Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pena Sains Vol. 1, No.

1, April 2014 ISSN: 2407-2311

KADAR HORMON SITOKININ PADA TANAMAN KENAF


(Hibiscus cannabinus L.) BERCABANG DAN TIDAK
BERCABANG
Yunin Hidayati, S.Si., M.Si

Program Studi Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Trunojoyo Madura


Email: Yunin_hidayati@yahoo.co.id

Abstrak

Tanaman kenaf pada umumnya tidak menghasilkan cabang produktif dan hanya menghasilkan
siwilan-siwilan (bakal cabang yang tidak tumbuh menjadi cabang) saja. Percabangan pada kenaf
dipacu oleh adanya sinergisme antara kadar hormon auksin-sitokinin. Rasio kadar tertentu hormon
auksin-sitokinin dalam tanaman menentukan pembentukan cabang pada tanaman. Berdasarkan hasil
pengamatan morfologi tanaman kenaf bercabang dan tidak bercabang tampak bahwa ada perbedaan
karakter morfologi yang meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang cabang dan jumlah nodus
pada tanaman kenaf galur bercabang, kontrol tidak bercabang KR11 dan kontrol bercabang SM004.
Kontrol tidak bercabang KR11 memiliki ketinggian tertinggi dan jumlah cabang paling sedikit
dibanding lainnya. Kontrol bercabang SM004 memiliki tinggi paling rendah dan jumlah cabang
paling banyak dibanding lainnya. Rata-rata ketinggian tanaman paling tinggi adalah kontrol tidak
bercabang KR11 yaitu 230,6 ± 36,7 cm dan paling rendah adalah kontrol bercabang SM004 yaitu
116,3 ± 64,4 cm. Sedangkan jumlah cabang paling banyak yaitu kontrol bercabang SM004
mencapai 5,6 ± 2,7 cabang tiap tanamannya dan paling sedikit adalah KR11 yang memiliki rata-
rata 0,8 ± 0,8 cabang tiap tanamannya. Berdasarkan penelitian tampak bahwa semakin tinggi
tanaman maka jumlah cabang yang dihasilkan semakin sedikit dan sebaliknya semakin rendah
tinggi tanaman maka jumlah cabang yang dihasilkan semakin banyak. Kadar sitokinin tertinggi
yang dihasilkan pada masing-masing tanaman adalah pada ujung akar dan kadar terendah adalah
pada ujung batang.
Kata Kunci: hormon, kenaf, percabangan, sitokinin.

Abstract

Kenaf plants generally do not result in productive branches and only produce primodial branches
(branches will not grow into branches) only. Branching on Kenaf spurred by the presence of
synergism between the auxin-cytokinin hormone levels. The ratio of certain levels of the hormone
auxin-cytokinin in plants for the establishment of branches in plants. Based on morphological
observations kenaf plant branched and unbranched appears that there are differences in
morphological characters in terms of height, number of branches, branch length and the number of
nodes in the kenaf plant strains branched, unbranched KR11 control and branching control SM004.
Control unbranched KR11 has the highest high and the number of branches at least compared to the
other. Control branched SM004 has the lowest height and number of branches compared to most
others. Average plant height was highest unbranched control KR11 is 230.6 ± 36.7 cm and the
lowest is branching control SM004 is 116.3 ± 64.4 cm. While the number of branches at most that
control branching SM004 reached 5.6 ± 2.7 branches per plants and at least is KR11 which had an
average of 0.8 ± 0.8 branches per branch plants. Based on the research it appears that the higher the
number of plants produced fewer and fewer branches and conversely the lower the plant height, the
number of branches produced more and more. The highest levels of cytokines produced at each
plant is at the end of the root is the lowest level at the end of the rod.

