Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tentang Iman Kepada Allah Dalam Mata
Kuliah Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu: Drs. Achmad Hasmi Hashona, MA
Disusun Oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, sehingga kita masih diberi nikmat yang tidak dapat kita hitung
berapa jumlahnya. Selawat dan salam semoga disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw Rasul pilihan Allah yang telah membawa risalah Nya berupa Al-
Qur‟an sebagai petunjuk bagi umat manusia.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk membantu dalam pembelajaran
dari pihak dosen maupun mahasiswa tanpa mengurangi sedikitpun kewajiban
mahasiswa membaca referensi lain yang relevan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
A. Iman ...........................................................................................................4
A.1 Pengertian Iman ..................................................................................4
A.2 Cabang-cabang Keimanan ..................................................................7
A.3 Kesempurnaan Iman ...........................................................................7
A.4 Derajat Tertinggi Keimanan ...............................................................8
A.5 Bertambahnya Keimanan ....................................................................8
A.6 Rukun Iman .........................................................................................9
B. Iman Kepada Allah .....................................................................................9
B.1 Makna Beriman Kepada Allah............................................................9
B.2 Mengimani Wujud(Keberadaan) Allah.............................................10
B.3 Memahami sifat-sifat Allah ..............................................................12
B.4 Hikmah beriman kepada Allah .........................................................15
A. Simpulan ...................................................................................................18
B. Saran .........................................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keimanan kepada Allah merupakan hubungan yang semulia-
mulianya antara manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu,
mendapatkan petunjuk sehingga menjadi orang yang beriman, adalah
kenikmatan terbesar yang dimiliki oleh seseorang. Maka dari itu untuk
mendapat petunjuk sehingga menjadi orang beriman dan dapat
meningkatkan keimanan kepada Allah kita harus tahu dulu apa itu iman
dan iman kepada Allah. Maka dari itu penulis menyusun makalah yang
berjudul “IMAN KEPADA ALLAH” ini untuk menambah pemahaman
mengenai iman dan Iman kepada Allah.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu Iman?
2. Apa itu beriman kepada Allah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu iman
2. Untuk mengetahui apa itu beriman kepada Allah
3
BAB II
ISI
A. IMAN
1
Kaelany HD, Iman, Ilmu dan Amal Saleh, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 58.
2
Dr.Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman, Jakarta, Bumi
Aksara,1996. Hlm. 2
3
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000, hlm. 18.
4
Abul A'la Al-Maududi, Toward Understanding, Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985, hlm. 18.
5
HAR. Gibb and JH Krammers, Shorter Encyclopaedia of islam, E.J. Brill, Leiden, 1974, hlm 167
6
Op.Cit. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman. Hlm 1
4
dan engkau beriman bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari
Allah SWT.
2. Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal :
segala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan
hukum yang telah digariskan oleh syara‟.
Dalam sebuah ayat Allah :
5
sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan tentang rukun
iman.
7
Abdul A‟la Maududi, Al-hadrah al-Islamiyah, ushusha wa mabadi’uha,Beirut:al-
„Arabiyyah,1970 ,hlm 3.
8
Ahmad Hawassy,KAJIAN TAUHID DALAM BINGKAI ASWAJA,Banten:Genggambook e-
publisher,2019,hlm. 72
6
A.2Cabang-cabang Keimanan
9
Ibid,hlm. 73
10
Ibid,hlm. 76
7
A.4Derajat Tertinggi Keimanan
Derajat tertinggi keimanan adalah sebenar-benarnya keyakinan(Haqqul
yaqin). Dan dengan keyakinan dan kesabaran akan tergapai kepemimpinan
dalam agama.11
Allah Berfirman:
(QS. Assajdah:24)
Artinya: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”
(QS. Azzumar:62)
Artinya: “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu”
2. Kita mengetahui dan meyakini bahwa Allah Ta‟ala
menciptakan semua makhluk dan menciptakan
pengaruhnya(kemampuannya)
11
Ibid ,hlm. 77
12
Ibid ,hlm. 78
8
3. Kita mengetahui dan meyakini bahwa yang memiliki sema
makhluk, mendayagunakannya dan mengaturnya adalah Allah
Ta‟ala saja, tidak ada sekut baginya.
