Anda di halaman 1dari 13

Iskandar Agung & Rumtini, Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

Iskandar Agung & Rumtini


Puslitjaknov – Balitbang Kemdiknas

Abstrak: Reformasi masyarakat madani di Indonesia menuntut tindakan yang kuat untuk demokrasi
bangsa. Namun dalam kenyataannya, kebebasan dalam demokrasi sering mendapatkan hambatan.
Seringkali, aspirasi ini diungkapkan anarkis, tidak bertanggung jawab, dan bahkan destruktif. Kebebasan
yang diberikan sering kurang dipahami dan kurang diterima secara holistik. Secara implisit, reformasi
ditujukan untuk menciptakan iklim kondusif demokrasi akan sulit untuk dicapai tanpa pemahaman yang
sesuai sesuai dan kesadaran tentang arti karekteristik, budaya, dan nilai-nilai masyarakat sipil dalam
masyarakat modern. Artikel ini ditujukan untuk mengidentifikasi karakteristik, budaya, dan nilai-nilai
masyarakat sipil, khususnya di bidang pendidikan. Secara khusus, pengenalan kepada masyarakat sipil
dalam pendidikan penting dalam upaya untuk mengidentifikasi karakter suatu bangsa secara demokratis,
partisipatif, reflektif, berpikir yang kritis, untuk mendorong keseimbangan kekuasaan atas Pemerintah.

Kata kunci: masyarakat madani, pendidikan, demokrasi, kebebasan, budaya, kharakteristiks, guru,
kepala sekolah, dan pengawas.

Abstrack: The supported-community reform in Indonesia demanded strong actions for a nation democracy.
In reality, however, the inner freedom for democracy is often challenged. Often, aspirations were expressed
anarchisly, inresponsibly, and even destructively. The given freedom was often less understood and less
accepted holistically. Implicitly, the reform in which intented to create an conducive climate of democracy
will be difficult to address without an appropriate undestanding and awareness over the meaning of the
civil society with it’s own characteritics, cultures, and velues in the modern society. This article is intended
to identify charateristics, cultures, and values of the civil society, particularly in education. Specifically,
introduction to the civil society in education is important in an effort to identify a nation’s characters in a
democratic, participative, reflective, thingking critically, to encourege the balancing power over the
government.

Key words: civil society, education, democracy, freedom, culture, characteristic, teacher, school principal,
and supervisor.

Pendahuluan kekuasaan dan kebebasan untuk (freedom for)


Rakyat dan negara merupakan dua unsur relasi berpartisipasi dalam berbagai proses kemasyara-
yang memposisika n se bagai satu kesatuan katan secara sukarela dan rasional. Penting
integral. Negara merupakan wadah di mana kiranya untuk menyebutkan karakteristik suatu
kump ul an manus ia bernaung dalam suat u masyarakat yang mendukung demokratisasi dalam
komunitas kehidupan yang disebut bangsa, kehidupan berbangsa dan benegara. Karakteristik
dengan harapan memiliki bargaining position ini menunjukkan bahwa di dalam masyarakat
berdasarkan kecerdasan intelektual, sikap kritis, demokratis terdapat nilai-nilai universal yang
serta mampu berinteraksi secara demokratis dan menjadi fondasi dasarnya, dengan bertumpu pada
berkeadaban. Artinya, keberadaan bangsa di kehidupan yang dinamakan dengan civil society.
dalamnya merupakan kekuatan penyeimbang Dalam konteks kehidupan masya ra kat
(balancing power) terhadap pemerintahan yang Indonesia, komitmen menuju masyarakat demo-
ada, dan dipandang memiliki potensi untuk kratis sejak berlangsungnya reformasi tahun 1998
melahirkan kekuatan kritis reflektif di dalam lalu, memerlukan strategi-strategi penguatan civil
suasana ke be basa n, yakni kebebasan dari society. Melalui civil society lebih ditujukan ke arah
(freedom from) segala dominasi dan hegemoni pembentukkan negara secar a gradual yang

267
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

menjunjung suatu tatanan masyarakat yang Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bentuk
demokratis, partisipatoris, reflektif, kritis, dan karakteristik, budaya, dan peradaban dalam
dewasa yang mampu menjadi balancing power bangunan civil society, kemudian mengemukan
terhadap kecenderungan refresif dan eksesif dari alternatif penyebarluasan nilai-nilai yang terkan-
negara. Oleh karena itu, kemauan reformasi perlu dung di dalamnya melalui jalur pendidikan. Materi
dipahami, bahwa perubahan pol itik secara tulisan diperoleh dari berbagai sumber, baik
struktural belumlah cukup jika tidak diiringi oleh berupa literatur, artikel, dan sebagainya yang
perubahan secara kultural. Warisan budaya relevan dengan pembahasan.
feodalisme dan paternalisme yang masih sangat
kental menye limuti kehidupan mas yarakat Kajian Teoritis
Indonesia memerlukan perubahan mendasar ke Pengertian Civil Society
arah tumbuh-ke mb angnya demokratisasi. Untuk memahami civil society, terlebih dahulu
Perubahan dari sisi struktur politik tanpa diimbangi harus dimengerti bahwa civil society bukan
dengan ke sada ran akan kebebas an yang merupakan konsep yang final dan siap pakai (blue
bertanggung ja wa b dan beradab, t endensi print), namun merupakan sebuah wacana yang
mengarah pada bentuk anarkhis dan destruktif. mesti dipandang sebagai sebuah proses yang
Eksplisit, kemauan reformasi bertujuan berkelanjutan. Secara historis, civil society
menciptakan iklim demokratis yang bertumpu merupakan konsep yang berasal dari pergolakan
pada civil society. Kemauan itu jelas memerlukan sosial politik dan sejarah yang mengalami proses
kesadaran dan pemahaman terhadap karakteris- transformasi dari pola kehidupan feodal menuju
tik, budaya, dan peradaban tersendiri yang kehidupan industri. Civil society merupakan
searah dan memperkuat bangunan civil society. wacana yang telah mengalami proses panjang,
Pembicaraan tentang civil society bukanlah sebuah terutama muncul bersamaan dengan proses
entitas sosial yang terdiri dari sekumpulan modernisasi di mana berlangsung transformasi
manusia, namun merupakan public sphare yang dari masyarakat feodal ke masyarakat modern.
mendukung karakteristik dan budaya selaras Dalam konteks Indonesia sendiri, sebagai
dengannya, dan berisikan individu-individu suatu bangsa yang ingin berkembang ke arah
dengan komitmen me wujudkan nil ai yang modernisasi, pencarian genealogi konsep civil
terkandung di dalamnya. Persoalannya, apakah society ini mengerucut pada dua kutub direpresen-
pemahaman dan kesadaran itu telah tumbuh dan tasikan oleh kelompok modernis dan kalangan
berkembang baik dalam kehidupan masyarakat tradisional. Diskursus ini mencuat, tatkala
Indonesia yang ingin menjunjung demokratisasi? kelompok modernis menerjemahkan civil society
Ke nyataan di sekitar kerapkali mendukung dengan masyarakat madani, sementara kalangan
fenomena sebaliknya, wujud demokratisasi yang tradisionalis menerjemahkannya secara literer
dilontarkan sementara pihak kerapkali disertai dengan masyarakat sipil.
dengan tindakan anarkhis berupa perusakan Jika ditelaah lebih lanjut, istilah masyarakat
fasilitas sampai dengan merenggut jiwa. Kebe- madani sesungguhnya berakar pada khazanah
basan diartikan sebagai pemaksaan kehendak, bahasa Arab, yaitu mudun dan madaniyah yang
dan bukan sebagai penyampaian aspirasi untuk mengandung arti peradaban. Dalam bahasa
berupaya mencari dan menemukan titik temu Inggris sendiri, kata tersebut sejajar dengan
pemecahan suatu masalah secara damai melalui istilah civilization. Penggunaan istilah masyarakat
prinsip win win solution. madani menunjuk pada pengert ian ba hwa
Atas dasar itu masih diperlukan adanya upaya masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang
untuk menye barlua skan dan menanamkan memiliki peradaban maju. Masyarakat madani
karakteristik, budaya, dan peradaban civil society merupakan sistem sosial yang subur dengan asas
dalam diri segenap lapisan masyarakat Indonesia. prinsip moral yang menjamin keseimbangan
Salah satu unsur potensial menyebarluaskan dan ant ara ke bebasan perseorang an denga n
menanamkan karakteristik, budaya, dan per- kestabilan masyarakat. Paradigma pemilihan kata
adaban civil society yaitu melalui jalur pendidikan. masyarakat madani ini dilatarbelakangi oleh

