Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini
terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik,
biologis, mental dan emosional serta psikososial.Kesemuanya ini dapat
mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Ketidak siapan remaja dalam menghadapi perubahan tersebut dapat
menimbulkan berbagai perilaku menyimpang seperti : kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat terlarang, penyaki menular seksual (PMS) dan HIV / AIDS,
kehamialn yang tidak diinginkan, Aborsi dan sebagainya.

keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan


gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang
lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan.
Dalam hal ini perawat komunitas berperan penting dlam kesehatan remaja,
yaitu untuk meningkatkan kesehatan dan pengetahuan kesehatan remaja, melalui
promosi kesehatan maupun pelayanan kesehatan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep remaja ?
2. Bagaimana perubahan fisik pada remaja?
3. Bagaimana perubahan psikologis pada remaja ?
4. Bagaimana perubahan social pada remaja ?
5. Bagaimana tugas perkembangan di usia remaja ?
6. Bagaimana pengkajian kesehatan pada remaja?
7. Bagaimana pengkajian aspek psiko, social,kultural , dan spiritual pada
remaja ?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan komunitas pada remaja ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memahami konsep remaja
2. Untuk memahami perubahan fisik pada remaja
3. Untuk memahami perubahan psikologis pada remaja
4. Untuk memahami perubahan social pada remaja
5. Untuk memahami tugas perkembangan pada usia remaja
6. Untuk memahami pengkajian kesehatan pada remaja
7. Untuk memahami pengkajian aspek psiko,social,kultural dan spiritual pada
remaja
8. Untuk memahami Asuhan keperawatan komunitas pada remaja

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Remaja


2.1.1 Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.Remaja sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat,
dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia
antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan
baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

2.1.2 Fase pertumbuhan remaja


1. Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-
kanak ke remaja.Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat
dibandingkan dengan anak laki-laki.Pada masa ini, terjadi perubahan
yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan
mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi
remaja.Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat
jga terjadi pada fase ini.Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap
suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan

3
dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua,
mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta
menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti
dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani
mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan
pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai
pembangkangan.Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil
lagi.Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya
sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang
tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna,
maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan,
seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan
sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung
dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke
tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah
saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan
yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu
menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika
orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi
konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain.
Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun
bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat.
2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan
fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan

4
perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan
bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja
menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon
seksualnya yang begitu pesat.Keinginan seksual juga mulai kuat
muncul pada masa ini.Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya
menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan
datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung
dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta
memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika
hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka
khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan
terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan
gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan,
dan daya tarik seksual.Karena kebingungan mereka ditambah labilnya
emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar
diselami perasaannya.Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut.
Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial
remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan
kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan
pikirannya sendiri.

3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)


Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya
dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki
maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka
dianggap menentukan harga diri mereka.Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat
daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih
cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik

5
dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya.Namun
kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.

4. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)


Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan
yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka
akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka.
Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya.Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas,
seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah
kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada
fase ini.
2.1.3 Remaja dan permasalahannya
Setiap periode hidup manusia punya masalahnya tersendiri, termasuk
periode remaja.Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada
dua alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak-anak, seluruh
masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang
membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi
masalah.Kedua; karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka
mempunyai gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan
diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial,
fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat
tempat mereka hidup.Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam
masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1. Kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang
berlangsung dan keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar
nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya kata-kata indah.

6
2. Sikap Apatis
Sikap apatis merupakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan
pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap
apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di
masyarakatnya.
3. Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan
remaja.Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya
dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras,
obat penenang, seks dan lainnya).
4. Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola
pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara
emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam
kehidupan di masyarakat.Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau
malahan dengan uang.
5. Perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi
semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern.
Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis yang
memaksa kita untuk berpikir tentang keselamatan diri kita di tengah-
tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya
menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik
atau ijazah
6. Pemujaan akan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan
minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya berawal dan hanya
mencoba-coba.Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.

7
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara lain:
a. Anak-anak muda yang berasal dan golongan orang kaya yang
biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura-hura dengan
pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah yang tidak selaras
dengan kebiasaan adat timur.
b. Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti
bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain
sebagainya.
c. Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah
keramaian kota dengan kecepatan yang melampaui batas
maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok (genk-genk) remaja yang tingkah lakunya
sangat menyimpang dengan norma yang berlaku di masyarakat,
seperti tawuran antar kelompok.
2.2 Perubahan fisik, psikologis dan social pada remaja
2.2.1. Perubahan fisik pada remaja
A. Perubahan Fisik
1. Ciri-ciri Pertumbuhan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi
dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan
perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh; proporsi tubuh,
munculnya cirri-ciri kelamin yang utama (primer) dan cirri-ciri
kelamin kedua (sekunder). Menurut Muss (Sarlito, 1991) ukuran
perubahan fisik adalah sebagai berikut :
a) Pada anak perempuan :
1. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-
anggota badan menjadi panjang).
2. Pertumbuhan payudara.
3. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan.
4. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum
setiap tahunnya.

8
5. Bulu kemaluan menjadi keriting.
6. Menstruasi atau haid.
7. Tumbuh bulu-bulu ketiak.
b) Pada anak laki-laki :
1. Pertumbuhan tulang-tulang.
2. Testis (buah pelir) membesar.
3. Tumbuh bulu kemaluan yang halus dan berwarna gelap.
4. Awal perubahan suara.
5. Ejakulasi (keluarnya air mani).
6. Bulu kemaluan menjadi keriting.
7. Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum
setiap tahunnya.
8. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot).
9. Tumbuh bulu ketiak.
10. Akhir perubahan suara.
11. Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.
12. Tumbuh bulu dada.
2. Penyebab Perubahan Fisik Remaja
Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar
yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitri
yang terletak didasar otak mengeluarkan duamacam hormon yang
diduga erat hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua
hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya
perubahan ukuran tubuh dan hormon ganadotropik atau hormon yang
merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama sebelum
saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan
semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh
perubahan yang terjadi dalam kelenjar endoktrin. Kelenjar ini diaktifkan
oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalmus, yaitu kelenjar
yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat
remaja berkembang.

9
Meskipun kelenjar gonad atau kelenjar kelamin sudah ada dan aktif
sejak seseorang dilahirkan, namun kelenjar ini seolah-olah tidur dan
baru akan aktif setelah diaktifkan oleh hormon gonadotropik dari
kelenjar pituitry pada saat akan memasuki masa remaja. Setelah tercapai
kematangan alat kelamin, maka hormon gonad akan menghentikan
aktivitas hormon pertumbuhan. Dengan demikian pertumbuhan fisik
akan terhenti. Keseimbangan yang tepat antara kelenjar pituitry dan
gonad menimbukan pertumbuhann fisik yang tepat pula. Sebaliknya
apabila terjadi gangguan dalam keseimbangan ini, maka akan timbul
penyimpangan pertumbuhan selama masa remaja, seluruh tubuh
mengalami perubahan baik bagian luar maupun bagian dalam tubuh,
baik perubahan struktur maupun fungsinya.

3) Perubahan Fisik Yang Penting Pada Remaja


Perubahan fisik sepanjang masa remaja meliputi dua hal,yaitu:
a. Percepatan pertumbuhan
Masa dan proses pertumbuhan tidak sama bagi semua remaja.Banyak
faktor individual mempengaruhi jalanya pertumbuhan ini sehingga baik
awal maupun akhir prosesnya terjadi secara berbeda . Pada titik awal
pertumbuhan biasanya tidak terdapat banyak berbeda,akan tetapi
kecepatan pertumbuahan setiap individu menjadi sangat berbeda sesuai
dengan iramanya masing-masing.jadi perbebaan individual tentang
pertumbuhan tampak dalam perbedaan awal percepatan dan cepatnya
pertumbuhan.
Percepatan bagi remaja laki-laki umumnya berbeda dan berkisar
antara 10,5 tahun dan 16 tahun ,sedangkan remaja perempuan antara 7,5
tahun 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun.Puncak pertambahan
ukuaran fisik dicapai pada usia 12 tahun,yakni kurang lebih bertambah 6-
11 cm setahun.

