Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular didefinisikan sebagai penyakit yang tidak bisa

di tularkan kepada orang lain. Biasanya terjadi akibat gaya hidup yang tidak

sehat dan bisa juga karena faktor keturunan. Meskipun kita dekat atau

melakukan kontak fisik dengan penderita, kita tidak akan tertular oleh

penyakit tersebut. Penyakit tidak menular biasanya dialami oleh orang yang

tidak menjaga kesehatannya. Penyakiit tidak menular diantaranya hipertensi,

diabetes, rematik, stroke, dan beberapa penyakit lainnya (Irwan, 2018).

Stroke merupakan sindrom yang memiliki tanda dan gejala neurologis

klinis baik fokal maupun global yang berkembang dengan cepat, adanya

gangguan fungsi serebral dengan gejala yang berlangsung selama lebih dari 24

jam atau bahkan kematian tanpa adanya penyebab selain dari vascular

(Tanto,2014).

Stroke dibagi menjadi 2, yaitu stroke iskemik (70-80%) dan hemoragik

(20-30%). Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi arteri di otak, yang dapat

disebabkan oleh thrombosis (penyumbatan aliran darah) maupun emboli

(sumbatan pembuluh darah pada daerah proksimal). Gejala dari trombosis

biasanya bertahap memberat. Sedangkan gejala pada emboli biasanya

langsung memberat atau bisa hanya sesaat kemudian hilang lagi saat emboli

terlepas ke arah distal. Stroke hemoragik disebabkan oleh rupture arteri,

pendarahan intraserebral merupakan penyebab tersering dimana dinding


pembuluh darah kecil yang sudah rusak akibat hipertensi kronik. Hematoma

yang terbentuk akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (TIK).

(Tanto, 2014).

Secara global, 15 juta orang setiap tahunya terserang stroke, satu

pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke forum,

2015). Sebanyak 6,24 juta orang di dunia meninggal karena stroke. 53,34%

diantaranya karena stroke hemoragik dan 46,67% sisanya karena stroke

iskemik (WHO, 2016).

DATA STROKE DI DUNIA SECARA UMUM, bukan data kematian

Kasus stroke di Indonesia mengalami peningkatan baik dalam

kejadian, kecacatan, ataupun kematian, yaitu sebanyak 51,6 % dari 100 ribu

jiwa. 4,3% penderrita stroke mengalami kecacatan yang memberat dan angka

kematian sekitar 15-27% pada semua kelompok usia. Stroke lebih banyak

dialami laki-laki dibandingkan perempuan, dan jumlah penderita stroke

meningkat dengan bertambahnya usia (Tanto, 2014).

Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan maupun diagnosis atau gejala

provinsi Jawa Barat memiliki jumlah penderita stroke terbanyak yaitu

perempuan sebanyak 238.001 orang (7,4%) dan laki-laki 533.895 orang

(16,6%) (Litbangkes, 2013).

DATA KOTA/ PROVINSI DI JABAR -> CIMAHI ???

Dari data yang didapatkan dari infokes RS Dustira, diperoleh penderita

stroke dalam 3 bulan terakhir sebanyak 515 orang dengan jumlah laki-laki

sebanyak 223 orang, perempuan sebanyak 279 orang, dan sebanyak 13 orang
sisanya meninggal dunia, dengan usia terbanyak yaitu pada kisaran usia 45-64

tahun. Kasus stroke menempati urutan 1 dari 10 penyakit terbesar (Infokes RS

Dustira, 2019). Data yang didapat dari Ruang Pangrango dalam 3 bulan

terakhir sebanyak 49 orang menderita stroke dari 599 pasien (Buku

epidemiologi Ruang Pangrango, 2019).

Dampak dari serangan stroke pasti berbeda dari setiap orangnya.

Dampak dari stroke diantaranya kelumpuhan pada ekstremitas, mati rasa pada

sebagian anggota badan, gangguan penglihatan, kesulitan berbicara bahkan

kesulitan untuk mengerti, kesulitan menelan, berkurangnya kemampuan

kognitif seperti sulit untuk memfokuskan sesuatu terkadang mengalami

penurunan memori, dan adanya perubahan emosional seperti depresi dan

cemas.

Upaya yang dilakukan kementerian kesehatan dalam pencegahan dan

pengendalian penyakit stroke adalah yang pertama yaitu upaya promotif

dengan melakukan kampanye perilaku CERDIK, yang kedua yaitu upaya

preventif dengan mengajak dan mendorong masyarakat dalam meningkatkan

kewaspadaan diri melalui pemeriksaan tekanan darah dan kolesterol minimal

satu tahun sekali, yang ketiga upaya kuratif yaitu dengan penguatan pelayanan

kesehatan, dan yang terakhir upaya rehabilitatif untuk mencegah serangan

ulang (Kemenkes RI, 2019).

Uraian kasus di atas membuat penulis merasa tertarik dan penting

melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system

persyarafan akibat stroke dalam bentuk studi kasus berupa karya tulis ilmiah
dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem

Persyarafan Akibat stroke di ruang Pangrango Rumah Sakit Dustira

Cimahi”.

