Bab 1 Ksdah
Bab 1 Ksdah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan jenisnya, sumber daya alam di bagi kedalam 2 macam jenis, yaitu :
1. Sumber daya alam hayati/biotik adalah sumber daya alam yang berasal dari
makhluk hidup. Contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme.
2. Sumber daya alam non hayati/abiotik adalah sumber daya alam yang berasal dari
benda mati. Contoh : bahan tambang, air, udara, batuan.
Sumber daya alam berdasarkan nilai ekonomis atau nilai kegunaannya dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
1. Sumber Daya Alam Ekonomis Tinggi merupakan sumber daya alam yang dalam
mendapatkannya memerlukan biaya yang tinggi. Contoh : mineral dan logam
mulia seperti emas, perak, intan.
2. Sumber Daya Alam Ekonomis Rendah merupakan sumber daya alam yang dalam
mendapatkannya memerlukan biaya yang relatif murah. Contoh: Pasir, Batu.
3. Sumber Daya Alam non Ekonomis merupakan sumber daya alam yang dalam
mendapatkannya tidak memerlukan biaya. Contoh : Udara, Sinar dan Panas
Matahari
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama
dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Sedangkan ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik
antara unsur dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi.
Dalam hal kekayaan jenis sumberdaya alam hayati (tumbuhan, hewan dan
mikrobia), Indonesia merupakan salah satu pusat kekayaannya. Sebanyak 28.000 jenis
tumbuhan, 350.000 jenis binatang dan 10.000 mikrobia diperkirakan hidup secara alami
di Indonesia. Luas daratan Indonesia yang hanya 1,32% luas seluruh daratan di bumi,
ternyata menjadi habitat 10% jenis tumbuhan berbunga, 12% binatang menyusui, 16%
reptilia dan amfibia, 17% burung, 25% ikan, dan 15% serangga yang ada di dunia (Mc
Neely et al., 1990; 1991).
Sementara LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) tahun 2011 menunjukkan
data keragaman jenis yang dimiliki Indonesia, terdiri atas (a) tujuh ratus tujuh
spesies mamalia; (b) seribu enam ratus dua spesies burung; (c) seribu seratus dua belas
spesies amfibi dan reptil; (d) dua ribu delapan ratus spesies invertebrata; (e) seribu empat
ratus spesies ikan; (f) tiga puluh lima spesies primata; dan (g) seratus dua puluh spesies
kupu-kupu.
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan & Perikanan, Indonesia memiliki
450 (empat ratus lima puluh) spesies terumbu karang dari 700 (tujuh ratus) spesies
dunia. Data-data ini membuktikan bahwa Indonesia adalah Negara mega-biodiversity,
yaitu Negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam hayati yang sangat tinggi.
Supriatna (2008) menyebutkan bahwa Indonesia menempati :
a. Urutan kedua setelah Brazil untuk keanekaragaman mamalia, dengan 515 jenis
yang 39% diantaranya merupakan endemic.
b. Urutan keempat untuk keanekaragaman reptile (511 jenis dan 150 diantaranya
endemic).
c. Urutan kelima untuk keanekaragaman burung (1.531 jenis dan 397 diantaranya
endemic), bahkan untuk keanekaragaman burung paruh bengkok, Indonesia
menempati urutan pertama (75 jenis, 38 endemik)
d. Urutan kelima untuk keanekragaman amphibi (270 jenis, 100 endemik).
e. Urutan keempat untuk keanekaragaman tumbuhan (38.000 jenis).
f. Urutan pertama untuk tumbuhan palmae (477 jenis, 225 endemik).
g. Urutan ketiga untuk keanekaragaman ikan tawar (1400 jenis).
Dalam hal keanekaragaman di dalam jenis, Indonesia pun menjadi unggulan dunia
dan dianggap sebagai salah satu pusat keanekaragaman tanaman ekonomi dunia. Jenis-
jenis kayu perdagangan, buah-buahan tropis (durian, duku, salak, rambutan, pisang dan
sebagainya), anggrek, bambu, rotan, kelapa dan lain-lain sebagian besar berasal dari
Indonesia. Beberapa jenis tumbuhan, seperti pisang dan kelapa telah menyebar ke seluruh
dunia. Oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan
keanekaragaman hayati terbesar di dunia (mega-biodiversity) dan merupakan pusat
keanekaragaman hayati dunia (megacentre of biodiversity) (Mac Kinnon, 1992).
Meski sebagai negara dengan kekayaan mega-biodiversity, Indonesia memiliki
banyak masalah dan kelemahan. Keanekaragaman hayati Indonesia sebagian telah
dimanfaatkan, sebagian baru diketahui potensinya, dan sebagian lagi belum dikenal.
Pada dasarnya keanekaragaman hayati dapat memulihkan diri, namun kemampuan ini
bukan tidak terbatas. Karena diperlukan untuk hidup dan dimanfaatkan sebagai
modal pembangunan, maka keberadaan keanekaragaman hayati amat tergantung pada
perlakuan manusia.
Pemanfaatan keanekaragaman hayati secara langsung bukan tidak mengandung
resiko.Dalam hal ini, kepentingan berbagai sector dalam pemerintahan, masyarakat dan
swasta tidak selalu seiring. Banyak unsur yang mempengaruhi masa depan
keanekaragaman hayati Indonesia, seperti juga tantangan yang harus dihadapi dalam
proses pembangunan nasional secara keseluruhan, khususnya jumlah penduduk yang
besar dan menuntut tersedianya berbagai kebutuhan dasar. Peningkatan kebutuhan dasar
tersebut antara lain menyebabkan sebagian areal hutan alam berubah fungsi dan
menyempit, dengan rata-rata pengurangan 15.000 - 20.000 hektar per tahun
(Soeriaatmadja, 1991). Kawasan di luar hutan yang mendukung kehidupan
keanekaragaman hayati seperti daerah persawahan dan kebun-kebun rakyat
berubah peruntukan dan cenderung menjadi miskin keaneka- ragaman hayatinya.
