Un model menggunakan Istilah “konvention” yang artinya perjanjian,sedangkan P3B
menggunakan istilah “Agreement” yang artinya persetujuan.
Pasal 1 (Orang yang tercakup)
Pasal 1 UN model mengenai subjek pajak yang di cakup yaitu subjek pajak yang menjadi penduduk salah satu atau kedua negara yang terikat persetujuan. Perbedaan dengan P3B,UN model mengatasnamakan “Convention” sedangkan P3B menggunakan “Agreement”. Pasal 2 (pajak yang tercakup) Tidak ada perbedaan,yaitu sama-sama mengenakan pajak atas pajak penghasilan dan atau modal. Perbedaanya P3B hanya mencakup wilayah teritorial Indonesia.
CHAPTER II (Definition)
Pasal 3 (definisi umum)
Baik UN model maupun P3B indonesia pada umumnya tidak ada perbedaan. Pada pasal 3 ayat 1 model indonesia menambahkan istilah indonesia,yaitu suatu wilayah teritorial dari Republik Indonesia sebagai mana ditentukan dalam hukumnya, dan bagian dari landasan kontmental dan laut yang berbatasan dengan Republik Indonesia yang mempunyai kedaulatan, hakkedaulatan atau jurisdiksi menurut hukum internasional. Pada pasal 3 ayat 1 huruf (E), istilah lalu lintas internasional menurut model Indonesia adalah jasa angkutan oleh kapal atau pesawat udara yang di operasikan oleh sebuah perusahaan yang di Negara yang terikat persetujuan, kecuali jika kapal laut atau pesawat udara itu semata-mata dioperasikan antara tempat-tempat yang berada di Negara pihak ada persetujuan lainnya. Pasal 4 (Penduduk) 1. UN Model, menambahkan kalimat “place of incorporation” yaitu berdasarkan tempat perusahaannya sebagai salah satu definisi penduduk suatu Negara yang terikat UN Model. Sedangkan P3B tidak mengikut sertakan “place of incorporation” 2. UN model menggunakan status kewarganegaraan dalam mendefinisikan status kependudukan sedangkan P3B tidak menggunakan status kewarganegaraan dalam memecahkan status kependudukan ganda. 3. Model Indonesia mengganti istilah Convention dengan Agreement 4. Model Indonesia tidak menggunakan pasal 4 ayat 2 huruf d Pasal 5 ( Bentuk Usaha Tetap ) 1. BUT jenis Aktivitas yang di maksudkan oleh UN model adalah sebuah bangunan,Kontruksi,Proyek Intalasi di anggap BUT apabila kegitanya berlangsung lebih dari 6 bulan sedangkan didalam P3B BUT bedasarkan aktivitasnya di atur dalam pasal 5 ayat (3) yaitu sebuah bangunan, kontruksi,Proyek Instalasi di anggap BUT apabila kegiatannya berlangsung lebih dari 2 bulan. 2. BUT aktiva menurut UN model tidak memasukan gudang,gerai penjualan, pertanian,tempat pengeboran minyak atau kapal kerja yang digunakan untuk explorasi dan exploitasi sumber kekayaan alam sebagai objek BUT.model P3B Indonesia bahwa BUT termasuk gudang,gerai penjualan, pertanian,tempat pengeboran minyak atau kapal kerja yang digunakan untuk explorasi dan exploitasi sumber kekayaan alam .Model P3B menambahkan Pengecualian BUT untuk pengurusan suatu tempat tertentu dari suatu usaha yang semata mata untuk tujuan iklan dan penyediaan informasi. 3. BUT Agen menurut UN model Yaitu apabila kegiatan agen seluruhnya atau hampir seluruhnya di lakukan atas nama perusahaan tersebut karena di anggap sebagai agen yang berdiri sendiri sedangkan BUT agen menurut P3B yaitu apabila membuat atau melakukan proses barang-barang perusahaan atau barang persedian untuk perusahaan induk disuatu negara lain.