268
Iskandar Agung & Rumtini, Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

konsep Al-Mujtama’ Al-Madani yang diperkenalkan kekuasaan pemerintahan yang demokratis. Pada
oleh Prof. Naquib al-Attas (dalam Adi Suryadi Culla, titik inilah, wacana civil society memiliki signifikansi
1999), yang mendefinisikan sebagai konsep politik. Penciptaan sistem pemerintahan yang
masyarakat ideal yang mengandung dua demokratis tidak dapat didasarkan semata pada
komponen besar yakni masyarakat kota dan niat baik dari si pemegang kekuasaan, tetapi juga
masyarakat beradab. Pada prinsipnya, masya- perlu didukung oleh t indakan nyata untuk
rakat madani adalah sebuah tatanan komunitas menciptakan dan membangun kondisi dan situasi
masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai demokratis tersebut. Upaya tersebut mesti
toleransi dan pluralitas. Pemaknaan masyarakat dilakukan juga oleh masyarakat luas, khususnya
madani itu merujuk formulasi masyarakat Madinah melalui penguatan potensi-potensi yang ada,
yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, yang sehingga dapat menjembatani hubungan antara
digambarkan sebagai prototype ideal masyarakat individu dan masyarakat di satu pihak dan negara
demokratis, egaliter, adil, dan berkeadaban. serta institusi-institusi pemegang kekuasaan
Evolusi perkembangan civil society, baik dari lainnya di pihak lain. Oleh karena itulah, upaya
segi isi maupun istilah, yang selanjutnya diartikan pemberdayaan masyarakat hingga me nja di
sebagai masyarakat madani oleh berbagai pihak kekuatan civil society pada dasarnya mengarah
lebih mendekati konsep civil society. Namun, pada penciptaan pola kekuasaan masyarakat
apapun bentuk pengistilahan yang dikembangkan demokratis.
tentang civil society, hendaknya tidak menghilang- Dalam civil society, warganegara bekerjasama
kan esensi dasarnya, yaitu kesadaran akan membangun ikatan, jaringan sosial, dan solida-
pentingnya penguatan masyarakat dalam sebuah ritas kemanusiaan yang sifatnya non-pemerintah
ko munit as ne ga ra untuk mengimbangi d an (non-goverment) guna mencapai kebai ka n
mengontrol kebijakan-kebijakan negara yang bersama. Oleh karenanya, tekanan sentral civil
cenderung memposisikan masyarakat sebagai society terletak pada independensinya dari
pihak yang lemah. Untuk itu diperlukan penguatan negara. Pada titik inilah civil society kemudian
masyarakat masyarakat sebagai prasyarat untuk dipahami sebagai akar dan awal keterkaitannya
mencapai kekuatan bargaining dihadapan negara. dengan demokrasi. Dawam Rahardjo (1999) dan
Sebuah masyarakat yang mampu berdiri secara Nurcholis Madjid (2002) memberikan pandangan-
mandiri di hadapan negara, adanya free public nya mengenai hubungan antara civil society dan
sphare guna mengemukakan ide dan pendapat, demokrasi. Bagi Dawam Rahardjo, civil society dan
menguatnya posisi kelas menengah, adanya demokrasi bagaikan dua sisi mata uang. Hanya
independensi pers sebagai bagian dari kontrol dalam civil society yang kuatlah demokrasi dapat
sosial, membudayakan hidup yang demokratis, berdiri dengan tegak dan kokoh. Begitu juga
toleran serta civilized. sebaliknya, hanya dalam suasana yang demo-
Selain memiliki kapasitas sebagai kekuatan kratislah civil society dapat berkembang secara
penyeimbang (balancing power) dari kecenderung- wajar.
an-kecenderungan dominan dan intervensionis Madjid (2002) memberikan semacam metafor
negara, civil society juga dipandang memiliki tentang hubungan serta keterkaitan antara civil
potensi untuk melahirkan kekuatan kritis reflektif society dan demokrasi. Menurutnya, civil society
di dalam masyarakat. Itulah sebabnya civil society merupakan “rumah” persemaian bagi demokrasi.
dianggap sebagai condition sine qua non menuju Perlambang demokrasinya adalah pemilu yang
kebebasan (condition of liberty). Kebebasan di sini bebas, rahasia, dan jurdil. Namun, demokrasi tak
dapat diartikan sebagai kebebasan dari (freedom hanya bersemayam dalam pemilu sebab jika
from) segala dominasi dan hegemoni kekuasaan demokrasi memang harus memiliki rumah, maka
dan kebebasan untuk (freedom for) berpartisipasi rumahnya adalah civil society. Sejalan dengan itu
dalam berbagai proses kemasyarakatan secara dikatakan, ada enam kontribusi civil society
sukarela dan rasional. Dalam konteks kehidupan terhadap proses demokrasi. Pertama, civil society
berbangsa dan bernegara, kebebasan tersebut menyediakan wahana s umber d aya politi k,
hanya dapat terwujud di dalam suatu sistem ekonomi, sosial, budaya, dan moral untuk menga-

