Disusun Oleh :
185080601111028
I03
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................2
DAFTAR TABEL..................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Tujuan..............................................................................................................6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7
2.1 Karang..............................................................................................................7
2.2 Terumbu Karang...............................................................................................7
2.3 Algoritma Lyzenga............................................................................................8
2.4 Unsupervised Classification..............................................................................9
BAB III. METODOLOGI.....................................................................................10
3.1 Skema Kerja....................................................................................................10
3.2 Langkah Kerja Pemetaan Tutupan Karang......................................................11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................21
4.1 Peta Persebaran Terumbu Karang..................................................................21
4.2 Luasan Klasifikasi............................................................................................23
BAB V. PENUTUP.............................................................................................24
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................24
5.2 Saran..............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
LAMPIRAN.......................................................................................................26
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerja.....................................................................................10
Gambar 38. Peta Persebaran Terumbu Karang di Pulau Tukohbele..................21
2
DAFTAR TABEL
Table 1. Luasan Tutupan Karang Pada Pulau Tukohbele...................................24
3
4
BAB I. PENDAHULUAN
5
Landsat tidak memiliki data kebenaran tanah yang sesuai di mana classifier
dapat dilatih untuk mengidentifikasi tutupan[ CITATION Gra19 \l 1033 ]
6
I.2 Tujuan
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Karang
Hewan karang atau reef corals (Anthozoa) merupakan penyusun utama
dari terumbu karang (coral reefs) tersebut. Hal tersebut dikarenakan hewan
karang mampu membuat "bangunan" dari pengendapan kalsium karbonat
(CaC03). Tidak semua anggota Kelas Anthozoa (Filum Cnidaria) dapat
membentuk terumbu. Anggota yang dapat membentuk terumbu hanya dari
kelompok hermatypic coral (ordo Scleractinia). Sementara itu, kelompok yang
tidak membentuk karang disebut dengan ahermatypic coral. Contoh dari
ahermatypic coral meliputi anemon, soft coral, dan akar bahar. Kelompok
hermatypic coral hidupnya bersimbiosis dengan alga bersel satu zooxanthellae
(Symbiodinium microadriaticum) yang berada pada sel di lapisan endodermis
karang. Hasil samping dari proses fotosintesis zooxanthellae adalah endapan
kalsium karbonat (CaCO3) yang menjadi berbagai bentuk dan struktur yang khas
tergantung dari jenis inang (host) hewan karang. Semakin maksimal proses
fotosintesis zooxanthellae, maka semakin maksimal CaCO3 yang dapat
diendapkan pada ekosistem terumbu karang[ CITATION Gun17 \l 1033 ]
Karang merupakan hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan
kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Bagian terkecil dari karang disebut
dengan polip. Polip-polip tersebut kemudian akan berkumpul menjadi satu
kemudian akan membentuk suatu koloni yang disebut dengan karang. Karang
berasosiasi dengan Zooxhantella yang merupakan penyumbang makanan sekitar
75% untuk karang[ CITATION Sha20 \l 1033 ]
8
alga penghasil kapur. Aktivitas biota akan membentuk suatu kerangka atau
bangunan dari kalsium karbonat (CaCO3) sehingga mampu menahan gelombang
laut yang kuat. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat
kompleks dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, mengingat kondisi
atau aspek biologis, ekologis dan morfologis yang sangat khas, maka merupakan
suatu ekosistem yang sangat sensitif terhadap berbagai gangguan baik yang
ditimbulkan secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia. Ekosistem terumbu
karang tidak hanya menarik tetapi lebih eksotis sebagai objek pariwisata. Wilayah
ini juga merupakan tempat atau rumah bagi sebagian biota laut karena dapat
dijadikan sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah pengasuhan
(nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), daerah pembesaran
(rearing) dan lain sebagainya. Manfaat lain adalah sebagai penghalang pantai
yang dapat mencegah terjadinya erosi[ CITATION Her17 \l 1033 ].
9
II.4 Unsupervised Classification
Klasifikasi tidak terbimbing biasanya dimanfaatkan pada proses klasifikasi
citra satelit untuk memetakan tutupan lahan pada area yang belum dikenali
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena data lapang tidak cukup tersedia.