10
b. Proses kematangan seksual
Meskipun kematangan seksual berlangsung dalam batas-batas tertentu
dan urutan tertentu dalam perkembangan cirri-ciri kelamin
sekundernya,namun kematangan seksual anak-anak remaja berjalan secara
individual sehingga hanya mungkin untuk memberikan ukuran rata-rata.
Ada tiga kriteria yang membedakan anak laki-laki daripada anak
perempuan,yaitu dalam hal:
1. Kriteria kematangan seksual nampak, lebih jelas pada anak
perempuan daripada anak laki-laki. Kriterianya adalah menstruasi
pertama sebagai tanda permulaan pubertas. Setelah itu dibutuhkan
satu tahun lagi baru anak wanita betul-betul matang untuk reproduksi.
kriteria sejelas ini tidak terdapat pada anak laki-laki. Sehubungan
dengan ejakulasi (pelepasan air mani) pada laki-laki permulaannya
sangat sedikit sehingga tidak jelas.
2. Permulaan kematangan seksual pada anak perempuan 2 tahun lebih
cepatnya daripada laki-laki .
3. Untuk gejala-gejala kematangan seksual pada wanita dimulai dengan
tumbuhnya buah dada (8-13 tahun). Menjelang haid,jaringan pengikat
disekitarnya mulai tumbuh hingga payudara mulai memperoleh
bentuk yang lebih dewasa. Kelenjar payudara baru mengadakan reaksi
pada masa kehamilan dengan suatu pembengkakan sedangkan
produksi air susu terjadi pada akhir kehamilan. Hal ini merupakan
akibat reaksi-reaksi fisiologi yang menyebabkan perubahan-
perubahan pada organ-organ kelamin internal dalam hipofise lobus
frontalis. Pada anak laki-laki kematangan seksual dimulai dengan
pertumbuhan testes yang dimulai antara umur 9,5 dan 13,5 tahun dan
berakhir antara umur 13,5 dan 17 tahun. Pada usia kurang lebih 15-17
tahun, anak laki-laki dan perempuan pangkal tenggorokan (jakun)
mulai membesar yang menyebabkan pita suara menjadi lebih panjang.
Menstruasi merupakan ukuran yang baik karena hal ini menentukan
salah satu ciri kematangan seksual yang pokok, yaitu suatu disposisi

11
untuk konsepsi (hamil) dan melahirkan,juga merupakan manifestasi
yang jelas meskipun pada awalnya masih terjadi pendarahan sedikit.
Perubahan proporsi tubuh menunjukkan keanekaragaman antara laki-
laki dan perempuan. Remaja laki-laki cenderung menuju bentuk tubuh
mesomorf (cenderung menjadi lebih kekar,berat dan segi tiga)
sedangkan anak perempuan cenderung menjadi gemuk dan berat
(endomorf) akan memperlihatkan ciri ektomrf (cendrung kurus dan
bertulang panjang). Beberapa kondisi yg mempengaruhi pertumbuhan
fisik anak yaitu :
a. Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan dan lingkungan,
terutama terhadap tinggi dan berat badan.
b. Pengaruh gizi bagi anak,terutama terhadap tinggi dan berat badan.
c. Gangguan emosional yang sering menyebabkan terbentuknya
steroid adrenal yang berlebihan , dan akan membawa akibat
berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar
pituitry.
d. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan
lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada usia 12 dan 15
tahun anak perempuan biasanya sedikit lebih tinggi dan lebih berat
daripada anak laki-laki. Perbedaan ini karena bentuk tulang dan
otot anak laki-laki memang berbeda dengan anak perempuan .
e. Status sosial ekonomi keluarga yang berbeda juga berpengaruh
terhadap tinggi dan berat badan anak.
f. Kesehatan jelas berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik (tinggi
dan berat badan ).
g. Bentuk tubuh (mesomorf , ektomorf dan endomorf ) akan
berpengaruh terhadap besar kecilnya tubuh anak. Anak yang
bentuk tubuhnya mesomorf akan lebih besar daripada yang
endomorf atau ektomorf.

12
4. Pengaruh Pertumbuhan Fisik Terhadap Perilaku
Perubahan – perubahan psikologis yang muncul sebagai akibat dari
perubahan fisik, yaitu rasa kecanggungan bagi remaja karena ia harus
menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada
dirinya sendiri. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya,
perbesaran payudara/buah dada yang cepat membuat remaja tersisih
dari teman – temannya. Demikian pula dalam menghadapi haid dan
mimpi basah, anak – anak remaja perlu mengadakan penyesuain
tingkah laku yang tidak ada dukungan dari orang tua. Perubahan fisik
hampir selalu dibarengi dengan perubahan perilaku dan sikap. Dalam
masa remaja perubahan yang terjadi sangat mencolok sehingga dapat
menggangu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk.
Perilaku mereka mendadak menjadi sulit diduga dan sering kali agak
melawan norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu, masa ini
seringkali dinamakan sebagai “masa negatif”. Pada saat irama
pertumbuhan sudah sedikit lambat dan perubahan tubuhnya telah
sempurna akan terjadi keseimbangan kembali. Meskipun pengaruh
pubertas terhadap anak–anak berbeda–beda, cara mereka
melampiaskan gangguan keseimbangan tampaknya sama, seperti
mudah tersinggung, tidak dapat diikuti jalan pikirannya ataupun
perasaannya, ada kecenderungan untuk menarik diri dari keluarga atau
teman dan lebih senang menyendiri, menentang kewenangan ( orang
tua dan guru), sangat mendambakan kemandirian, dan sangat kritis
terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas dirumah atupun
disekolah dan sangat tampak bahwa dirinya tidak bahagia.
Akibat perubahan pada beberapa kelenjar pertumbuhan yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam bentuk dan ukuran
tubuhnya, anak-anak remaja secara fisik seringkali merasa tidak
nyaman, misalnya ada keluhan, gelisah, nafsu makan berkurang,
gangguan pencernaan, sakit kepala dan sebagainya. Gangguan ini
lebih banyak menghinggapi anak perempuan daripada anak laki- laki.

13
Umumnya tanggapan anak remaja terhadap perubahan dirinya dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu mereka yang terlalu memperhatikan
normal tidaknya dirinya, dan mereka yang terlalu
memperhatikan/memikirkan tepat tidaknya kehidupan kelaminnya. Bila
mereka memperhatikan teman sebayanya, kemudian ternyata dirinya
berbeda dari mereka, maka akan segera muncul pikirannya tentang
normal tidaknya dirinya. Misalnya, hanya berbeda dalam hal kecepatan
pertumbuhan sudah dapat menimbulkan rasa kekhawatiran dalam dirinya.
Anak-anak tergolong cepat dan lebih awal tumbuh, sering kali merasa
khawatir bahwa pada masa dewasanya nanti, tubuhnya akan terlalu tinggi,
dan juga sebaliknya.
Terlalu memperhatikan kaadaan kehidupan kelaminnya, juga
merupakan hal yang biasa terjadi dalam tahap ini. Pada saat seseorang
mencapai masa remaja, dalam pikirannya telah terbentuk konsep tertentu
mengenai wajar tidaknya kehidupan kelamin dalam penampilan
seseorang. Konsep ini terbentuk melalui pengalaman si anak sehari-hari,
misalnya dari televisi, bioskop, buku cerita, komik dan atau orang-orang
disekelilingnya yang dikagumi. Bila mereka berpendapat bahwa dirinya
kurang memenuhi persyaratan maka segera menentukan bahwa dirinya
tidak wajar. Sayangnya konsep yang telah terbentuk itu sukar
dihilangkan bahkan mungkin dapat menetapseumur hidupnya.
Salah satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling
penting adalah pengaruh jangka panjangnya terhadap sikap, perilaku
sosial, minat dan kepribadian. Kalau sikap dan perilaku remaja kurang
dapat diterima, maka keadaan ini cukup parah. Sejumlah studi tlah
menemukan bahwa ciri kepribadian dan sikap tertentu yang sudah
terbentuk ini biasanya sulit dihilangkan, terutama dalam kasus
penyimpangan usia kematangan kelaminnya.