Mengingat perusakan habitat dan eksploitasi berlebihan, tidak mengherankan jika
Indonesia memiliki daftar spesies terancam punah terpanjang di dunia, yang mencakup
126 jenis burung, 63 jenis mamalia dan 21 jenis reptil, lebih tinggi dibandingkan Brasil
dimana burung, mamalia dan reptil yang terancam punah masing-masing 121, 38 dan
12 jenis. Sejumlah spesies dipastikan telah punah pada tahun-tahun terakhir ini,
termasuk trulek jawa/trulek ekor putih (Vanellus macropterus) dan sejenis burung
pemakan serangga (Eutrichomyias rowleyi) di Sulawesi Utara, serta sub spesies
harimau (Panthera tigris) di Jawa dan Bali.
Populasi spesies yang saat ini sangat rentan terhadap ancaman penjarahan dan
lenyapnya habitat cukup banyak, seperti penyu laut, burung maleo, kakak tua
dan cendrawasih. Seiring dengan berubahnya fungsi areal hutan, sawah dan kebun rakyat,
menjadi area permukiman, perkantoran, industri, jalan dan lain-lain, maka menyusut pula
keanekaragaman hayati pada tingkat jenis, baik tumbuhan, hewan maupun mikrobia. Pada
gilirannya jenis- jenis tersebut menjadi langka, misalnya jenis-jenis yang semula banyak
terdapat di Pulau Jawa, seperti nam-nam, mundu, kepel, badak Jawa dan macan Jawa
sekarang mulai jarang dijumpai.
Sasaran Konservasi
Berhasilnya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berkaitan erat
dengan tercapainya tiga sasaran konservasi yaitu:
1. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga
kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia
(perlindungan sistem penyangga kehidupan).
2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe
ekosistemnya sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan
sumber daya alam hayati bagi kesejahteraan.
3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin
kelestariannya. Akibat sampingan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
kurang bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta
belum berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di
perairan dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi, polusi dan penurunan
potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari).
Sumber daya alam flora fauna dan ekosistemnya memiliki fungsi dan manfaat serta
berperan penting sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak
dapat digantikan. Tindakan tidak bertanggungjawab akan mengakibatkan kerusakan,
bahkan kepunahan flora fauna dan ekosistemnya. Kerusakan ini menimbulkan kerugian
besar yang tidak dapat dinilai dengan materi, sementara itu pemulihannya tidak mungkin
lagi.
Oleh karena itu sumber daya tersebut merupakan modal dasar bagi kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan dan
dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan batas-batas terjaminnya keserasian,
keselarasan dan keseimbangan.Pada dasarnya konservasi merupakan suatu perlindungan
terhadap alam dan makhluk hidup lainnya. Sesuatu yang mendapat perlindungan maka
dengan sendiri akan terwujud kelestarian
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:
a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
(a) Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur
hayati dan non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk.
Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses
ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut Pemerintah menetapkan:
a. Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan;
b. Pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan;
c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah pelindungan sistem penyangga
kehidupan.
(c) Pemanfaatan Secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan
melalui kegiatan: pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam; dan
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.
Berdasarkan uraian tentang sumberdaya alam hayati diatas maka perlu dilakukan
upaya konservasi sumberdaya alam hayati agar tidak menjadi punah. Indonesia menganut
asas pemanfaatan kekayaan alam yang berupa keanekaragaman hayati secara lestari,
seperti disebutkan dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Pada Pasal 2 dinyatakan bahwa: konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
Konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati saat ini dihadapkan pada
suatu kondisi dan tantangan, yakni terjadinya peningkatan kerusakan ekosistem
lingkungan dan keanekaragaman hayati yang disebabkan antara lain:
(a) Ilegal logging, kebakaran hutan/lahan dan perambahan hutan;
(b) Praktek pengolahan lahan yang kurang memperhatikan ekologi, pertanian
monokultur, dan penggunaan varietas unggulan an sich;
(c) Pengolahan air oleh PDAM dengan banyak tawas menganggu keseimbangan
hayati tanah. Sementara industri air kemasan menyedot sumber mata air dalam
jumlah yang sangat besar dan tanpa kontrol, sehingga menyebabkan terjadi
penurunan permukaan air tanah, kekeringan, kegagalan panen, kerusakan
kawasan mata air dan ekosistem dan kekayaan hayati;
(d) Pembangunan industri yang tidak memperhatikan aspek lingkungan;
(e) Pengolahan sampah yang belum sepenuhnya terintegrasi
(f) Efek pemanasan global dan perubahan cuaca ekstrim.
Konservasi sumberdaya alam hayati secara umum dapat diartikan pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan secara bijaksana hingga pemanfaatan dari
sumberdaya alam tersebut dapat terjadi secara berkelanjutan. Berbagai faktor telah
menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya alam hayati yang berdampak kepada
semakin berkurangnya keberadaan sumberdaya alam hayati bahkan menjadi punah.
Diperlukan segera pencegahan dan penyelamatan dari sumberdaya alam hayati ini
sehingga ketersediaannya tetap mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup umat manusia.
E. Ringkasan
F. Latihan Soal