269
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

wasi dan menjaga keseimbangan pejabat negara. juga mampu untuk turut memperjuangkan ber-
Kedua, potensi pluralisme dalam civil society jika bagai inspirasi dari masyarakat yang tertindas.
diorganisir secara rapi akan menjadi fondasi Pilar-pilar penegak tersebut, antara lain: a)
penting bagi persaingan demokratis. Ketiga, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau non-
memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan Government Organization (NGO), yaitu institusi
kesadaran kewarganegaraan. Keempat, turut sosial yang terbentuk oleh inisiatif swadaya
menjaga stabilitas negara. Kelima, sebagai saran masyarakat yang t ujuan esensi nya iala h
untuk menggembleng kedewasaan para elite membantu dan memperjuangkan aspirasi serta
po liti k. Keenam, mence gah do minas i dan kepentingan masyarakat yang tertindas atau
hegemoni dari sebuah rezim otoriter. dirugikan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
Dalam konteks civil society, LSM juga berkewajiban
Karakteristik Civil Society untuk mengadakan pemberdayaan dan advokasi
Secara umum karakteristik dapat diartikan sebagai kepada masyarakat me ngenai hal-hal yang
ciri atau identitas suatu kondisi, benda, barang, signifikan dalam kehidupan sehari-hari; b) Pers,
dan sebagainya. Civil society merupakan suatu merupakan institusi lain yang memiliki kemampuan
bentuk kehidupan masyarakat yang memiliki dan yang untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari
mendukung karakteristik atau ciri tertentu yang kontrol sosial yang dapat menganalisa serta
membedakan dengan ciri masyarakat lain. Civil mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah
society jelas memiliki perbedaan fundamental yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat
dengan ciri masyarakat feodal. Oleh karenanya, banyak. Berbagai hal tersebut pada akhirnya akan
civil society pun memiliki prasyarat yang menjadi mengarah pada terciptanya independensi pers
karakteristiknya, antara lain: sehingga mampu menyajikan berita secara
objektif dan transparan; c) Supremasi Hukum (Law
Adanya ruang publik yang bebas (Free Enforcement). Setiap warga negara wajib tunduk
Public Sphare) kepada aturan-aturan hukum yang berlaku. Hal
Yang dimaksud dengan free public sphare adalah tersebut mengindikasikan bahwa segala bentuk
tersedianya ruang publik yang bebas sebagai perjuangan guna mewujud kan hak da n
wahana dalam menge mukakan pe nd apat. kebebasan antar warganegara dan antara warga
Dengan ruang publik yang bebas setiap individu negara dengan pemerintah haruslah dilakukan
berada dalam posisinya yang setara mampu sesuai dengan hukum yang berlaku. Di samping
melakukan transaksi-transaksi wacana, ide, itu, supremasi hukum juga memberikan jaminan
gagasan, dan praksis politik tanpa dihantui oleh dan pe rlindungan terhadap se gala bentuk
ancaman-a ncaman dari ke kuasaan. Secara penindasan individu dan kelompok yang melang-
teoritis, ruang publik dapat diartikan sebagai gar norma-norma hukum dan segala bentuk
wilayah di mana masyarakat sebagai warga penindasan hak asasi manusia sehingga tercipta
negara memiliki akses yang luas terhadap setiap sebentuk tatanan kehidupan yang civilized; d)
kegiatan publik. Warga negara berhak melakukan Perguruan Tinggi, merupakan tempat dimana
berbagai kegiatannya secara bebas dan merdeka, civitas akademikanya me njadi bagian dari
khususnya dalam hal menyampaikan pendapat, kekuatan sosial dan civil society yang bergerak
berkumpul dan berserikat. Singkatnya, untuk pada jalur moral force untuk menyalurkan aspirasi
mewujudkan civil society maka free public sphare masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan
tidak dapat dinafikkan kehadirannya. pemerintah. Sebagai bagian dari penegak civil
society, perguruan tinggi juga memiliki tanggung
Adanya Pilar Penegak jawab intelektual untuk menciptakan breakthrough
Yang dimaksud dengan pilar-pilar penegak civil dan ide-ide segar alternatif lainnya guna mencari
society adalah institusi-institusi yang menjadi pemecahan terhadap berbagai problematika yang
bagian dari kontrol sosial yang berfungsi untuk dihadapi oleh masyarakat luas; dan e) Partai
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang bersifat Politik (parpol) merupakan salah satu wahana
diskriminatif yang dikeluarkan pihak penguasa dan bagi warga negara untuk menyalurkan aspirasi

270
Iskandar Agung & Rumtini, Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

politiknya. Sekalipun memiliki tendensi politis dan nya. Kesenjangan ini terus bergulir, puncaknya
rawan akan hegemoni negara, tetapi sebagai adalah krisis nasional, yang dikenal dengan krisis
tempat berekspresi secara politik, maka parpol multidimensional yang menjadi dasar munculnya
dapat di kataka n juga menjadi bagian tak komitmen reformasi untuk membangun kerangka
terpisahkan dari pilar-pilar penegak civil society. sosial politik bagi terbentuknya civil society.
Keinginan tersebut muncul dihadapkan dengan
Budaya Civil Society kondisi dan situasi realitas sosial politik masa lalu
Budaya (culture) memiliki makna yang beraneka- yang didominasi oleh otoritarianisme. Memasuki
ragam, tergantung dari sudut pandang yang era reformasi berlangsung proses perubahan
digunakan oleh pakar yang bersangkutan. Dari politik yang sedang bergerak ke arah yang lebih
berbagai definisi yang dikemukakan oleh para terbuka dan demokratis. Sebagaimana aspirasi
pakar dapat ditarik kesimpulan, bahwa budaya kritis yang berkembang dari luar domain negara,
merupakan nilai, keyakinan, aturan, dan lain maka civil society yang sedang bangkit ini juga
sejenisnya yang menjadi acuan oleh individu- menuntut penghapusan berbagai hambatan
individu di dalamnya untuk mewujudkan perilaku struktural yang mengebiri demokrasi. Berbagai
sesuai dengan lingkungannya. Budaya dapat bentuk penataan politik yang dilakukan melalui
dikatakan sebagai mekanisme kontrol yang berbagai perubahan dan penyusunan perundang-
menstimulir dan mengendalikan individu dalam undangan baru, merupakan respon atas tuntutan-
mewujudkan tingkah lakunya. Dilihat dari sudut tuntutan politik untuk menjamin terbentuknya
fungsinya budaya dapat dipandang sebagai suatu pemerintahan yang dapat menunjang
pembentuk identitas diri dan perekat (glue), dan berkembangnya civil society secara maksimal.
sebagai pengendali sosial (social control) terhadap Namun demikian, perubahan politik secara
tindakan individu-individu di dalamnya. Di dalam struktural belumlah cukup jika tidak diiringi oleh
budaya suatu masyarakat mendukung orientasi perubahan secara kultural. Kenyataan mengenai
nilai masing-masing yang menjadi pedoman atau nilai-nilai yang tumbuh di dalam masyarakat
acuan bagi warganya dalam mewujudkan perilaku Indonesia menunjukkan adanya warisan budaya
sehari-hari. Lalu, nilai apa yang sesuai dengan feodalisme dan paternalisme yang sangat kental.
konsepsi civil society, terutama dalam konteks Aspek kultural ini perlu sesegera mungkin maupun
kepentingan penyebarluasannya di dalam ke- bertahap mengalami perubahan dan direduksi
hidupan masyarakat Indonesia. selaras dengan komitmen menuju civil society.
Tekad pendiri bangsa untuk membangun Artinya, civil society tidak hanya membutuhkan
bangsa yang memiliki rasa nasionalime dan perubahan secara struktural tetapi juga nilai yang
patrioti sme, nampa k jelas s ecara no rmat if selaras dengannya. Situasi yang berkembang
maupun empiris. Namun, dalam perjalanannya akhir-akhir ini dapat menerangkan kepada kita,
tekad itu tidak semulus seperti diharapkan, betapa tindakan kebebasan berupa demo-demo
kesenjangan antara tataran normatif dan empiris yang dilakukan oleh sekelompok orang kerap kali
masih tetap berlangsung yang diperlihatkan berakhir berbuntut pada pemaksaan kehendak,
melalui berbagai fenomena ideologis, sosial, semrawut, ricuh, dan bahkan menimbulkan peng-
politik, dan cultural dalam kehidupan masyarakat. rusakan.
Komitmen kebangsaan yang tertulis secara Di bawah ini dipaparkan beberapa nilai
normatif, bahwa “Pemerintah Negara Indonesia budaya yang perlu dikandung dan menyelimuti
melindungi segenap bangsa Indo nesi a dan kehidupan civil society, antara lain: 1) Demokratis,
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk warisan budaya feodalisme dan paternalisme
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan yang masih kental yang didukung oleh masya-
kehid up an bangs a dan ikut melaksanakan rakat Indonesia tidak sesuai dengan jiwa dan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, semangat civil society, sehingga perlu diubah
perdamai an aba di dan keadilan so sial ….” melalui upaya penumbuhan kesadaran d an
(Pembukaan UUD 1945), masih dihadapi dengan pemahaman makna demokratis dalam konteks
kesenjangan yang mengarah pada situasi sebalik- bangunan kehidupan civil society. Secara eksplisit,