14
2.2.2. Perubahan psikososial pada remaja
Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada
masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada
remaja adalah:
a) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:
1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering
terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan
luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi
perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir
terlebih dahulu.
3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
b) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:
1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka
memberikan kritik.
2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
ingin mencoba-coba.
3. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung
lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.
2.2.3. Perubahan social pada remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah
penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin
yang berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan
terhadap orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah. Pada masa ini
remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah bersama
dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila teman
sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat,
penampilan, dan perilaku remaja. Perubahan dalam perilaku sosial terlihat
dengan adanya perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi heteroseksual,

15
mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis menjadi
menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan
bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan
sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman,
dimana sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai- nilai
yang sama, bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan
bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau
orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil
sebagai seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman
sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001).Dibanding
pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah
seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger,
1991; Papalia & Olds, 2001).Dengan demikian, pada masa remaja peran
kelompok teman sebaya adalah besar

2.3 Tugas perkembangan diusia remaja


Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Wong (2008) antara
lain :
1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan
anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas
tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya
terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa
remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola
perilaku.
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul

16
dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-
tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat
perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun,
menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya
bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang
penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk
memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak
perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong
untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran
feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut,
seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri
selama bertahun-tahun.
Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering
berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol
dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul
dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih
matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi
tidaklah sama dengan kemandirian perilaku.

17
Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan
rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau
orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki
hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
6) Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan
untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi
menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung
selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja
selesai dijalani.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam
tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang
berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan
dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang
dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari
masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-
nilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan
teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap
dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.
Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini
seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap
tidak bertanggung jawab.

18
2.3.1 Faktor- faktor yang mempengaruhi Tugas Perkembangan
Secara umum, faktor yang mempengaruhi lancarnya pelaksanaan
tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut :
1. Faktor herediter/keturunan (genetik)
2. Faktor lingkungan
3. Faktor interaksi antara genetis dan lingkungan
Berikut adalah beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
lancarnya pelaksanana tugas-tugas perkembangan menurut seorang ahli :
1. Pertumbuhan fisik remaja
Tugas perkembagan akan suskses bila pertumbuhan fisik remaja
berjalan dengan sewajarnya
2. Perkembangan psikis remaja
Tugas perkembangan akan sukses bila perkembangan psikisnya,
seperti mental, sikap perasaannya berkembang dengan wajar
3. Posisi remaja dalam keluarga
Kelancaran tugas perkembangan juga banyak dipengaruhi oleh
posisinya ditengah keluarga; sebagai anak tunggal atau bukan, anak
kandung atau anak angkat, anak pertama atau terakhir.
4. Kesempatan remaja untuk mempelajari tugas- tugas perkembanga.
Banyak sedikitnya kesempatan yang dimiliki remaja sangat
berpengaruh pada pelaksanaan tugas perkembangan remaja
5. Motivasi diri
Ada tidaknya motivasi, kuat atau lemah nya motivasi tersebut atau
faktor pendorong yang ada dalam diri seorang remaja akan
memperlancar atau menghambat pelaksanaan tugas-tugas
perkembangan remaja.

19
2.3.2 Masalah-masalah yang terkait dengan pencapaian tugas
perkembangan remaja
Berikut adalah beberapa masalah yang terkait dengan pencapaian tugas-
tugas perkembangan remaja, antara lain sebagai berikut Masalah yang
cenderung sering dialami oleh remaja :
1. Memiliki sahabat dekat dua orang atau lebih
2. Sebagai anggota “klik” dari jenis kelamin yang sama secara mantap
3. Dipercaya oleh teman sekelompok dalam posisi tanggung jawab
tertentu
4. Memiliki penyesuaian sosial yang baik
6. Banyak meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya
7. Berpartisipasi dalam acara teman sebaya
8. Memahami dan dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul
dengan teman sebaya.
9. Mau bekerja sama dengan orang lain
10. Berusaha memahami pandangan orang lain dalam diskusi kelompok
11. Kadang-kadang memberikan tepuk tangan kepada lawan dalam suatu
permainan
Masalah yang jarang dialami oleh remaja
1. Tidak memiliki teman akrab
2. Tidak pernah diundang untuk menghadiri acara kelompok
3. Sering dikambing hitamkan oleh kelompok sebaya
4. Sering balas dendam dengan sikap bermusuhan
5. Berperilaku penyimpangan penyesuaian sosial
6. Sangat malu bergaul dengan lawan jenis
2.3.3 Upaya untuk menumbuh kembangkan tugas-tugas perkembangan
remaja
Tugas-tugas perkembangan pada periode remaja tidak dikuasai oleh
remaja sendirinya, tetapi perlu bantuan dari lingkungan untuk
memungkinkan remaja menguasai tugas-tugas perkembangannya.

20
Berikut cara yang dapat dilakukan untuk membantu tugas-tugas
perkembangan remaja, antara lain :
1. Membantu remaja agar menguasai kemampuan membina hubungan
baru dengan teman sebaya yang sejenis atau berlawan jenis Usaha-
usaha yangn dapat dilakukan adalah :
a. Melakukan diskusi kelompok baik dalam bentuk bimbingan
maupun konseling tentang ciri perilaku dan perlunya
mengembangkan berpikir positif, empati, altruistik, kontrol
emosi dan penampilan yang menarik untuk membina keakraban
dengan teman sebaya
b. Melatih remaja untuk selalu berpikir positif, empati, altruistik
dan kontrol emosi dengan program latihan yang terstruktur dan
kontinu. Dan juga perlu mengenalkan program gizi seimbang,
karena remaja adalah masa yang bagus untuk pertumbuhan.
2. Membantu remaja agar menguasai kemampuan melaksanakan
perasaan sosial sesuai dengan jenis kelamin Yang perlu dilakukan
adalah, sebagai berikut :
a. Melakukan bimbingan kelompok yang terjadwal untuk
membahas tentang mengapa dan bagaimana peranan seorang
remaja, baik sebagai wanita atau pria sejati yang sesuai dengan
nilai-nilai agama, ilmu pengetahuan ataupun adat-istiadat
b. Melakukan pelatihan tentang peranan-peranan tersebut melalui
metode bermain peran, drama dan tugas-tugas terprogram
melalui kurikulum (matapelajaran yang terkait)
c. Menciptakan kondisi belajar yang memupuk kerjasama agar
masing-masing remaja dapat mempraktekkan perannya sesuai
dengan jenis kelamin
d. Menjadikan guru, teman sebaya dan orang-orang terkenal yang
dikagumi remaja sebagai model (contoh atau acuan) peran-peran
yang disesuaikan dengan jenis kelamin

21
3. Membantu remaja agar menerima keadaan fisik dan
mempergunakannya secara efektif Usaha untuk mencapai tugas
perkembangan ini adalah dengan melakukan hal-hal berikut :
a. Pemberian informasi tentang cara merawat tubuh sesuai dengan
jenis kelamin. Pemberian informasi harus dilakukan diruangan
yang terpisah antara remaja pria dan remaja wanita, dan
diberikan oleh guru dengan jenis kelamin sama dengan siswanya
b. Melakukan diskusi atau bimbingan kelompok untuk membahas
permasalahan perawatan dan penggunaan fisik dengan
sebaiknya
c. Khusus bagi remaja wanita diperlukan peragaan perawatan fisik
(kulit, rambut, organ seks dan bau badan) dengan
mempergunakan obat tradisional seperti melalui kegiatan
ekstrakurikuler
4. Membantu remaja agar mencapai kemerdekaan (kebebasan)
emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya Untuk mencapai
tugas perkembangan ini, yang dapat dilakukan adalah :
a. Melakukan bimbingan kelompok untuk membahas mengapa dan
bagaimana emosi remaja yang mandiri
b. Melakukan konselling kelompok dan perorangan untuk
mengatasi permasalahan emosi remaja yang tidak stabil
c. Personil sekolah hendaknya dapat menjadi model bagi
perkembangan emosi yang matang seperti ramah, sabar, kasih
sayang, ceria dan sebagainya dalam menghadapi permasalahan
hidup, terutama dalam permasalahan remaja
d. Guru menghargai dan menyokong tingkah laku emosi siswa
yang positif ketika menghadapi masalah dan memberi petunjuk
mengatasi emosi yang tidak terkontrol
e. Melakukan pertemuan dengan orangtua siswa tentang cara yang
harus dilakukan agar emosi remaja berkembang dengan baik
5. Membantu remaja agar mencapai kemandirian ekonomi

