Anda di halaman 1dari 8

A.

Definisi

Etos kerja terdiri dari dua kata yaitu etos dan kerja. Etos berasal dari bahasa Yunani “ethos”
yakni karakter, cara hidup, kebiasaan seseorang, motivasi atau tujuan moral seseorang serta
pandangan dunia mereka, yakni gambaran, cara bertindak ataupun gagasan yang paling
komprehensif. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri,
jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang. Etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau
karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. (Webster’s New
College Dictionary Third Edition). Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang
etika. Etos juga berarti adat istiadat atau kebiasaan, dan Seperangkat perilaku kerja positif yang
berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total
pada paradigma yang integral.

Sedangkan kata kerja berarti usaha untuk melakukan sesuatu dengan perencanaan dan
tanggung jawab. (Dalam Iga Manuati Dewi, Black, 2002) Kerja adalah suatu aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dipenuhinya. Etos kerja menurut beberapa
ahli:

 Etos Kerja adalah suatu totalitas kepribadian dari individu serta cara individu
mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna terhadap sesuatu yang
mendorong individu untuk bertindak dan meraih hasil yang optimal (high performance). Etos
kerja dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya serta sistem nilai yang diyakininya
(Tasmara, 2002:15).
 Etos kerja dapat diartikan sebagai sifat dan pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-
ciri atau sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau
kelompok bangsa. (Asifudin, 2004)
 Suatu pandangan dan sikap terhadap kerja dikenal dengan istilah etos kerja. Etos kerja
merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat mengenai cara bekerja yang
dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa (Dodi, dkk, 2013).
 Etos kerja adalah semangat kerja yang terlihat dalam cara seseorang menyikapi pekerjaan,
motivasi yang melatarbelakangi melakukan suatu pekerjaan (Fadillah, 2010).
 Etos kerja adalah seperangkat perilaku kerja positif dan bermutu tinggi, yang berakar pada
kesadaran yang jernih dan keyakinan yang kuat pada paradigma kerja yang holistik. (Sinamo,
2011:35)
 Etos kerja diartikan sebagai pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja.
(Pandji Anoraga dan Sri Suryanti, 1995)
Bila ditelusuri lebih dalam, etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok,
atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan
mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk
bertindak sesuai dengan keyakinannya. Bila pengertian etos kerja di re-definisikan, etos kerja adalah
respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan; respon atau
tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter
pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan
produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat (Sinamo,
2008).

B. Dimensi Etos Kerja


C. Aspek Etos Kerja

(Sinamo, 2011) menjelaskan, terdapat delapan aspek etos kerja yang sudah terbukti secara
universal diterima dan dipercaya. Aspek-aspek tersebut ialah:

1. Kerja adalah Rahmat (Bekerja Tulus Penuh Syukur)


Rahmat adalah kebaikan yang kita terima tanpa kualifikasi, tanpa syarat. Sinonimnya:
anugrah, berkat, kasih karunia, yaitu kebaikan yang kita terima karena kasih sayang dari yang
member.
2. Kerja adalah Amanah (Bekerja Benar Penuh Tanggung Jawab)
Dari amanah ini lahirlah tanggung jawab, sehingga Kepercayaan (trust) adalah menjadi
modal sosial tertinggi. Cara menumbuhkannya dengan MOMENT OF TRUTH, pencerahan
batin ketingkat lebih tinggi.
3. Kerja adalah Panggilan (Bekerja Tuntas Penuh Integritas)
Setiap orang terlahir kedunia dengan panggilan hidup. Panggilan itu jalani melalui
pekerjaanya (profesinya). Lewat pekerjaan atau profesi tersebut kita menjawab panggilan
dari Sang pemanggil Agung. Dan Panggilan itu sebagai darma, atau tugas suci.
4. Kerja adalah Aktualisasi (Bekerja Keras Penuh Semangat)
Aktualisasi diri atau pengembangan potensi insani ini terlaksana melalui pekerjaan, karena
bekerja adalah pengerahan energi biologis, psikologis, dan spiritual untuk membuat diri kita
berkompeten, sehat, dan kuat lahir batin.

5. Kerja adalah Ibadah (Bekerja Serius Penuh Kecintaan)


Ibadah adalah persembahan diri, penyerahan diri, yang didasari kesadaran mendalam
kepada DIA yang kita abdi. Jadi kerja itu ibadah, intinya adalah tindakan memberi atau
membaktikan harta, waktu, hati dan pikiran kita kepada DIA yang kita abdi, melalui
pekerjaan kita.
6. Kerja adalah Seni (Bekerja Cerdas Penuh Kreativitas)
Seni adalah segala bentuk keindahan yang datang dari dorongan perasaan dalam jiwa
manusia. Bekerja adalah seni merupakan sarana ekspresi jiwa manusia yang merefleksikan
realita hidup dan ditangkapnya sebagai pengalaman batin.
7. Kerja adalah Kehormatan (Bekerja tekun Penuh Keunggulan)
Kita wajib menjaga kehormatan dengan menampilkan kinerja yang unggul (excellent
performance), dengan cara membangun rasa bangga; bangga berprestasi, bangga tepat
waktu, bangga hidup bersih, bangga bekerja keras, bangga hidup bersahaja, bangga jujur, dll.
8. Kerja adalah Pelayanan (Bekerja Sempurna Penuh Kerendahan Hati)
Karena kerja adalah pekerjaan mulia, dan kemuliaan datng dari pelayanan. Orang bekerja
untuk diri sendiri memang hal yang normal, Tetapi orang melalui pekerjaanya mengabdi
pada sesuatu yang lebih besar untuk orang lain adalah pekerjaan mulia. Derajat pelayanan
kita bertambah mulia bila dengan tulus, rendah hati, ramah dan hormat.