271
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

demokrasi merupakan prasyarat nilai utama dalam ol eh kelompo k/golo ngan o rang terhada p
civil society. Dengan demokrasi dimaksudkan kelo mpok/gol ongan orang lainnya. Sal ing
kedaulatan di tangan rakyat, dan kehidupan mempercayai terhadap kedudukan masing-masing
berbangsa dan bernegara diselenggarakan individu dan kelompok dalam menjalankan peran
melalui perwakilan ya ng diperoleh s ecara masing-masing, merupakan prasyarat terbentuk
langsung, bebas, dan rahasia. Demokrasi juga dan berkembangnya civil society; 4) Saling
bermakna s ebagai kebeb asan berkumpul, Menghargai, orientasi nilai lain yang penting
berorganisasi, dan berpendapat. Perbedaan yang dikandung dan didukung dalam civil society adalah
ada merupakan rahmat yang harus dicarikan titik saling menghargai satu sama lain. Demokratisasi
temunya melalui cara-cara elegan, perundingan, tidak akan tumbuh dan berkembang secara baik
dan menguntungkan satu sama lain. Bukan dan sehat, jika tidak terdapat saling menghargai
melalui cara-cara penekanan, mementingkan diri sesama individu, kelompok, golongan, terutama
atau kelompoknya, dan mewujudkan sikap dan dalam mengemukakan gagasan/ide/pendapat.
perilaku anarkis dan destruktif; 2) Toleransi, Penekanan dari kelompok mayoritas terhadap
Bhinneka Tunggal Ika merupakan filosofi bangsa minoritas tidak dibenarkan, dan justru sebaliknya
dan negara yang telah dicetuskan oleh founding perlu dihargai sebagai suatu kehidupan masya-
father seja k Indone sia memprokl amirkan rakat yang majemuk/plural; 5) Sikap Kritis dan
kemerdekaan. Filosofi itu mencerminkan dukungan Rasional, penguatan civil society diperoleh apabila
terhadap nilai kehidupan yang didasarkan atas mampu membangun tatanan masyarakat yang
kemajemukan (plura list ik) se bagai suat u demokratis, partisipatoris, reflektif, kritis, dan
kesatuan, meski terdapat perbedaan ras, agama, rasional dari masyarakatnya, sehingga menjadi
dan sukubangsa. Kemajemukan dan perbedaan balancing power terhadap kecenderungan refresif
yang terkandung di dalamnya me nyirat kan dan eksesif dari negera. Kebebasan dan partisi-
pentingnya nilai dan sikap toleran individu dan pasi masyarakat ditumbuhkan melalui pemikiran
kelompok dari setiap ras, agama, maupun suku dan tindakan yang rasional, reflektif, dan kritis.
bangsa yang ada, termasuk dalam hal perbedaan Untuk itu, masyarakat memberikan kepercayaan
pandangan. Melalui nilai dan sikap toleransi akan terhadap kebenaran ilmiah yang didasarkan atas
terjaga suatu kehidupan yang harmonis, saling dat a dan info rmasi, kemudian mengambil
menghormati satu sama lain, serta meredam keputusan untuk mengembangkan gagasan / ide
benih-benih pertentangan yang mungkin terjadi; dan tindakannya secara rasional dan kritis, bukan-
3) Saling Mempercayai, Schein (1985) membahas nya berdasarkan kegegabahan dan emosional
mengenai asumsi dasar yang ada dalam setiap semata. Kritik muncul terhadap kebijakan peme-
budaya manusia, salah satunya berkaitan dengan rintah karena memang benar-benar dianggap
hubungan manusia dengan sifat manusia. Dalam melanggar asas keadilan, mengandung motivasi
hubungan ini penting diketahui apakah nilai tertentu, menguntungkan segelintir orang, dan
budaya yang didukung oleh suatu masyarakat bahkan dinilai merugikan dan membawa keseng-
memandang sifat manusia sebagai makhluk yang saraan untuk sebagian besar masyarakat; 6)
baik atau tidak baik, dipercaya atau kurang Keadilan, masyarakat pendukung civil society
dipercaya. Pengembangan kehidupan ke arah civil meyakini arti penting keadilan dalam menjalankan
society amat membutuhkan adanya orientasi nilai kehidupannya, baik dari segi hukum, ekonomi,
yang saling mempercayai satu sama lain dalam politik, dan sebagainya. Dari segi ekonomi,
segenap golongan dan lapisan masyarakat. Suatu keadilan bermakna adanya pendis tribusia n
kehidupan demokratis tidak akan muncul dan sumber daya yang adil dan merata untuk setiap
berkembang baik, apabila masyarakat kurang individu, kelompok, dan golongan mendapatkan
memberikan kepercayaan terhadap peran-peran kehidupan yang layak. Ketimpangan dalam
kelembagaan pemerintah maupun non pemerin- pendis tribusian akan mempe rl ebar j urang
tah yang kondusif. Sebaliknya, situasi demokratis pemisah antara golongan kaya dan miskin. Di sisi
sulit berkembang apabila masih terdapat upaya lain, keadilan juga menunjuk pada pemilikan
penekanan maupun intimidasi yang dilakukan kesetaraan di depan hukum, tanpa membedakan