4. Kita mengetahui dan meyakini bahwa khazanah segala sesuat
hanya ada di sisi Allah Ta‟ala saja, tidak ada sisi yang selain-
Nya. Segala sesuatu yang ada, maka khazanahnya ada di sisi
allah Ta‟ala.
A.6 Rukun Iman
Rukun iman yaitu unsur-unsur pokok pembentuk keimanan, atau
pilar-pilar keimanan yang mana apabila hilang unsur-unsur tersebt
berarti keimanan tidak terbentuk dalam diri seseorang.
Rukun iman ada enam, sebagaiman disebutkan dalam hadist jibril –
„alaihissalam-tatkala bertanya kepada Nabi –shallallahu „alaihi
wasallam- tentang iman, Nabi menjawab:”[1] kamu beriman kepada
Allah Ta‟ala, [2] malaikat-malaikat-Nya,[3] kitab-kitab-Nya,[4] rasul-
rasul-Nya,[5]hari akhir, dan[6] beriman kepada ketentuan baik dan
buruk-Nya.”(Muttafaq‟alaih)13
13
HR. Bukhari(no-50) dan Muslim(no,8)
9
ia kehendaki, menentukan apa yang ia inginkan, tiada sesuatupun yang
sama dengan-Nya, dan dia Maha mengetahui.14
Allah berfiraman:
Wujud Allah telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara‟, dan indra.15
1. Bukti fitrah tentang wujud Allah adalah bahwa iman kepada Sang
Pencipta merupakan fitrah setiap makhluk, tanpa terlebih dahulu
berpikir atau belajar.dan kenyataan ini diakui oleh setiap orang
yang memiliki fitrah yang benar, hatinya bersih dari sesuatu yang
memalingkannya dari fitrah ini.
14
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif
Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A.
Bayan, 1998), hlm. 113.
15
Ahmad Hawassy,KAJIAN TAUHID DALAM BINGKAI ASWAJA,Banten:Genggambook e-
publisher,2019,hlm.89
10
2. Bukti akal tentang terwujudnya Allah adalah proses penciptaan
semua makhluk. Semua makhluk pasti ada yang menciptakan ,
karena tidak mungkin makhluk menciptakan dirinya sendiri, dan
tidak mungkin pula terjadi secara kebetulan.
Allah Ta‟ala menyebutkan dalil „aqli(akal) yang qath‟i dalam
firman-Nya:
(QS. Aththur:35)
Artinya: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah
mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”
Ayat di atas menegaskan bahwa makhluk tidak tercipta tanpa
pencipta, dan makhluk tidak menciptakan dirinya sendiri. Jadi
jelaslah yang menciptakan makhluk adalah Allah Ta‟ala.
3. Dalil syara‟(syariat) tentang wujud Allah Ta‟ala yaitu bahwa
seluruh kitab samawi(yang diturunkan dari langit) berbicara
tentang ini.
Seluruh hukum syara yang mengandung kemaslahatan manusia
yang dibawa kitab-kitab tersebut merupakan dalil bahwa kitab-
kitab datang dari Rabb yang Mahabijaksana dan mengetahi segala
kemaslahatan makhluk-Nya. Berita-berita alam semesta yang dapat
disaksikan akan kebenarannya yang dijelaskan di dalam kitab-
kitab, menjadi dalil atau bukti bahwa kitab-kitab datang dari Rabb
yang Mahakuasa untuk mewujudkan apa yang diberitakan-Nya.
