Skenario 1
Seorang anak berusia 4 tahun dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan nyeri telinga kanan
Informasi tambahan :
Anamnesis: pasien rewel sejak semalam dan mengeluh telinga kanan nyeri. Pasien memiliki riwayat batuk pilek
selama 1 minggu sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat sakit telinga sebelumnya.
Pemeriksaan fisik:
suhu tubuh 38 0C. Pemeriksaan telinga: membran timpani kanan: tampak hiperemi dan bulging +
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui epidemiologi OMA
2. Mahasiswa mengetahui penyebab, faktor resiko dan patogenesis OMA
3. Mahasiswa mengetahui cara penegakan diagnosis OMA dan stadium OMA
4. Mahasiswa mengetahui terapi OMA
5. Mahasiswa mengetahui komplikasi OMA
Skenario 2
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan telinga kanan keluar cairan
Informasi tambahan :
Anamnesis: Pasien mengeluh keluar cairan dari telinga kanan sejak 1 minggu lalu. Cairan kental dan berbau. Tidak
ada keluhan demam dan batuk pilek. Sebelum telinga keluar cairan, pasien berenang bersama teman-temannya.
Pasien memiliki riwayat sering keluar cairan sejak kecil. Pasien juga mengeluh telinga kanan berdengung dan
pendengaran telinga kanan berkurang sejak kecil.
Pemeriksaan fisik: suhu tubuh 370C. Pemeriksaan telinga: membran timpani kanan: tampak perforasi sentral
dengan sekret mukopurulen +
Skenario 3
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang dengan keluhan pilek
Informasi tambahan :
Anamnesis: Pasien mengeluh pilek sejak 1 bulan ini. Pilek terjadi tiap hari dengan ingus bening encer. Pasien juga
mengeluh sering bersin dan hidung tersumbat terutama saat tidur malam hari. Pasien memiliki riwayat sering pilek
sejak kecil. Ayah pasien juga memiliki keluhan sering pilek.
Pemeriksaan: Suhu 36,70C. Telinga: Membran timpani: retraksi +/+. Hidung: konka pucat+/+ edema + /+ sekret
+/+ serous
WD : rhinitis alergi
DD : rhinitis vasomotor, rhinitis akut
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui epidemiologi rhinitis alergi
2. Mahasiswa mengetahui penyebab dan patogenesis rhinitis alergi
3. Mahasiswa mengetahui cara penegakan diagnosis rhinitis alergi
4. Mahasiswa mengetahui diagnosis banding rhinitis alergi
5. Mahasiswa mengetahui klasifikasi rhinitis alergi
6. Mahasiswa mengetahui tatalaksana rhinitis alergi
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi rhinitis alergi
Skenario 4
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan nyeri tenggorok
Informasi tambahan :
Anamnesis: pasien mengeluh nyeri tenggorok sejak 3 hari lalu. Pasien juga mengeluh demam dan batuk. Pasien
memiliki riwayat sering nyeri tenggorok disertai tidur kadang mengorok sebelumnya
Pemeriksaan fisik: Suhu: 37,50C. Pemeriksaan tenggorok: tampak Tonsil T3/T3, hiperemi dan kripte lebar terisi
detritus.
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui epidemiologi tonsilitis
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi tonsilitis: akut dan kronis
3. Mahasiswa mengetahui penyebab dan patogenesis tonsilitis
4. Mahasiswa mengetahui cara penegakan diagnosis tonsilitis kronik (dan cara membedakannya dengan tonsilitis
akut)
5. Mahasiswa mengetahui terapi tonsilitis dan indikasi tonsilektomi
6. Mahasiswa mengetahui komplikasi tonsilitis
7. Mahasiswa mengetahui cara pencegahan tonsilitis berulang
Skenario 5
Seorang perempuan berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri di pipi kanan
Informasi tambahan :
Anamnesis: pasien mengeluh nyeri di pipi kanan sejak 2 minggu. Pasien mengeluh pilek sejak 1 bulan lalu, ingus
kuning kehijauan, kental dan berbau. Hidung kanan kiri, terutama kanan, tersumbat. Pasien juga mengeluh terasa
ingus mengalir di tenggorok. Pasien mengeluh kadang sakit kepala dan demam. Pasien mengeluh sering pilek
sebelumnya, terutama jika terkena debu.
Pemeriksaan fisik: Suhu: 370C. Pemeriksaan hidung: kavum nasi kiri: tampak konka media hiperemi dan edema.
Tampak sekret kuning kental di meatus medius kiri.
WD : Rinosinusitis akut
DD : Rinitis akut, Rinosinusitis kronis
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui epidemiologi rinosinusitis
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi rinosinusitis: akut dan kronis
3. Mahasiswa mengetahui penyebab dan patogenesis rinosinusitis
4. Mahasiswa mengetahui cara penegakan diagnosis rinosinusitis (berdasarkan EPOS 2012)
5. Mahasiswa mengetahui tatalaksana rinosinusitis untuk dokter layanan primer dan kapan merujuk ke dokter
spesialis THT (berdasarkan EPOS 2012)
6. Mahasiswa mengetahui komplikasi rinosinusitis
Skenario 6
Seorang laki-laki berusia 20 tahun datang ke dokter dengan keluhan nyeri menelan
Informasi tambahan :
Anamnesis: pasien mengeluh nyeri menelan sejak 1 minggu lalu, terutama pada tenggorok sisi kiri. Nyeri
memberat 2 hari ini dan menjalar ke telinga kiri. Keluhan disertai demam dan sulit membuka mulut. Pasien juga
mengeluh timbul bengkak di leher sisi kiri.
Pemeriksaan fisik: Suhu 380C. Pemeriksaan tenggorok: trismus 2 jari, palatum mole sisi kiri bengkak dan menonjol
ke depan, uvula bengkak dan terdorong ke kanan. Tonsil kiri ukuran T2, hiperemi + edema +. Tonsil kanan normal
WD : abses peritonsiler kiri (quinsy)
DD : infiltrat peritonsiler kiri, abses parafaring kiri, tonsilitis akut
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui epidemiologi abses leher dalam (abses peritonsiler, abses retrofaring, abses parafaring,
abses submandibular, angina Ludwig)
2. Mahasiswa mengetahui penyebab dan patogenesis abses leher dalam
3. Mahasiswa mengetahui cara penegakan diagnosis abses leher dalam
4. Mahasiswa mengetahui tatalaksana abses leher dalam
5. Mahasiswa mengetahui komplikasi abses leher dalam
Skenario 7
Seorang laki laki usia 35 tahun, datang ke poli umum, dengan keluhan utama kedua mata merah, dan berair
Informasi tambahan :
Anamnesis : Keluhan kedua mata merah, dan berair sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai kotoran mata berwarna
jernih keputihan. Empat hari sebelumnya pasien menderita batuk pilek dan masih dalam pengobatan.
Pemeriksaan :
Visus: Okuli Dextra 6/9 PH 6/6 & Okuli Sinistra 6/9 PH 6/6
Segmen anterior ODS:
Palpebral ODS : edema ringan,
Konjungtiva tarsalis : reaksi folikular
konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva, Kemosis minimal, (+) sekret serous
Lensa dan kornea : jernih
Camera Okuli Anterior : dalam tanpa sel-sel
Catatan => (tonometri dan oftalmoskopi detail di lakukan bila mata sudah tidak infeksius)
Sasaran pembelajaran:
1. Mahasiswa mengetahui tipe-tipe konjungtivitis (infeksius dan non infeksius)
2. Mahasiswa mengetahui terapi beserta manfaatnya
3. Mahasiswa mengetahui tujuan edukasi penyakit konjungtivitis
Skenario 8
Pasien seorang wanita usia 49 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan pandang kabur .
Informasi tambahan :
Anamnesis : Keluhan pandang kabur dan terasa berat dan nyeri sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini dirasakan di mata
kanan dan menjalar ke belakang kepala, namun mata kiri pernah mengalami hal yang sama beberapa bulan yang lalu.
Keluhan disertai riwayat sering tersandung bila berjalan atau turun tangga; menderita sakit kepala dan terkadang
tampak lingkaran-lingkaran sekitar lampu. Ada rasa mual namun tidak disertai muntah.
Pemeriksaan:
Visus dasar ODS : 6/15, PH tetap
Tes konfrontasi ODS: penyempitan lapang pandang
Segmen anterior OD :
Kamera okuli anterior : dangkal, kornea tampak keruh, lensa tidak terlihat dengan jelas, injeksi silier, pupil mid
dilatasi, reflek pupil menurun
Segmen anterior OS :
Kamera okuli anterior : dangkal, kornea dan lensa tampak jernih, conjunctiva dalam batas normal
Tonometer Schiotz OD : 49 mmHg dan OS : 28 mmHg
Sasaran Belajar:
1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis glaukoma
2. Mahasiswa mengetahui jenis dan mafaat pemeriksaan diagnostik
3. Mahasiswa mengetahui terapi yang dapat diberikan oleh dokter umum sementara menunggu rujukan
4. Mahasiswa mengetahui batasan terapi glaukoma
Skenario 9
Perempuan berusia 19 tahun datang ke poli umum dengan keluhan penglihatan jarak jauh kabur.
Informasi tambahan :
Anamnesis : Keluhan penglihatan jarak jauh kabur sejak 1 minggu yang lalu, makin dirasakan buram, dan bila melihat
slide power point sedikit perlu memicingkan mata agar dapat melihat dengan jelas atau memajukan badan.
Pemeriksaan:
Visus Okuli dextra: 6/30, pinhole 6/9, dan dengan koreksi S (lensa sferis) -1.50: 6/6
Okuli sinistra : 6/60, pinhole 6/9, dengan koreksi S(lensa sferis) -1.75: 6/6
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kelainan refraksi dan terapinya
Skenario 10
Laki-laki berusia 29 tahun datang ke poli umum dengan keluhan penglihatan jarak jauh dan dekat kabur
mendadak.
Catatan tutor :
Anamnesis : Keluhan penglihatan jarak jauh dan dekat kabur mendadak 1 hari yang lalu. dan seperti gambaran tirai
menutup, awalnya sedikit, namun makin lama makin naik. Keluhan disertai melihat percikan cahaya dan floter (benda
berenang). Awalnya 1 minggu yang lalu dan makin parah 1 hari terakhir. Pasien mempunyai riwayat pemakaian
kacamata.
Pemeriksaan:
Visus Okuli dextra: 1/300
Okuli sinistra : 6/30, pinhole 6/9, dengan koreksi S (lensa sferis) -1.50: 6/6
Tonometri per palpasi OD: N (-)/ hipotoni dan OS dalam batas normal
Funduskopi OD: red orange reflek tidak nampak, OS: red orange refleks nampak normal.
Sasaran belajar:
1. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis penyebab sudden visual loss
SKENARIO
AB : 1, 2, 5, 7, 8
CD : 3, 4, 6, 9, 10