272
Iskandar Agung & Rumtini, Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

status yang disandang seseorang atau sekelom- partisipasi masyarakat untuk berperan dalam
pok orang. Tindakan melanggar hukum dengan analisis perencanaan kegiatan dan pembentukan
serta merta akan terkena sanksi sesuai dengan atau penguatan kelembagaannya. Partisipasi
perbuatannya, tanpa memandang status, suku, bentuk ini cenderung melibatkan metoda inter-
dan lainnya; 7) Pertanggungjawaban, salah satu disipliner yang mencari keragaman perspektif
karakt erist ik ci vi l so ciet y adalah me mberi yang terstruktur dan sistematis, di mana masya-
kebe basan ba gi s etia p warganegara untuk rakat memiliki peran untuk mengontrol atas
berserikat dan berpendapat. Ke be basan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah
merupakan unsur balancing power yang dimiliki oleh dibuat b ersama dan memiliki andil dalam
masyarakat (individul dan kelompok) sebagai keseluruhan proses kegiatan; dan (g) mandiri ( self
pencerminan sikap kritis terhadap penyelenggara mobilization), di mana masyarakat mengambil
negara, namun hak berpendapat pun perlu inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi
disertai dengan tanggung jawab penuh, dan oleh pihak luar) untuk merubah sistem atau nilai-
menghindarkan adanya unsur pemaksaan, apa- nilai yang dijunjung bersama. Dalam bentuk
lagi bersikap anarkis dan destruktif. Dari sisi partisipasi ini, masyarakat memegang kendali atas
penyelenggara pemerintahan pun perlu disadari pemanfaatan sumber daya yang diberikan dan
adanya pertanggungjawaban terhadap masya- atau di gunakan; 9 ) Kejujuran, ke jujura n
rakat terhadap apa yang telah dikerjakan dan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan
dihasilkan; 8) Partisipatoris, iklim demokratis civil society. Upaya mencapai titik temu dari
membutuhkan partisipasi masyarakat terhadap perbedaan pendapat individu maupun kelompok,
se ge nap aspe k kehi dupan berbangsa dan tidak akan berlangsung apabila tidak disertai
bernegara. Partisipasi masyarakat merupakan dengan i khtikad baik dan jujur; 10) Goo d
masukan lingkungan (environmental input) yang Governance, civil society membutuhkan adanya
dapat membawa pada keberhasilan maupun pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Good
penyelenggaraan pembangunan dalam jangka governance bermakna pentingnya penyelenggara-
panjang dengan memberikan kontribusi yang an pemerintahan yang mendukung tata kelola
diperlukan. Beberapa bentuk partisipasi masya- yang kuat dan profesional, me lalui prins ip
rakat, antara lain: (a) partisipasi pasif atau pelayanan yang bertanggung jawab, bersih, dan
manipulatif. Ini merupakan bentuk paling lemah, berwibawa. Segenap hal ters ebut aka n
di mana masyarakat hanya menerima pemberi- memunculkan pencitraan publik yang positif dan
tahuan saja, tanpa mengetahui secara dalam keterpercayaan dari masyarakat; 11) Persamaan
tujuan dan sasaran keterlibatan mereka; (b) Gender, perbedaan jenis kelamin laki-laki dan
partisipasi informatif, di mana masyarakat diminta perempuan tidak berarti terdapatnya perbedaan
menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan dalam hak dan perlakuan memperoleh peluang /
kebutuhan pembangunan dilaksanakan, namun kesempatan yang sama dari berbagai aspek
tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempe- kehidupan. Perempuan memiliki hak yang sama
ngaruhi proses munculnya maupun terlibat dalam dalam memperol eh pendidikan, pekerjaan,
pelaksanaannya; (c) partisipasi konsultatif, di pemerintahan, dan sebagainya. Perempuan
mana masyarakat berpartisipasi dengan cara mampu berperan dalam memperbaiki dan mening-
berko nsultasi dengan pi hak penyelenggara katkan taraf hidup keluarga. Meski demikian, hak
pembangunan mengenai kebutuhan yang dan perlakuan yang sama hendaknya tidak harus
dihadapi; (d) partisipasi insentif, yakni partisipasi menyebabkan p erempuan meninggalka n
masyarakat dengan memberikan pengorbanan kodratnya, sebagai wanita yang melahirkan, ibu
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan suatu dari anak-anaknya, mengurus keluarga, penga-
pembangunan, meski tidak terlibat dalam proses suhan dan pendidikan anak, dan sebagainya; 12)
kegiatan sekolah itu sendiri; (e) partisipasi Counter-Balancing, civil society bersifat otonom dan
fungsional, yakni masyarakat terlibat ke dalam memiliki kapasitas politik yang mampu mewujud-
suatu kegia tan sesuai dengan fungsi yang kan balancing power untuk membendung kecende-
diharapkan; (f ) partisipasi interaktif, yakni rungan korup dan intervensionis kekuasaan. Civil

273
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

society bahkan menjadi sumber legitimasi negara lindungi dari kejahatan dan diskriminasi; (c) Hak
se rt a pada saat ya ng sama me nunj ukkan untuk mengembangkan diri, berup a upaya
kemampuan melahirkan sikap kritis-reflektif guna menanamkan pengetahuan, pemahaman, dan
meminimali sasi fre kuensi konfl ik di dalam kesadaran menikmati pengembangan pribadi
masyarakat. De ngan mempertahankan da n melalui pemenuhan kebutuhan primer, pendidikan
mengembangkan counter-balancing, masyarakat dan mengambil manfaat dari teknologi, ilmu
sipil memerankan dirinya sebagai alat kontrol pengetahuan, budaya, dan memiliki peningkatan
negara, bahkan perlawanan bagi kecenderungan kualitas hidup, memiliki peningkatan kualitas diri
otoritarianisme. Dalam civil society diperlukan dalam mencapai hak-hak kolektif untuk pengem-
masyarakat sipil yang kuat dan mapan sebagai bangan masyarakat, bangsa dan negara; (d) Hak
alat penekan, kontrol, dan komplemen atau masyarakat hukum adat, adalah upaya menanam-
suplemen terhadap seluruh kebijakan negara; 13) kan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran
Penghormatan Hak Asasi Manusia, meskipun bahwa adat dan tradisi yang didukung oleh suku-
Universal Declaration of Human Rights telah suku bangsa dijamin keberadaan, keberlangsung-
dilontarkan sejak tahun 1948 oleh Perserikatan an, dan dinilai sebagai kekayaan bangsa. Meski
Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai satu standar umum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
hak-hak asasi manusia, namun belum menjadi te rdapat perangkat peraturan perundang-
pedoman dan diterapkan sepenuhnya dalam undangan yang be rl aku nasional , namun
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. eksistensi hukum adat tetap dijamin keberlang-
Tuntutan penerapan ketentuan universal hak asasi sungannya dan menjadi acuan hidup suku-suku
manusia tersebut baru mencuat dan mulai diterima bangsa pendukungnya; (e) Hak untuk memper-
seiring pergantian pemerintahan tahun 1998 oleh kepastian hukum dan perlakuan sama di
yang lalu. Perhatian terhadap HAM tampak melalui depan hukum, yakni upaya menanamkan penge-
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No. tahuan, pemahaman, dan kesadaran bahwa
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia; dan setiap orang berhak menerima perlakuan sama
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun dalam hal keadilan dan hukum, memperoleh
1999 tentang Hak Asasi Manusia . Isu-isu utama pekerjaan dan memiliki kesempatan sama dalam
dipandang sebagai hak dasar yang secara kodrati pekerjaan di pemerintahan; (f) Hak memperoleh
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan keadilan, yakni upaya menanamkan pengeta-
langgeng, oleh karena itu harus dihormati, huan, pemahaman, dan kesadaran bahwa setiap
dimajukan, dipenuhi, dilindungi dan tidak boleh warganegara berhak memperoleh keadilan, dan
diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. diperlakukan adil baik sebagai kehidupan pribadi
Isu-isu utama tersebut, antara lain: (a) Hak untuk maupun sosial; (g) Hak atas kebebasan pribadi,
hidup, bermakna sebagai upaya untuk menanam- yakni be rupa penanaman penge tahuan,
kan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran pemahaman, dan kesadaran bahwa setiap orang
bahwa setiap orang secara individu, kelompok, berhak menerima status warga negara, memilih
maupun golongan dilindungi dan dijamin dalam kewarganegaraan, memiliki kebebasan beragama
melangsungkan kehidupannya, diperlakukan dan berkeyakinan, kebebasan berkelompok dan
setara di depan hukum. Segala bentuk yang berbicara; (h) Hak rasa aman, bermakna sebagai
mengarah pada tindakan des truktif dan upaya menanamkan pengetahuan, pemahaman,
menghilangkan hak hidup seseorang, kelompok, dan kesadaran bahwa setiap orang menerima
maupun golongan berupa tindakan diskriminatif perlindungan diri dan keluarga, perlindungan
dan genocide ditentang dalam kehidupan bangsa akhlak, barang-barang pribadi, mendapat
dan negara; (b) Hak berkeluarga dan melanjutkan perlindungan dari ancaman dan bebas dari
keturunan adalah sebagai upaya untuk menanam- siksaan dan kekejaman, memperoleh perlindung-
kan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran an suaka dari negara lain; (i) Hak kesejahteraan
kepada setiap orang dalam membangun keluarga sosial, yakni upaya menanamkan pengetahuan,
dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan, pemahaman, dan kesadaran bahwa setiap orang
melanjutkan kehidupan, membangun dan ter- berhak mendapat kehidupan secara jasmani dan