Berbeda dengan klasifikasi terbimbing, data lapang dibutuhkan sebagai acuan
dalam menentukan kelas tutupan lahan. Saat ini citra satelit MODIS dinilai handal
dalam pemantauan tutupan lahan. Kehandalan ini terletak pada resoulusi
temporal yang cukup baik yakni memantau objek dipermukaan bumi pada lokasi
yang sama dengan periode ulang 16 harian[ CITATION Sam17 \l 1033 ]
10
BAB III. METODOLOGI
Masukkan data B1. Duplikat data sebanyak 6x, beri nama B1 sampai B7
dan masukkan data sesuai dengan nama layer.
Crop wilayah yang diinginkan lalu save peta.
Buka file hasil reflektansi, lalu buat Algoritma RGB dan ubah band-nya
Buka aplikasi ENVI, masukkan file hasil klasifikasi lalu buat 5 regions
menggunakan ROI Tool.
11
III.2 Langkah Kerja Pemetaan Tutupan Karang
1. Buka Ermapper > Add New Surface > Load Data > masukan data citra
landsat 8 pada Pulau Tukohbele (B1) > OK
2. Lalu klik kanan pada gambar > pilih zoom box tool dan zoom pada area pulau
Tukohbele > klik refresh 99%
nilai SUN_ELEVATION ke kalkulator, kemudian cari nilai sinus. Buka data citra hasil
cropping (TK_Cropping). Masukkan rumus koreksi radiometrik pada Formula Editor
sesuai dengan nilai sinus elevasi matahari yang telah dihitung menggunakan
kalkulator dan klik Apply changes, lalu Close. Kemudian klik Refresh Image 99%.
12
Gambar 5. Koreksi radiometrik
5. Klik pada Pseudo Layer, kemudian duplicate layer tersebut sebanyak enam kali, dan
ubah nama setiap layer menjadi B1 sampai B7 secara berurutan. Pilih salah satu
layer > klik Load Dataset, pilih band data citra sesuai dengan nama layer > klik OK
this layer only. Lakukan hal yang sama pada layer lainnya, kemudian klik Refresh
Image 99%.
13
8. Pilih menu Edit > pilih Edit/Create Regions > klik OK pada menu New Map
Composition yang muncul.
11.
Pilih menu Process > pilih Calculate Statistics. Pada kolom Dataset, pilih data citra hasil
koreksi radiometrik, isi Subsampling Interval dengan 1 > centang Force recalculate
sats > OK. Tunggu hingga perhitungan selesai > klik OK > Close.
14
12.
Gambar 12. Calculate Statistic
Pada menu View > Statistics > pilih Area Summary Report.
15
Gambar 16. Algoritma Lyzenga
16. Sesuaikan bands pada layer menjadi B5:B5, B3:B3, B2:B2, lalu Clip > klik ikon grafik >
seusaikan garis pada grafik hingga warna laut pada gambar berubah menjadi biru.
16
Gambar 19. Isi RGB
19. Buat dokumen baru pada ER Mapper > buka data hasil pemasukan algoritma
lyzenga (*.ers). pada menu process > Classification > pilih SOCLASS
Unsupervised Classification. Pada Input Dataset > pilih data hasil pemasukan
tersebut. Pada Output Dataset > beri nama baru pada data tersebut > isi
kolom Max. number of classses : 50, Max standard deviation : 2, dan Min.
distance between class mean : 1 > OK > tunggu hingga proses selesai > OK
> Close.
17
Gambar 22. Edit Class/Region Color and Name
22. Pada kolom Dataset > masukan data ISOCLASS unsupervised classification >
seusaikan warna dengan hasil pemasukan algoritma lyzenga > simpan data
dalam format (*.tif). pada Output Type isi dengan RGB > centang Maintain
Aspect Ratio, Preserve Exact Extents, dan Delete Output Transform.
18
Gambar 25. Ubah warna piksel
25. Pada Toolbox > pilih Classification > Supervised classification > Parallelepiped
Classification. Pada kotak Classification Input File yang muncul > klik dua kali
pada data yang sedang diolah.
19
28. Pada Select Classes to Vectorized > pilih keempat kelas yang dibuat sebelumnya > isi
kolom Output dengan One Layer per Class , pada Enter Output Filename > beri nama
file Vector > OK.
Pada Toolbox > pilih Vector dan Classic EVF to Shapefile > buka semua file vector.evf.
20
33. Gambar 33. Menyesuaikan warna
Open Attribute Table pada karang hidup > hitung luasan karang hidup pada kolom Area
dalam (ha).