22
Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memberi kesempatan kepada remaja mengelola usaha sekolah
atau diluar sekolah yang menampilkan hasil karya atau
kreativitas remaja
b. Melaksanakan kegiatan pengembangan bakat-bakat khusus yang
bernilai ekonomis pada masa sekarang maupun yang akan
datang
6. Membantu remaja agar mampu memilih dan mempersiapkan diri
untuk berkarier Untuk mencapai tugas perkembangan ini, yang
dapat dilakukan adalah :
a. Memperkenalkan potensi alam sekitar yang dapat diolah
menjadi produksi yang dapat menunjang ekonomi
b. Memperkenalkan berbagai pekerjaan yang dibutuhkan
masyarakat dalam rangka memelihara dan memanfaatkan
potensi lingkungan
c. Membentuk keyakinan kerja keras dalam berkarier dan
mencontohkan orang-orang yang sukses sebagai model dalam
kehidupan berkarier
d. Memberikan penghargaan dan penilaian tinggi terhadap siswa
yang kreatif dan produktif baik dalam bidang akademis, bakat
khusus maupun dalam kehidupan sosial
7. Membantu remaja agar menguasai keterampilan intelektual dan
konsep-konsep yang perlu sebagai warga negara
Usaha yang dilakukan adalah, sebagai berikut :
a. Memberikan pengalaman melalui kurikulum tentang nilai dan
ilmu pegetahuan yang oenting, dan melatih menerapkan
pengalaman itu dalam kehidupan sehari-hari
b. Menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada
keaktifan siswa dalam pemecahan masalah dengan
mempergunakan informasi dari berbagai sumber seperti guru,
media cetak, televisi, dsb

23
8. Membantu remaja agar memiliki keinginan dan kemampuan
bertanggung jawab terhadap tingkah laku social.
Usaha yang perlu dilakukan adalah :
a. Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa tentang
nilai-nilai sosial yang berlaku dan mempergunakannya dalam
berinteraksi dan memecahkan masalah sosial
b. Memperkenalkan remaja pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat sekitar yang dapat diamati secara langsung dan
nyata
9. Membantu remaja agar memiliki perangkat nilai dan etika
bertingkah laku Untuk mencapai tugas perkembangan ini, yang
dapat dilakukan adalah :
a. Memperkenalkan filsafat hidup sesuai dengan nilai agama, ilmu
pengetahuan dan adat istiadat melalui berbagai sumber, baik
media cetak, elektronik maupun narasumber
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan
menghayati sampai seberapa jauh filsafat hidup itu berperan
dalam kehidupannya
c. Mencontohkan orang dewasa dan teman sebaya sebagai model
untuk menjalankan kehidupan yang sesuai dengan nilai agama,
ilmu pengetahuan dan adat-istiadat
2.4 pengkajian kesehatan pada remaja
PENGKAJIAN KESEHATAN REMAJA
Remaja perlu lingkungan adaptif untuk bertanya & membentuk
karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Kesan pada remaja seks itu
menyenangkan, puncak rasa kecintaan, yang serba membahagiakan
sehingga tidak perlu ditakutkan.
Berkembang opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu
dicoba (sexpectation). Saat remaja tumbuh dalam lingkungan maladaptif
perilaku amoral yg merusak masa depan remaja.
• HAMBATAN TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

24
1. Kurangnya Pengetahuan dan Informasi
2. Kurangnya akses terhadap pelayanan dan program
3. Terbatas karena hambatan sosial dan psikologis
• KURANGNYA PENGETAHUAN & INFORMASI
Remaja kurang pengetahuan dasar tentang anatomi & fisiologi
reproduksi, bagaimana terjadi nya hamil, bagaimana mencegahnya &
bagaimana mendapatkan perlindungan Orangtua yang merasa kurang
aman, malu menceritakan tentang seks dengan anaknya Orangtua &
orang dewasa yang memiliki pemahaman yang baik ingin sekali
melindungi anaknya, mereka percaya pendidikan tentang seks &
kesehatan reproduksi seksual aktif
• KURANGNYA AKSES TERHADAP PELAYANAN & PROGRAM
Remaja tidak punya uang untuk membayar pelayanan, kurang sarana
transport/tidak tahu bagaimana menggunakan pelayanan tersebut.
Nakes mungkin menghakimiremajaa yang berprilaku seksual aktif,
Nakes mungkin tidak memeiliki info baru tentang kontraspesi yang
aman bagi remaja klinik tidak membuka jam-jam tertentu yang tepat
untuk remaja. Klinik dirancang untuk perempuan yang sudah menikah
bahkan untuk perempuan lajang/laki-laki Persyaratan utk tes medis &
pemeriksaan panggul mungkin tidak mendukung remaja mencari
kontrasepsi Kebijakan kesehatan nasional menjadi hambatan legal bagi
remaja untuk mencari info/layanan kesehatan reproduksi.
• TERBATAS KARENA HAMBATAN SOSIAL & PSIKOLOGIS
Remaja takut mengatakan mereka sudah melakukan seksual aktif
Remaja memiliki gambaran yang tidak realistis tentang kehamilan
Remaja khawatir bahwa kontrasepsi akan merusak kesehatannya &
kesuburannya kelak Remaja mudah terkena kekerasan & peleceh
Remaja perempuan mungkinn segan mendiskusikan isu kesehatan
reproduksi, khawatir pengetahuan tersebut akan diterjemahkan sebagai
perempuan yang mudah diajak untuk melakukan seks Remaja laki-laki
mungkin segan bertanya tentang seks, khawatir bahwa kurangnya

25
pengetahuan berarti kehilangan status di kelompoknya Seksual aktif
sering dilihat sebagai jalan bagi remaja laki-laki untuk mendapat
perlakuan status bagi kelompoknya Media cenderung menekankan
bahwa seks itu menyenangkan tapi tidak bertanggung jawab terhadap
perilaku seks.
• PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Permasalahan yang dihadapi remaja membutuhkan perhatian dari
banyak pihak Hasil dari konferensi internasional mengenai
kependudukan & pembangunan, International Conference on
Population and Development (ICPD) mendorong pemerintah & LSM
untuk mengembangkan program yang tanggap terhadap permasalahan
remaja.
2.5 Pengkajian aspek psiko social kultural dan spiritual pada remaja
2.5.1. Aspek Psikososial
Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan remaja untuk
mencapai identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi, dan keunikan
atau cirri khas diri. Kemampuan ini tercapai. Melalui serangkaian tugas
perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja. Jika tidak dapat
mencapai kemampuan tersebut, remaja akan mengalami kebingungan peran
yang berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga terjadi gangguan
konsep diri.
Tabel di bawah menguraikan perilaku remaja yang menunjukkan
pembentukan identitas diri dan bingung peran.

Tabel Karakteristik Perilaku Remaja

Tugas Perkembangan Perilaku Remaja


Perkembangan yang normal: • Menilai diri secara objektif
Pembentukan identitas diri • Merancanakan masa depannya
• Dapat mengambil keputusan
• Menyukai dirinya
• Berinteraksi dengan lingkungannya
• Bertanggung jawab

26
• Mulai memperlihatkan kemandirian
dalam keluarga
• Menyelesaikan masalah dengan
meminta bantuan orang lain yang
menurutnya mampu
Penyimpangan perkembangan: bingung • Tidak menemukan cirri khas (kekuatan
peran dan kelemahan ) dirinya
• Merasa bingung, bimbang
• Tidak mempunyai rencana untuk msa
sepan
• Tidak mampu berinteraksi dengan
lingkungannya
• Memiliki perilaku antisosial
• Tidak menyukai dirinya
• Sulit mengambil keputusan
• Tidak mempunyai minat
• Tidak mandiri

Ada beberapa ciri individu yang memiliki identitas diri, yaitu individu
tersebut haruslah memiliki karakteristik seperti: (Dariyo, 2004 : 80)
a. Konsep diri; yakni gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun
psikologis yang berpengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian
diri dengan orang lain.
b. Evaluasi diri; yakni penerimaan dan kekurangan yang ada pada diri
individu yang baik, berarti ia memiliki kemampuan untuk menilai,
mengevaluasi potensi dirinya sendiri.
c. Harga diri; yakni sejauh mana individu dapat menghargai diri sebagai
seorang pribadi yang memiliki kemandririan, kemauan, kehendak, dan
kebebasan dalam menentukan perilaku dalam hidupnya.
d. Efikasi diri; yakni kemampuan untuk menyadari, menerima dan
mempertanggungjawabkan semua potensi, ketrampilan atau keahlian
secara tepat.