274
Iskandar Agung & Rumtini, Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

rohani yang baik, memperoleh fasilitas dan bangunan civil society. Masyarakat civil society
perlakuan khusus jika dibutuhkan; (j) Hak dalam memiliki karakteristik atau ciri dalam kehidupan-
pemerintahan, yakni menanamkan pengetahuan, nya, yang didasarkan atas nilai, norma, dan aturan
pemahaman, dan kesadaran bahwa setiap orang budaya yang selaras dengannya. Adanya lemba-
berhak memperoleh pekerjaan dan memiliki ga swadaya masyarakat (LSM) merupakan salah
kesempatan sama dalam pekerjaan di peme- satu karakteristik atau ciri dari civil society yang
rintahan. memiliki kedudukan dan peran sebagai kekuasan
penyeimbang dan pengendali penyelenggaraan
Peradaban Civil Society negara yang didasarkan atas nilai kebebasan
Pembicaraan tentang civil society mengarah pada dalam be rserikat dan berpe nd apat. Nilai
pengembangan kehidupan berbang sa dan kebebasan itu sendiri diselimuti oleh peradaban
bernegara yang menjunjung demokratisasi dan manusia yang sesuai dengan kehidupan masya-
peradaban (civilized). Artinya, masyarakat sipil (civil rakat modern. Hubungan antara karakteristik,
society) merupakan suatu konsep kehidupan budaya, dan peradaban civil society digambarkan
masyarakat yang bertumpu pada negara-bangsa dalam model sebagai berikut.
(nation-state) modern dengan membangun
budaya berkewarganegaraan (civic culture) dan Hubungan karakteristik, Budaya, dan
Peradaban dalam Civil Society
kepercayaan sosial (social trust). Dalam konteks
yang terakhir ini, pemaknaan peradaban (civilized)
mengacu pada komitmen kehidupan masyarakat Peradaban
yang dilandaskan a tas ji wa dan s emangat
Budaya
modernisasi. Lalu, apa itu peradaban masyarakat
sipil (civil society) yang salaras dengan jiwa dan
Karakteristik
semangat modernisasi?
Modernisasi sering dipertentangkan dengan
kehidupan masyarakat tradisional yang mendu-
Civil Society
kung pola feodalis dan paternalistik. Apabila dalam
kehidupan masyarakat feodal, struktur hubungan
warga masyarakat dihadapkan pada perbedaan
kedudukan hirarki yang ketat antara penguasa
dan rakyat (patron-client) yang didasarkan atas
ketergantungan sentimen emosional, dalam
kehidupan modern struktur hubungan lebih
didasarkan atas asas kesetaraan dan rasional.
Masyarakat yang mendukung civil society dengan
karakteristik, budaya, dan peradaban modern Revitalisasi Peran Guru, Kepala Sekolah, dan
memperlihatkan perbedaan prinsipil bila di- Pengawas
bandi ng ka n dengan kehidupan mas yarakat Inti pendidikan adalah penyebaran dan pena-
tradisional, feodalis, dan paternalistik.Dengan naman nilai, dan dengan nilai-nilai tersebut akan
sendirinya komitmen perubahan struktural dalam membuka cakrawala pengetahuan, kesadaran,
kehidupan politik memerlukan perubahan dengan dan pemahaman manusia terhadap lingkungan di
menghila ng kan se genap hal yang berbau sekitarnya. Mel alui pendi dikan merupaka n
trasidional, feodalisme, dan paternalistik ke arah instrumen strategis dalam upaya membentuk dan
jiwa dan semangat civil society tersebut yang lebih mengembangkan potensi dan kualitas sumber
bertumpu dan bera saskan kes etar aan dan daya manusia agar mampu mewujudkan perilaku
kebebasan. yang diharapkan (roles expectation).
Ur aian di atas memperlihatkan bahwa Komit me n bangsa dan negara untuk
terdapat hubungan integratif dan sinergis antara mendukung semangat demokrasi, mau tidak mau
karakteristik, budaya, dan peradaban dalam mengarah pada pembentukan, pengembangan,