Key word: kenaf, branching, hormones, cytokines


40
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
Peningkatan jumlah cabang pada
kenaf serta peningkatan tinggi tanaman
Pendahuluan kenaf diharapkan mampu meningkatkan
biji yang dihasilkan serta meningkatkan
Hasil utama kenaf adalah serat
biomassa batang untuk keperluan industri
untuk bahan baku pembuatan karung,
dan produksi serat, serta untuk keperluan
bahan pulp, komposit polypropilene
pemuliaan tanaman kenaf. Berdasarkan
dalam industri polimer, pengganti
Descriptors and Descriptor States for
fiberglass, alas tidur binatang, particle
Characterisation and Preliminary
board, material absorbent untuk industri,
Evaluation Hibiscus cannabinus and H.
campuran media tanam, pakan ternak,
sabdarifa yang dikeluarkan oleh
filler organik untuk plastik serta untuk
International Jute Organisation
insulasi (Taylor, 1995; Liu, 2003).
Germplasm Project dalam Arumingtyas
Tanaman kenaf pada umumnya tidak
(2006), bahwa pada dasarnya tipe
menghasilkan cabang produktif dan hanya
percabangan kenaf ada 6 yaitu: 0 untuk
menghasilkan siwilan-siwilan (bakal
tidak bercabang atau tidak ada
cabang yang tidak tumbuh menjadi
pertumbuhan tunas aksilar; 1 untuk
cabang) saja. Berdasarkan keberadaan
percabangan sangat lemah; 5 untuk
cabangnya tanaman kenaf dapat
peracabangan sedang; 7 untuk
digolongkan menjadi dua, yaitu kenaf
percabangan kuat dan 9 untuk
tidak bercabang dan kenaf bercabang.
percabangan sangat kuat. Hasil penelitian
Tanaman kenaf varietas KR11 merupakan
di Balittas Karangploso Malang
tanaman kenaf varietas unggul tidak
menunjukkan ada 4 tipe percabangan
bercabang yang dihasilkan oleh Balittas
yaitu: tidak bercabang, rudimenter,
Karangploso Malang. Varietas ini
jumlah cabang sedang dan bercabang
memiliki keunggulan menghasilkan serat
banyak. Peningkatan jumlah cabang yang
dalam jumlah tinggi, tidak terpengaruh
dihasilkan oleh kenaf berkorelasi dengan
fotoperiodisme tetapi tidak menghasilkan
peningkatan jumlah biji dan jumlah
cabang reproduktif sehingga produksi biji
biomassa yang dihasilkan. Semakin
yang dihasilkan sedikit karena biji hanya
banyak jumlah cabang yang dihasilkan
dihasilkan pada batang kenaf saja. Kenaf
oleh kenaf maka dapat diasumsikan
galur bercabang merupakan galur kenaf
bahwa jumlah biji dan biomassa yang
bercabang yang dihasilkan dari mutasi
dihasilkan juga akan semakin banyak.
kenaf KR11 dengan mutagen kimia Ethyl
Menurut Gardner (1991) pembentukan
methane sulfonate (EMS). Mutasi dengan
kuncup dan cabang terjadi karena dipacu
EMS tersebut selain menghasilkan kenaf
oleh adanya sinergisme antara auksin dan
bercabang banyak juga menghasilkan
sitokinin, rasio konsentrasi tertentu
mutan dengan tinggi tanaman 25% lebih
hormon auksin-sitokinin dalam tanaman
tinggi dibanding tanaman kontrolnya
mampu membentuk cabang pada
tanpa mengurangi kualitas serat yang
tanaman.
dihasilkan (Arumingtyas dan Indriyani,
Kadar sitokinin secara alami sangat
2004; Arumingtyas et al., 2005). SM004
sedikit namun mampu memberikan
merupakan galur wild type yang
respon yang luas. Sitokinin mampu
bercabang dan mampu menghasilkan
berinteraksi dengan hormon lainnya
cabang dalam jumlah yang banyak, tetapi
sehingga mampu memberikan respon
memiliki kelemahan biji sulit
yang berbeda-beda. Beberapa manfaat
berkecambah dan batang yang pendek.
sitokinin antara lain sitokinin berperan
dalam pembelahan dan pembesaran sel
41
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