27
e. Kepercayaan diri; yakni keyakinan terhadap diri sendiri bahwa ia
memiliki kemampuan dan kelemahan, dan dengan kemampuan tersebut ia
merasa optimis dan yakin akan mampu menghadapi masalahnya dengan
baik.
f. Tanggung jawab; yakni rasa tanggung jawab terhadap apa yang menjadi
hak dan kewajibannya.
g. Komitmen; yakni tekad atau dorongan internal yang kuat untuk
melaksanakan suatu janji, ketepatan hati yang telah disepakati
sebelumnya, sampai benar-benar selesai dengan baik.
h. Ketekunan; yakni didalam diri individu muncul etos kerja yang pantang
menyerah sebelum segala sesuatunya selesai. Ketekunan tidak mengenal
putus asa, dalam arti bahwa apa yang dilakukannya selalu berorientasi
kemasa depan.
i. Kemandirian; yakni sifat yang tidak bergantung pada orang lain. Individu
akan berusaha menyelesaikan masalah dalam hidupnya sendiri. Semua
karakteritik tersebut tidak dapat dipisah-pisah antara satu dengan yang
lainnya.

Anak yang pubertas sering tidak mau bekerjasama, sering membantah dan
juga menentang. Permusuhan terbuka antara dua jenis kelamin berlainan yang
diungkapkan ke dalam kritik serta komentar yang merendahkan. Dengan
berlanjutnya masa pubertas, anak kemudian menjadi ramah, bisa bekerja sama
dengan orang lain dan juga lebih sabar dengan orang lain.

2.5.2. Aspek Kultural


Moral
Pada usia sekolah dasar, seorang anak sudah bisa mengikuti peraturan atau
tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosial. Pada akhir usia tersebut,
seorang anak sudah bisa memahami alasan yang mendasari sebuah peraturan.

28
Selain itu, seorang anak juga sudah bisa mengasosiasikan semua perilaku
dengan konsep yang benar dan salah atau baik dan buruk. Sedangkan sikap
dan moral pada masa akhir kanak kanak adalah:
a. Perkembangan kode moral: Di masa akhir anak anak sama seperti remaja,
kode moral sangat dipengaruhi dengan standar moral dan juga kelompok
dimana anak bisa mengidentifikasi diri dan menjadi faktor penting dalam
perkembangan identitas remaja.
b. Peran disiplin dalam perkembangan moral: Peran disiplin dalam
perkembangan moral sangat dibutuhkan dan harus sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
c. Perkembangan suara hati: Istilah suara hati mengartikan sebuah reaksi
khawatir yang terkondisi pada situasi dan tindakan tertentu yang sudah
dilakukan dengan cara menghubungkan perbuatan tertentu dengan
hukuman.
d. Pelanggaran hukum di akhir masa kanak kanak: Pelanggaran di akhir
masa anak anak semakin berkurang yang terjadi karena adanya
kematangan fisik dan juga psikologis namun biasanya lebih sering terjadi
karena kurangnya tenaga yang menjadi ciri pertumbuhan pesat yang
mengiringi bagian awal masa puber.

2.5.3. Apek Spiritual


Remaja (12-18 tahun)
Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup,
Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan
yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup.
Remaja menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak
atau menerimanya. Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan
perilaku dan role model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan
pada kelompok paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan
yang diambil dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun
mereka protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan

29
tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak
untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
Agama
Pada masa sekarang ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai
dengan beberapa ciri khususnya dalam ciri ciri pubertas, yakni:
a. Sikap keagamaan yang bersifat reseptif disertai juga dengan pengertian.
b. Pandangan dan juga paham ketuhanan didapat secara rasional berdasarkan
kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai
manifestasi dari keagungan.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin dalam dan pelaksanaan ritual
diterima sebagai keharusan moral.

2.6 Teori asuhan keperawatan pada remaja


B. Pengkajian
Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client
pada kelompok remaja :
1. Data inti, terdiri dari :
a) Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi
perilaku remaja, semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah, semakin
melekat kebiasaan dan adat istiadat dari daerah tersebut pada diri remaja.
b) Demografi
c) Vital statistik
• Kelahiran
• Mortalitas :
Karena penyakit : HIV/AIDS : HIV/AIDS kelompok usia 15-19
berjumlah 151 orang (4,14%) ; 19-24 berjumlah 930 orang (25,50%)
Bukan karena penyakit :
1. Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data Badan
Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu lintas di
Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun

30
2. Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun
mempunyai 2-5 kali resiko kematian ketika persalinan
dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25 tahun
akibat persalinan macet, perdarahan, maupun faktor lain. Ahmad
(2004) dari laporan Save the Children : 1 dari 10 persalinan
dialami oleh ibu yang masih anak2, berusia 11-12 tahun
menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan membunuh
70,000 remaja puteri tiap tahun
• Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 :
Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja antara
lain : fraktur karena trauma, penyakit kulit, tipoid, penyakit infeksi,
DBD, dan lain-lain.
1. HIV/AIDS kelompok usia 15 - 19 berjumlah 151 orang (4,14%) ;
19-24 berjumlah 930 orang (25,50%).
2. Jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari
tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, di mana 70%
diantaranya berusia antara 15-19 tahun
3. Penyakit menular seksual (PMS) sepertiga dari infeksi PMS di
Negara-negara berkembang terjadi pada mereka yang berusia
13-20 tahun.

Bukan karena penyakit


1. Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB
(WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu
orang per tahun
2. Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak
diinginkan. Survey di Negara-negara berkembang hamper 60 %
kehamilan dibawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak
diinginkan

31
3. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan
pendidikan formal pada tahun 2006, SLTP dan SLTA
menempati urutan pertama dengan 73.253 kasus, SD dengan
8.449 kasus, dan PT dengan 3.987 kasus (anonim,2007)
d) Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara
lain : orang tua yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh
dan tidak punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan
ekonomi yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di atas
rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi pembentukan
kepribadian remaja.
e) Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada
pula remaja yang sudah menikah.
f) Kelompok etnis :
• Praktek perkawinan yang di atur oleh orang tua pada gadis di bawah
usia 14 tahun masih sangat umum
• Beberapa budaya menyatakan bahwa pria muda diharapkan
mendapatkan pengalaman pertama kali melakukan hubungan
seksual dengan pekerja seks komersil (PSK)
• Di negara berkembang kehidupan remaja jalanan memaksa mereka
melakukan “survival sex” yakni menukar seks untuk memperoleh
uang, makanan, jaminan keamanan maupun obat terlaran
• Beberapa etnis di Indonesia menggunakan alkohol pada acara
tertentu sebagai bentuk perayaan
g) Nilai dan keyakinan :
• Pekerja Seks Komersil (PSK) berusia remaja kebanyakan dijual oleh
orangtua mereka sendiri untuk biaya hidup anggota keluarga yang
lain
• Orang tua yang kurang perhatian kepada anaknya dan pengaruh
teman yang sesama perokok meyebabkan tingginya jumlah perokok
remaja di Indonesia

32
• Merokok dianggap sebagai tanda kedewasaan, kejantanan dan
keglamoran
2. Komponen sub sistem, terdiri dari :
a. Lingkungan fisik Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan
• Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor
memungkinkan remaja lebih banyak melakukan kegiatan
negative
• Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja berinteraksi
dengan baik dengan tetangga
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :
• Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid,
warung-warung pinggir jalan dan lain-lain
• Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur
sekolah
• Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji,
kursus, dan lain-lain), negatif (merokok, mencoba narkoba,
tawuran, berkelahi, membolos, nongkrong, minum alkohol,
free sex, dan lain-lain)
5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang
menyebabkan sikap pemberontakan dalam dirinya, biasanya
ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan
6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat pelayanan
KRR di sekolah (meliputi : informasi akurat PMS, kontrasepsi,
keterampilan remaja menghadapi tekanan kelompoknya dan
meningkatkan tanggungjawab remaja), pelatihan kader remaja
untuk menjadi edukator dan pemberi dukungan
7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di mall,
pasar, pusat perbelanjaan