275
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

dan penguatan civil society sebagai landasan tro nik, dan b ahan b elajar yang di gali dari
kehidupan di masa depan. Oleh karenanya, lingkungan masyarakat sebagai pengalaman
tantangan yang masih dihadapi adalah bagai- langsung (hand of experiences); Keempat, kelas
mana menjabarkan lebih lanjut karakteristik, PKn sebagai laboratorium demokrasi bukan
budaya, dan peradaban civil society dan menye- sekedar membutuhkan pemahaman, sikap, dan
barluaskan ke dalam segenap lapisan masyarakat perilaku demokratis melalui mengajar demokrasi
Indonesia. Salah satu unsur potensial adalah (teaching democracy), tetapi memerlukan model
melalui pendidikan guna menanamkan kesadaran pembelajaran yang secara langsung menerapkan
dan pemahamannya kepada peserta didik. Dalam cara hidup berdemokrasi (doing democracy).
konteks yang terakhir ini, ada dua elemen Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan
kegiatan yang dapat digunakan dalam penyebar- sebagai alat kendali mutu tetapi juga sebagai alat
luasan karakteristik, budaya, dan peradaban civil untuk memberikan bantuan belajar bagi perserta
society kepada peserta didik, yakni mengintegrasi- didik sehingga dapat lebih berhasil di masa depan.
kan ke dalam ke gi atan i ntrakurikule r dan Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk
ekstrakurikuler. Upaya yang perlu dijalankan ada- portofolio peserta didik dan evaluasi diri yang lebih
lah, bagaimana agar nilai-nilai yang terkandung berbasis kelas.
dalam karakteristik, budaya, dan peradaban civil Dalam kaitan dengan keseluruhannya itu,
society dapat menyelimuti dan menjadi acuan guru PKn sebagai salah satu komponen dalam
penerapannya dalam segenap kegiatan intra- siste m pembel ajaran dal am meningkatka n
kurikuler dan ekstrakurikuler tersebut? kemampuan siswa, dituntut untuk menguasai
kemampuan dan keterampilan yang berkaitan
Revitalisasi Peran Guru dengan proses pembelajaran PKn. Oleh karena-
Menurut Malik Fajar (2004), PKn memiliki peranan nya, upaya untuk meningkatkan kualifikasi dan
yang amat penting sebagai wahana untuk mutu guru PKn masih perlu dilakukan secara
mengembangkan kemampuan, watak dan sistematis agar terjadinya kesinambungan antara
karakter warga negara yang demokratis dan pendidikan guru melalui lembaga pendidikan
bertanggungjawab. Dalam mencapai tujuan tenaga kependidikan (LPTK), pelatihan dalam
tersebut, PKn perlu segera dikembangkan dan jabatan, serta pembinaan kemampuan profesional
dituangkan dalam bentuk standar nasional, guru secara berkelanjutan dalam mengelola
standar materi serta model-model pembelajaran proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar
yang efektif, dengan memperhatikan hal-hal yang merefleksikan karakter bangsa.
sebagai berikut: Pertama, PKn perlu mengem- Di samping itu, perlu disadari bersama bahwa
bangkan ke ma mpuan da sar te rkait de ng an pembangunan karakter bangsa bukan semata
kemampuan intelektual, sosial (berpikir, bersikap, merupakan urusan dan tugas guru PKn saja,
bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup tetapi serentak melibatkan seluruh guru lainnya.
bermasyarakat); Kedua, PKn perlu mengembang- Hal ini menyiratkan, bahwa upaya membentuk
kan daya nalar (state of mind) peserta didik/siswa dan membangun karakter bangsa juga merupakan
pengembangan kecerdasan (civic intelligence), tanggung jawab dan kewajiban segenap guru di
tanggungjawab (civic responsibility), dan parti- sekolah. Untuk itu pembangunan karakter bangsa
sipasi (civic participation) warga negara sebagai sangat membutuhkan revitalisasi peran guru,
landasa n pengembanga n ni lai dan peril aku berupa peningkatan penguasaan, kemampuan
demokrasi; Ketiga, PKn perlu mengembangkan dan keterampilan untuk mengintegrasikan ke
pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif dan dalam mata p elajar an yang menjadi tugas
pertisipatif dengan menekankan pada pelatihan pokoknya.
penggunaan logika dan penalaran. Untuk memfa- Persoalan revitalisasi dan integrasi ke dalam
silitasi pembelajaran PKn yang efektif memerlukan kegiatan intrakurikuler pendidikan karakter bangsa
pengembangan dan pengemasan bahan belajar tersebut, memerlukan dukungan kebijakan yang
interaktif dalam berbagai bentuk paket seperti memadai terkait dengan pelaksanaan tugas guru.
bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elek- Se jauh ini peme ri ntah telah mengelua rkan

276
Iskandar Agung & Rumtini, Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

seperangkat kebijakan mengenai guru, disertai yang sesuai dengan kedudukannya, yang lang-
dengan penerbitan peratuan Menteri Pendidikan sung maupun tidak langsung dapat berdampak
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 mengenai standar positif dalam membentuk karakter peserta didik /
minimal kualifikasi dan kompetensi guru. Jika siswa. Hal ini mensyaratkan bahwa diperlukan
disimak lebih dalam mengenai substansi yang revit alis asi be rupa penyesuai an terhada p
tertuang dalam Permendiknas tersebut, tidak Pe rmendiknas Nomor 13 Tahun 20 07 aga r
mencantumkan pentingnya kompetensi yang perlu memasukkan pula kompetensi kepala sekolah
dimiliki guru terkait dengan peran sebagai terkait dengan peran dan tugas sebagai pendidik
pembentuk karakter bangsa, sehingga guru di luar karakter bangsa. Artinya, dalam peraturan ter-
mata pelajaran PKn kurang menjadikannya sebut perlu mencakup penguasaan, kemampuan,
sebagai salah satu unsur dalam pelaksanaan dan keterampilan kepala sekolah sebagai pendidik
mengaja rnya. Oleh karenanya diperlukan nilai karakter bangsa sebagai satu satu dimensi
penyesuaian terhadap peraturan yang ada untuk kompetensi mengenai kepala sekolah.
mencantumkan pentingnya kompentesi dan peran
guru dalam membentuk karaktek peserta didik/ Revitalisasi Peran Pengawas
si swa yang s elaras dengan pe mbanguna n Salah satu pihak yang dinilai memiliki peran
karakter bangsa. penting dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan adalah Pengawas, sebagai
Revitalisasi Peran Kepala Sekolah unsur tenaga kependidikan yang memiliki tugas
Sama halnya dengan guru bagi kepala sekolah pokok memantau, mengawasi, dan mengevalusasi
telah pula diterbitkan Permendiknas Nomor 13 penye lenggaraan pendidi kan di s ekol ah/
Tahun 2007, merupakan salah satu upaya untuk madrasah terkait dengan hal-hal yang bersifat
meningkatkan kinerja kepala sekolah. Melalui administratif maupun akademik. Secara eksplisit,
peraturan ini mempersyaratkan perlunya kepala seorang Pengawas mendukung seperangkat
sekol ah memenuhi standar kualifikasi dan peran dan tugas yang tidak hanya mengawasi
kompetensi tertentu. Hal itu terutama mengenai jalannya penyelenggaraan pendidikan secara baik
persyaratan kompetensi, seorang kepala sekolah dan terarah, tetapi juga memberi masukan,
dituntut untuk memiliki lima kompetensi kemam- bantuan, bimbingan,dan arahan kepada kepala
puan, yakni: kompetensi kepribadian, kompetensi sekolah dan Pendidik/guru dalam melaksanakan
manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompe- tugasnya. Ada tiga hal pokok yang terkait dengan
tensi supervisi dan kompetensi sosial. Kelima tugas pengawas, yakni melakukan supervisi
kompetensi ini harus dapat terintegrasi ke dalam manajerial, supervisi akademik, dan supervisi
diri kepala sekolah, serta menjadi acuan dalam evaluasi. Guna mendukung pelaksanaan tugas
mewujudkan kinerja sebagai pimpinan di sekolah. pengawas, pemerintah telah mengeluarkan
Bukan itu semata, pemilikan kompetensi juga akan standar tentang pengawas yang dituangkan
membawa pada kemampuan kepala sekolah dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 yang
dalam mewujudkan seperangkat peran yang mencakup standar kualifikasi akademik dan
diembannya dalam menunjang penyelenggaraan kompetensi Pengawas.
pendidikan di sekolah/madrasah, antara lain: (a) Meski tidak berhubungan langsung dengan
peran managerial, (b) peran motivator, (c) peran proses pembelajaran kepada peserta didik/siswa,
fasilitator, (d) peran administrator, (e) peran tetapi pengawas dapat mendukung keberhasilan
supervisor, (f) peran evaluator, (g) peran pendidik/ at au kekur angberhasi lan penyel enggaraa n
edukator, (h) peran pencipta iklim sekolah, dan (i) pendidikan melalui peran dan fungsi yang di-
peran kewirausahaan. emban. Seorang pengawas tidak hanya berperan
Mengingat peran di atas, pada dasarnya melakukan pengawasan kepada pelaksanaan
kepala sekolah mendukung peran strategis dalam tugas pihak-pihak di sekolah, baik bersifat
upaya pembangunan karakter bangsa. Revitali- administratif maupun akademis, tetapi dituntut
sasi peran-peran kepala sekolah menjadi hal menjalankan peran membimbing dan membantu
mendesak agar mampu menjalankan peran-peran mencari pemecahan permasalahan yang dihadapi

