juga dapat didefinisikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
tertentu untuk memnuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu
(Rangkuti, 2007). Sementara Hani Handoko (2000) mengemukakan bahwa persediaan
(inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber
daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan baik internal maupun eksternal.
Nasution (2003) menyatakan bahwa persediaan adalah sumber daya
menganggur yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lebih lanjut
adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada
sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.
Dapat dikatakan bahwa tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa
persediaan, meskipun persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur,
karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak
dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Begitu pentingnya persediaan ini sehingga
para akuntan memasukannya dalam neraca sebagai salah satu bagian dari aktiva lancar
oleh karena itu dibutuhkan manajemen persediaan yang efektif agar perusahaan dapat
menjalankan usahanya dengan lancar.

B. Karakteristik Persediaan
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam
operasi bisnis. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni:
1. Persediaan tersebut merupakan milik perusahan.
2. Persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen.
Persediaan dimiliki oleh perusahaan dagang dan perusahaan industry
diantaranya :
1. Perusahaan dagang (merchandise inventory) hanya ada persediaan barang
dagangan (finished goods).
2. Perusahaan industri (manufacturing) memiliki persediaan yang terdiri atas:
a. Persediaan bahan baku (raw materials), yaitu persediaan yang diperoleh
dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat
sendiri oleh perusahaan untuk diproses/dirubah menjadi barang setengah
jadi dan akhirnya barang jadi atau produksi akhir dari perusahaan.
b. Barang dalam proses (work in process), yaitu keseluruhan barang yang
digunakan dalam proses produksi, tetapi masih membutuhkan proses lebih
lanjut untuk menjadi barang yang siap dijual (barang jadi).
c. Barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah
selesai diproses oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual.
d. Barang pembantu (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen barang jadi.
e. Persediaan suku cadang (purchased/components parts), yaitu persediaan
barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari
perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirait menjadi suatu produk.

C. Fungsi Persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara
investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Persediaan dapat melayani
beberapa fungsi yang akan menambahan fleksibilitas operasi perusahaan. Fungsi
persediaan menurut Rangkuti (2007), yaitu:
1. Fungsi Decoupling, untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi permintaan
langganan tanpa tergantung pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit
lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena
besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya)
3. Fungsi Antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan musiman
(seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan
untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock).
D. Tujuan Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan yang melaksanakan proses produksi akan
menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam
perusahaan tersebut. Beberapa hal yang menyangkut tujuan menyelenggarakan
persediaan bahan baku adalah:
1. Bahan yang akan digunakan untuk melaksanakan proses produksi perusahaan
tersebut tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu per satu dalam jumlah unit
yang diperlukan perusahaan serta pada saat barang tersebut akan dipergunakan
untuk proses produksi perusahaan tersebut. Bahan baku tersebut pada umumnya
akan dibeli dalam jumlah tertentu, dimana jumlah tertentu ini akan dipergunakan
untuk menunjang pelaksanaan proses produksi perusahaan yang bersangkutan
dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan semacam ini maka bahan
baku yang sudah dibeli oleh perusahaan namun belum dipergunakan untuk proses
produksi akan masuk sebagai persediaan bahan baku dalam perusahaan tersebut.
2. Apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan baku, sedangkan bahan
baku yang dipesan belum dating, maka proses produksi dalam perusahaan tersebut
akan terganggu. Ketiadaan bahan baku tersebut akan mengakibatkan terhentinya
pelaksanaan proses produksi pengadaan bahan baku dengan cara tersebut akan
membawa konsekuensi bertambah tingginginya harga beli bahan baku yang
dipergunakan oleh perusahaan. Keadaan tersebut tentunya akan membawa
kerugian bagi perusahaan.
3. Untuk menghindari kekurangan bahan baku tersebut, maka perusahaan dapat
menyediakan bahan baku dalam jumlah yang banyak. Tetapi persediaan bahan
baku dalam jumlah besar tersebut akan mengakibatkan terjadinya biaya
persediaan yang semakin besar pula. Semakin besarnya biaya ini berarti akan
mengurangi keuntungan perusahaan. Disamping itu, risiko kerusakan bahan juga
akan bertambah besar apabila persediaan bahan bakunya besar (Ahyari, 2003).

E. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan bahan baku dan barang hasil
produksi dengan efektif dan efisien.
Semakin tidak efisien pengendalian persediaan, semakin besar tingkat persediaan
yang dimiliki oleh suatu perusahan. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dua aspek
yaitu keluwesan dan tingkat persediaan dalam mengendalikan persediaan.
Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan waktu yang tepat melakukan
pesanan untuk menambah persediaan dan berapa besar pesanan yang harus diadakan.

F. Tujuan Pengendalian Persediaan


Assauri (2000) mengemukakan bawa pengawasan persediaan bahan baku
bertujuan untuk:
1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat
mengakibatkan terhentinya proses produksi
2. Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang ditimbulkan tidak
menjadi lebih besar pula.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena mengakibatkan
biaya pemesanan yang tinggi.
Pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan dan menjamin
tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.

G. Sistem Pengendalian Persediaan


Margaretha (2014) menjelaskan 4 sistem dalam pengendalian persediaan,
yaitu:
1. Red line method
Red line method adalah pengendalian persediaan dengan cara menggambar suatu
garis merah di sekeliling bagian dalam peti/kotak tempat penyimpanan persediaan
untuk menandai titik pemesanan ulang.
2. Two-bin method
Two-bin method adalah pengendalian persediaan yang titik pemesanan ulang
dicapai jika salah satu dari dua peti penyimpanan persediaan kosong.
3. Computerized inventory control system
Computerized inventory control system adalah sistem pengendalian persediaan
dengan menggunakan komputer untuk menentukan titik pemesanan ulang dan
untuk mengatur keseimbangan persediaan.
4. Just-in-time system
Just-in-time system adalah sistem pengendalian persediaan yang produsen
mengkoordinasikan produksinya dengan pemasok sehingga bahan baku dan
komponen-komponen lain tiba dari pemasok tepat pada saat dibutuhkan dalam
proses produksi.

H. Keputusan dalam Manajemen Persediaan


Sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah untuk meminimumkan biaya
dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang
optimum, diperlukan jawaban atas dua pertanyaan mendasar sebagai berikut:
1. Kapan melakukan pemesanan?
2. Berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan melakukan pemesanan kembali?
Untuk menjawab pertanyaan kapan melakukan pemesanan, dapat dilakukan dengan
tiga pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach)
2. Pengekatan tinjauan periodik (periodic review approach)
3. Material requitment planning (MRP)
Adapun biaya dalam keputusan persediaan terdapat lima kategori, sebagai
berikut:
a. Biaya pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan (ordering cost) merupakan biaya untuk melakukan
pemesanan dan menerima barang pesanan, tidak dipengaruhi oleh jumlah
persediaan rata-rata (biaya tetap). Ordering akan semakin kecil jika jumlah
yang dipesan makin besar.
Ket : O = Jumlah FC untuk setiap pemesanan
- Total Ordering Cost: N = Frekuensi pemesanan /tahun
T = Jumlah unit yg dijual /tahun
Q = Kuantitas Pemesanan
b. Biaya Penyimpanan (Carrying cost)
Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai
persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital). Carry cost meliputi
biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya ini berubah sesuai
dengan nilai persediaan. Carrying cost makin kecil jika jumlah yang dipesan
makin kecil.
- Total biaya penyimpanan :
Ket : Q = Kuantitas Pesanan
 TCC = C . P . A S = Penjualan
- Persediaan Rata – rata : Tahunan
 A=Q/2 N = Frekuensi
Pemesanan C = Biaya
Penyimpanan P = Harga
=(S/N)/2
c. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost)
Adalah biaya yang terjadi apabila persediaan tidak tersedia di gudang ketika
dibutuhkan untuk produksi atau ketika langganan memintanya.
d. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas
Adalah biaya yang terjadi karena perubahan dalam kapasitas produksi.
e. Biaya bahan atau barang itu sendiri
Adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan
dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier.