sehingga memacu pertumbuhan tanaman, tanam yang digunakan adalah campuran
sitokinin berfungsi untuk mematahkan tanah dan humus dengan perbandingan
dormansi pada biji-bijian, sitokinin 2:1. Polybag diletakkan di rumah kaca
memacu pembentukan tunas baru, dan diatur dengan jarak 40 x 40 cm.
sitokinin berperan dalam penundaan Pengaturan jarak dilakukan untuk
penuaan atau kerusakan pada tanaman, memaksimalkan pertumbuhan, khususnya
sitokinin meningkatkan tingkat mobilitas untuk memaksimalkan tumbuhnya
unsur-unsur dalam tanaman, sitokinin cabang. Pengendalian hama dilakukan
meningkatkan sintesis pembentukan dengan pemberian thiodan yang
protein dan masih banyak lagi manfaat dimasukkan lubang tanam bersamaan
sitokinin terutama dalam produksi dengan penanaman biji kenaf, masing-
tanaman budidaya. Diduga ada perbedaan masing lubang sebanyak ± 3 g, disamping
kadar sitokinin yang mempengaruhi tipe itu juga dilakukan penyemprotan dengan
percabangan pada tanaman kenaf varietas fungisida merek Benstar pada tanaman
SM004 dan kenaf galur bercabang. Perlu umur 7 hari dan 20 hari dengan
dilakukan pengukuran kadar sitokinin konsentrasi 15g/l. Penyemprotan
pada nodus-nodus yang berpeluang insektisida merk Decin dilakukan pada
menghasilkan cabang untuk membuktikan umur tanaman 35, 60 dan 70 hari dengan
dugaan tersebut. Pada penelitian ini konsentrasi 1ml/l. Pemupukan pertama
dipilih nodus-nodus nomor 10, 15 dan 20 dilakukan dengan pupuk NPK
yang masing-masing mewakili daerah perbandingan 1:1:1 pada tanaman umur
nodus pucuk, nodus tengah dan nodus 10 hari, pemupukan kedua dilakukan
basal. Selain itu perlu juga dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari.
pengukuran kadar sitokinin pada daerah Penyiraman dilakukan setiap hari pada
sintesis di ujung batang dan di ujung akar pukul 08.00 atau pukul 16.00.
pada tiap-tiap tanaman uji. Pengamatan Morfologi, adapun
pengamatan morfologi dilakukan setelah
tanaman berumur 3 bulan, yaitu pada
Metode Penelitian akhir fase vegetatif dan sebelum fase
Penelitian ini terdiri atas 4 tahap, generatif meliputi pengamatan terhadap:
yaitu: Penanaman, biji kenaf varietas tinggi tanaman yang panjangnya diukur
KR11, galur SM004 dan galur bercabang dari permukaan tanah hingga pucuk
yang sudah diseleksi ditanam dalam tanaman (cm), jumlah nodus atau ruas
polibag ukuran 10 kg. Masing-masing pada batang yang dihitung mulai dari
polibag ditanami dengan 3 sampai 5 biji pangkal tanaman hingga nodus terakhir
tanaman dari varietas atau galur yang pada bagian ujung tanaman, jumlah dan
sama. Apabila biji sudah tumbuh maka panjang cabang pada nodus (cm).
dilakukan seleksi dari ketiga tanaman Ekstraksi Sitokinin, ekstraksi
yang tumbuh dalam satu polybag tersebut sitokinin pada tanaman kenaf varietas
berdasarkan kondisi morfologi tanaman KR11, galur SM004 dan galur bercabang
yang paling bagus dan hanya disisakan dilakukan dengan metode Unyayar.
satu tanaman yang dibiarkan hidup pada Metode ini artinya bahwa dalam satu
satu polybag dengan tujuan untuk tanaman dilakukan lima kali ekstraksi
memaksimalkan pertumbuhan. Masing- sampel yang diambil dari pucuk, akar,
masing varietas dan galur ditanam serta jaringan pada nodus 10, nodus 15
sebanyak 15 polybag, jadi total tanaman dan nodus 20 tanaman kenaf. Sampel
yang ditanam adalah 45 tanaman. Media pucuk tanaman yang digunakan yaitu
jaringan meristematis pada ujung atau
42
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
pucuk tanaman ± 3 cm bagian teratas dan kadar sitokinin pada kenaf varietas
