Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MATA KULIAH

TEORI DAN PRAKTIK SUPERVISI PENDIDIKAN

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Dr. Heri Iskandar, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Edison (20196013287)

Redi Sarwapi (20196013297)

Indah Purnamasari (20196013311)

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

PROGRAM PASCASARJANA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula shalawat serta salam
kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan terima kasih kepada
Bapak Dr. Heri Iskandar, M.Pd.I., selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Teori dan Praktik
Supervisi Pendidikan yang berkenan membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan tepat waktu.

Makalah ini mengupas “Peningkatan Kualitas Pembelajaran”, melalui makalah ini


kami mencoba memaparkan bagaimana memahami peningkatan kualitas pembelajaran dalam
pendidikan di Indonesia saat ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya terutama
bagi mahasiswa dan para insan pendidikan yang terlibat.

Palembang, 11 April 2020


Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................2
A. Pengertian Desain Kurikulum...........................................................................................2
B. Bentuk-Bentuk Desain Kurikulum...................................................................................2
C. Langkah Mendesain Kurikulum.....................................................................................10
D. Karakteristik Desain Kurikulum.....................................................................................11
E. Pengembangan Kurikulum.............................................................................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................14


A. Kesimpulan.....................................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan dampak dari perkembangan ipteks yang
sangat pesat. Perkembangan ipteks mengharuskan penyesuaian dan peningkatan proses
secara berlanjut dan terus menerus. Hal ini diikuti dengan perlunya mengadakan
pembaharuan strategi dan konsep-konsep pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran itu sendiri.
Masalah yang berhubungan dengan kondisi masyarakat dan lingkungan yang secara
besar mempengaruhi proses pembelajaran, misalnya perkembangan media hiburan (seperti
playstation sampai ke pelosok desa) yang sulit dikendalikan dan mempengaruhi para siswa.
Masalah yang lain misalnya kesulitan guru menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi
informasi, perhatian orang tua yang kurang optimal terhadap pendidikan putra - putri mereka
sehingga sebagai akibatnya sekolah dan guru merasa tidak mendapat dukungan dari orang
tua untuk bersama-sama mendidik siswa mereka, jauhnya jarak rumah siswa dan sekolah
yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas dan banyak
lagi contoh-contoh lainnya yang semuanya dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Kualitas pembelajaran matematika dapat dilihat dalam dua segi yaitu kualitas proses
dan kualitas hasil. Dari segi kualitas proses siswa masih cenderung pasif dalam proses
belajar mengajar, sementara diharapkan siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses
belajar mengajar yang dilaksanakan. Dari segi kualitas hasil dapat dilihat dari prestasi
belajar atau ketuntasan belajar yang dicapai siswa.
Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar
mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam menentukan peningkatan kualitas
pembelajaran dan prestasi belajar yang akan dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang
diharapkan dikuasai oleh pendidik dalam hal ini adalah bagaimana mengajarkan matematika
dengan baik agar tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam hal ini
penguasaan materi dan cara pemilihan pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai
dengan menentukan tercapainya tujuan pengajaran. Demikian juga halnya dengan proses
pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan
itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin
tujuan dapat tercapai(Sanjaya: 2010).

3
Guru harus dapat mengatasi permasalahan pembelajaran di dalam kelas, agar siswa
tidak merasa bosan dengan cara pembelajaran monoton yang di berikan oleh guru, sehingga
di dalam kelas tercipta pembelajaran yang menjadikan siswa senang dalam mengikuti
pelajaran di kelas. Apabila kualitas pembelajaran yang di berikan kepada siswa baik
hasilnya akan baik.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kualitas Pembelajaran?
2. Bagaimana Peningkatkan Kualitas Pembelajaran?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi Tugas Belajar dalam Mata Kuliah Teori dan Praktik Supervisi
Pendidikan Program.
2. Sebagai sarana belajar bagi Tim Penulis khususnya.
3. Sebagai sarana diskusi mahasiswa S.2 Manajemen Pendidikan Universitas PGRI
Palembang.
4. Insan Pendidikan Indonesia.

4
BAB. II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kualitas
Kualitas diartikan sebagai mutu, tingkat atau nilai sedangkan pembelajaran menurut
konsep komunikasi adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan
siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola piker yang akan menjadi
kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa
sebagai komunikan, dan materi dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan.
Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, peran-peran tersebut bias berubah,
yaitu antara guru dengan siswa dan sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa
“(Suherman, 2003: 8).

