Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN DAN KOMPONEN KURIKULUM

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh


terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-
landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian
yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan
yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan
sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat
landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2)
psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas keempat landasan
tersebut.

2.1.1 Landasan Filosofis


Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.
Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai
aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun
senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai
terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan
merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan
tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan
keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada
kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan
waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi
anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran
lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga
untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan
tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti
memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya
hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan
proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme.
Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat
ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti
pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang
pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar
dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan
aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-
Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan
tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan
aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan
dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia,
tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum,
yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.

2.1.2 Landasan Psikologis


Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal
terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1)
psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar. Psikologi perkembangan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan
perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-
tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum. Psikologi belajar
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
kurikulum.
Masih berkenaan dengan landasan psikologis, Ella Yulaelawati
memaparkan teori-teori psikologi yang mendasari Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Dengan mengutip pemikiran Spencer, Ella Yulaelawati
mengemukakan pengertian kompetensi bahwa kompetensi merupakan
“karakteristik mendasar dari seseorang yang merupakan hubungan kausal dengan
referensi kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan
pada suatu situasi“.
Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
1. motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau
keinginan untuk melakukan suatu aksi.
2. bawaan; yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten
berbagai situasi atau informasi.
3. konsep diri; yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
4. pengetahuan; yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan
5. keterampilan; yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun
mental.
Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap
perencanaan sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan
pengetahuan cenderung lebih tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang,
sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi dan lebih mendalam
serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan
merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi
bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002)
menyoroti tentang aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik,
Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima perbedaan dan karakteristik
peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi,
yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3) perbedaan
cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan
kognitif.

2.1.3 Landasan Sosial-Budaya


Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai
suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita
maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk
terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan
semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai
untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik
formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi
kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik
dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia
yang menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui
pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan
masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.
Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial
budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota
masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan
nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga
masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau
segi-segi kehidupan lainnya.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga
masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan
perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa
melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial –
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun
global.

2.1.4 Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia
masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan
yang pesat. Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini
dan dipastikan kedepannya akan terus semakin berkembang
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya
merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang
akan menganggap mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi
berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada
pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil
Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua
dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi
jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran
tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara
nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global
dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi.
Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat
beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan
kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana
belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan,
serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama
dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan
kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir
dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

KOMPONEN/UNSUR KURIKULUM

Mengacu pada batasan pengertian dalam UUSPN No.20 tahun 2003


tersebut, maka kurikulum memiliki sebagai berikut :
1. Seperangkat rencana
Seperangkat rencana dapat diartikan bahwa dalam kurikulum memuat berbagai
rencana yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Rencana tersebut bersifat
fleksibel dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang
terjadi dalam proses pembelajaran.
2. Pengaturan tujuan, isi dan bahan, serta cara (metode) yang digunakan.
Pengaturan tujuan merupakan pengaturan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Pengaturan isi dan bahan ini
terkait dengan objek atau bahan kajian yang akan disampaikan dan dilatihkan
kepada siswa. Adapun pengaturan cara adalah penerapan pendekatan,strategi,
metode dan teknik – teknik pembelajaran yang dapat membantu tercapainya
tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dalam setiap interaksi
pembelajaran.
3. Pedoman Penyelenggarakan Kegiatan Pendidikan.
Kurikulum perlu dibuat secara sistemis dan sistematik karena dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan pendididkan, supaya proses pembelajaran dapat
berjalan secara komprehensif dan integral.

2.2 HUBUNGAN LANDASAN DAN KOMPONEN KURIKULULUM


DENGAN PEMBELAJARAN
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan yang
terjadi dalam dunia pendidikan. Dalam pengertian sederhana, kurikulum dianggap
sebagai sejumlah mata pelajaran (subjects) yang harus ditempuh oleh seorang
siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah,
sedangkan dalam pengertian lebih luas kurikulum mencakup semua pengalaman
belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi
perkembangan pribadinya.
Kurikulum memiliki peranan yang sangat strategis dalam pencapaian
tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting,
yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif.
Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan seimbang dan harmonis untuk
mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pelaksanaan ketiga peranan
kurikulum menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses
pendidikan.

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan di


sekolah bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti pihak guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat,
dan pihak peserta didik itu sendiri. Selain sebagai pedoman, bagi peserta didik,
kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, fungsi
pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan/seleksi,
dan fungsi diagnostik.

Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu sistem (system), artinya


kurikulum tersebut merupakan suatu kesatuan atau totalitas yang terdiri dari
beberapa komponen, di mana antara komponen satu dengan komponen lainnya
saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.
Komponen-komponen kurikulum tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, strategi
pembelajaran, dan evaluasi.

Tujuan kurikulum menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan


terbina dari suatu proses pendidikan. Dengan demikian suatu tujuan memberikan
petunjuk mengenai arah perubahan yang dicita-citakan dari suatu kurikulum.
Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
isi/bahan ajar, strategi pembelajaran, media, dan evaluasi. Bahkan dalam berbagai
model pengembangan kurikulum, tujuan dianggap sebagai dasar, arah, dan
patokan dalam menentukan komponen-komponen yang lainnya. Tujuan yang
harus dicapai dalam pendidikan di Indonesia bersifat hierarkis, yang terdiri atas
Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Mata Pelajaran, dan
Tujuan Instruksional (Umum dan Khusus).
Isi/materi kurikulum menempati posisi yang penting dan turut menentukan
kualitas pendidikan. Secara umum isi/materi kurikulum merupakan pengetahuan
ilmiah yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan yang perlu
diberikan kepada siswa. Pengetahuan ilmiah tersebut jumlahnya sangat banyak
dan tidak mungkin semuanya dijadikan sebagai isi kurikulum. Oleh karena itu,
perlu diadakan pilihan-pilihan. Untuk menentukan pengetahuan mana saja yang
akan dijadikan isi kurikulum, diperlukan berbagai kriteria.