tanaman. Sampel akar diambil pada KR11, galur SM004 dan galur bercabang
bagian meristematis ujung akar yaitu dilakukan dengan analisis statistik yaitu
sepanjang ± 3 cm pada ujung akar. ANAVA tunggal serta korelasi dan
Jaringan pada nodus tanaman diambil regresi.
pada nodus-nodus yang diperkirakan akan
tumbuh menjadi cabang, yaitu pada nodus
10, 15 dan 20. Sampel masing-masing Hasil Penelitian dan Pembahasan
sebesar satu gram digerus hingga halus Morfologi tanaman kenaf, faktor
dicampur dengan campuran methanol: internal yang mempengaruhi perbedaan
khloroform: 2 N ammonium hidroksida morfologi tanaman kenaf dalam hal ini
(12:5:3 v/v/v) sebanyak 60 ml. Campuran adalah faktor fisiologi yaitu diantaranya
dimasukkan ke dalam botol dan disimpan kadar dan rasio hormon auksin dan
pada suhu -20°C selama kurang-lebih satu sitokinin. Menurut Bangerth (1994), kadar
jam. Kemudian ditambahkan aquadest dan rasio tertentu hormon auksin-sitokinin
sebanyak 25 ml hingga terbentuk dua dalam tanaman mempengaruhi
frasa, yaitu frasa air dan frasa kloroform. pembentukan cabang pada tanaman.
Frasa kloroform dibuang sedangkan pH Dapat diasumsikan bahwa kadar dan rasio
frasa airnya diatur hingga menjadi 2,5 hormon auksin dan sitokinin yang
dengan penambahan 1 N HCl atau 1 N berbeda akan memunculkan karakter
NaOH. Frasa air selanjutnya diekstrak morfologi yang berbeda pula. Kadar dan
dengan 15 ml ethyl acetat sebanyak tiga rasio hormon auksin dan sitokinin yang
kali. Frasa ethyl acetat dipisahkan dihasilkan terutama mempengaruhi tinggi
sedangkan frasa airnya diatur hingga tanaman dan jumlah cabang yang
memiliki pH 7 dengan penambahan 1 N terbentuk.
HCl atau 1 N NaOH. Frasa air tersebut Berdasarkan pengamatan morfologi
selanjutnya diekstraksi tiga kali dengan tampak bahwa ada perbedaan karakter
ethyl acetat masing-masing sebanyak 15 morfologi yang meliputi tinggi tanaman,
ml. Seluruh frasa ethyl acetat yang jumlah cabang, panjang cabang dan
terkumpul dievaporasi dengan rotary jumlah nodus pada tanaman kenaf galur
evaporator pada suhu 45°C. Selanjutnya bercabang, kontrol tidak bercabang KR11
dilakukan TLC dengan isopropanol : dan kontrol bercabang SM004 (Tabel 1).
NH4OH : H2O (10:1:1 v/v/v), sebagai Tanaman kenaf kontrol tidak bercabang
standar digunakan IAA untuk auksin dan KR11 memiliki kriteria yang paling tinggi
Zeatin untuk sitokinin. Hasil TLC dielusi yaitu 230,6 ± 36,7 cm dan memiliki
dari gel dengan menggunakan 2 ml jumlah nodus paling banyak yaitu 49.6 ±
methanol kemudian dilakukan 4.8 nodus, tetapi sebaliknya memiliki
spektrofotometri dengan UV-Vis jumlah cabang yang paling sedikit rata-
spectrofotometer. Pengukuran kadar rata hanya 0.8 ± 0.8 cabang tiap
sitokinin dengan panjang gelombang 269 tanamannya dengan panjang yang paling
nm. rendah yaitu rata-rata 3,4 ± 3,2 cm.
Karakter morfologi tanaman kenaf KR11
Analisis Data tersebut sesuai dengan tujuan
perakitannya yaitu memiliki tinggi
Analisis data untuk mengetahui tanaman yang tinggi dan tidak bercabang.
perbandingan tinggi tanaman, jumlah Berdasarkan karakter tersebut diharapkan
cabang, panjang cabang, jumlah nodus batang kenaf KR11 mampu menghasilkan
43
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
serat yang berkualitas yaitu serat yang dengan jumlah nodus 46.2 ± 2.5 dan
panjang dan kuat. mampu menghasilkan cabang rata-rata
Pada tanaman kenaf kontrol sekitar 3.6 ± 2.0 cabang tiap tanamannya
bercabang SM004 memiliki karakter dengan panjang cabang rata-rata 10,1 ±