Tingkat Perputaran Persediaan


Persediaan barang sebagai pos utama dari modal kerja merupakan aktiva yang
selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus selalu mengalami
perubahan. Apabila perusahaan kurang tepat dalam menentukan jumlah investasi
dalam persediaan, maka akan berakibat ganda dalam laporan keuangan, yaitu pada
asset perusahaan dan pada profitabilitas.
Adanya over investment akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kerugian karena kerusakan,
turunnya kualitas, keusangan dan semuanya ini menentukan profitabilitas. Sebaliknya
adanya under investment mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena
kekurangan raw material perusahaan tidak akan bekerja dengan full-capacity,
sehingga capital asset dan direct labor tidak dapat diberdayakan dengan seoptimal
mungkin. Hal ini tentunya menyebabkan tingkat profitabilitas tidak maksimal.
Dengan demikian, salah satu pendekatan yang bias dipakai untuk mengetahui
apakah jumlah investasi dalam persediaan termasuk dalam kategori over investment
atau under investment, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Semakin tinggi turnover persediaan suatu perusahaan, berarti semakin cepat


perputaran persediaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah turnover persediaan,
berarti semakin lambat perputaran persediaan tersebut.

I. Model-model Tingkat Persediaan Optimal


1. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety stock atau disebut juga persediaan besi (iron stock) bermakna
persediaan minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjaga kontinuitas
perusahaan. Untuk menentukan persediaan pengaman ini dipergunakan alanilisis
statistic dengan melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangn yang
sudah terjadi antara perkiraan bahan baku dengan pemakaian sesungguhnya
sehingga dapat diketahui besarnya standar dari penyimpangan tersebut.
Manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi tersebut agar dapat ditolelir. Jika persediaan
pengaman terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung biaya
penyimpanan terlalu mahal. Oleh keran itu, perusahaan harus dapat menentukan
besarnya safety stock secara tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
safety stock adalah :
a. Sulit/tidaknya bahan/barang tersebut diperoleh.
b. Kebiasaan pemasok menyerahkan barang/bahan.
c. Besar/kecilnya jumlah barang/bahan yang dibeli setiap saat.
d. Sering/tidaknya mendapatkan pemesanan mendadak.
Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat menggunakan rumus berikut ini:
Safety stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-rata) Lead Time
2. Metode ABC
Merupakan pendekatan sederhana dalam manajemen persediaan dengan ide
dasar adalah membagi persediaan menjadi tiga atau lebih kelompok. Dibalik ide
ini adalah bahwa perusahaan dapat menggunakan bahan baku yang relatif mahal
(high tech) dan beberapa bahan baku yang relatif murah juga. Misalnya kelompok
A : tingkat persediaan dibiarkan rendah, C: karena bahan mentah relatif murah,
maka tingkat persediaan tinggi, B: rata-rata.
Sudana (2011) mengatakan bahwa klasifikasi ABC merupakan konsep untuk
mengendalikan persediaan, yang mana persediaan barang yang mahal
memerlukan pengendalian yang lebih ketat dibandingkan dengan persediaan yang
murah. Pada umumnya, perusahaan memiliki jenis persediaan yang sangat
beragam ditinjau dari harga maupun kontribusinya terhadap penjualan. Tidak ada
satu metode manajemen persediaan pun yang diterapkan untuk semua jenis
persediaan. Oleh karena itu, penerapan suatu metode manajemen persediaan
terntentu perlu disesuaikan dengan jenis persediaannya. Agar manajemen
persediaan dapat dilakukan dengan tepat, persediaan tersebut perlu
dikelompokkan berdasarkan harga dan kontribusinya terhadap penjualan. Salah
satu cara untuk mengelompokkan persediaan dikenal dengan nama klasifikasi
ABC.
Prinsip manajemen persediaan menerapkan klasifikasi ABC adalah semua
persediaan harus bias dimasukkan ke dalam salah satu kelompok persediaan,
yaitu:
a. Kelompok A, merupakan persediaan yang harga per satuannya tinggi dan
kontribusi terhadap penjualan juga tinggi.
b. Kelompok B, merupakan persediaan yang harganya lebih rendah dari
kelompok A dan kontribusi terhadap penjualan sedang.
c. Kelompok C, merupakan persediaan yang harganya rendah dan kontribusinya
terhadap penjualan juga rendah.