Dengan menjalankan kedelapan etos kerja ini diharapkan dapat menjadi akar, fondasi dan
strategi serta navigator menuju sukses di era global.

Aspek pengukuran dalam etos kerja menurut (Handoko, 1993) yaitu sebagai berikut:

1. Aspek dari dalam


Yaitu, aspek penggerak atau pembagi semangat dari dalam diri individu. Minat yang timbul
disini merupakan dorongan yang berasal dari dalam karena kebutuhan biologis, misalnya
keinginan untuk bekerja akan memotivasi aktivitas mencari kerja.
2. Aspek motif sosial
Yaitu, aspek yang timbul dari luar diri individu. aspek ini bisa berwujud suatu objek keinginan
seseorang yang ada di ruang lingkup pergaulan manusia. Pada aspek sosial ini peran human
relation akan tampak dan diperlukan dalam usaha untuk meningkatkan etos kerja seseorang.
3. Aspek persepsi
Yaitu, aspek yang berhubungan dengan sesuatu yang ada pada diri seseorang yang
berhubungan dengan perasaan, misalnya dengan rasa senang, rasa simpati, rasa cemburu,
serta perasaan lain yang timbul dalam diri individu. Aspek ini akan berfungsi sebagai
kekuatan yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian atas persepsi pada sistem
budaya organisasi dan aktivitas kerjanya.
D. Karakteristik/Ciri-ciri Etos Kerja
suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi atau
positif (Pandji Anoraga dan Sri Suryanti, 1995) apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi
manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana
yang penting dalam mewujudkan cita-cita.
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah atau
negatif, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu :

a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,

b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,

c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,

d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan menjadi sumber
motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang
“membangun” maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak yang
harus ditumbuhkan dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap
kepada manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh sehingga
dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang
semestinya.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja

Etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor (Anoraga, 2001), yaitu:

1. Agama
Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan mempengaruhi atau
menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang
tentu diwarnai oleh ajaran Anna Probowati : Membangun Sikap Dan Etos Kerja 23 agama
yang dianut jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Etos kerja yang
rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi
nilai budaya yang konservatif turut menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah.
2. Budaya
Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos
budaya dan secara operasional etos budaya ini juga disebut sebagai etos kerja. Kualitas etos
kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.
Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos kerja yang tinggi dan
sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos
kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.
3. Sosial Politik
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur
politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja
keras dengan penuh. Etos kerja harus dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti
tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan negara. Dorongan untuk mengatasi
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan hanya mungkin timbul jika masyarakat secara
keseluruhan memiliki orientasi kehidupan yang terpacu ke masa depan yang lebih baik.
4. Kondisi Lingkungan/Geografis
Etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang
mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat
mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut
mencari penghidupan di lingkungan tersebut.
5. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber
daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras. Meningkatnya kualitas
penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu disertai dengan
peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian, dan keterampilan sehingga semakin Anna
Probowati : Membangun Sikap Dan Etos Kerja 24 meningkat pula aktivitas dan produktivitas
masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
6. Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur
ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras
dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
7. Motivasi Intrinsik
Individu Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi
tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang
diyakini seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja. Maka etos kerja juga
dipengaruhi oleh motivasi seseorang yang bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang
tertanam dalam diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik.

Daftar Pustaka :
Anoraga, Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Asifuddin, Ahmad. 2004. Etos Kerja Islami. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Dodi, dkk. (2013). Pengaruh iklim organisasi, etos kerja dan disiplin terhadap kinerja karyawan serta
dampaknya pada kinerja PT. Arun NGL Lhokseumawe Aceh. Jurnal Manajemen. 2(1): 98 – 107.

Fadillah, Candra. 2010. Tingkat Pendapatan dan Pengaruhnya terhadap Etos Kerja Guru dalam
Mengajar. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Handoko, Hani. 1993. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Hardiansyah, Andi., Yanwar, Rini. P. (2015). Pengaruh etos kerja terhadap kinerja karyawan PT.AE .
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora. 2(3): 151.

Neufeldt, Victoria. 1989. Webster’s New College Dictionary Third Edition. USA: Houghton Mifflin
Hartcourt.

Probowati, Anna. (2008). Membangun sikap dan etos kerja. Jurnal Managemen dan Bisnis. 1: 15-24.

Ramadhan, Bagus., Ryandono, M. N. H. (2005). Etos kerja islami pada kinerja pedagang muslim pasar
besar kota madiun. Jurnal Ekonomi Syariah Teori & Terapan. 4(2): 288.

Sinamo, Jansen. 2011. 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Darma Mahardika.

Sinamo, Jansen. 2008. 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: PT Malta Printindo.

Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani.

Anda mungkin juga menyukai