A B

Gambar 1 . Percabangan kenaf. A. kenaf bercabang (galur bercabang). B. kenaf tidak bercabang
(KR11). Tanda panah : menunjukkan cabang
morfologi yang berlawanan dengan 7,2 cm. Keunggulan morfologi galur
kontrol tidak bercabang KR11, yaitu bercabang tersebut diharapkan akan
memiliki tinggi tanaman yang pendek mampu menjadi varietas unggul baru
dengan ukuran 116.3 ± 64.4 cm. Jumlah yang memiliki perpaduan antara kontrol
nodus paling sedikit dibanding dengan tidak bercabang KR11 dan kontrol
KR11 dan galur bercabang, yaitu 31.8 ± bercabang SM004 sehingga mampu
6.8 cm dan sebaliknya memiliki jumlah menghasilkan serat panjang dengan
cabang yang paling banyak 5.6 ± 2.7 cm kualitas bagus (tanaman tinggi), biomassa
cabang tiap tanamannya dengan panjang tinggi (banyak cabang) dan memiliki
cabang rata-rata 8,5 ± 3,5 cm. Karakter cabang-cabang reproduktif sehingga
morfologi tanaman SM004 ini sesuai mampu menghasilkan banyak biji. Batang
dengan karakternya yaitu tanamannya kenaf dalam kondisi normal dapat
pendek dan banyak menghasilkan cabang. mencapai 2,4-3,8 m. Tanaman kenaf yang
Hal tersebut menyebabkan kualitas serat tinggi diperlukan untuk menghasilkan
yang dihasilkan kurang bagus karena serat yang berkualitas, Serat kenaf yang
seratnya pendek dan tidak kuat akibat memiliki panjang 1,5-3 m umumnya
banyaknya cabang yang terbentuk. dimanfaatkan sebagai bahan baku
Sedangkan karakter morfologi pembuatan karung goni dan bahan tali
tanaman kenaf galur bercabang sesuai temali (Sastrosupadi & Sahid, 1996).
dengan harapan, yaitu memiliki ukuran Berdasarkan data tinggi tanaman
tanaman yang tinggi dan mampu yang diperoleh tampak bahwa tanaman
menghasilkan cabang yang banyak kenaf kontrol KR11 memiliki keunggulan
sehingga diharapkan mampu mampu menghasilkan serat yang lebih
menghasilkan serat yang panjang dan biji banyak karena memiliki batang paling
yang banyak dari cabang tanamannya. Hal tinggi sehingga serat yang dihasilkan juga
tersebut dapat dilihat dari tinggi tanaman akan lebih banyak. Namun, KR11
yang cukup tinggi yaitu 211,0 ± 28,1 cm memiliki kelemahan yaitu
44
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
percabangannya lemah dan jumlah nodus terhadap jumlah cabang pada Kontrol
yang paling sedikit. Hal tersebut sesuai tidak bercabang KR11 paling tinggi yaitu
dengan tujuan perakitan tanaman kenaf 188,8 ± 84,3. Kontrol bercabang SM004
KR11 yang merupakan salah satu memiliki rasio tinggi tanaman terhadap
Tabel 1. Perbedaan morfologi tanaman kenaf umur 3 bulan pada kontrol tidak bercabang
KR11, galur bercabang dan kontrol bercabang SM004
Galur/Varietas Morfologi Tanamana
Jumlah Tinggi tanaman Jumlah Nodus Panjang
Cabang (cm) Cabang
(cm)
Kontrol tidak 0.8 ± 0.8 230,6 ± 36,7 49.6 ± 4.8 3,4 ± 3,2
bercabang KR11
Galur Bercabang 3.6 ± 2.0 211,0 ± 28,1 46.2 ± 2.5 10,1 ± 7,2
Kontrol bercabang 5.6 ± 2.7 116.3 ± 64.4 31.8 ± 6.8 8,5 ± 3,5