Grafik di atas menunjukkan bahwa sekitar 15% komponen persediaan yang


termasuk kelompok A nilainya mencapai 70% dari nilai total persediaan, 30%
komponen persediaan berikutnya adalah termasuk dalam kelompok B yang
nilainya mencapai 20% dari nilai total persediaan, dan lebih dari 55% komponen
persediaan termasuk dalam kelompok C dengan nilai hanya 10% dari nilai total
persediaan.
Berdasarkan pengelompokan tersebut, ada sebagian kecil kelompok
persediaan yang nilainya merupakan sebagian besar dari nilai total persediaan,
dan sangat beralasan bagi perusahaan untuk melakukan pengendalian lebih ketat
atas persediaan tersebut. Untuk pengendalian kelompok A, perusahaan dapat
menggunakan metode fixed order quantity, yaitu model EOQ. Dengan
menggunakan model EOQ, perusahaan dapat mempertahankan jumlah persediaan
yang paling ekonomis, sehingga menghindari investasi dalam persediaan yang
terlalu besar nilainya.
Persediaan yang termasuk dalam kelompok C dapat dikendalikan dengan
menggunakan metode fixed period order. Perusahaan dapat melakukan
pemesanan misalnya setiap semester atau sekali setahun, jumlah yang dipesan
tergantung pemakaian. Jika pemakaian dalam satu semester meningkat, maka
jumlah yang dipesan juga akan bertambah banyak dan sebaliknya. Contohnya
seperti pengadaan berbagai macam mur atau baut pada sebuah bengkel.
Persediaan yang termasuk dalam kelompok B merupakan komponen
perusahaan yang memiliki karakteristik antara kelompok A dan C. untuk
pengendalian persediaan yang termasuk dalam kelompok B, perusahaan dapat
menggunakan kombinasi antara fixed order quantity dan fixed periode order,
tergantun apakah karakteristik persediaan mendekati kelompok A atau C.
Dalam penerapan klasifikasi ABC, perlakuan pengendalian persediaan untuk
masing-masing kelompok berbeda-beda. Oleh karena itu dalam melakukan
klasifikasi persediaan diperlukan informasi yang cukup dan akurat, agar tidak
terjadi kesalahan. Kesalahan dalam klasifikasi akan berakibat kesalahan pula
dalam perlakuan masing-masing kelompok persediaan, sehingga persediaan tidak
dapat dijalankan secara efektif dan efisien.
3. Mengelola Persediaan dengan Menggunakan Turunan Permintaan
Model ini digunakan untuk mengelola persediaan yang menggunakan turunan
permintaan, artinya permintaan untuk jenis persediaan tergantung pada kebutuhan
akan jenis persediaan lainnya.
Sebagai contoh : permintaan produk jadi tergantung pada permintaan
pelanggan, program pemasaran dan faktor lain yang mempengaruhi penjualan.
Sehingga permintaan persedian bahan mentah akan ditentukan oleh jumlah
produk jadi yang direncanakan (sangat erat kaitannya antara sales dan inventory).
Terkait dengan masalah ini, maka perlu dibahas mengetai Material Requirement
Planning (MRP) dan Just in Time (JIT).
a. MRP
MRP adalah seperangkat prosedur yang digunakan untuk menentukan
tingkat persediaan untuk permintaan yang tergantung jenis persediaannya
seperti raw material atau work in process. Ide dasarnya adalah ketika tingkat
persediaan barang jadi ditentukan maka dapat ditentukan berapa tingkat
persediaan barang setengah jadi yang harus disediakan juga agar kebutuhan
barang jadi dapat terpenuhi. Dari sini dapat pula ditentukan berapa persediaan
bahan mentah yang harus dimiliki perusahaan.
b. JIT
Sering disebut kanban sistem adalah pendekatan modern untuk mengelola
persediaan yang dipengaruhi besarnya permintaan barang jadi yang dapat
meminimumkan persediaan perusahaan. Hasil dari JIT adalah bahwa persediaan
akan dipesan secara periodic dan lebih sering Pendekatan JIT dipelopori oleh Toyota
di Jepang. Toyota menjaga persediaan suku cadang seminimum mungkin dengan
hanya memesan persediaan sesuai kebutuhan. Maka pengiriman suku cadang ke
pabrik dilakukan sepanjang hari dengan interval sependek 1 jam. Toyota mampu
sukses beroperasi dengan persediaan yang rendah semacam itu karena Toyota telah
menentapkan rencana untuk menjami pemogokan, kemacetan lalu lintas, atau
bahaya lain yang tidak akan menghentikan aliran suku cadang dan menghambat
produksi. Banyak perusahaan di Amerika Serikat belajar dari contoh Toyota. Tiga
puluh tahun yang lalu Ford selalu memutar persediaannya sebanyak 5 kali dalam
setahun, sekarang mereka memutarnya lebih dari 20 kali.
Perusahaan juga menemukan bahwa mereka dapat mengurangi
persediaan barang jadi mereka dengan memproduksi barang sesuai dengan
pesanan. Misalnya, Dell Computer menemukan bahwa mereka tidak perlu
sejumlah stok barang jadi. Pelanggannya dapat menggunakan internet untuk
menentukan fitur apa yang mereka inginkan untuk personal computer (PC)
mereka. Komputer kemudian dirangkai sesuai dengan pesanan dan
dikirimkan kepada pelanggan.
Tujuan dasar metode JIT adalah untuk menghasilkan atau menerima
item yang diminta pada saat dibutuhkan atau tepat waktu, atau dengan
perkataan lain mengurangi persediaan yang menghasilkan kualitas produk
dan flesibilitas yang berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam sistem JIT
semua jenis persediaan akan dikurangi sampai batas minimum (jika
memungkinkan sampai pada titik tidak ada persediaan sama sekali), namun
walaupun persediaan barang atau bahan tidak dapat dikurangi sampai titik
nol, harus dilakukan secara ketat, sehingga persediaan dapat diminimalkan
seminimal mungkin. Hasil pengurangan biaya persediaan merupakan hasil
paling nyata dari sistem JIT, sehingga memberikan hasil perbaikan dalam
produktivitas, kualitas produk, dan fleksibilitas.
Proses produksi yang menggunakan pengawasan persediaan JIT
idealnya adalah:
a. Membutuhkan sistem informasi perediaan dan produksi yang tepat.
b. Pembelian dengan efisiensi tinggi.
c. Pemasok yang dapat diandalkan.
d. Sistem pengelolaan yang efisien.
Perbedaan EOQ dengan JIT terletak pada jumlah persediaan yang paling
minimal yang harus disediakan. Dalam sistem JIT persediaan akan dikurangi sampai
titik minimum yang mendekati nol. Disamping itu, dalam sistem JIT tidak
dibenarkan biaya pemesanan yang bersifat tetap. Mereka yang mendukung
pendekatan JIT berpendapat bahwa persediaan yang banyak tidak akan memecahkan
masalah, tetapi hanya menyamarkan atau menutupi masalah. Kebanyakan dari
pengentian produksi terjadi karena salah satu dari tiga alasan : kegagalan mesin,
kerusakan bahan, dan ketidaksertaan bahan baku, sehingga memiliki persediaan
merupakan salah satu solusi tradisional atas semua masalah tersebut. Namun, JIT
dapat memecahkan ketiga masalah tersebut dengan menekankan pada pemeliharaan
total dan pengendalian mutu total serta membina hubungan baik dengan pemasok.
Untuk menghitung JIT dapat menggunakan rumus :
Ket : X1 = Unit produk dijual untuk mencapai
laba tertentu yang harus.
I = Laba Sebelum Pajak (EBT)
F1 = Total Biaya Tetap
X2 = Jumlah kualitas non unit
V2 = Biaya Variabel Non Unit
V1 = Biaya Variabel Per Unit
P = Harga Jual Per Unit
4. Metode EOQ (Economic Order Quantity)
EOQ berarti jumlah unit barang/bahan yang harus dipesan setiap kali
mengadakan pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan
persediaan minimal. EOQ juga bermakna jumlah unit pembelian yang paling
optimal. Metode ini dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli
maupun yang diproduksi sendiri. EOQ adalah nama yang biasa digunakan untuk
barang- barang yang dibeli, sedangkan ELS (economic lot size) digunakan untuk
barang- barang yang diproduksi secara internal.
Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS biaya pemesanan (ordering
cost) meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirim ke pabrik dan biaya
penyiapan mesin-mesin (setup cost) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan.
Metode EOQ digunakan untuk menentukan kualitas pesanan persediaan yang
meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya
(inverse cost) pesanan persediaan (Handoko, 2000)
Menurut Husnan (2006), model Economic Order Quantity adalah model yang
sering dibicarakan dalam berbagai buku teks. Model ini mendasarkan pemikiran
yang sama dengan waktu kita membicarakan model persediaan pada pengelolaan
kas. Pemikirannya adalah:
a. Jika perusahaan memiliki rata-rata persediaan yang besar, untuk jumlah
kebutuhan yang sama daam satu periode, berarti perusahaan tidak perlu
melakukan pembelian terlalu sering. Jadi mengemat biaya pembelian (pemesanan).
b. Namun apabila perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bias
menghemat pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan dalam
jumlah yang besar pula. Hal ini berarti, menanggung biaya penyimpanan
terlalu tinggi.
c. Karena itu, perlu dicari jumlah yang membuat biaya persediaan terkecil. Biaya
persediaan adalah biaya persediaan ditambah biaya pesanan.
Sudana (2011) mengemukakan bahwa dalam model EOQ biaya persediaan
yang dipertimbangkan adalah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya
penyimpanan persediaan sama dengan biaya pemesanan persediaan. Total biaya
persediaan sama dengan total biaya penyimpanan persediaan ditambah dengan
total biaya pemesanan persediaan.
Total biaya persediaan (TC) = CP (Q/2)+F(S/Q)
TC = C x P(Q/2) + FSQ
Jika persamaan tersebut dideferensial terhadap Q dan hasilnya sama dengan
nol, maka akan diperileh Q yang optimal, yaitu jumlah pesanan dengantotal biaya
yang minimal atau dikenal dengan EOQ.
EOQ dapat dihitung menggunakan formula :
Ket : D = Penggunaan atau permintaan yang
diperkirakan per periode waktu
S = Biaya Pesanan
C = Biaya Penyimpanan per unit per tahun

Kebaikan EOQ:
a. Menyeimbangkan biaya persiapan, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan
yang memaksimukan laba atau meminimumkan biaya.
b. Saat biaya persiapan tinggi jadi lebih baik buat produk dengan jumlah besar.
c. Sangat baik saat mengatasi masalah yang berkaitan dengan ketidakpastian.
EOQ adalah model yang meminimumkan Total Inventory Cost (TIC) atau
total biaya persediaan dan untuk menyederhanakan perhitungan persediaan atau
pesanan barang yang optimal. Untuk menyederhanakan perhitungan persediaan
tersebut, dalam model EOQ diperlukan asumsi. Asumsi dari model EOQ ini
adalah:
a. Biaya yang relevan untuk perhitungan adalah ordering cost dan carrying cost.
b. Pesanan untuk mengganti persediaan barang yang dijual selalu dating pada
awal bulan.
c. Untuk sementara stock out tidak diperbolehkan.
d. Permintaan barang dapat diketahui dengan tingkat pemakaian atau pengeluaran
tetap.
Berdasarkan asumsi tersebut, masalah biaya atas persediaan barang akan
ditentukan oleh berapa banyak barang yang dipesan, biaya pesanan, biaya
pemeliharaaan dan biaya penyimpanannya. Banyaknya barang yang dipesan
antara satu pesanan dengan pesanan lain akan sama, dan ditentukan oleh model.
Sedangkan pemakaian atau permintaan barang yang bersifat tetap, menyebabkan
pola tingkat persediaan menyerupai gigi gergaji.
Perilaku ordering cost dan carrying cost ini dapat digambarkan dalam grafik
sebagai berikut:
Besarnya carrying cost adalah rata-rata tingkat persediaan barang dikalikan
dengan biaya pemeliharaan dan penyimpanan per unit barang dalam setahun.
Sedangkan besarnya ordering cost per tahun adalah pesanan dalam setahun
dikalikan dengan biaya pesanan untuk setiap kali pesan barang. Sehingga total
biaya persediaan barang pertahun adalah jumlah dari carrying cost dan ordering
cost.
Model yang diterapkan berikut ini dapat dilaksanakan apabila kebutuhan-
kebutuhan permintaan pada masa yang akan dating memiliki jumlah yang konstan
dan relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil.
Apabila jumlah persediaan telah diketahu, dapat diasumsikan bahwa jumlah
permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang konstan dan diketahui.
Berdasarkan asumsi ini dapat dihitung dengan mudah reorder point.
Mempertajam pengertian dan analisis EOQ diberikan contoh kasus sebagai
berikut: Perusahaan ABC akan melakukan pemesanan material sebanyak 1.200
unit dengan harga Rp. 1.000 per unit. Total biaya pemesanan sebesar Rp. 15.000
untuk setiap kali pemesanan. Biaya penyimpanan diketahui sebesar 40% dari
harga beli.