CHAPTER III (Taxation on Income)
Pasal 6 Pendapatan Harta Tidak Bergerak
Model UN dan Indonesia dalam pasal 6 ayat 4 menambahkan kaliamat untuk di kenakan pajak atas harta tidak bergerak juga terhadap penghasilan dari harta tak bergerak yang di gunakan untuk pelaksanaan jasa-jasa profesi.untuk ayat lainya dalam pasal 6 model UN,OECD dan Indonesia tidak ada perbedaan. Pasal 7 Laba Usaha P3B Indonesia tidak menggunakan pasal 7 ayat 4 yang terdapat dalam UN Model, yaitu Indonesia tidak menggunakan rumus atas suatu pembagian laba BUT, namun menggunakan perbandingan omzet untuk menentukan biaya yang wajar, bagi BUT di dalam negeri dengan neraca konsolidasi. Pasal 8 Pengiriman, Transportasi Air, Darat, Udara 1. Pasal 8 ayat 1 UN Model menerapkan pemajakan di negara domisili, sementara Model Indonesia menerapkan pemajakan di negara sumber, tetapi pajak yang dikenakan akan dikurangi dengan jumalah yang sepadan dengan 50% dari padanya. 2. UN Model pada pasal 8 ayat 2 mengatatur bahwa laba usaha yang berasal dari pengoperasian perahu yang dipergunakan dalam pengangkutan sungai hanya dapat dikenai pajak di negara dimana pimpinan perusahaan yang sebenarnya berada. Sementara, Model Indonesia pada pasal 8 ayat 2, mengatur bahwa laba yang berasal dari pengoperasian pesawat udara dalam jalur lalu lintas internasional, hanya akan dikenakan pajak di negara pihak pada persetujuan dimana perusahan yang mengoperasikan pesawat tersebut berkedudukan. 3. UN Model terdapat alternatif b sedangkan Model Indonesia tidak. Pasal 9 Hubungan Istimewa UN Model dalam pasal 9 ayat 3 mengatur tentang ketentuan – ketenuan yang bisa membatalkan hubungan istimewa, sedangkan Model Indonesia menyatakan bahwa suatu negara yang terikat persetujuan tidak akan merubah laba dari sebuah perusahaan dalam keadaan sesuai pada ayat 2 setelah habis batas waktu yang disajikan dalam hukum perpajakannya. Pasal 10 Dividen 1. Model Indonesia, dalam Pasal 10 ayat 2, menambahkan bahwa pembebanan pajak tidak melebihi ..... persen dari jumlah kotor dividen. Ayat ini tidak akan mempengaruhi pajak perusahaan menyangkut dividen dibayar dari laba mana yang dikeluarkan. 2. Pasal 10 ayat 5, Model Indonesia menambahkan bahwa Laba BUT akan dikenakan pajak tambahan menurut hukum Undang-undang perpajakan Indonesia, dan pajak tersebut tidak melebihi ...... per sen dari jumlah laba setelah dikurangi Pajak Penghasilan. 3. Model Indonesia tidak menerapkan Pasal 10 ayat 5 dalam UN Model. 4. Model Indonesia, menambahkan Pasal 10 ayat 6, ketentuan pada ayat 5 dari pasal ini (Pasal 10), tidak mempengaruhi ketentuan yang terkandung dalam Kontrak Bagi Hasil Minyak dan gas yang telah diputuskan oleh pemerintah Indonesia. Pasal 11 Bunga 1. Pasal 11 ayat 4, UN lebih menjelaskan bahwa untuk tidak dikenakan obyek bunga adalah apabila ia menjalankan pekerjaan bebas di negara lainnya melalui suatu tempat tetap yang berada disana. 2. Model Indonesia, menambahkan Pasal 11 ayat 3, yang menyatakan bahwa bunga yang diterima oleh pemerintah, negara bagian atau pemerintah daerah, akan dibebaskan pengenaan pajaknya. Pasal 12 (Royalti) Pasal 12 ayat 3 di Indonesia Model, Istilah " royalti" lebih diperjelas yaitu pembayaran secara berkala atau bukan, dan dalam bentuk apapun yang dibuat sebagai pertimbangan untuk: 1. penggunaan dari, atau hak untuk menggunakan, hak cipta apapun, hak paten, disain atau model, rencana, rumusan yang rahasia atau cara pengolahan, merek dagang