277
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

sekolah. Seorang pengawas, baik yang berasal Simpulan dan Saran


dari pendidik/guru maupun bukan guru, dituntut Simpulan
untuk menguasai segenap hal yang berkaitan Komitmen menuju demokratisasi terkait dengan
dengan tugas pokok dan fungsi pembelajaran upaya menciptakan dan mengembangkan civil
guru, sehingga dapa t memerankan t ug as/ society dalam perjalanan kehidupan bangsa dan
pekerjaannya sebagaimana mestinya. Seorang negara di masa depan. Namun, upaya tersebut
Pengawas tida k akan dapat memberikan memerlukan kesadaran dan pemahaman segenap
masukan, bantuan, bimbingan, dan arahan yang lapisan masyarakat, termasuk peserta didik,
diperlukan guru, jika diri yang bersangkutan terhadap karakteristik, budaya, dan peradaban
kurang memahami secara baik mengenai segenap yang selaras dengan konsep civil society. Terlebih
hal yang berhubungan dengan pembelajaran, lagi jika berbagai tingkah laku yang diwujudkan
mulai dari pengembangan kurikulum pembela- oleh sebagian komponen masyarakat, justru
jaran, pemanfaatan metode pe mbel ajaran, masih bertolak belakang dengan nilai civil society,
sampai dengan proses evaluasi hasil belajar. berupa adanya pemaksaan kehendak, penekanan
Ditilik lebih dalam, pelaksanaan kepenga- dari golongan mayoritas terhadap minoritas,
wasan masih tertuju pada fungsi pengawasan tindakan anarkhis, dan lain sejenisnya. Tantangan
administratif yang menjadi tanggung jawab kepala yang masih dihadapi oleh masyarakat Indonesia
sekolah, maupun pengawasan akademik yang adal ah, baga imana menyeb arluaskan da n
terkait dengan pelakanaan pembelajaran oleh menanamkan nilai civil society tersebut dan
guru terhadap mata pelajaran yang diberikan. membangun karakteristik, budaya, dan peradab-
Pengawas masih menjalankan peran sebagai an yang selaras dengan modernisasi, tanpa
pihak yang me mberikan pengawasan dan melupakan jati diri dan keunikan sebagai bangsa.
penilaian yang berhubungan dengan upaya Salah satu instrumen potensial dalam penyebar-
penyebaran nilai-nilai karakter bangsa di sekolah. luasan dan penanaman nilai-nilai civil society
Dalam persyaratan kompetensi mengenai standar adalah melalui pendidikan.
kualifikasi dan kompetensi pun tidak secara tegas
mengemukakan adanya kompetensi yang terkait Saran
dengan pendidikan karakter bangsa sebagai Seiring dengan itu, sejumlah saran dikemukakan,
salah satu peran dan tugas yang perlu dijalankan yakni: (1) diperlukan upaya untuk meningkatkan
oleh seorang pengawas. kualifikasi dan mutu guru matapelajaran PKn
Revitalisasi peran dan tugas pengawas dalam secara sistematis berupa kesinambungan antara
pembangunan dan pembentukan karakter bangsa pendidikan guru melalui lembaga pendidikan
terhadap peserta didik/siswa di segenap satuan tenaga kependidikan (LPTK), pelatihan dalam
pendidikan merupakan hal yang penting untuk jabatan, serta pembinaan kemampuan profesional
diwujudkan. Peran pengawas tidak lagi hanya guru secara berkelanjutan dalam mengelola
mengacu pada tugas mengawasi dan mengeva- proses pembelajaran PKn; (2) untuk mendukung
luasi hal-hal yang bersifat administratif sekolah percepatan pembangunan karakter bangsa,
maupun pelaksanaan tugas guru terkait dengan hendaknya pi hak pe me ri ntah dae rah pe rl u
mata pelajaran yang diampunya, tetapi juga membuat Rencana Aksi Daerah Pembangunan
kemampuan kepala sekolah dan guru sebagai Karakter Bangsa, dengan tugas pokok mengiden-
agen atau mediator pendidikan karakter bangsa. tifikasi dan mengembangkan nilai-nilai karakter
Seiring dengan itu, diperlukan penyesuaian bangsa berbasis potensi lokal, serta mensosiali-
peraturan yang berhubungan dengan kompetensi sasikan secara meluas melalui wadah-wadah
pengawas untuk melakukan pengawasan dan profesi, seperti kelompok kerja guru (KKG)/
penilaian terhadap pendidikan karakter bangsa musyawarah guru mata pelajar an (MGMP),
di sekolah. Re-evaluasi terhadap peraturan yang Kelompok Kepala Sekolah, Asosiasi Pengawas, dan
ada kiranya perlu dilakukan oleh pemerintah untuk sebagainya; (3) diperlukan pengembangan model
mendukung peran pengawas terhadap upaya yang dapat digunakan sebagai pedoman atau
pembangunan karakter bangsa. acuan dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter

278
Iskandar Agung & Rumtini, Civil Society dan Pendidikan Karakter Bangsa

bangsa ke dalam kegiatan intrakurikuler dan melengkapi aspek pembangunan karakter bangsa
ektrakurikuler; (4) pendidikan karakter bangsa sebagai salah satu peryaratan kompetensi yang
bukan hanya merupakan tugas dari guru PKn perlu dimiliki oleh ketiga pihak tersebut sesuai
saja, melainkan juga guru dari mata pelajaran dengan tugas masing-masing; (5) perlu pengem-
lainnya dengan cara mengintegrasikan ke dalam bangan model-model Continuing Professional
materi pelajaran yang ada. Untuk itu diperlukan Development (CPD) mengenai karakter bangsa
penyesuaian peraturan mengenai kompetensi sebagai wahana pembelajaran terus-menerus
Kepala Sekolah, Guru, dan Pengawas, dengan bagi Kepala Sekolah, Guru, dan Pengawas.

Pustaka Acuan
Culla, Adi Suryadi, Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi,
Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1999.
Fajar, Malik, 2004. Pendidikan Kewarganegaraan Menuju Nation and Character Building, Jakarta: Semiloka
Nasional tentang Revitalisasi Nasionalisme Indonesia.
Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Madjid, Nurcholis, Asas-Asas Pluralisme dan Toleransi dalam Masyarakat Madani, dalam Abuddin Nata
(ed), Problematika Politik Islam di Indonesia, Jakarta, 2002.
Permendiknas No. 12 Tahun 2007
Permendiknas No. 13 Tahun 2007
Rahardjo, Dawam, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial, Jakarta:
LP3ES, 1999 .
Schein, E.H., Organizational Culture and Leadership, San Fransisco: Jossey-Bass publishers, 1985.
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UU RI Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

279

Anda mungkin juga menyukai