4. Dalil logika tentang wujud Allah Ta‟ala dapat dibagi menjadi dua:
a. kita mendengar dan menyaksikan terkabulnya doa orang-
orang yang berdoa serta pertolongan-Nya yang diberikan
kepada orang-orang yang mendapatkan musibah. Hal ini
menunjukkan secara pasti tentang wujud Allah Ta‟ala.
b. Adanya mukjizat. Tanda tanda kebenaran Nabi yang disebut
mkjizat, yang dapat disaksikan atau didengar banyak orang,
merupakan bukti yang jelas tentang wujud yang mengutus
11
para nabi tersebut, Yaitu Allah Ta‟ala, karena hal-hal itu
terjadi di luar kemampuan manusia. Allah melakukanyya
sebagai bukti penguat kebenaran dan dalam rangka menolong
para rasul.
Sifat adalah kata bahasa Arab yang merupakan derivasi dari kata
wasf (shifat) yang telah diIndonesiakan. Sifat dapat diartikan sebagai
sebuah sebutan yang dapat menunjukan keadaanbenda. Ata lebih
mudahnya sifat adalah ciri-ciri sesuatu. Dapat juga dipahami , sifat
adalah sebuah ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang dan dapat
digunakan sebagai saran identifikasi.16
Para mutakallim membagi lima puluh sifat Allah Swt. menjadi sifat
wajib, muhal, dan jawaz. 13 Menurut Imam al-Haramain, pemahaman
tiga bentuk sifat ini tergolong sebagai konsumsi akal (rasional).
Sehingga bagi orang yang tidak mampu memahami kehendak sifat-
sifat tersebut berarti tidak berakal. Digambarkan bahwa kalau
dikatakan Allah Swt. itu wajib bersifat, seumpama qudrah (kuasa),
tentunya akal memahami bahwa ketiadaan sifat kuasa bagi-Nya tidak
mungkin akan diterima akal.17
Tapi sebelum mengenal partikulasi sifat-sifat Allah Swt., secara
global harus diyakini bahwa Zat Tunggal Allah Swt. selalu bersanding
erat dengan segala sifat purna,hampa dari bermacam-macam
kekurangan (cacat),dan berwewenang melakukan dan meninggalkan
segala hal yang potensial wujud (baca: mumkinat). Perincian ke 50
sifat itu adalah sebagai berikut:
A. Sifat sifat Allah
16
Ibid ,hlm.101
17
Ibid,hlm.108
12
1. Sifat Wajib Allah Swt. berjumlah dua puluh. Kemudian
jumlah dua puluh sifat ini dikelompokkan menjadi empat,
yaitu nafsiyah, salbiyah, ma'ani,dan ma'nawiyah.
1. Nafsiah, adalah sifat yang berhubungan dengan keberadaan
Zat Allah Swt. Ini hanya memiliki satu sifat, yaitu sifat
wujud (Eksistensi Tuhan).
2. Salbiyah, dapat diartikan sebagai jenis sifat yang dipahami
untuk meniadakan- menyangkal- ketidaklayakan dan
ketidaksesuaian bagi Allah SWT. Dinamika
salbiyah(terlepas) karena motifasi penyifatan ini bertujuan
menafikan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah SWT.
Adapun dan dengan keberadaan Zat ketidaklayakkan bagi
dan Allah Swt. Adapun sifat-sifat yang terekrut dalam
Salbiyah meliputi sifat
a. qidam; dahulu tanpa permulaan,
b. baqa; kekal,
c. mukhalafah li al-hawadits; berbeda dengan
makhluk,
d. qiyamuhu bi nafsih : eksis dengan Zat sendiri,
e. wahdaniyah: Maha Esa.