atau hak milik lainnya atau hak atau ; 2. penggunaan dari, atau atau hak menggunakan industri, perdagangan atau pengetahuan perlengkapan-perlengkapan industri, 3. persediaan dari informasi atau pengetahuan ilmiah, teknis, pengetahuan komersil atau industri atau informasi; atau 4. persediaan tentang segala bantuan yang pokok atau sampingan tentang hak kekayaan atau hak milik sebagaimana di sebutkan dalam subparagraph ( a), apapun peralatan seperti tersebut didalam subparagraph ( b) atau apapun pengetahuan atau informasi seperti seperti tersebut didalam sub-paragraph ( c); atau 5. penggunaan dari, atau hak untuk penggunaan: a. film gambar hidup; atau b. film atau video untuk digunakan dalam penguhung dengan televisi; atau c. tape untuk digunakan dalam penghubung dengan siaran radio. Pasal 13 (Keuntungan Dari Harta tak Bergerak) Model Indonesia tidak menerapkan pasal 13 ayat 4 dan 5 dalam UN Model. 1. Keuntungan dari pemindahtanganan saham-saham dari suatu perusahaan, atau penyertaan dalam suatu persekutuan, trust (jaminan) atau tanah milik, yang aktivanya secara langsung maupun tidak langsung terutama terdiri dari harta tak bergerak di salah satu negara dapat dikenai pajak di negara tersebut. Khususnya: 1) Ketentuan pada ayat 4 diatas tidak berlaku terhadap perusahaan, persekutuan, jaminan atau tanah milik, kecuali perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan atas harta tak bergerak, yang terdiri dari secara langsung atau tidak langsung sebagian besar harta tak bergerak yang digunakan oleh perusahaan, persekutuan, trust (jaminan) atau tanah milik tersebut dalam kegiatan usahanya. 2) Yang dimaksud dengan “terutama” pada ayat ini dalam hubungannya dengan pemilikan atas harta tak gerak adalah jika nilai dari harta tersebut melebihi lima puluh persen dari keseluruhan harta yang dimiliki oleh perusahaan, persekutuan, Jaminan atau tanah milik tersebut. 2. Keuntungan dari pemindahtanganan saham-saham selain yang disebutkan dalam ayat 4 yang mewakili partisipasi dari ……persen (persentasenya ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara dua negara yang mengadakan perjanjian) di sebuah perusahaan yang berdomisili di salah satu negara dapat dikenakan pajak di negara itu.
Pasal 14 (Pekerjaan Bebas)
Untuk model Indonesia pasal 14 ayat 1 huruf a dan b, sudah di atur dalam pasal 14 ayat 1. Pasal 15 (Pekerjaan dan Hub. Kerja) Dalam pasal 15 ayat 3, Indonesia model tidak mengatur penghasilan pekerja di atas perahu dalam pengangkutan sungai, yang dapat dikenakan pajak di negara yang terlibat dalam persetujuan dimana pimpinan perusahaan berada. Pasal 16 “Penghasilan Direktur” Tidak ada perbedaan dalam pasal 16 baik UN Model maupun P3B Indonesia. Namun dalam P3B Indonesia menambahkan dengan memperjelas bahwa penggajian seseorang yang diperoleh perusahaan menyangkut seorang manajer atau teknisi dikenakan pajak berdasarkan pasal 15 Pasal 17 “Penghasilan Artis dan Atlit” UN Model menggunakan istilah Sportpersons untuk olahragawan, sedangkan P3B Indonesia menggunakan istilah Athlete. P3B Indonesia menambahkan pembebasan pajak apabila penghasilan yang diperoleh dari aktivitas yang dilakukan berupa kunjungan ke negara lain secara keseluruhan atau hakikatnya didukung oleh dana salah satu atau kedua negara yang mengadakan persetujuan. Pasal 18 “Penghasilan Pensiun dan Pembayaran Berkala” UN Model mengatur pasal 18 ayat 2 mengenai alternatif a dan b. Sedangkan P3B Indonesia menambahkan tentang ketentuan istilah anuitas (tunjangan tahunan). Pasal 19 “Jasa Pemerintah” Tidak ada perbedaan dalam pasal 19 baik UN Model maupun P3B Indonesia. Pasal 20 Pelajar 1. Model UN Pembayaran yang diterima oleh pelajar atau pemagang yang merupakan penduduk atau segera sebelum mengunjungi suatu negara merupakan penduduk negara lainnya dan berada di negara yang disebut pertama sematamata untuk keperluan hidup, mengikuti pendidikan atau pelatihan, tidak akan dikenai pajak di negara itu sepanjang pembayaran- pembayaran tersebut berasal dari sumber-sumber di luar negara itu. 2. MODEL INDONESIA menjelaskan tentang Perorangan yang berkunjung untuk sementara ke suatu Negara dan yang diundang oleh Pemerintah dari negara yang terikat persetujuan tersebut pertama atau dari suatu Universitas, perguruan tinggi, sekolah, musium atau institusi budaya di negara Yang yang disebut pertama, atau di bawah suatu program acara pemerintahan tentang pertukaran budaya, hadir oleh karena Contracting State/negara yang terikat persetujuan untuk suatu periode tidak melebihi dua tahun yang berurutan semata-mata untuk kepentingan pengajaran, memberi ceramah kuliah atau menyelesaikan riset pada institusi tersebut akan dibebaskan pajak di negara yang terikat persetujuan atas sejumlah penggajian yang diperoleh dari aktivitas tersebut, dengan ketentuan bahwa pembayaran dari penggajian tersebut diperoleh dari negara lain yang Terikat persetujuan. PASAL 21 Pendapatan Lain-lain 1. MODEL UN menambahkan ayat tambahan bilamana penghasilan lain-lain tidak diatur dalam tax treaty, maka dikenakan pajak di negara sumber penghasilan. 2. MODEL INDONESIA hanya mengatur satu ayat dalam pasal 22 tentang pendapatan lain-lain, yaitu Jenis-jenis penghasilan lainnya dari salah satu negara, dari mana pun asalnya, dan tidak tunduk kepada Pasalpasal terdahulu dalam persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di negara tersebut, selain dari pendapatan dalam wujud lotere, hadiah akan dikenakan pajak di negara itu. PASAL 22 Modal 1. MODEL UN Kekayaan berupa harta tidak bergerak sebagaimana disebut pada pasal 6, yang dimiliki oleh penduduk dari salah satu negara dalam perjanjian dan berada di negara lainnya, dapat dikenai pajak di negara lainnya. 2. MODEL INDONESIA tidak mengatur pajak atas kekayaan namun mengatur pajak pendapatan, Pengalihan Tanah dan Bangunan juga dimaksudkan adalah pendapatannya yang dikenakan pajak.
CHAPTER V Metode Eliminasi Pajak Berganda
PASAL 23 Metode Pembebasan
1. MODEL UN Apabila seorang penduduk suatu Negara Pihak pada persetujuan memperoleh penghasilan atau kepemilikan harta yang berdasarkan ketentuan- ketentuan dari perjanjian ini, dapat dikenai pajak di Negara lainnya, negara yang disebut pertama, tunduk pada pasal-pasal dari ayat 2 dan 3, membebaskan penghasilan atau kekayaan dari pengenaan pajak. 2. MODEL INDONESIA hanya mengatur satu ayat dalam Pasal 23 A, Tax Treaty, yaitu Di mana penduduk dari suatu negara yang terikat persetujuan memperoleh pendapatan dari negara Lain yang Terikat persetujuan, jumlah pajak terutang di negara Lain yang Terikat persetujuan menurut Perjanjian ini, dapat dikreditkan terhadap pajak di negara yang terikat persetujuan yang tersebut pertama di tempat ia berkedudukan. Jumlah kredit, bagaimanapun, tidak melebihi jumlah pajak atas negara yang terikat persetujuan yang tersebut pertama pada pendapatan itu dihitung menurut peraturan dan hukum perpajakan nya.
CHAPTER VI Modal Perpajakan
Pasal 24 Non discrimination (tidak diskriminasi)
Tidak ada perbedaan antara model UN&OECD sedangkan model indoesia tidak menerapkan pasal 24 ayat 2 dan ayat 6 model UN dan menambah kententuan pada ayat 5 yaitu: pada pasal ini istilah perpajakan berati pajak pajak yang tunduk pada perjanjian ini. Pasal 25 mutual agreement procedure(tata cara persetujuan bersama) 1. Dalam Pasal 25 ayat 4 Model UN menambah ketentuan, Pejabat yang berwenang melalui konsultasi dapat mengajukan permohonan prosedur antar kedua negara, kondisi, metode dan teknik untuk melaksanakan prosedur persetujuan bersama untuk melaksanakan pasal ini. Jika ada tambahan, Pejabat-pejabat yang berwenang dapat menetapkan prosedurprosedur, syarat- syarat,cara-cara dan teknik-teknik untuk memfasilitasi Tindakan kedua negara yang disebutkan diatas dan melaksanakan prosedur Persetujuan bersama yang diatur dalam pasal ini. 2. . Model Indonesia, Dalam Pasal 25 ayat 2, tidak menambahkan kalimat setiap pemufakatan yang telah dicapai harus dilaksanakan meskipun terdapat pembatasan waktu dalam Undang-undang Nasional. 3. Model Indonesia, Dalam Pasal 25 ayat 4, tidak menambahkan kalimat Jika ada tambahan, Pejabat-pejabat yang berwenang dapat menetapkan prosedur- prosedur, syarat-syarat, cara-cara dan teknik-teknik untuk memfasilitasi tindakan kedua negara yang disebutkan diatas dan melaksanakan prosedur persetujuan bersama yang diatur dalam pasal ini. 4. Ketentuan lainnya antara ke-3 model perjanjian perpajakan tidak ada perbedaan.
Pasal 26 Exchange of information (pertukaran informasi )
1. Dalam pasal 26 ayat 1 model UN menambah ketentuan para pejabat yang berwenang melaui konsultasi dapat menetapkan syarat medote dan teknik yang berkaitan dengan masalah masalah pertukaran informasi termasuk jika di pandangperukaran informasi yang menyangkut penghindaran pajak 2. Ketentuan lainnya dalam pasal 26 ayat 1 untuk model un,oecd,dan indonesia tidak ada perbedaan Pasal 27 members of diplomatic missions and consular post (bantuan dalam pengumpulan pajak ) Dalam pasal 27 mengatur mengenai aturan aturan yang mengatur tentang kotrak negara-negara yang menyetujui untuk saling memberikan bantuan dalam pengumpulan pajak dengan menetapkan batasan kepada negara yang memerlukan bantuan.jadi,dalam ketentuan pasal 27 untuk model UN dan P3B Indonesia tidak ada perbedaan. CHAPTER VII Ketentuan akhir PASAL 28 Anggota Misi diplomatik dan Pos konsular Ketentuan dalam pasal 28 tentang perluasan wilayah tidak diautur oleh model UN dan model Indonesia PASAL 29 Perluasan Wilayah Perjanjian 1. Dalam pasal 29 tentang berlakunya persetujuan, terdapat perbedaan antara UN model dan Model indonesia. Dalam model indonesia lebih menjelaskan bahwa persetujuan ini akan memiliki kekuatan setelah pemerintah yang terkait persetujuan memberitahu satu sama lain secara tertulis melalui saluran diplomatik. 2. Dalam pasal 29 tentang berakhirnya persetujuan memperlihatkan perbedaan dalam UN model dan indonesia : Di UN model persetujuan ini akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu pihak yang terkait pada persetujuannya, dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis tentang berakhirnya persetujuan sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum berakhir tahun takwim setelah jangka waktu. Sedangkan model indonesia mengatur sendiri, yaitu: persetujuan ini akan tetap berlaku tanpa batas waktu, salah satu dari kedua negara dapat mengakhiri perjanjian ini dengan saluran diplomatik dengan mengerimkan surat pemeberitahuan tertulis. Mengenaipenghentiain persetujuan kepada negara lainnya, pada tanggal atau sebelum tanggal 30 sebelum bulan juni setiap tahun takwim berikutnya setelah jangka waktu 5 tahun terhitung tanggal perjanjian.