Klik kanan pada Area > pilih Statistics > lihat total di area tersebut berdasarkan grafik.
21
Gambar 37. Ubah bands menjadi Natural Color
37.
Lakukan Layouting
22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
23
daerah yang yang paling luas dimana kedalamannya kira – kira lebih dari 15
meter, dimana informasi mengenai daerah tersebut tidak dapat ditangkap oleh
sensor pemetaan habitat perairan dangkal. Kelas pasir mewakili daerah yang
terdiri dari pasir – pasir halus dan kumpulan pecahan kecil karang – karang mati.
Kelas terumbu karang mati mewakili daerah yang terdiri dari karang mati dan
pecahan – pecahan karang berukuran besar. Kelas terumbu karang hidup
mewakili daerah yang terdiri dari karang - karang yang masih hidup dan dapat
tumbuh dengan baik. [ CITATION Man14 \l 1033 ]
24
IV.2 Luasan Klasifikasi
25
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi dan praktek yang telah dilaksanakan waktu praktikum
berlangsung, kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Memahami dan menguasai pengolahan data dari citra satelit LANDSAT 8
dengan menggunakan program perangkat lunak seperti ENVI, ER
Mapper, Ms. Excel dan ArcGIS untuk melakukan tutupan terumbu karang.
2. Kondisi perairan yang mendukung pertumbuhan terumbu karang meliputi
suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus dan PH.
3. Perairan Pulau Tukohbele didapatkan luasan karang mati ialah 23.04 Ha
dan luasan karang hidup ialah 11.97 Ha
5.2 Saran
Saran untuk asisten semoga lebih baik lagi untuk kedepannya dan
semoga sukses dan ditingkatkan lebih lanjut.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, E. F., Hartoni, & Liliek, L. (2015). Kondisi Tutupan Terumbu Karang
Keras dan Karang Lunak di Pulau Pramuka Kabuapaten Administratif Kepulauan
Seribu DKI Jakarta. Maspari Journal , V (2).
Elliff, C. I., & Silvia., d. I. (2017). Coral Reefs as the first line of defense:
Shoreline protection in face of climate change. Marine Environmental Research .
Figueireido, I. N. (2015). A Modified Lyzenga's Model for Multispecctral
Bathymetry Using Tikhonof Regularization. Universidade de Coimbra .
Guntur, H. N. (2017). Tingkat Pertumbuhan Terumbu Karang (Coral Reef) pada
Terumbu Buatan (Artificial Reef) dengan Pengkayaan Kandungan Ziolit yang
Potensial. Jurnal Mitra Bahari (ISSN. 0216 - 4841).
Grapper, J. J., H., E.-A., & E., L. a. (2019). Coral Reeg Change Detection in
Remote Pacific Islands Using Support Vector Machine Classifiers. Remote
Sensing , 11 (1525).
Herison, A. d. (2017). Bantuan Penyuluhan dan Kegiatan Transplantasi Terumbu
Karang di Pantai Ketapang Kabupaten Pesawaran. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat .
Manullang, J. C., & H. H. (2014). Analisis Perubahan Luasan Terumbu Karang
Dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Perairan Pramuka Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu. Jurnal Maspari , VI (2), 124-132.
Olaode, A., G, N., & C, T. (2014). Unsupervised Classification of Images : A
Review. International Journal of Image Processing (IJIP) , 8 (5), 325-342.
Surahman, S. d. (2016). Penentuan Sebarab Terumbu Karang Dengan
Menggunakan Algoritma Lyzenga Di Pulai Maitara. In Prosiding Seminar
Nasional Kemaritiman Dan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil I , 1, 1.
Sampurno , R. M., A., B., & T., H. (2017). Estimasi Perubahan Lahan Sawah
Dengan Klasifikasi TIdak Terbimbing Citra MODIS EVI Di Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Teknotan , 11 (2).
Shalihati, S. F. (2014). Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografi Dalam Pembangunan Sektor Kelautan Serta Pengembangan Sistem
Pertahanan Negara Maritim. Geoedukasi , III (2), 115 - 126.
Sharifan, H. (2020). Alarming the Impacts of the Organic and Inorganic UV
blockers on Endangered Coral's Species in the Persian Gulf; A Scientific
Concern for Coral Protection. Journal Pre-proof .
27
LAMPIRAN
28