Strategi pembelajaran merupakan bagian integral dalam pengkajian


tentang kurikulum. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan siasat, cara atau
sistem penyampaian isi kurikulum. Pada dasarnya ada dua jenis strategi
pembelajaran, yaitu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher
oriented) dan yang berorientasi kepada siswa (student oriented). Strategi pertama
disebut model ekspositori atau model informasi, sedangkan strategi kedua disebut
model inkuiri atau problem solving. Strategi mana yang digunakan atau dipilih
biasanya diserahkan sepenuhnya kepada guru dengan mempertimbangkan hakikat
tujuan, sifat bahan/isi, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.

Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan kurikulum


dan menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan. Hasil evaluasi
kurikulum dapat dijadikan umpan balik untuk mengadakan perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum. Selain itu, hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai
masukan dalam penentuan kebijakan-kebijakan pengambilan keputusan tentang
kurikulum dan pendidikan. Gambaran yang komprehensif mengenai kualitas suatu
kurikulum, dapat dilihat dari komponen program, komponen proses pelaksanaan,
dan komponen hasil yang dicapai.

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang
mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan
berbuat. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang
relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan
berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada
fase-fase belajar. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change
behavior). Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.
Pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan
cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana
belajar itu secara efektif digunakan.

Komponen-komponen Pembelajaran
Di dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen seperti tujuan,
materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/siswa, dan adanya
pendidik/guru. Sebagai sebuah sistem, setiap komponen tersebut membentuk
suatu integritas atau satu kesatuan utuh. Masing-masing komponen saling
berhubungan secara aktif dan saling mempengaruhi.
Tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh
kegiatan pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah
“isi” dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan
topic/sub topic dan rinciannya. Strategi pembelajaran merupakan salah satu
komponen dalam sistem pembelajaran, yang tidak dapat dipisahkan dari
komponen lain dalam sistem tersebut, strategi pembelajaran ini sendiri mencakup
kepada metode pembelajaran dan media pembelajaran. Evaluasi pembelajaran
adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
implementasi dan efektifitas suatu program pembelajaran. Komponen-komponen
tersebut saling berinteraksi, bergantung (interdepedensi) dan saling terobos
(interpenetrasi).

Pendekatan dan Model Pembelajaran


Berkaitan dengan metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagi
pendekatan, strategi dan model pembelajaran. Pendekatan Pembelajaran adalah
suatu upaya menghampiri makna pembelajaran melalui suatu cara pandang dan
pandangan tertentu; atau, aplikasi suatu cara pandang tertentu dalam memahami
makna pembelajaran. Berbagai pendekatan dalam rangka memahami makna
pembelajaran antara lain : a) pendekatan filsafati, b) pendekatan psikologi, dan c)
pendekatan sistem.
Model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang dapat kita
gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam
latar tutorial dan dalam bentuk materil-materil pembelajaran termasuk buku-buku,
film-film, pita kaset, dan program media computer, dan kurikulum (serangkaian
studi jangka panjang). Model pembelajaran hendaknya didasarkan kepada: 1)
tujuan pembelajaran atau tujuan pendidikan yang ingin dicapai, 2) peranan guru
dan siswa, 3) karakteristik mata pelajaran atau bidang studi, 4) kondisi lingkungan
belajar.

Evaluasi Pembelajaran
Gronlund mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dari pengumpulan, analisis. Dan intepretasi informasi/data untuk menentukan
sejauhmana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran
Ada 3 hal yang berkaitan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, yaitu
evaluasi, pengukuran, dan tes. Unsur pokok dalam evaluasi pembelajaran adalah:
a) objek yang akan dievaluasi, b) kriteria sebagai pembanding, dan c) keputusan
(judgment). Objek evaluasi dalam pembelajaran meliputi isi program
pembelajaran, tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program, dan tingkat
keberhasilan program pembelajaran (out put program). Persayaratan umum yang
harus dipenuhi dalam evaluasi pembelajaran anatar lain: a) validitas, b)
reliabilitas, c) objektivitas, d) representative, e) fairness, dan f) praktis. Menurut
fungsinya evaluasi dibedakan menjadi 4 jenis; formatif, sumatif, diagnostic, dan
penempatan. Menurut caranya evaluasi dibagi menjadi dua jenis yaitu; evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif.berdasarkan tekniknya evaluasi dibedakan antara
tes dan nontes.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2)
psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengacu
pada batasan pengertian dalam UUSPN No.20 tahun 2003 tersebut, maka
kurikulum memiliki komponen seperangkat rencana, pengaturan tujuan, isi dan
bahan, serta cara (metode) yang digunakan, dan pedoman penyelenggarakan
kegiatan pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat pedoman bagi pendidik
dalam mengembangkan program pembelajaran kepada siswa dengan tujuan agar
siswa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai macam
permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kurikulum dengan landasan
dan komponen-komponennya memberikan petunjuk bagi siswa mengenai hal apa
saja yang harus mereka lakukan guna mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Landasan dan komponen-komponen kurikulum
memiliki peran penting dan berpengaruh terhadap segala aktivitas pembelajaran.
Mengingat urgensi kurikulum di dalam kegiatan pembelajaran, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan tanpa mengacu pada sebuah
landasan.
Pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik. Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan
cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana
belajar itu secara efektif digunakan.
3.2 Saran
Kurikulum dan pembelajaran ini sangat penting dipahami oleh calon guru
maupun guru untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran mengingat
pendidikan memiliki peran penting dalam aspek kehidupan. Pemahaman terhadap
kurikulum diharapkan meningkat sehingga guru dapat menciptakan generasi yang
dapat bertahan hidup di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai