Anda di halaman 1dari 5

Marelle

Sore itu, hujan baru saja berhenti. Rintik-rintik hujan perlahan menghilang
digantikan dengan kilau cahaya keemasan mentari yang baru saja berencana untuk
beranjak pergi. Marelle berdiri didepan jendela diruang tengah. Tatapannya terpaku
pada kilau cahaya yang menyadarkannya kalau tidak ada lagi rintik hujan yang
tersisa. Sebuah kuluman senyum kecil terbingkai dibibirnya. Diambilnya buku kecil
kecil kesayangannya yang selalu ia bawa kemana-mana. Alangkah baiknya kalau ia
pergi ke kota sebelum petang pikirnya.
Namanya Marelle. Elizabeth de Marelle nama lengkapnya. Dia tinggal
disebuah desa kecil yang tidak jauh dari sebuah kota kecil bernama Nortown. Marelle
berasal dari keluarga peternak yang sangat sederhana. Ayahnya, Mr. Beogard de
Marelle dan Ibunya, Marillyn de Marelle adalah sosok yang sangat dihormati oleh
orang-orang didesanya. Hal itu karena Mr. Marelle adalah sosok yang paling banyak
membantu orang-orang didesa tersebut.
Marelle bukan anak tunggal, dia memiliki kakak perempuan yang sangat
cantik bernama Crystallin de Marelle. Dia juga memiliki dua adik perempuan yang
juga cukup cantik bernama Lara de Marelle dan Lea de Marelle. Marelle sangat
menyayangi ketiga saudaranya. Dia selalu menjadi pendengar yang baik saat Lea dan
Lara berkeluh kesah. Akan tetapi, berbanding terbalik dengan Lea dan Lara, Marelle
lebih mirip dengan Allin. Dia sangat tertutup mengenai masalah pribadinya dan tidak
pernah menceritakannya pada siapapun. Dia bahkan lebih memilih untuk
menghabiskan waktunya sendirian atau berjalan-jalan bersama dengan Allin.
Sore itu, Marelle berencana untuk pergi ke Nortown. Dia memerlukan
beberapa buku untuk menambah wawasan. Hal tersebut sangat penting bagi Marelle,
karena itu adalah salah satu cara dia bisa melihat dunia luar dengan cara yang
berbeda dari yang biasa para wanita desa lakukan. Wanita-wanita didesanya biasanya
menghabiskan waktu untuk bersolek dan berjalan-jalan untuk mencari para pria
idaman di kota-kota terdekat. Tetapi, itu tidak berlaku pada Marelle. Diusianya yang
menginjak dua puluh lima tahun, Alih-alih berdandan, Marelle malah menghabiskan
waktunya dengan menjelajah hutan, membaca, menyulam, dan bermain piano persis
seperti yang Allin biasa lakukan. Dia bahkan belajar bagaimana cara bersopan santun
sebagai seorang wanita. Dia bahkan juga membaca buku detective untuk mengasah
otaknya.
Marelle masih berdiri didekat jendela. Tiba-tiba Allin mengejutkannya dari
belakang. Wanita 26 tahun tersebun terlihat sangat cantik, dengan gaun putih panjang
dan rambut tergelung acak. “ Betsy, kamu jadi ke Nortown ?” tanyanya pada Marelle
yang masih termenung didekat jendela.
Marelle menoleh pada Allin, dianggukkannya kepalanya pelan mengkode
Allin. “ Oh, Allin, ya tentu.” Jawabnya pelan dengan senyum lebar. “ Kau mau ikut,
atau mau titip sesuatu, aku akan segera berangkat.” Sambung Marelle lagi dengan
kening terangkat setengah bertanya.
Allin menatap Marelle dengan tatapan yang dalam. Dari sorot matanya
terlihat jelas kalau ia sedang berpikir. “Aku akan pergi ke Nortown denganmu.” Ujar
Allin dan langsung dibalas dengan senyum lebar nakal Marelle. Allin hanya
tersenyum kecil.” Aku akan mengambil topi dan kaos tanganku, tunggu aku
sebentar.” Sambungnya lagi setelah itu langsung pergi meninggalkan Marelle.