SM004
Keterangan a: n=5
tanaman kenaf hasil pemuliaan tanaman jumlah cabang paling rendah yaitu
oleh Balai Penelitian Tanaman Tembakau sebesar 72,4 ± 35,1. Sedangkan, pada
dan Serat Karangploso Malang yaitu galur bercabang memiliki rasio tinggi
memiliki keunggulan dalam hal produksi tanaman terhadap jumlah cabang sebesar
serat, karena batang tidak bercabang dan 25,5 ± 19,6. Tingginya rasio tinggi
tahan terhadap fotoperiodisme. Namun, tanaman terhadap jumlah cabang
varietas ini hanya menghasilkan biji menunjukkan bahwa tanaman memiliki
dalam jumlah sedikit karena biji hanya karakter morfologi tinggi tanaman yang
dihasilkan oleh tunas apikal saja sehingga tinggi namun menghasilkan jumlah
kebutuhan akan benih kurang terpenuhi. cabang yang rendah, sebaliknya apabila
Tanaman kenaf kontrol SM004, memiliki rasionya rendah maka tanaman tersebut
jumlah cabang yang paling banyak bila memiliki karakter morfologi tinggi
dibandingkan dengan galur bercabang dan tanaman yang rendah namun jumlah
kontrol KR11, meskipun demikian cabang yang dihasilkan banyak.
SM004 ini jarang dibudidayakan karena Berdasarkan penelitian ini tampak
pendeknya tinggi tanaman yang bahwa semakin tinggi rasio tinggi
dihasilkan. Selain itu, benih SM004 sulit tanaman terhadap jumlah cabang yang
untuk berkecambah. Sedangkan, kenaf dihasilkan menunjukkan bahwa tanaman
galur bercabang secara umum memiliki kenaf yang memiliki tingginya tanaman
karakter morfologi perpaduan antara yaitu KR11 hanya mampu menghasilkan
kontrol KR11 dan kontrol SM004. Galur jumlah cabang yang rendah dan
bercabang memiliki tinggi tanaman yang sebaliknya semakin rendah rasio tinggi
cukup tinggi dan mampu menghasilkan tanaman kenaf terhadap jumlah cabang
cabang yang cukup banyak, sehingga SM004 tampak bahwa semakin rendah
diharapkan mampu menghasilkan serat tinggi tanaman kenaf maka jumlah cabang
yang panjang dan berkualitas serta yang dihasilkan semakin banyak. Hal
memiliki biomassa yang lebih besar untuk tersebut disebabkan karena energi dan
pemanfaatan kenaf khususnya sebagai nutrisi yang diperoleh hanya
bahan pulp disamping sebagai penghasil dikonsentrasikan pada salah satu
serat sebagai fungsi utamanya. pertumbuhan, yaitu untuk pemanjangan
Ada korelasi antara tinggi tanaman batang atau untuk pembentukan cabang.
terhadap jumlah cabang yang dihasilkan Apabila tanaman cenderung untuk
oleh tanaman kenaf. Rasio tinggi tanaman mengalami pertumbuhan batang maka
45
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
tanaman akan menjadi tinggi namun terdapat pada ujung akar tanaman kenaf
pertumbuhan cabang akan terhambat. SM004, yaitu sebesar 0,502400.
Sebaliknya, apabila tanaman mampu Sedangkan, konsentrasi terendah terdapat
menghasilkan cabang maka pertumbuhan pada nodus 15 tanaman
200 188,8
180
160
140
120
100
72,4
80
60
40 25,5
20
0
Kontrol tidak bercabang Galur Bercabang Kontrol bercabang SM004
KR11