B. Kualitas Pembelajaran
Menurut Mulyasa (2002: 101) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses
dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat aktif, baik
fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan
kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri.
Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses embelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas
apabila masukan merata menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai
dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.
Hal ini sekali lagi menekankan pentingnya peranan aktif siswa dalam proses 
pemahaman dalam belajar matematika. Dalam pembelajaran matematika yang
menekankan pemahaman ini, kemampuan-kemampuan melakukan eksplorasi, bertanya,
merumuskan masalah, membuat dugaan-dugaan, dan memecahkan masalah memegang
peranan yang sangat penting.
Menurut Lovitt dan Clarke (Suherman, 2007: 79) menambahkan bahwa kualitas
pembelajaran ditandai dengan berapa luas dalam lingkungan belajar; mulai dari mana
siswa ini berada, mengenali bahwa siswa belajar dengan kecepatan yang berbeda,

5
melibatkan siswa secara fisik dalam proses belajar, meminta siswa untuk memvisualkan
yang imajiner.
Menurut Mulyasa (2002: 105) dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi
(KBK), terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik,
peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar. Upaya yang pertama adalah
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, yang dilakukan melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanannya seringkali kita tidak sadar,
bahwa masih banyak kegiatan pembalajaran yang dilaksanakan justru menghambat
aktivitas dan kreativitas peserta didik. Upaya yang kedua peningkatan disiplin sekolah
yang bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya dan mengatasi, serta
mencegah timbulnya problem-problem disiplin, dan berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati  segala peraturan
yang telah ditetapkan. Upaya yang ketiga peningkatan motivasi belajar yang merupakan
salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran, merupakan tenaga
pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kea rah suatu tujuan
tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi
yang tinggi. Dengan kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada
faktor pendorongnya (motivasi). Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan
membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
Kemampuan siswa  dalam memahami matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Menurut Upu (2003: 5) bahwa:
Salah satu hal yang turut mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami 
matematika adalah pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Ada
kemungkinan seorang siswa mempunyai kemampuan yang sedang  atau rendah, namun
keadaan pendekatan dalam  pembelajaran yang dilakukan oleh guru menarik atau sesuai
dengan pokok bahasan yang diajarkan maka pemahaman matematikanya menjadi cepat
dan prestasi belajarnya pun lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran matematika
meliputi kualitas proses dan kualitas hasil. Kualitas proses ditandai oleh keterlibatan siswa
secara aktif mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas hasil ditandai dengan
ketercapaian hasil belajar yang optimal.

6
Adapun yang menjadi indikator kualitas pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) oleh Solthan (2006: 149) adalah sebagai berikut:
a.    Penguasaan guru pada mata pelajaran
Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi yang
akan diajrakan. Penguasaan guru terhadap materi yang akan diajarkan akan membuat
pengajaran lebih terfokus, selain itu guru bukan hanya sebatas menguasai materi
namun juga harus mampu merancang strategi penyajiannya secara sistematis.
b.   Ketuntasan dalam belajar terlaksana
Dengan modal penguasaan materi pelajaran serta tersedianya waktu yang cukup bagi
seorang guru, akan membuat proses pembelajaran menjadi nyaman. Siswa akan lebih
mudah memahami dengan penyampaian materi yang jelas dan terfokus, dengan
demikian ketuntasan belajar akan tercapai.
c.    Daya serap siswa meningkat
Guru dapat melangkah ke materi selanjutnya apabila materi sebelumnya dianggap
tuntas dan juga persentase daya serap siswa hamper merata. Kualitas pembelajaran
tidak hanya dinilai dari tingginya nilai sebagian kecil siswa, karena hal ini
menunjukkan bahwa daya serap siswa tidak merata. Guru harus berusaha menata
proses pembelajaran dengan baik untuk meminimalkan ketidak merataan daya serap
siswa di dalam kelas.

Sedangkan Agung (2006: 5), memberikan tiga standar kualitas pengajaran yang
saling mempengaruhi, dalam urutan prioritasnya adalah sebagai berikut:
1. Interaksi yang berkelanjutan antara siswa dan guru.
Guru perlu mangukur apakah cara mereka mengajar sudah benar-benar efektif sesuai
dengan siswa yang dihadapinya pada saat tertentu, sehingga guru memiliki hak untuk
memodifikasi cara mengajar, bereksperimen dengan alat bantu mengajar yang baru
atau juga dalam memperluas kurikulum yang ada.
2. Cara pembelajaran (learning) dan cara penilaian (assesment) yang digunakan dalam
kelas.
Guru harus memahami dengan benar mengenai hal-hal mendasar yang dihadapi siswa
dalam pembalajaran. Pemahaman ini bukan hanya berdasar pada pengajaran satu arah
ke siswa, tetapi lebih merupakan pemahaman yang muncul dari keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman pembelajaran di
kelas dan pengetahuan yang telah dimiliki sebalumnya. Dan cara penilaiannya selaras

7
dengan konsep dengan “pembelajaran individual” misalnya dengan memvariasikan
jenis soal.
3. Sumber Ilmu Pengetahuan (academic resource)
Sumber keilmuan berupa prasarana dalam kegiatan pengajaran, yaitu buku, alat peraga
dan teknologi. Semua hal ini harus dapat dieksplorasi dengan baik untuk mendukung
setiap proses pengajaran agar wawasan seorang guru menjadi lebih luas. 