Marelle berjalan menuju kearah pintu depan. Tidak lama kemudian Allin
mengikutinya dibelakangnya. Tampak begitu anggun dengan gaun putih panjang,
sepatu boots kulit, topi lebar dan kaos tangan ungu. Dia tampak seperti wanita
bangsawan. Marelle tersenyum melihat Allin. “Ayo.” Seru Marelle sambil berjalan
disamping Allin.
Belum sempat Marelle dan Allin melangkahkan kakinya keluar rumah, tiba-
tiba ayah mereka mengejutkannya. “ Allin, Betsy, kalian mau kemana ?” Tanya Mr.
Beogard.
“ Nortown Ayah.” Jawab Allin pelan, disambung dengan anggukan Marelle.
“Betsy, Allin hari ini sebaiknya kalian tidak pergi ke Nortown ayah dengar
ada kekacauan di Nortown. Ayah tidak ingin terjadi hal buruk pada mu dan juga
Allin.” Marelle tertegun mendengar pernyataan ayahnya yang penuh kekhawatiran.
“ Kekacauan apa ayah?” Tanya Allin belum mengerti.
“Entahlah sayang, sekelompok perampok menjarah beberapa toko di
Nortown. Mereka juga menculik dan membunuh beberapa wanita dan anak kecil,
Ayah tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian.” Marelle dan Allin terkejut
mendengar informasi dari ayahnya. ‘Bagaimana mungkin?’ itu adalah kata-kata yang
terselip di benak mereka.
Marelle, Allin dan ayahnya terduduk diruang tamu. Sejenak ayahnya berdiri
dan menutup pintu, dan kembali duduk lagi. “ Dimana ibumu dan adikmu ?” Tanya
Mr. Beogard dengan nada khawatir. Allin dan Marelle menggeleng bersamaan.
“Mungkin di dapur.”jawab Marelle pelan dengan alis sedikit mengkerut.
“Ayah khawatir mereka akan kedesa kita.” Sambungnya lagi masih dengan
nada khawatir. “Betsy, Allin ikut ayah.” Seru Mr. Beogard kepada kedua putrinya.
Mereka berjalan menuju dapur, disana mereka bertemu dengan Lea, Lara dan juga
Mrs. Maryllin yang tengah menata rambut ikal mereka. Mr. Beogard membisikkan
beberapa kata yang tidak terdengar oleh keempat anaknya kepada istrinya. Tanpa
aba-aba, Mrs.Maryllin langsung menggiring keempat putrinya tersebut mengikuti
suaminya. Dengan berjalan setengah mengendap-endap, mereka akhirnya sampai di
gudang belakang dimana mereka biasa menyimpan jerami pakan ternak, cadangan
makanan dan beberapa tong anggur fermentasi.
Mr. Beogard langsung menutup pintu gudang. Kemudian dia memindahkan
beberapa tumpukan jerami yang menutupi tiga tong anggur besar. Dibantu oleh
Marelle, Mr.Beogard menggeser tong tersebut dan membuka papan penutup yang
sejajar di lantai. Kemudian menyuruh Marelle, Allin, Lea, Lara dan istrinya untuk
menuruni tangga yang tertutup oleh papan tersebut. Tangga menuju bawah tanah
tersebut sangat sempit dan hanya bisa dilewati oleh satu orang.
Setelah bersusah payah melewati tangga tersebut, mereka akhirnya berhasil
sampai diruangan bawah tanah. Meski tidak terlalu besar,tempat tersebut sungguh
rapi, terang, hangat dan bersih untuk ukuran ruang bawah tanah. Mereka bahkan juga
memiliki cadangan makanan cukup satu bulan dibawah sana untuk bertahan hidup.