Untuk membuktikan bahwa persediaan barang pada tingkat economic orde


quantity ini total biayanya paling minimum, dapat ditunjukkan dengan analisis
pada tabel berikut ini:
Hubungan antara Biaya Pesanan, Biaya Penyimpanan dan Jumlah
biaya seluruhnya dalam satu periode

Sumber : Margaretha (2014:158)


Tabel analisis EOQ menunjukkan bahwa tingkat pesanan material
sebanyak 1.200 atau dengan sekali pesan memiliki biaya terbesar. Tingkat
pesanan 300 adalah pesanan yang memiliki biaya terkecil. Persediaan
material sebesar 300 unit ini adlah persediaan paling minimum atau pada
tingkat economic order quantity.
5. Reorder Point (ROP)
Untuk melengkapi uraian mengenai safety stock dan economic order quantity
perlu diuraikan mengenai reorde point. Reorde pont adalah saat/titik dimana
pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi persediaan. ROP juga dapat
digunakan untuk menentukan waktu tunggu yang optimal apabila jangka waktu
antara pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan ke dalam perusahaan
cenderung berubah-ubah, sehingga risiko perusahaan dapat ditekan seminimal
mungkin.
Model persediaan sederhana menggunakan asumsi bahwa penerimaan sebuah
pesanan akan diterima dengan segera jika tingkat persediaan bahan di dalam
perusahaan dalam titik nol. Bagaimanapun waktu antara penempatan dan
penerimaan pesanan disebut dengan waktu tunggu (lead time). Margaretha (2014)
memperjelas pengerian lead time yaitu waktu yang diperlukan sejak dimulainya
pelaksanan usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang/bahan sampai
barang/nahan tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang perusahaan.
Dalam penentuan waktu dikenal dua macam biaya, yaitu:
a. Biaya penyimpanan tambahan, yaitu biaya yang harus dibayar karena adanya
surplus bahan baku.
b. Biaya kekurangan bahan, yaitu biaya yang harus dibayar karena kekurangan
bahan untuk keperluan proses produksi (biaya untuk bahan baku pengganti).
Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu
kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan
baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi reorder point adalah:
a. Lead time
b. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu.
c. Persediaan pengaman (safety stock)
Berdasarkan ketiga faktor tersebut maka reorder point dapat dihitung
menggunakan rumus berikut ini: Ket : LD = Lead Time
AU = Average usage = pemakaian rata-rata
SS = Safety Stock

Perhitugan ROP ini mengikutsertakan hasil perhitungan safety stock untuk


mengantisipasi ketidakpastian dari titik pemesanan kembali. Hal ini untuk
meminimalisasikan kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan sehingga titik
pemesanan kembali mengakumulasi jumlah persediaan pengaman sebagai
persediaan ekstra yang akan disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan.
Mempertajam pemahaman ROP diberikan ilustrasi. Sebuah perusahaan
nasional membutuhkan persediaan sebanyak 3.600 unit setiap tahun. Bahan baku
tersebut diperoleh secara impor dengan harga USD30 perunit. Biaya penyimpanan
25% pertahun dari harga beli persediaan. Biaya pemesanan variabel sebesar
USD125 per pesanan.

Frekuensi pesanan dalam satu tahun = D/EOQ atau 3.600/300 = 12 kali. Jika
satu tahun 360 hari, maka pemesanan dilakukan setiap 30 hari (360/12).
Jika perusahaan membutuhkan waktu delapan hari (lead time) untuk
melakukan pesanan sampai persediaan yang dipesan diterima di perusahaan, dan
agar perusahaan tidak kehabisan persediaan, maka perusahaan sudah harus
melakukan pemesanan kembali (reorder) ketika jumlah persediaan mencapai 80
unit, dengan perkataan lain reorder point = lead time x pemakaian persediaan
perhari
ROP = LD x AU
= 8 x 300/30
= 80 unit
Contoh tersebut dalam kondisi yang bersifat pasti, ketika pesanan datang,
jumlah pesanan adalah sama dengan jumlah pesanan yang ekonomis (EOQ),
pemesanan harus dilakukan sebelum persediaan habis, karena perusahaan harus
selalu memiliki persediaan untuk memperkecil risiko kehabisan persediaan, dan
dibutuhkan waktu untuk melakukan pemesanan sampai barang yang dipesan tiba
di perusahaan. Dengan asumsi bahwa jangka waktu pemesanan (lead time) dan
pemakaian persediaan adalah pasti, maka pesanan persediaan akan datang tepat
ketika jumlah persediaan adalah habis atau nol.
Gambar EOQ dengan ROP
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan.
Merencanakan jumlah persediaan untuk di simpan di gudang hingga melakukan
pengontrolan terhadap barang persediaan yang akan digunakan harus dapat di atur
dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Salah satu alasan perusahaan agar
memiliki persediaan adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya
menepati tanggal pengiriman.
Persediaan sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam
operasi bisnis. Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni: Persediaan
tersebut merupakan milik perusahan dam Persediaan tersebut siap dijual kepada para
konsumen.
Pengendalian persediaan sangat penting dalam sebuah perusahaan karena jika
persediaan terlalu banyak maka biaya penyimpanan dan pemeliharaan pun akan
meningkat dan resiko kerusakan pun akan meningkat sehingga menyebabkan kualitas
barang akan menurun. Dan jika jumlah persediaan terlalu sedikit maka akan
menyebabkan proses produksi dapat terganggu dan pesanan tidak daapat terpenuhi.
Untuk mengendalikan tingkat persediaan sampai pada tingkat optimal, dapat
digunakan berbagai model diantaranya : Persediaan Pengaman (Safety Stock), Metode
ABC, Just In Time, Metode EOQ (Economic Order Quantity), dan Reorder Point
(ROP).
DAFTAR PUSTAKA

Arman Hakim, Nasution. 2003. Perencanan dan Pengendalian Produksi, Edisi


Pertama, Guna Widya, Surabaya.
Assauri, 2000. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Keempat. Jakarta.
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi & Perencanaan Sistem. Produksi Buku
I. BPFE. Yogyakarta.
Handoko, Hani T. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua. PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
I Made, Sudana. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktek.
Erlangga. Jakarta.
Margaretha, Farah. 2014. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, PT. Dian Rakyat,
Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
. 2007. Strategi Promosi Yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated
Marketing Communciation, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi
5, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

ANALISIS ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PENGENDALIAN PERSEDIAAN


BAHAN BAKU KOPI PADA PT. FORTUNA INTI ALAM

ANALYSIS OF ECONOMIC ORDER


QUANTITY (EOQ) CONTROL OF COFFEE
RAW MATERIALS AT PT. FORTUNA INTI
ALAM
Oleh:
Harly I.
Unsulangi1
Arrazi Hasan
Jan2 Ferdinand
Tumewu3
123
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan
Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado

E-mail:
1
harlyunsulangi@gmail.c
om
2
arrazihasanjan@gmail.co
m 3fjtumewu@gmail.com
Abstrak: Persediaan bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi. Kekurangan bahan baku akan
berakibat pada terhambatnya proses produksi, sebaliknya kelebihan bahan baku akan berakibat pada membengkaknya biaya
penyimpanan dan biaya lainnya. Melalui pengendalian persediaan yang optimal, perusahaan dapat menentukan kuantitas
pemesanan yang tepat dengan meminimalkan biaya persediaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan
menganalisis pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan oleh PT. Fortuna Inti Alam. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dengan memaparkan bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan perusahaan
lewat data yang diperoleh dan dianalisis menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Data yang digunakan
adalah data primer berupa hasil analisis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan pengendalian persediaan bahan
baku yang diterapkan oleh PT. Fortuna Inti Alam masih belum optimal karena perusahaan sering mengalami kekurangan
bahan baku dalam melakukan proses produksi. PT. Fortuna Inti Alam sebaiknya mencoba mengaplikasikan metode EOQ
dalam hal pengendalian persediaan bahan baku sehingga perusahaan dapat meminimumkan biaya persediaan.