33
8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura
9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi
10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman
11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen dan
anak jalanan. Ada yang disebabkan karena kondisi ekonomi
yang sulit dan bahkan ada remaja yang kabur dari rumahnya
karena perseteruan denagn orang tua sehingga menjadi
glandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :
• Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu
remaja
• Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang
berhubungan dengan gender, kekerasan, perilaku seksual
bertanggung jawab dan PMS
c. Ekonomi
• Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki
penghasilan sendiri dan masih bergantung pada orang tua.
Namun ada sebagian remaja yang mempunyai pekerjaan
sehingga mempunyai penghasilan sendiri, namun kebanyakan
penghasilan tersebut hanya digunakan untuk menambah uang
saku.
• Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki
pekerjaan karena mereka masih sekolah. Namun, ada pula
remaja yang putus sekolah (kebanyakan karena masalah
ekonomi) dan memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan yang biasa
dilakukan oleh remaja antara lain, berjualan kue, koran, pelayan
restoran, mengamen, bahkan banyak pula remaja yang menjadi
PSK, dan lain- lain.
d. Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh
remaja adalah sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil
dan sepeda mini. Dan sering pula remaja kurang memperhatikan

34
keamanan dirinya karena sering mengebut saat mengendarai
kendaraaan mereka.
e. Politik dan pemerintahan
Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh
remaja, antara lain : Karang Taruna, PMR, Pramuka, PKS
f. Komunikasi
• Komunikasi formal : Koran, Radio, TV
• Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang
narkoba, free sex, merokok), internet
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD, SMP,
dan SMA. Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-sekolah
untuk kesehatan remaja. Selain itu pendidikan KRR (Kesehatan
Reproduksi Remaja) telah dilakukan atas dukungan Depkes dan
WHO di sekolah dan lembaga pendidikan.
h. Rekreasi :
• Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan
baik yang positif maupun negatif. Positif : kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah, les pelajaran tambahan, les minat dan
bakat, mengaji di masjid, dan lain-lain. Negatif : nongkrong
sampai malam, main game sampai larut malam
• Media hiburan yang digunakan remaja, misalnya mall, tempat
rekreasi, pusat perbelanjaan, warnet, dan lain-lain.
C. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :
a) Penggunaan NAPZA di kalangan remaja
b) Resiko penyimpangan seksual
c) Resiko tinggi konflik keluarga
d) Resiko terjadi kenakalan pada Remaja
e) Gangguan citra tubuh
f) Perilaku destruktif
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan

35
h) Depresi
i) Nutrisi kurang/lebih j)Resiko cedera
j) Kurang Perawatan diri l)Kurang pengetahuan

Diagnosa dari permasalahan di atas, yaitu :


1. Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja di RT X RW Y
Kelurahan Z Surabaya berhubungan dengan
a. kurangnya kasih sayang dari orang tua
b. dasar-dasar agama yang kurang
2. Resiko terjadinya kenakalan remaja di RW X kelurahan X Surabaya
berhubungan dengan :
a. Kurang pengetahuan remaja tentang tumbuh kembang dan masalah-
msalah kenakalan remaja dan akibatnya.
b. Tidak berfungsinya wadah remaja untuk melakukan kegiatan
3. Resiko cedera pada remaja di di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya
kebut-kebutan dijalan raya
4. Potensial dukungan LSM di RT X RW Y Kelurahan Z Surabaya untuk
memaksimalkan potensi yang dimiliki remaja
D. Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan
remaja
Intervensi yang dilakukan :
a) Pada Klien :
Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah
ketergantungan
Intervensi :
a. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara
meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan
b. Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang
dapat memberi pengaruh yang buruk

36
c. Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan
d. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam
kelompok
e. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya

b) Pada Keluarga : Tujuan :


• Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan
anggota keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
• Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
• Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA
• Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu
dirujuk Intervensi :
1. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan
keluarga
2. Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam
merawat klien
3. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau
keterganungan zat (tanda gejala, penyebab, akibat) dan
tahapan penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi)
4. Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS
5. Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja
agar terbuka pada keluarganya
6. Memperhatikan pergaulan klien
7. Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan
remaja dan tugas perkembangan remaja

c) Pada Masyarakat :
Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai
keadaan klien yang sedang menjalani proses rehabilitasi
Intervensi :

37
1. Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi
pasien NAPZA ketika sudah kembali di masyarakat
2. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya
3. Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja
dalam karang taruna
4. Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan
penyuluhan tentang penggunaan NAPZA dan akibatnya
2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual Intervensi yang
dilakukan:
a) Pada Klien :
Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan
seksual Intervensi :
1) Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat
mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2) Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat
dari free sex bagi kehidupan social
3) Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman
yang dapat memberi dampak yang buruk
4) Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang
perasaannya
5) Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas
yang akan dilaluinya
6) Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial,
emosional dan situasi etis untuk meningkatkan proses belajar
dan otonomi dan tanggung jawab
7) Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
b) Pada Keluarga Tujuan :
• Keluarga dapat mengetahui masalah yang di hadapi klien
• Keluarga mengetahui fase dan tugas perkembangan remaja
Intervensi :

38
1. Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang
dapat mempengaruhi psikologis dan sosial remaja
2. Memotivasi keluarga untuk memperkenalkan kesehatan
reproduksi remaja sesuai dengan norma dan budaya dan
tingkat pengetahuan yang dimiliki keluarga.
3. Memperkenalkan tempat layanan kesehatan yang
dibutuhkan
4. Memperkenalkan sejak usia sekolah tentang kehamilan yang
sebagian besar merupakan dampak dari penyimpangan sex
agar dapat bertanggung jawab
5. Membantu remaja dan keluarga mengenali tahap
perkembangan dan tugas yang akan dilalui oleh remaja
c) Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi angka penyimpangan seksual di kalangan
remaja Intervensi :
1) Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan
penyuluhan tentang akibat penyimpangan sex
2) RT setempat memberikan jam malam (maksimal jam 21.00)
untuk remaja berada di luar rumah sehingga meminimalisasi
kegiatan remaja yang kurang bermanfaat yang dapat
memberikan dampak yang buruk
3) Memaksimalkan kemampuan yang dimiliki remaja untuk
melakukan berbagai kegiatan positif melalui karang taruna
2. Resiko cedera
a. Pada Klien :
Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas)
Intervensi :
1) Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas
dan akibatnya jika dilanggar
2) Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal
akibat kecelakaan lalu lintas

39
3) Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu lintas
4) Menganjurkan remaja untuk selalu memakai atribut
pengaman dalam berkendara
b. Pada Keluarga
Tujuan : - Keluarga dapat mempertimbangkan penggunaan
kendaraan bermotor untuk remaja
• Keluarga dapat memberikan pengertian pada remaja tentang
bahaya berkendara kebut-kebutan
Intervensi :
1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja
bahaya berkendara kebut-kebutan dan pentingnya menaati
peraturan lalu lintas
2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat berkendara
3) Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan
anaknya (misalnya anak berteman dengan geng motor)
c. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja
Intervensi :
1) Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan
penyuluhan tentang cara berkendara yang baik dan dampak
melanggar peraturan lalu lintas
b. Intervensi dari Pemerintah
a) Melalui Puskesmas
a. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat
dijangkau oleh remaja, menyenangkan,menerima remaja
dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan
kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi
kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR adalah pelayanan
kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan

40
remaja, dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan
efisien. Tujuan umum dari adanya program ini adalah
Optimalisasi pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas.
Kemudian tujuan umumnya yakni:
1. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan
remaja yang berkualitas
2. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja
dalam pencegahan masalah kesehatan khusus pada
remaja.
4. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja.
Langkah langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di
Puskesmas
1. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana:
a. Gambaran remaja di wilayah kerja :
• Jumlah remaja, pendidikan, pekerjaan.
• Perilaku berisiko: Seks pranikah, rokok, tawuran dan
kekerasan lainnya.
• Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi,
HIV/AIDS, penyalah- gunaan NAPZA
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan
tata-nilai berhubungan dengan perilaku berisiko,
masalah kesehatan yang ingin diketahui, dan
pelayanan apa yang dikehendaki
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebutuhan sarana dan prasarana
termasuk buku-buku pedoman tentang kesehatan
remaja. Metoda kajian adalah dengan mengambil
data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan

41
swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung
(remaja) atau tidak langsung (orang tua, guru,
pengurus asrama remaja dan sebagainya).
Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan
lanjutan untuk menentukan:
1. Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai
dengan tingkat pendidikan dan permasalahan yang
dihadapi
2. Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai
besaran masalah remaja di wilayah kerja.jenis
pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
remaja di wilayahnya
3. Kelompok sasaran prioritas yang akan diintervensi
4. Terobosan dan inovasi kegiatan
5. Strategi advokasi sebelum dilaksanakannya PKPR
6. Strategi menjalin kemitraan
7. Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan
PKPR di kemudian hari.
2. Melalui BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional)
a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja)
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja)
adalah suatu wadah kegiatan program PKBR yang
dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta kegiatan-
kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama
generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR
dan menarik minat remaja datang ke PIK remaja, nama
generik ini dapat dikembangkan dengan nama-nama

42
yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera
remaja setempat.
Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk
memberikan informasi PKBR, Pendewasaan Usia
Perkawianan, Keterampilan Hidup (Life Skills),
pelayanan konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu,
juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang khas dan
sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk mencapai
Tegar Remaja dalam rangka tegar Keluarga guna
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek
kegiatan pemberian informasi KRR, Pendewasaan Usia
Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life Skills),
pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan
dan dukungan, serta kegiatan-kegiatan pendukung
lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.
PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah
administrasi seperti tingkat desa, tingkat kecamatan,
tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Artinya PIK
Remaja dapat melayani remaja lainnya yang berada di
luar lokasi wilayah administrasinya. PIK Remaja dalam
penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat dan
institusi pembinanya seperti PIK Remaja Sekolah, PIK
Remaja Masjid, PIK remaja Pesantren, dan lain-lain.
Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang
pnya komitmen dan mengelola langsung PIK Remaja
serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan
modul dan kurikulum standard yang telah disusun oleh
BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri
dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan
Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya.

43
Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang
mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-
masalah remaja, memberikan dukungan dan aktif
membina PIK Remaja, baik yang berasal dari Pemerintah,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi
kepemudaan/remaja lainnya, seperti:
1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati,
walikota, pimpinan SKPDKB
2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok
organisasi masyarakat (seperti: pengurus masjid,
partor, pendeta, pedande, bukisu) dan pimpinan
kelompok dan organisasi pemuda.
3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio,
dan TV)
4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan
pondok pesantren, komite sekolah.
5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR),
majlis ta’lim, program PKK.
6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang
taruna, pramuka, remaja masjid/gereja/vihara.
b. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan
Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam
Program Indonesia Sehat 2010 di atur oleh Program
Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun 1992 pasal
45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha
Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di
sekolah.Program ini bertujuan meningkatkan prestasi
belajar peserta didik melalui peningkatan derajat
kesehatan. Dan tujuan khusus dari program ini:
1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang
sehat

44
2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan
membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat
3. Memelihara kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan masyarakat sekolah Sebagai suatu institusi
pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan
kedudukan strategi dalam upaya promosi kesehatan.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia
5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan
dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12
berjumlah 5.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914
anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk
kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200
jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif
dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007).
Promosi kesehatan di sekolah merupakan
suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi
suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan
utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang
sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan
(c) upaya pendidikan yang berkesinambungan.
Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah
TRIAS UKS.
Kegiatan Promkes ini antara lain:
1. Membangun jamban sekolah dan sarana cuci
tangan
2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban
sekolah
3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun

45
4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban,
praktek kesehatan individu, dan kesehatan
masyarakat
5. Program pemberantasan kecacingan
6. Pendidikan kebersihan saluran
pembuangan/SPAL
7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
8. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan
pihak-pihak lain yang terlibat di
sekolah,mencakup:
• Pengorganisasian murid untuk pembagian
tugas harian, pembagian tugas guru pembina
dan Komite Sekolah
• Meningkatkan peranan murid dalam
mempengaruhi keluarganya
c. Pencegahan Penanggulangan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN)
Tujuan : Membentuk masyarakat / organisasi yg
kompeten dalam berpartisipasi mengenali keberadaan
dan dampaknapza
Komponen : Tokoh masyarakat, pemuda (kartar), PKK,
Tenaga kesehatan (perawatkomunitas), LSM-LSM dan
BNP.
Kegiatan :
1. Demand Reduction (Preventif, Kuratif, Rehabilitatif)
2. Supply Control (Pengawasan, Pemberantasan, Harm
Reduction)

46
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kasus 2
Hasil Pengkajian Perawat di Wilayah Kerja PKM Kiara terhadap Kesehatan
Populasi Remaja adalah sebagai berikut: Kelompok Remaja di RW 5 Berjumlah 50
Orang, hasil Pengkajian Kesehatan 10 Remaja mengkonsumsi/ menyalahgunakan
Dextro untuk Mabuk, 30 Orang memiliki Kebiasaan Merokok dan 5 Orang Remaja
di duga menderita Penyakit Menular Seksual. 5 Orang Remaja mengaku Pernah
melakukan Hubungan Seksual Pranikah. Kelompok Remaja tersebut tinggal di
daerah Pinggiran Kota, sebagian Besar Remaja tidak tamat sekolah dan waktu
luangnya digunakan untuk berkumpul dan mengamen dijalanan, bahkan sebagian
besar Remaja Jarang Pulang ke Rumah masing- masing.

3.2 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja Berdasakan Kasus

1. Data Inti
1) Kelompok Remaja di RW 5 Berjumlah 50 Orang,
2) Lokasi Pengkajian di Wilayah Kerja PKM di daerah Pinggiran Kota

2. Masalah Kesehataan
1) 10 Remaja mengkonsumsi/ menyalahgunakan Dextro untuk Mabuk
2) 30 Orang memiliki Kebiasaan Merokok
3) 5Orang Remaja di duga menderita Penyakit Menular Seksual.
4) 5 Orang Remaja mengaku Pernah melakukan Hubungan Seksual Pranikah
3. Data Subyektif
1) Sebagian Besar Remaja tidak tamat sekolah
2) Waktu luangnya digunakan untuk berkumpul dan mengamen dijalanan,
bahkan sebagian besar Remaja Jarang Pulang ke Rumah masing- masing.
3) Mengaku Pernah melakukan Hubungan Seksual Pranikah.

47
4. Data Obyektif
1) 5 Orang Remaja di duga menderita Penyakit Menular Seksual.

5. Kesehatan Remaja
1) Penyakit yang dialami remaja 3 bulan terakhir
 Maag/gastritis
 TBC
 Asma
 Tipes
 HIV/AIDS
 Lain-lain, sebutkan ..................

(Tidak Terdapat Dalam Kasus)

2) Kegiatan remaja di luar sekolah yang dilakukan


 Keagamaan  Olah raga
 Karang taruna  Lain-lain sebutkan ...............

Sebagian Besar Remaja tidak tamat sekolah

3) Penggunaan waktu luang :


 Begadang  Kursus keterampilan
 Rekreasi  Lain-lain sebutkan ................

Waktu luangnya digunakan untuk berkumpul dan mengamen


dijalanan, bahkan sebagian besar Remaja Jarang Pulang ke Rumah masing-
masing.

48
4) Kebiasaan tidak sehat yang dilakukan :
(√) Merokok
 Minum minuman keras
(√) Penggunaan obat-obatan/narkoba
 Lain-lain, sebutkan .........................