Gambar 2. Rasio tinggi tanaman terhadap jumlah cabang pada tanaman kenaf KR11,
Galur Bercabang dan SM004

tinggi tanaman akan terhambat, sehingga kenaf varietas KR11, yaitu sebesar -
tanaman akan memiliki cabang tetapi 0,006200.
tinggi tanamannya pendek. Hasil analisis uji BNT konsentrasi
Hasil analisis data konsentrasi sitokinin pada tiap varietas atau galur
sitokinin dengan menggunakan UV-Vis terdapat dalam tabel 2
spectrofotometer pada panjang
gelombang 269 adalah sebagai berikut: Tabel 2. Tabel Notasi Konsentrasi Sitokinin
pada Tiap Galur
Tabel 1. Tabel Notasi Konsentrasi Sitokinin
pada Tiap Galur
Descriptive Statistics
GALUR KZ269 LSD0,05
Dependent Variable: Konsentrasi zeatin pada panjang gelombang 269
Galur ada 3 macam Tempat ada 5 macam Mean Std. Deviation N 1 = KR11 0,0339 A
1 = KR11 1 = Ujung akar ,132533 ,0534049 3
2 = Nodus 10 ,055467 ,0462500 3 3 = Galur
A
3 = Nodus 15 -,006200 ,0266736 3 bercabang 0,0955
4 = Nodus 20 -,021567 ,0706262 3
5 = Ujung batang ,009233 ,0462500 3 2 = SM004 0,2281 B
Total ,033893 ,0717732 15
2 = SM004 1 = Ujung akar ,502400 ,1163668 3 Berdasarkan hasil uji BNT
2 = Nodus 10 ,178800 ,1163668 3
3 = Nodus 15 ,086300 ,1750821 3 konsentrasi sitokinin pada tiap-tiap
4 = Nodus 20 ,240400 ,2015532 3
5 = Ujung batang ,132567 ,0267313 3
varietas dan galur pada tabel 2
Total
3 = Galur bercabang 1 = Ujung akar
,228093
,255833
,1925983
,0267313
15
3
menunjukkan bahwa galur SM004
2 = Nodus 10
3 = Nodus 15
,040067
,117167
,0706262
,0534049
3
3
memiliki rata-rata konsentrasi sitokinin
4 = Nodus 20
5 = Ujung batang
,055467
,009200
,0462500
,0000000
3
3
tertinggi bila dibandingkan dengan galur
Total
Total
1 = Ujung akar
,095547 ,0986646 15 bercabang dan varietas KR11 sebesar
,296922 ,1757182 9
2 = Nodus 10 ,091444 ,0974884 9 0,2281. Rata-rata konsentrasi sitokinin
3 = Nodus 15 ,065756 ,1079137 9
4 = Nodus 20 ,091433 ,1597900 9 pada galur bercabang memiliki notasi
5 = Ujung batang
Total
,050333
,119178
,0672102
,1524899
9
45
yang sama dengan konsentrasi sitokinin
pada KR11 masing-masing sebesar
Berdasarkan rata-rata konsentrasi 0,0955 dan 0,0339.
sitokinin pada tabel 1 maka dapat Adapun hasil analisis uji BNT
diketahui konsentrasi sitokinin tertinggi untuk masing-masing tempat
46
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
pengambilan sampel terdapat pada tabel sitokinin tersebut berpengaruh terhadap
3. banyaknya cabang yang dihasilkan oleh
Tabel 3. Tabel Notasi Konsentrasi Sitokinin tanaman kenaf galur SM004 yang
Pada Tiap Lokasi Pengambilan memiliki jumlah cabang lebih banyak bila
Sampel dibandingkan dengan KR11 dan galur
TEMPAT KZ269 LSD0,05 bercabang. Hal tersebut sesuai dengan
5 = Ujung batang 0,0503 A penelitian yang dilakukan oleh Pillay dan
3 = Nodus 15 0,0658 A Railton (1983) yang mengemukakan
2 = Nodus 10 0,0914 A bahwa beberapa jenis sitokinin,
4 = Nodus 20 0,0914 A khususnya benziladenin dan sitokinin
1 = Ujung akar 0,2969 b
sangat memacu pemanjangan kuncup
Berdasarkan uji BNT konsentrasi samping tanaman kapri. Menurut
sitokinin pada tiap lokasi pengambilan Salisbury (1995), peningkatan hormon
sampel pada tabel 3 menunjukkan rata- sitokinin yang tinggi mampu memberikan
rata konsentrasi sitokinin tertinggi terletak dampak morfologi, diantaranya yaitu
pada ujung akar sebesar 0,2969. Nilai berkembangnya sejumlah besar kuncup
rata-rata konsentrasi sitokinin pada ujung samping karena terjadinya pematahan
batang, nodus 15, nodus 10 dan nodus 20 dominansi apikal.
memiliki notasi yang sama, masing-
masing sebesar 0,0503, 0,0658, 0,0914
dan 0,0914. Nilai tersebut tidak sesuai Kesimpulan dan Saran
dengan hipotesis penelitian bahwa
konsentrasi sitokinin akan semakin Konsentrasi sitokinin (zeatin) pada
menurun dari ujung akar, nodus 10, nodus ujung akar memiliki konsentrasi paling