Kata Kunci: eoq, pengendalian persediaan, biaya persediaan, safety stock, reorder point, persediaan, bahan baku,
kopi.
Abstract: Raw material inventory is one of the important factors in the production process. Lact of raw materials will
result in inhibition of the production process, while the excess raw materials will result in swelling of storage cost and the
other cost. Through optimal inventory control, companies can minimize inventory costs so that the company's objectives
can be achieved. The purpose of this research is to know and analyze the inventory control of raw materials which applied
by PT. Fortuna Inti Alam. This research uses quantitative descriptive method by describing how the control of raw
material inventory applied by the company then the data obtained is analyzed using Economic Order Quantity (EOQ)
method. The data used are primary data in the form of interview result. The results showed that raw material inventory
control applied by PT. Fortuna Inti Alam has not been optimal yet because the company had run out of raw materials in
the production process. The total cost of Coffee raw material inventory using EOQ method is smaller than the method used
by the company. Management PT. Fortuna Inti Alam should try to apply EOQ method in terms of raw material inventory
control so that company can more minimize inventory cost.

Keywords: eoq, inventory control, inventory cost, safety stock, reorder point, inventory, raw materials, coffee.
51 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditi penting dan merupakan komoditi terbesar
yang diperdagangkan dalam pasar dunia. Berdasarkan data dari International Coffee
Organization (ICO), dunia ini telah memproduksi sekitar 9 juta ton kopi pada tahun
2016. Sekitar 36% atau sekitar 3,3 juta ton kopi merupakan hasil produksi dari Brasil
dan Vietnam dengan jumlah produksinya sebesar 1,53 juta ton sedangkan Kolombia
dengan jumlah produksinya sebanyak 840 ribu ton kopi, sementara Indonesia berada di
posisi keempat dengan jumlah produksi 600 ribu ton kopi. Berdasarkan data Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia saat ini terdapat 3 perusahaan pengolahan kopi yang
ada di Sulawesi Utara.
Assauri dalam Irwadi (2015:6) Kelangsungan proses produksi dalam suatu
perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Modal, teknologi,
persediaan bahan baku, persediaan barang jadi dan tenaga kerja. Persediaan (Inventory)
sebagai elemen modal kerja merupakan aktiva yang selalu ada dalam keadaan berputar.
Persediaan bahan baku yang cukup dapat memperlancar proses produksi serta barang
jadi yang diproduksi dapat menjamin efektifitas kegiatan pemasaran, yaitu memberikan
kepuasan pada pelanggan, karena apabila barang tidak tersedia maka perusahaan
kehilangan kesempatan untuk merebut pasar dan perusahaan tidak dapat mensuplay
barang pada tingkat optimal.
PT. Fortuna Inti Alam adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang
industri kopi bubuk. Namun pada saat ini PT. Fortuna Inti Alam belum mempunyai cara
yang tepat dalam menghitung persediaan bahan baku kopi yang optimal dan efisien,
hanya berdasarkan perkiraan dan pola kebiasaan dalam hal persediaan bahan baku kopi.
Diketahui selama ini perusahaan telah menetapkan kebijakan dalam hal pembelian bahan
baku, yaitu jumlah pembelian bahan baku yang akan dipesan, hasil produksinya harus
tepat dengan jumlah permintaan pasar.
Terdapat beberapa metode untuk mengendalikan tingkat persediaan, diantaranya
metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ digunakan untuk menentukan
jumlah barang yang optimal dalam satu periode dengan meminimalkan total biaya
persediaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan meneliti persediaan bahan
baku kopi dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) di perusahaan PT. Fortuna
Inti Alam. Dan penulis mendeskripsikan penelitian ini dengan judul “Analisis Economic
Order Quantity (EOQ) Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kopi Pada PT. Fortuna Inti
Alam”.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Jumlah pembelian bahan baku kopi optimal PT. Fortuna Inti Alam
2. Jumlah persediaan pengaman (Safety Stock) bahan baku kopi yang dibutuhkan PT. Fortuna Inti
Alam
3. Titik pemesanan kembali (Reorder Poin) bahan baku kopi dengan menggunakan metode EOQ
4. Jumlah total biaya persediaan (Total Inventory Cost) perusahaan PT. Fortuna Inti Alam jika
menggunakan metode EOQ.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen
52 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

Pengertian manajemen menurut Handoko (2012) adalah proses perencanaan,


pengoraganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.

Manajemen Operasional
Heizer dan Render (2011) didalam bukunya menyatakan bahwa manajemen
operasi (operations management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai
dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.

Teori Manajemen Persediaan


Rangkuti dalam Veronika, 2013:35 menjelaskan persediaan bahan baku
mempunyai kedudukan yang penting dalam perusahaan karena persediaan bahan baku
sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran proses produksi. Herjanto (dalam Tuerah,
2014:526) menjelaskan persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses
produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin. Berdasarkan definisi – definisi diatas persediaan merupakan
material yang dapat berupa barang mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang
dikelola dan digunakan guna mendukung proses produksi.

Jenis Persediaan
Heizer dan Render (2011) menyebutkan bahwa persediaan dikelompokan
kedalam empat jenis yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi,
persediaan barang MRO dan persediaan barang jadi.
1. Persediaan bahan baku (raw material)
Yaitu material yang pada umumnya dibeli tetapi belum memasuki proses pabrikasi
2. Persediaan barang setengah jadi (work in process)
Yaitu bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan
tetapi belum selesai atau menjadi produk jadi.
3. Persediaan barang MRO (maintenance repair operating)
Yaitu persediaan yang khusus diperuntukan bagi pasokan pemeliharaan,
perbaikan, dan operasi untuk menjaga agar proses produksi tetap produktif.
4. Persediaan barang jadi (finished goods)
Yaitu persediaan yang telah selesai diproses atau produk yang sudah selesai dan
menunggu pengiriman.

Definisi Pengendalian Persediaan


Assauri (2016) didalam bukunya menyatakan bahwa pengendalian persediaan
adalah salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang berurutan erat satu sama
lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah
direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kuantitas maupun biayanya.

Bahan Baku
Menurut Stevenson dan Chuong (2014:183), pengertian bahan baku adalah
sesuatu yang digunakan untuk membuat barang jadi, bahan pasti menempel menjadi satu
dengan barang jadi.

Economic Order Quantity (EOQ)


Heizer dan Render (2011) menjelaskan bahwa EOQ adalah salah satu teknik
pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian
53 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa
banyak harus memesan.
Perhitungan economic order quantity (EOQ) dapat dihitung dengan rumus :

Dimana penjelasan tersebut sebagai berikut :


EOQ = adalah kuantitas pembelian optimal.
S = adalah biaya pemesanan setiap kali pesan.
D = adalah penggunaan bahan baku pertahun.
H = adalah biaya penyimpanan per-unit.

Persediaan Pengaman (Safety Stock)


Persediaan pengaman adalah suatu persediaan tambahan yang memungkinkan
permintaan yang tidak seragam dan menjadi sebuah cadangan. Adapun dibawah ini
merupakan rumus cara menghitung persediaan pengaman (safety stock) menurut ahli
atau pakar yakni Heizer dan Render (2011) yang dapat dijelaskan dan diuraikan sebagai
berikut :
Safety stock = z x α
Safety stock adalah persediaan pengaman.
z : adalah standar normal deviasi (standar level). α : adalah standar deviasi dari tingkat
kebutuhan.

Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)


Menurut Heizer dan Render (2011 : 567), titik pemesanan ulang (Reorder Point)
yaitu tingkat persediaan dimana ketika persediaan telah mencapai tingkat itu, pemesanan
harus dilakukan. Rangkuti (2011:83) menjelaskan bahwa pengertian Reorder Point
(ROP) adalah straregi operasi persediaan merupakan titik pemesanan yang harus
dilakukan suatu perusahan sehubungan dengan adanya Lead Time dan Safety Stock.
Dibawah ini merupakan formula cara melakukan perhitungan titik pemesanan kembali
atau reorder point (ROP) adalah dapat dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut.
ROP = (d.L) + Safety stock
Dimana penjelasan tersebut adalah antara
lain sebagai berikut ROP : adalah titik
pemesanan kembali,
d : adalah pemakaian bahan baku perhari (unit/hari),
L : adalah lead time atau waktu tunggu, Safety stock : adalah persediaan
pengaman.

Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)


Menurut Heizer dan Render (2011:568-569) didalam bukunya menyatakan
bahwa perhitungan mengenai total biaya persediaan bahan baku adalah antara lain
sebagai berikut dibawah ini

Keterangan :
Total inventory cost (TIC) adalah
total biaya persediaan. Q* :
adalah jumlah barang setiap
pemesanan
54 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

D : adalah permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit


S : adalah biaya pemesanan untuk setiap pemesanan
H : adalah biaya penyimpanan per-unit per-tahun.

Penelitian Terdahulu
Lahu dan Sumarauw (2017). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
persediaan yang tepat pada perusahaan Dunkin Donuts Manado. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan metode perhitungan
EOQ, Safety stock dan Reorder point. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengendalian
pesediaan bahan baku yang diterapkan oleh Dunkin Donuts Manado belum optimal.
Perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan dalam memenuhi permintaan
konsumen, tetapi perusahaan belum mampu dalam meminimalkan biaya persediaan.
Tuerah (2014). bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku
ikan tuna yang dilakukan CV. Golden KK dan untuk mengetahui jumlah pemesanan dan
biaya persediaan bahan baku pada CV. Golden KK menggunakan metode EOQ.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukan pengendalian dan pengadaan bahan baku ikan tuna CV. Golden KK sudah
efektif dalammemenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak mengalami
kehabisan persediaan bahan baku dan total biaya persediaan dengan metode EOQ lebih
kecil dibandingkan metode yang digunakan perusahaan.
Sudarwati dan Marfuah (2017). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana membuat tingkat efisiensi dalam pengadaan persediaan bahan
baku antara metode EOQ (Economic Order Quantity) dibandingkan dengan kebijakan
dari PR. Sukun. Jenis penelitian yang digunakan adalah tipe analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dengan menggunakan metode EOQ dapat
jauh lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan PR. Sukun. Kuantitas dan frekuensi
pembelian bahan baku kurang, tapi tetap memperhitungkan stok pengaman (Safety
Stock) dan ROP (Reorder Point), sehingga proses produksinya tidak terganggu.

METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2013:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan Menurut Arikunto
(2013: 203) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat deskriptif kuantitatif yang menurut Wirartha (dalam Sarjono dan Kuncoro,
2014:41) yaitu menganalisis, menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi
dari berbagai data dalam bentuk angka-angka yang dikumpulkan dari hasil analisis dan
wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.

Populasi, Sampel, Data dan Sumber


Populasi menetapkan dan menentukan yang akan diteliti, yaitu persediaan bahan
baku kopi yang digunakan PT. Fortuna Inti Alam dalam melakukan proses produksi kopi
bubuk. Sampel penelitian ini diambil dari data persediaan yang di terima dari Drs. Rudy
Pusung, ME,AK selaku General Manage, Selvie Lalawi SE,AK selaku Finance
Manager, dan Drs. Eddy Noertamin selaku Sales Manager yang telah dilakukan
sebelumnya oleh PT. Fortuna Inti Alam. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari PT.
Fortuna Inti Alam yang terdiri atas gambaran umum perusahaan, data persediaan,
produksi dan produk kopi bubuk.
55 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam studi ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

Proses Analisis Data


1. Menentukan biaya penyimpanan bahan baku per unit (H) dan biaya
penyimpanan bahan baku per unit (S).
2. Data persediaan bahan baku kelapa pada tahun 2016 dan 2017 analisis
satu persatu dengan urutan sebagai berikut:
a. Total Inventory Cost kondisi aktual perusahaan
b.Metode economic order quantity (EOQ), frekuensi pemesanan bahan baku, total inventory
cost
berdasarkan metode EOQ.
c. Safety Stock (Persediaan Pengaman)
d. Reorder Point (Titik Pemesanan Kembali)
3. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


PT. Fortuna Inti Alam saat ini masih melakukan pengendalian persediaan bahan
baku yang sederhana, sistem pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan
berdasarkan jumlah rencana produksi yang telah ditetapkan oleh bagian produksi dan
pada saat persediaan bahan baku dalam gudang di produksi, maka perusahaan sudah
harus melakukan pembelian bahan baku kembali untuk produksi berikutnya agar
perusahaan tidak mengalami kehabisan bahan baku.
Untuk mengetahui rencana produksi, bagian pemasaran memberikan gambaran
estimasi total jumlah permintaan produk kepada bagian produksi untuk dijadikan
patokan untuk jumlah produksi berikutnya. Setelah jumlah produksi diketahui, bagian
produksi melakukan perhitungan untuk mengetahui berapa banyak jumlah bahan baku
kopi yang dibutuhkan untuk memproduksi kopi bubuk sesuai permintaan yang
disampaikan bagian keuangan dan kemudian di lakukan pemesanan bahan baku kopi.

Table 1. Pembelian bahan baku PT. Fortuna Inti Alam


Tahun 2016 dan 2017
2016 2017
bulan Kuantitas Frekuensi Rata-rata Kuantitas Frekuensi Rata-rata
Kg (kali) kg kg (kali) kg
Januari 836 1 836 827 1 827
Februari 1.216 1 1.216 1.533 1 1.533
Maret 526 1 526 658 1 658
April 3.817 2 1.908,5 4.077 2 2.038,5
Mei 1.773 1 1.773 2.114 1 2.114
Juni 5.855 1 5.855 3.109 2 1.554,5
Juli 12.153 2 6.076,5 4.415 2 2.207,5
Agustus 4.084 2 2.042 4.081 2 2.040,5
September 5.472 1 5.472 6.311 3 2.104
Oktober 5.438 1 5.438 16.278 3 8.139
November 5.826 2 2.913 6.492 2 3.246
Desember 5.344 2 2.672 6.090 2 3.045
Jumlah 52.340 17 36.728 55.985 22 29.507
Rata-rata 4.362 1,4 3.116 4.665 1,75 2.666
Sumber data : PT. Fortuna Inti Alam
Tabel 1 menunjukan total jumlah pembelian bahan baku kopi PT.Fortuna Inti
56 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

Alam pada tahun 2016 adalah sebesar 52.340 kg dengan rata-rata pembelian setiap
bulannya sebesar 4.362 kg. Total frekuensi pemesanan bahan baku kopi yang dilakukan
PT. Fortuna Inti Alam selama tahun 2016 sebanyak 17 kali dengan rata-rata jumlah
pemesanan bahan baku kopi per bulannya sebesar 36.729 kg dan jumlah rata-rata
pemesanan bahan baku kopi 3.116 kg untuk setiap kali pesan. Sedangkan pada tahun
2017 adalah sebanyak 55.985 kg dengan pembelian rata-rata setiap bulannya adalah
sebesar 4.665 kg. Dimana pada tahun 2017 PT. Fortuna Inti Alam telah melakukan
pemesanan bahan baku kopi sebanyak 22 kali dengan rata-rata jumlah pemesanan yaitu
sebanyak 2.666 kg setiap kali pemesanan.

Table 2. Pemakaian Bahan Baku PT. Fortuna Inti Alam


Tahun 2016 dan 2017
2016 2017
Bulan Kuantitas Kuantitas
(Kg) (Kg)
Januari 790 730
Februari 1.124 1.384
Maret 471 746
April 3.567 3.816
Mei 1.659 1.911
Juni 6.533 2.825
Juli 12.595 4.023
Agustus 3.746 3.766
September 4.958 5.700
Oktober 5.118 17.112
November 5.345 7.094
Desember 5.125 5.638
Jumlah 51.031 53.999
Rata-rata 4.252 4.500
Sumber data : PT. Fortuna Inti Alam
Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah pemakaian bahan baku yang telah digunakan
pada tahun 2016 adalah sebesar 51.031 kg. Dimana pemakaian terbesar terjadi pada
bulan Juli yaitu sebanyak 12.595 kg dan pemakaian terendah terjadi pada bulan Januari
dan Maret yaitu sebesar 790 kg dan 471 kg. Sedangkan Rata-rata pemakaian bahan baku
kopi pada tahun 2017 mencapai 4.500 kg per bulan, Hal ini menunjukan bahwa tingkat
pemakaian pada tahun 2017 mengalami kenaikan.