C. Peningkatan Kualitas Pembelajaran


Peningkatan kualitas mengajar sebaiknya dilakukan pihak internal dan bottom up.
Cara ini mengindikasikan bahwa guru itu sendiri yang harus mengkaji bagaimana dirinya
mengajar dan secara jujur melihat bagaimana proses membantu siswanya mendapatkan
kompetensi diberikan dan dinilai. Sejauh ini, tindakan mengkaji apa yang dilakukan ketika
mengajar dan mengevaluasinya secara saksama, tidak banyak dilakukan guru. Para guru
seolah telah terbius dengan dogma bahwa tugas guru utamanya adalah mengajar. 
Mengkaji, mengevaluasi dan melihat kembali apa yang dilakukan ketika proses
mengajar disebut refleksi pembelajaran. Para guru sejatinya melakukan refleksi
pembelajaran segera setelah mengajar. Berbagai teknik dapat dipilih untuk digunakan oleh
guru sebagai alat merefleksikan mengajar. Sebagai contoh, Richards dan Lockhart (2007)
menawarkan enam teknik untuk guru dapat mengkaji proses pemberian pengalaman
mengajarnya dan kelak diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan dan
kompetensinya.
Pertama, jurnal atau catatan harian. Jurnal merupakan catatan yang dibuat oleh guru
atau siswa sebagai respon terhadap proses pembelajaran. Pada catatan harian, guru dapat
dituliskan apa saja yang dilakukanya ketika mengajar, mendokumentasikan secara tertulis
gagasan untuk diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. Sedangakan pada catatan harian
siswa, mereka diminta oleh guru untuk menuliskan apa yang dipelajarinya. Menulis catatan
harian secara teratur pada setiap akhir pembelajaran memberikan ruang bagi guru dan
siswa melakukan literasi setelah pembelajaran dalam bentuk refleksi ragam tulis.
Kedua, catatan mengajar. Catatan mengajar adalah dokumen yang dibuat oleh guru
berupa menuliskan langkah-langkah mengajar yang dilakukannya. Cara ini, membantu
guru untuk menyandingkan bagian mana dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang terlaksana atau malah diubah sesuai kondisi kelas dan siswa. Adanya catatan
mengajar memungkinkan guru melihat seberapa efektif pembelajaran yang diberikannya.

8
Ketiga adalah menggunakan survey dan kuesioner. Sebagai contoh seorang guru
hendak mengetahui bagaimana pandangan siswa terhadap penggunaan kerja kelompok.
Kuesioner dapat digunakan untuk mengetahui apakah kerja kelompok dianggap membantu
siswa atau tidak. Demikian pula dengan survey, sangat membantu guru untuk
mengumpulkan informasi yang terkait sikap terhadap pembelajaran.
Keempat, rekaman secara audio atau video. Merekam suara sendiri atau merekam
aktivitas dan menjadikannya video, sangat mudah dilakukanny dengan tersediany sarana
tersebut pada gawai. Selain mudah dilakukan,  merekam pembelajaran sangat menolong
guru untuk melihat banyak hal yang terjadi dalam proses pembelajaran. Guru, misalnya,
dapat mengukur berapa banyak waktu bicara yang digunakannya selama mengajar.
Kelima, observasi. Observasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang
mengajar  bukan evaluasi mengajar.  Melalui observasi,  guru mendapat banyak
penjelasan, informasi, dan bagaimana proses belajar terjadi dari sudut  pandang observer.
Observer membantu guru memahamkan bagaimana dirinya mengajar dan bagaimana
meningkatkan kualitas mengajar melalui masukan.
Keenam, penelitian berbasis kelas. Penelitian yang dilakukan oleh guru atas dasar
tujuan untuk lebih memahami proses belajar mengajar yang efektif. Penelitian
dilaksanakan berdasarkan refleksi bahwa kelas tertentu atau siswa tertentu memerlukan
bantuan atau layanan berbeda sehingga nantinya kompetensi yang dijadikan tujuan
pembelajaran tercapai. 
Refleksi pembelajaran sebaiknya dipandang sebagai bagian dari unjuk kerja
profesional guru untuk meningkatkan kompetensi dirinya sebagai pendidik. Dalam refleksi
pembelajaran,  guru  dapat memilih teknik manapun  yang membuatnya dapat melakukan
kontemplasi pembelejaran yang telah diberikannya dan pada saat melakukannya tidak
merasa jadi beban. 
Melakukan refleksi dengan cara menuliskan secara jujur apa yang dilakukan selama
pembelajaran dan kemudian mengevaluasinya, memberikan dua manfaat sekaligus.
Pertama, melakukan refleksi dengan cara menuliskannya memicu guru untuk menjadi
literat yakni berpindah dari budaya lisan ke tulisan. Kedua, guru memiliki artefak
pembelajaran yang dapat dijadikan bukti bahwa sebagai seorang profesional semua
aktivitasnya terdokumentasikan dengan baik. 

9
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka.

Joyce B. dan Weil M.(1980). Models of Teaching.  Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Republi Indonesia (2005), Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Badan Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003  Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Setneg.

11

Anda mungkin juga menyukai