13
b. Iradat : kehendak,
c. Ilm : pengetahuan
d. Hayat: hidup
e. Sama‟: mendengar
f. Bashar: melihat
g. Kalam: bicara
4. Ma‟nawiyah, sifat yang berhubungan dengan sifat ma‟ani,
atau merupakan kelanjutan logis dari sifat ma‟ani. Sifat yang
masuk dalam bagian ini ada tujuh, yaitu:
a. Kaunhu qadiran: keberdaan-Nya Maha Kuasa
b. Kaunhu muridan:keberadaan –Nya Maha
Berkehendak
c. Kaunhu aliman: keberadaan –Nya Maha
Mengetahui
d. Kaunhu hayyan: keberadaan_nya Maha hidup
e. Kaunhu sami‟an: Keberadaan-Nya Maha
mendengar
f. Kaunuhu bashiran : keberadaan-nya maha
melihat
g. Kaunuhu mtakaliman: keberadaan-Nya Maha
Berbicara
2. Sifat Muhal(Kebalikan sifat wajib) juga ada dua pluh. Lebih
mudahnya sifat wajib adalah sesuatu yang sudah pasti
dimiliki tuhan, sebaliknya, sifat muhal sudah pasti tidak ada
pada Zat Allah Swt. Jadi disamping orang muslim wajib
memahamii sifat Allah swt juga hars paham dengan sifat
yang tidak layak dimiliki-Nya. Yakni keharusan meniadakan
sifat-sifat berjumlah dua puluh pada Zat-Nya.
3. Sifat Jawaz hanya satu.Sifat ini diibaratkan hak wewenang
Tuhan dalam bertindak.Segala realitas yang dihubungkan
dengan eksistensi Allah Swt. untuk berbuat (jaiz) sebenarnya
bukan bagian sifat yang menetap pada Zat-Nya, melainkan
14
sebuah sifat yang berhubungan dengan kuasa-Nya . jadi
jangan disalahpahami bahwa Zat Allah Swt. tersifati dengan
jawaz.Yang benar bahwa Zat Allah Swt. hanya tersifati
dengan sifat- sifat wajib.Dari sini dapat disimpulkan bahwa
sifat jawaz Allah Swt. ialah hak wewenang Tuhan. Adalah
rasional bila Allah Swt. mungkin melakukan segala apa yang
menjadi kehendak-Nya, tanpa terikat dengan segala apapun.
(QS. Al Mu‟min:51)
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-
orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari
berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan menolong
orang orang yang mau beriman kepada-Nya. Sehingga jika
kita beriman maka kita akan mendapat perlindungannya.
2. Menjadi pribadi yang lebih baik
Mereka yang benar-benar beriman kepada Allah SWT
menyadari bahwa dirinya lemah tidak ada daya upaya kecuali
atas kehendak Allah SWT. Oleh karenanya ia tidak akan
pernah berbuat yang melanggar larangan Allah. Justru,
imannya akan semakin menguat sehingga dirinya pun
terbentengi dan terkendali daripada berbuat yang maksiat,
serta termotivasi untuk selalu mengerjakan amal ibadah yang
benar.
15
3. Tidak mudah putus asa
Sebab, bagaimana sikap seseorang akan terlihat jelas jika ia
sedang ditimpa musibah. Mereka yang beriman akan selalu
berpikiran positif kepada Allah atas segala yang mereka
hadapi. Sementara tanpa iman, itulah yang menyebabkan
seseorang mudah berputus asa dan tak jarang memilih
melakukan tindakan yang merugikan.
16
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ra‟d:28)
Surah tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang
beriman, yang mana mereka senantiasa mengingat Allah
SWT, maka hal tersebut membuat hati mereka menajdi
tentram. Jadi, jika ingin memperbaiki maupun mendapatkan
suasana hati yang damai, aman, dan nyaman, maka banyak-
banyaklah mengingat Allah SWT.
17
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
HD, K. ( 2000). Iman, Ilmu dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta.
Zain, H., Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, H., & Terj. Afif Muhammad,. (1998).
Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu.
Abdul Khalid, A. R. (1996). Garis Pemisah antara Kufur dan Iman. Jakarta: Bumi
Aksara.
Gibb, H., & Krammers, J. (1974). Shorter Encyclopaedia of islam. E.J. Bril: Leiden.
19