Setelah mengecek beberapa fasilitas ruangan, Mr. Beogard kemudian beranjak untuk
naik kembali kerumahnya.
“ Ayah ! “ seru Marelle. ”Ayah mau kemana ?”teriak Marelle
Mr. Beogar menoleh pelan kepada ke empat putrinya. Dipelukamua mereka
dengan penuh hangat. “Ayah akan menjaga diatas” `balas Mr. Beogard dengan wajah
sendu. Marelle sangat sedih melihat ayahnya pergi, entah kenapa ia memrasa itu akan
menjadi terakhir kalinya ia melihat ayah tercintanya. “ Ayah, biarkan aku pergi
bersamamu.” Seru Marelle.
Mr. Beogard menoleh sekilas kepada putri kesayangannya. Dia tersenyum
sekilas, semudian menggelengkan kepala. “ Tidak sayang, kau harus menjaga mereka
untuk ayah” jawab ayahnya dengan sedih. Kemudian dia naik kembali ke gudang.
Setelah sampai diatas, Mr. Beogard langsung menutuppapan kayu tersebut dan
kembali menutupnya dengan menindihnya dengan tumpukan jerami ringan.
Malam itu Mr. Beogard masuk kedalam rumahnya. Dia bersikap soalah
semua baik-baik saja. Tipa-tiba, ketika ia sedang meminum segelas Teh diruang
tengah, sekelompok orang menggedor pintu rumahnya dengan sangat keras. Pelan-
pelan Mr. Beogard berjalan menuju pintu dan membukanya.dengan wajahnya yang
sangat santai, Mr. Beogard menyembunyikan ketakutannya.” Maaf, ini ada apa ?”
seru Mr. Beogard.
Sekelompok pria tersebut menatap Mr.Beogard dengan sangat sinis.
Senyuman menghina menghiasi wajah mereka masing-masing.”Mr. Beogard de
Marelle.” Ucap salah satu dari mereka.”Bukankan kau memiliki empat putri tercantik
didesa ini? “ sambungnya lagi dengan seuntai senyum yang sangat menjijikkan
dimata Mr. Beogard.
Mr.Beogard merasa tersulut emosi, akan tetapi ia berupaya untuk
menenangkan diri.”Apa maksud kalian ?” balas Mr. Beogard dengan sedikit terbata.
“Dimana mereka?” teriak mereka dengan sangat kasar.
Mr. Beogard menggeleng dengan sangat sinis,” Kalian tidak akan pernah
menemukan mereka. Karena aku sudah mengirimnya jauh ke Netherfield. Kota aman
yang sangat jauh dimana orang-orang tak berguna seperti kalian tak bisa berkutik”
Serunya dengan penuh emosi.
Salah seorang pria sangat marah mendengar jawaban Mr. Beogard.
Kepalanya manggut-manggut dengan sangat kasar. Dikeluarkannya sepucuk pistol
dari kantong sakunya. Kemudia dijambaknya rambut Mr.Beogard dengan tangan
kirinya dengan sangat kasar. Dia tersenyum mengejek sambil menatap pria
tersebut.”Benar.” teriaknya dengan sangat kasar. ”Mungkin sekarang kau
mengirimnya kekota yang aman. Tapi satu hal yang harus kau ingat pria tua. Istri dan
putri tercinta tidak akan pernah lupa pada ayahnya.” Sambungnya lagi dengan nada
sinis. “Dan saat tiba saatnya, aku akan memiliki mereka, menyiksa mereka dan
membuat mereka merasakan apa yang akan kau rasakan. Hari ini…” pria tersebut
melepaskan cengkeraman tangannya pada kepala pria tua tersebut. kemudian dengan
sekali gerakan. Duarrr….
Darah segar mengalir dari pelipis pria tua tersebut. Menyisakan panggilan
terakhirnya pada putri tercintanya sebelum ia menghembuakan napas terakhirnya.
Marelle…

BERSAMBUNG

Anda mungkin juga menyukai