Table 3. Biaya Pemesanan Bahan Bahan Baku PT.


Fortuna Inti Alam
No Komponen Biaya Tahun 2016 Tahun 2017
1 Telepon dan komunikasi 1.200.000 1.200.000
2 Administrasi 3.458.000 3.684.000
3 Transportasi dan pengiriman 20.936.000 27.992.500
Jumlah 25.594.000 32.876.500
Sumber data : PT. Fortuna Inti Alam
57 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

Tabel 3 menunjukan, bahwa jumlah biaya pemesanan bahan baku kopi yang
dikeluarkan oleh PT. Fortuna Inti Alam pada tahun 2016 adalah sebesar Rp.25.594.000
dan jumlah biaya pemesanan yang dikeluarkan PT. Fortuna Inti Alam pada tahun 2017
adalah sebesar Rp.32.876.500.

Tabel 4. Biaya Penyimpanan Bahan Bahan Baku PT.


Fortuna Inti Alam
No Komponen Biaya Tahun 2016 Tahun 2017
1 Pengawas dan pelaksana gudang 18.000.000 18.000.000
2 Listrik 2.400.000 3.600.000
Jumlah 20.400.000 21.600.000
Sumber data : PT. Fortuna Inti Alam
Dari tabel 4 dapat diketahui total biaya penyimpanan untuk bahan baku kopi PT.
Fortuna Inti Alam pada tahun 2016 adalah sebesar Rp.20.400.000 dan pada tahun 2017
adalah sebesar Rp.21.600.000.

Tabel 5. Kondisi Aktual Persediaan Bahan Bahan Baku


PT. Fortuna Inti Alam
No Uraian Tahun 2016 Tahun2017
1 Kuantitas pemesanan (Kg) 52.340 55.985
2 Biaya pemesanan (Rp/pesanan) 25.594.000 32.876.500
3 Biaya penyimpanan (Rp/Kg) 4.600 4.900
4 Jumlah pemesanan rata-rata 3.116 2.666
Data primer yang diolah tahun 2016 dan 2017

Pembahasan
Dari hasil penelitian pada PT. Fortuna Inti Alam, dapat diketahui bahwa
perusahaan telah berupaya melakukan pengendalian persediaan bahan baku yang efisien
dengan menetapkan kebijakan-kebijakan dalam pengendalian persediaan bahan baku
perusahaan. Salah satu kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaan adalah
kebijakan pembelian bahan baku. Jumlah bahan baku yang dipesan setiap kali pembelian
harus sesuai dengan rencana produksi agar tidak terjadi penumpukan bahan baku
digudang jika bahan baku yang dibeli lebih banyak dari jumlah rencana produksi dan
sebaliknya, jika bahan baku yang dipesan kurang dari jumlah rencana produksi maka
perusahaan akan dihadapkan dengan resiko tidak mampunya perusahaan memenuhi
permintaan pasar karena jumlah hasil produksi tidak mencukupi.
Berdasarkan perhitungan menggunakan metode EOQ, diketahui kuantitas
pemesanan bahan baku yang optimal pada tahun 2016 adalah sebesar 5.852 kg bahan
baku kopi setiap kali pemesanan dengan frekuensi pemesanan sebanyak 9 kali sedangkan
jumlah pembelian bahan baku yang dilakukan berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu
sebesar 3.111 kg setiap kali pemesanan dengan jumlah frekuensi pemesanan sebanyak 17
kali. Kuantitas pembelian bahan baku dengan metode EOQ lebih besar dari kuantitas
pembelian bahan baku yang dilakukan perusahaan pada tahun 2016. Sedangkan pada
tahun 2017, hasil perhitungan menggunakan metode EOQ, diketahui kuantitas
pemesanan bahan baku yang optimal pada tahun 2017 adalah sebesar 5.844 kg bahan
baku kopi setiap kali pemesanan dengan frekuensi pemesanan sebanyak 10 kali
sedangkan jumlah pembelian bahan baku yang dilakukan berdasarkan kebijakan
58 perusahaan yaitu sebesar 2.666 kg setiap kali pemesanan dengan jumlah frekuensiJurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

pemesanan sebanyak 22 kali. Dari hasil perbandingan tersebut diketahui kuantitas


pembelian bahan baku dengan metode EOQ lebih besar dari kuantitas pembelian bahan
baku yang dilakukan perusahaan pada tahun 2017. Jika dilihat dari data pembelian dan
pemakaian bahan baku pada tahun 2017, proses produksi pada bulan Maret, Oktober dan
November mengalami masalah karena jumlah pembelian bahan baku tidak sesuai dengan
rencana produksi. Kuantitas pemesanan bahan baku dengan metode EOQ yang lebih
optimal dari kuantitas pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan, seharusnya
lebih mampu menghindarkan perusahaan dari resiko terjadinya kehabisan bahan baku
pada saat proses produksi sedang berlangsung seperti yang terjadi pada bulan Maret,
Oktober dan November tahun 2017 dan meminimumkan biaya pemesanan karena
frekuensi pemesanan yang lebih rendah dibandingkan frekuensi pemesanan yang
dilakukan perusahaan pada tahun 2017.
Dalam kondisi aktual perusahaan, perusahaan tidak menetapkan jumlah
persediaan pengaman (safety stock) dan titik pemesanan kembali (reorder point)
sedangkan dalam metode EOQ, perusahaan harus menyediakan safety stock dan reorder
point. Penentuan kuantitas persediaan pengaman perusahaan dapat dihasilkan dengan
cara membagi atara standar deviasi dengan jumlah waktu pemakaian selama satu tahun.
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui jumlah persediaan pengaman yang dibutuhkan
PT. Fortuna Inti Alam pada tahun 2016 adalah sebesar 5.237 kg bahan baku kopi.
Sedangkan persediaan pengaman yang dibutuhkan PT. Fortuna Inti Alam pada tahun
2017 adalah sebesar 7.020 kg bahan baku kopi. Adanya Safety stock akan sangat
berpengaruh terhadap upaya perusahaan dalam mempertahankan kelancaran proses
produksi. Jika perusahaan mempertimbangkan keputusan tentang pengadaan persediaan
pengaman (safety stock), perusahaan bisa terhindar dari resiko kehabisan bahan baku jika
umpamanya terjadi masalah-masalah yang bisa mengancam terganggunya proses
produksi, seperti kelangkaan bahan baku atau supplier terlambat mengantar pesanan
bahan baku.
Berdasarkan perhitungan menggunakan data persediaan kondisi aktual
perusahaan tersebut, pada tahun 2016 perusahaan harus segera melakukan pemesanan
pada saat persediaan bahan baku kopi digudang sudah mencapai tingkat 330,22 kg.
Sedangkan pada tahun 2017 perusahaan harus melakukan pemesanan pada saat
persediaan bahan baku digudang sudah mencapai tingkat 353,21 kg. Ini berarti bahwa
pada saat persediaan bahan baku benar-benar habis, pesanan bahan baku yang telah
dipesan selama 2 hari sebelumnya sudah tiba digudang sehingga proses produksi tidak
harus terhenti karena alasan keterlambatan supplier mangantarkan pesanan bahan baku
kopi.
Tabel 6. Perbandingan TIC Perusahaan dan TIC Metode
EOQ
TIC Perusahaaan TIC Metode EOQ Selisi
Tahun (Rp) (Rp) (Rp)

2016 32.446.549 26.920.245 5.526.304


2017 37.913.245 28.633.885 9.279.360

Sumber : Data primer yang diolah


Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa apabila dilihat dari segi biaya, total biaya
persediaan dari kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang digunakan
perusahaan lebih besar dibanding dengan total biaya persediaan dengan metode EOQ.
59 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