15, nodus 20 hingga ujung cabang. Hal tinggi, nodus 10 dan nodus 20 memiliki
ini, sesuai dengan konsep yang konsentrasi yang sama dan memiliki
dikemukakan oleh Trewavas dan Cleland konsentrasi yang lebih tinggi bila
(1983) bahwa ada dua hal penting untuk dibandingkan pada nodus 15, untuk
mengetahui suatu respon jaringan atau konsentrasi paling rendah adalah di ujung
organ tanaman terhadap hormon, yaitu cabang. Berdasarkan pengamatan
konsentrasi hormon dan kepekaan suatu morfologi ada perbedaan karakter-
jaringan atau organ terhadap suatu karakter morfologi yang diamati dalam
hormon. Jaringan yang berbeda akan peneltian ini, yaitu meliputi tinggi
mampu memberikan suatu respon yang tanaman, jumlah cabang, panjang cabang,
berbeda pula terhadap hormon yang jumlah nodus dan letak cabang pada
berbeda. nodus. Perlu dilakukan peneltian terhadap
Konsentrasi sitokinin bervariasi konsentrasi hormon lainnya seperti
pada tiap-tiap galur atau varietas dan giberelin, asam absisat dan etilen guna
lokasi pengambilan sampel. Konsentrasi menunjang penelitian-penelitian lebih
sitokinin yang dihasilkan oleh tanaman lanjut khususnya dalam pemuliaan
sangat dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman.
dari tanaman dan dipengaruhi oleh faktor
eksternal yaitu kondisi lingkungan tempat Daftar Pustaka
tumbuhnya suatu tanaman. Berdasarkan
data diatas diketahui bahwa tanaman Arumingtyas, E. L. 2006. Induksi Mutasi
kenaf galur SM004 memiliki kadar auksin Dengan Mutagen Ethyl Methane
yang tertinggi dibandingkan dengan galur Sulfonate (EMS) Untuk
bercabang dan KR11. Tingginya kadar menghasilkan Percabangan Pada
47
Jurnal Pena Sains Vol. 1, No. 1, April 2014 ISSN: 2407-2311
Kenaf (Hibiscus cannabinus L.). Marre, E. 1997. In Plant Growth
Universitas Brawijaya. Malang. Regulators, editor P.E. Pilet. New
Arumingtyas, E. L., Retno M., Serafinah York: Springer-Verlag
I. 2006. Identifikasi Gen Penyandi Sasmitamihardja, Dardjat & A. Siregar.
Percabangan Pada Dua Galur 1991. Dasar-Dasar Fisiologi
Kenaf Hasil Mutasi Dengan Ethyl Tumbuhan. Bandung: ITB Press
Methane Sulfonate (EMS) Dan Sastrosupadi, A. & M. Sahid. 1996.
Mekanismenya Dalam Potensi Tanaman Serat Karung
Pengontrolan Pembentukan Sebagai Penghasil Bahan Baku
Cabang. Universitas Brawijaya. Pulp. Monograf Balittas No. 1.
Malang. Dept. Pertanian, Badan Penelitian
Bangerth, F. 1994. Response of Cytokinin dan Pengembangan Pertanian,
concentration in the Xylem Exudate Balai Penelitian Tembakau dan
of Bean (Phaseolus Vulgaris L) Tanaman Serat Malang
Plants to Description and Auxin Srivastava, Lalit M. 2002. Plant Growth
Treatment and Relationship to and Development. London:
Apical Dominance. Planta 194:439- Academic Press
442 Tamas, I.A. 1995. Hormonal Regulation
Dasumiati. 2003. Seleksi Untuk of Apical Dominance In Plant
Peningkatan Produksi Biji Kedelai Hormones (ed. P. J. Davies), pp.
Dari Generasi Seleksi 1 (F3) Dan 572-597. Dordrecht: Kluwer
Seleksi 2 (F4) Hasil Persilangan Academis Publishers
Varietas Slamet >< Nokhonsawon. Taylor, C.S. 1995. Kenaf. Kenaf
Tesis tidak diterbitkan. Bogor : IPB International, Ltd., McAllen. Texas
Dwidjoseputro. 1980. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :
Gramedia
Duke, J.A. 1983. Handbook of Energy
Crops.diakses dari website:
http://www.hort.purdue.edu/newcro
p/dukeenergy/Hibiscuscannabinus
.html
Gardner, P.F., Pearce, R.B., Mitchell, R.L
Terjemahan oleh Herawati Susilo.
1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Jakarta: UI Press
Leshem, Y. 1973. The Molecular and
Hormonal Basis of Plant Growth
and Development. New York:
Pergamon
Letham, D.S. 1968. In Biochemistry and
Physiology of Plant Growth
Substances. Ottawa: Runge
Liu, A. 2003. Making Pulp and Paper
From Kenaf. Am kenaf Soc. TX,
USA

48

Anda mungkin juga menyukai