10 Remaja mengkonsumsi/ menyalahgunakan Dextro untuk Mabuk


dan 30 Orang memiliki Kebiasaan Merokok

6. Perumusan Diagnosa
No Data Fokus Problem
1 Sepuluh Remaja mengkonsumsi/ Penyalahgunaan
menyalahgunakan Dextro untuk Mabuk obat-obatan
2 • Lima Orang Remaja di duga menderita Masalah Perilaku
Penyakit Menular Seksual. Seksual
• Lima Orang Remaja mengaku Pernah
melakukan Hubungan Seksual Pranikah.
3 Tiga Puluh Orang memiliki Kebiasaan Resiko terjadinya
Merokok penyakit (sistem
respiratori)

49
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Penyalahgunaan obat-obatan Setelah dilakukan tindakan 1. Prevensi Primer: Pengetahuan, Perilaku Sehat
keperawatan selama 3 x 24 1) Pendidikan kesehatan
jam, penyalahgunaan obat a. Identifiksi factor Internal atau eksternal yang
Data: dapat teratasi, dengan kriteria dapat meningkatkan atau mengurangi
Sepuluh Remaja hasil: motivvasi untuk berperilaku sehat.
mengkonsumsi / menyalah b. Pertimbangkan riwayat individu dalam
gunakan Dextro untuk Mabuk Remaja tidak mengkonsumsi konteks personal dan riwayat social budaya
atau menyalahgunakan dextro individu keluarga dan masyarakat
untuk mabuk. c. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat ini pada individu
keluarga, atau kelompok sasaran.
d. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk menolak perilaku yang
tidak sehat atau beresiko dari pada

50
memberikan saran untuk menghindariatau
mengubah perilaku.
e. Tekankan manfaat kesehatan positif yang
langsung atau manfaat jangka pendek yang
bisa diterima oleh perilaku gaya
hidup positif daripada menekankan pada
manfaat jangka panjang atau efek negative
dari ketidakpatuhan.

2) Fasilitasi Belajar
a. Berikan informasi sesuai dengan tingkat
perkembangan pasien.
b. Ciptakan lingkingan yang kondusif ntuk
belajar.
c. Gunakan bahasa yang umur digunakan.
d. Berikan informasi yang merangsang
perubahan perilaku pasien.

51
2. Prevensi Sekunder: Status Kesehatan Pelajar
1) Terapi kelompok
a. Sanpaikan isu akan kewajiban untuk hadir
b. Gerakan kelompok untuk bekerja sesuai
tahap kerja secepat mungkin.

2) Konsultasi
a. Identifikasi tujuan berkonsultasi
b. Identifikasi dan klarifikasi harapan dari
semua pihak yang terlibat
c. Sediakan pengetahuan seorang ahli bagi
mereka yang mencari pertolongan
d. Libatkana pihak yang mencari pertolongan
dalam keseluruhan proses konsultasi

3. Prevensi Tersier: Kualitas hidup


1) Peningkatan sistem dukungan
a. Identifikasi respon psikologis situasi dan
ketersediaan system dukungan

52
b. Identifikasi tingkat dukungan
keluarga,dukungan keuangan,dan sumber
daya lain
c. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi
dalam kegiatan social dan masyarakat
d. Libatkan keluarga,orang terdekat, dan
teman-teman dalam perawatan dan
perencanaan
2 Masalah Perilaku Seksual Setelah dilakukan tindakan 1. Prevensi Primer: Pencarian perilaku sehat
keperawatan selama 3 x 24 1) Fasilitasi belajar
DO: jam, Masalah Perilaku Seksual a. Berikan informasi sesuai dengan tingkat
• Lima Orang Remaja di dapat teratasi, dengan kriteria perkembangan pasien.
duga menderita Penyakit hasil: b. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk
Menular Seksual. belajar.
1. Penyakit Menular Seksual
c. Gunakan bahasa yang umum digunakan.
Pada Remaja Menurun
DS: d. Berikan informasi yang merangsang
2. Remaja Tidak Melakukan
• Lima Orang Remaja perubahan perilaku pasien.
Hubungan Seksual
mengaku Pernah e. Dorong pasien untuk berpartisipasi aktif
Pranikah

53
melakukan Hubungan f. Tunjukan perilaku yang mendukung
Seksual Pranikah. pasien

2. Prevensi Sekunder: Health orientation


1) Konsultasi
a. Identifikasi tujuan berkonsultasi
b. Identifikasi dan klarifikasi harapan dari
semua pihak yang terlibat
c. Sediakan pengetahuan seorang ahli bagi
mereka yang mencari pertolongan
d. Libatkana pihak yang mencari pertolongan
dalam keseluruhan proses konsultasi
e. Dukung kemempuan bagi mereka yang
mencari pertolongan untuk melangkah
lebih baik terkait dengan lebih mampu
mengarahkan diri sendiri dan tanggung
jawab.

54
2) Modifikasi perilaku
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
langkah langkah dalam berperilaku dalam
rangka mencapai kemampuan ketrampilan
sosial
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kemungkinan tindakan dan konsekuensi
dari hubungan interpersonal/sosialnya
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasikan
hasil yang diinginkan dalam suatu
hubungan interpersonal atau situasi yang
problematika.

3. Prevensi Tersier: Kesehatan spiritual, Kualitas


hidup
1) Peningkatan sistem dukungan
a. Identifikasi respon psikologis situasi dan
ketersediaan system dukungan.

55
b. Anjurkan pasien untuk berpartisipasi
dalam kegiatan social dan masyarakat.
c. Rujuk pada program pencegahan atau
pengobatan berbasis masyarakat yang
sesuai.
d. Sediakan layanan dengan sikap peduli dan
mendukung
e. Libatkan keluarga,orang terdekat, dan
teman-teman dalam perawatan dan
perencanaan.

2) Distraksi
a. Motivasi individu untuk memilih teknik
pengalihan yang diinginkan
b. Dorong partisipasi keluaraga dan orang
terdekat lainnya, serta berikan pengajaran
yang diperlukan

56
3 Resiko terjadinya penyakit Setelah dilakukan tindakan 1. Prevensi Primer: Pengetahuan, perilaku sehat
(sistem respiratori) keperawatan selama 3 x 24 1) Pendidikan kesehatan
jam, Resiko Terjadinya a. Identifikasi faktor internal atau eksternal
Data: Penyakit (Sistem Respiratori) yang dapat meningkatkan atau mengurangi
Tiga Puluh Orang memiliki dapat teratasi, dengan kriteria motivvasi untuk berperilaku sehat.
Kebiasaan Merokok hasil: b. Pertimbangkan riwayat individu dalam
konteks personal dan riwayat sosial budaya
Kebiasaan Merokok Pada individu, keluarga dan masyarakat.
Remaja Menurun c. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat ini pada individu,
keluarga, atau kelompok sasaran.
d. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk menolak perilaku yang tidak sehat
atau beresiko daripada memberikan saran
untuk menghindari atau mengubah
perilaku.

57
2. Prevensi Sekunder: Kontrol resiko
1) Dukungan kelompok
a. Pertahankan suasana positif untuk
mendukung perubahan gaya hidup
b. Tekankan pentingnya koping yang efektif

3. Prevensi Tersier: Kualitas hidup


1) Distraksi
a. Sarankan teknik pengalihan yang sesuai
dengan tingkat energy,kemampuan,
kesesuaian usia, tingkat perkembangan dan
keefektifan penggunanya
b. Dorong partisipasi keluaraga dan orang
terdekat lainnya, serta berikan pengajaran
yang diperlukan

58
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa
yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak proses
yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini.
Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam menangani
problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada penyelesaian
masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan karakter yang kuat,
salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok remaja.
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13-20 tahun. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan
perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental
mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan
abstraksi.
Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
pada masyarakat khususnya remaja. Remaja dengan jiwa yang masih labil
masih perlu bimbingan melalui penyuluhan agar resiko peningkatan angka
kematian dan perubahan pemeliharaan kesehatan pada remaja kelurahan A
teratasi.
4.2 Saran
Pertumbuhan remaja mempengaruhi tiap perilaku dan cara berpikir mereka
serta ketika mereka memutuskan sesuatu. Perubahan remaja dipengaruhi oleh
beberapa faktor misalkan; pengaruh keluarga, pengaruh gizi, pengaruh
gangguan emosional dan lainnya. Selain itu remaja juga mengalami perubahan
pada fisik dan tentang seks yang pasti dibutuhkan pada masanya.

59
Maka dari itu saat perubahan pada remaja perlu adanya penanganan dari
lingkungan dan keluarga. Karena dari keluarga setiap perubahan pada seorang
remaja sangan mempengaruhi pada pertumbuhannya.
Makalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khususnya remaja
diharapkan para pembaca dapat menyempurnakan makalah ini lebih baik lagi.

60
61
62

Anda mungkin juga menyukai