Pada tahun 2016 penghematan yang dapat dilakukan oleh PT. Fortuna Inti Alam jika
menggunakan metode EOQ adalah sebesar Rp.5.526.304 dan pada tahun 2017
perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 9.279.360. Frekuensi pembelian
menurut metode EOQ pada tahun 2016 dan tahun 2017 yang lebih kecil dari frekuensi
pembelian yang dilakukan perusahaan, mampu menghemat biaya pemesanan bahan baku
sehingga perusahaan dapat meminimumkan biaya persediaan.
Berdasarkan selisih biaya tersebut dapat disimpulkan bahwa dibandingkan
dengan metode yang digunakan perusahaan, metode EOQ masih lebih bisa menekan
biaya persediaan bahan baku pada PT. Fortuna Inti Alam. Dengan kata lain pengendalian
persediaan yang dilakukan perusahaan masih belum optimal. Metode EOQ dapat
membantu perusahaan dalam mencapai tingkat pemesanan persediaan bahan baku dan
frekuensi pemesanan yang optimal, disertai persediaan pengaman (safety stock) dan titik
pemesanan kembali (reorder point) yang dapat berpengaruh besar terhadap upaya
perusahaan dalam meminimumkan biaya persediaan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu seperti penelitian yang dilakukan Sundarwati dan Marfuah (2014) yang berjudul
Control Analysis Of Tobacco Raw Material Supplies Using EOQ Method to Reach Efficiency
Total Cost Of Raw Material in Pr. Sukun. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa
dengan menggunakan metode EOQ dapat jauh lebih efisien dibandingkan dengan kebijakan Pr.
Sukun. Kuantitas dan frekuensi pembelian bahan baku kurang tapi tetap memperhitungkan safety
stock dan reorder point, sehingga proses produksinya tidak terganggu. Selain itu, biaya
persediaan kurang sehingga terciptanya efisiensi biaya persediaan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada persediaan bahan baku
kopi PT. Fortuna Inti Alam tahun 2016 dan tahun 2017 maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pembelian bahan baku kopi PT. Fortuna Inti Alam setiap kali pembelian menurut data aktual
perusahaan pada tahun 2016 adalah sebesar 3.116 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak
17 kali dan pada tahun 2017 sebesar 2.666 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 22 kali.
Sedangkan pembelian bahan baku kopi yang optimal berdasarkan metode EOQ pada tahun
2016 adalah sebesar 5.852,22 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 9 kali dan untuk
tahun 2017 adalah sebesar 5.844 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 10 kali.
2. PT. Fortuna Inti Alam tidak menetapkan adanya persediaan pengaman dalam pengendalian
persediaan perusahaan, sedangkan dalam metode EOQ, perusahaan diharuskan mengadakan
persediaan pengaman untuk mengantisipasi terjadinya stock out. Persediaan pengaman bahan
baku kopi pada tahun 2016 adalah sebesar 5.237,05 kg dan persediaan pengaman pada tahun
2017 adalah sebesar 7.020,76 kg.
3. PT. Fortuna Inti Alam tidak menetapkan dengan pasti titik pemesanan kembali dalam
kebijakan pembelian bahan baku untuk mengantisipasi keterlambatan pengiriman bahan
baku. Menurut perhitungan menggunakan metode EOQ, titik pemesanan kembali bahan
baku pada tahun 2016 adalah ketika persediaan mencapai titik 330,22 kg, sedangkan pada
tahun 2017 perusahaan harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan bahan baku
kopi digudang mencapai titik 353,21 kg.
4. Total biaya persediaan bahan baku PT. Fortuna Inti Alam pada tahun 2016 adalah sebesar
Rp. 32.446.549 dan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 37.913.245, Sedangkan total biaya
persediaan bila dihitung menggunakan metode EOQ pada tahun 2016 adalah sebesar Rp.
26.920.245 dan pada tahun 2017 sebesar Rp. 28.633.885. Sehingga diketahui penghematan
biaya bila menggunakan metode EOQ pada tahun 2016 sebesar Rp. 5.526.304 dan
penghematan biaya persediaan pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 9.279.360.
Saran
Saran kepada perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
60 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

dalam melakukan
pengendalian persediaan bahan baku, yaitu:
1. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk menerapkan metode EOQ yang dapat
menentukan kuantitas pemesanan yang ekonomis terhadap pembelian bahan baku yang dapat
mengoptimalkan biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan.
2. Perusahaan sebaiknya juga menentukan besarnya persediaan pengaman dan titik pemesanan
kembali untuk menghindari resiko kehabisan bahan baku dan atau kelebihan bahan baku
yang nanti dapat menganggu proses produksi dan mengakibatkan pembengkakkan biaya
persediaan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Edisi Lima Belas. Rineka Cipta, Jakarta.
Assauri, S. 2016. Manajemen Operasi Produksi. Edisi ketiga. PT Raja Grafindo

Persada,Jakarta.

Rangkuti, F. 2011. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Handoko, H.T. 2012 . Manajemen. Edisi II. BPFE, Yogyakarta.


Heizer, J., dan Render, B. 2011 . Manajemen Operasi. Edisi Kesembilan, Buku 1.
Salemba Empat, Jakarta.
Irwadi, M. 2015. Penerapan Reorder Point Untuk Persediaan Bahan Baku Produksi Alat
Pabrik Kelapa Sawit Pada PT. Swakarya Adhi Usaha Kabupaten Bayuasin.
Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu (ACSY), Vol. II, No.1, Maret 2015.
https://anzdoc.com/penerapan-reorder-point-untuk-persediaan-bahan-baku-
produksi.html. Diakses Maret 2015.
Kementrian Perindustrian RI. 2018. Perundingan Kopi Internasional INTERNATIONAL
COFFEE ORGANIZATION (ICO). April 2018.
http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-oi/organisasi- komoditi-
internasional/ico
Lahu, E.P., dan Sumarauw, J.S.B. 2017. Analisi Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Guna Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado. Jurnal
EMBA Vol.5 No.3, Hal.4175-4184
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/18394/0. Diakses
September 2017.
Purnomo, A. 2010. Perencanaan Produksi Dan Pengendalian Persediaan
Bahan Baku Pada Pengrajin Tahu dan Tempe IM Cibogo
Bandung. Jurnal Logistik Bisnis Politeknik Pos Indonesia. Vol.1,
No.1, 2010, ISSN: 2086-8561. Diakses Mei 2010.
Sarjono, H., dan Kuncoro, E. A. 2014. Analisis Perbandingan
Perhitungan Reorder Point. Binus Business Review. Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 288-
300.
related:research.binus.ac.id/researcher/D1574/haryadi-sarjono/jurnal haryadi
sarjono. Diakses Mei 2014.
Stevenson, W.J., dan Chuong, S.C. (2014), Manajemen Operasi Perspektif Asia. Edisi
Sembilan. Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.
61 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,
ISSN 2303- H.I.Unsulangi.,A.H.Jan.,F.J.Tumewu., Analisis Economic….

Sudarwati, W., dan Marfuah, U. 2014. Control Analysis of Tobacco


Raw Material Supplies Using EOQ Method (Economic Order
Quantity) To Reach Effiency Total Costs Of Raw Material In Pr.
Sukun. International Journal Pf Scientific & Technology Research. Vol 6, issue 07,
2017. http://www.ijstr.org/final-print/july2017/Control-Analysis-Of-Tobacco-Raw-
Material-Supplies-Using-Eoq-Method-economic-Order-Quantity-To-Reach-Efficiency-
Total-Costs-Of-Raw-Material-In-Pr-
Sukun.pdf. diakses juli 2017.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Cetakan Ketiga. Alfabeta,
Bandung.
Tuerah, M. C. 2014. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan. Tuna Pada CV.
Golden KK. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174. Vol.2 No.4,
524. Manado.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/6360. Diakses
Desember 2014.
Veronica, M.A. 2013. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beras Dengan
Metode Economic Order Quantity (EOQ) Multi Produk Guna Meminimumkan
Biaya Pada CV. Lumbung Tani Makmur Bayuwangi. Jurnal Aplikasi Manajemen
(JAM). ISSN 1693-5241. Vol 14. No 1, 2013.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6840.

62 Jurnal
EMBA Vol.7 No.1 Januari 2019,

Anda mungkin juga menyukai