B. Rumusan Masalah

RANGKUM LATAR BELAKANG 1 PARAGRAF… uraian tersebut

mendasari penulis untuk mengangka sebuah rumusan masalah yaitu

“Bagaimana penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien

dengan gangguan sistem syaraf akibat stroke?”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Penulis memperoleh pengalaman secara nyata serta mampu melaksanakan

asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek

biopsiko, social dan spiritual berdasarkan pada ilmu dan proses

keperawatan pada pasien dengan gangguan system persyarafan akibat

stroke.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan system

persyarafan akibat stroke;

b. Mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan gangguan system

persyarafan akibat stroke;


c. Mampu menentukan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan system persyarafan akibat stroke;

d. Mampu melaksanakan tindakan pada pasien dengan gangguan system

persyarafan akibat stroke;

e. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah di

lakukan pada pasien dengan gangguan system persyarafan akibat

stroke;

f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan terhadap pasien

dengan gangguan system persyarafan akibat stroke.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis (Bagi Ilmu Keperawatan)

Dengan penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat

bermanfaat dalam memberikan sumbangan pikiran dan informasi dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

persyarafan akibat stroke, serta membuktikan adanya kesenjangan antara

teori dengan hasil pemeriksaan nyata di lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi rumah sakit

Dengan adanya studi kasus ini diharapkan akan dapat menjadi

masukan, informasi, dan acuan yang diperlukan bagi Rumah sakit

Dustira khususnya Ruang Perawatan Penyakit dalam Pangrango dalam


memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan persyarafan

khususnya stroke.

b. Bagi perawat

Agar dapat menjadikan sebagai kajian dan informasi dalam menambah

ilmu pengetahuan dalam pengelolaan kasus keperawatan pada pasien

dengan stroke.

c. Bagi institusi pendidikan

Dengan studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

literature dalam pembuatan studi kasus, dan juga sebagai masukan

maupun referensi dalam kegiatan belajar mengajar khususnya

mengenai pasien dengan gangguan sistem persyarafan akibat stroke.

d. Bagi mahasiswa keperawatan

Diharapkan dengan studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan

kajian mahasiswa/mahasiswi dalam melaksanakan dan membuat

asuhan keperawatan sehingga menjadikan studi kasus ini sebagai

sumber kepustakan dalam pembuatan studi kasus untuk selanjutnya.

e. Bagi penulis

Penulis mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama

menempuh pendidikan dengan melakukan asuhan keperawatan pada

kasus stroke, melatih dalam penyusunan hasil pemikiran, asuhan

keperawatan, dan pengkajian yang telah dilakukan yang selanjutnya

akan disajikan dalam karya tulis ilmiah saat ini.


E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui proses keperawatan, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara sebagai metode dengan pengumpulan data melalui

wawancara, dengan wawancara dapat menggali data-data penting yang

sangat mendukung untuk menentukan diagnosis. Penulis menggunakan

wawancara yang dilakukan dengan cara anamnesa langsung kepada pasien

dan keluarga pasien.

2. Observasi

Observasi sebagai salah satu dari beberapa tekhnik dalam pengumpulan

data, misalnya mengobservasi keadaan luka dan nyeri. Penulis

menggunakan observasi yang dilakukan dengan cara melihat langsung

keadaan pasien tanpa menanyakannya.

3. Pemeriksaan fisik

Dalam pengumpulan data pemeriksaan fisik menjadi sangat penting, ada 4

cara dalam pemeriksaan fisik yaitu: Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan

Auskultasi. Metode pemfis yang digunakan oleh penulis yaitu dilakukan

pemeriksaan dari ujung kepala hingga ke ujung kaki (head to toe).

4. Studi dokumentasi

Studi dokumentasii keperawatan sebagai cara pengumpulan data

berdasarkan dari hasil catatan atau pendokumentasian atau asuhan

keperawatan yang di lakukan di bagian catatan medik maupun diruang


perawatan pangrango RS Dustira. Penulis menggunakan catatan rekam

medik dan hasil pemeriksaan dari laboratorium untuk melengkapi data.

5. Studi kepustakaan

Seagai cara pengumpulan data melalui literature yang berhubungan

dengan masalah pasien, dengan membaca literature sangat membatu

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Penulis menggunakan

buku yang didapat dari perpustakaan dengan buku maksimal 8 tahun

terakhir dan juga menggunakan laporan kesehatan pada jurnal dengan

tahun maksimal 5 tahun terakhir.

6. Partisipasi aktif

Sebagai cara untuk melakukan keperawatan secara langsung terhadap

pasien dan keluarganya. Penulis melakukan asuhan keperawatan selama 5

hari perawatan.

F. Sistematika penulisan

1. BAB I

Berisikan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan teknik

pengumpulan data dan sistematika penulisan.

2. BAB II

Berisi beberapa teori yang meliputi definisi, anatomi fisiologi, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinik, klasifikasi, pemeriksaan diagnostik,

penatalaksanaan medis, pencegahan, komplikasi, dan proses keperawatan


yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan

gangguan sistem persyarafan akibat stroke.

3. BAB III

Berisi tentang asuhan keperawatan pada Tn. S usia 62 tahun dengan

gangguan sistem persyarafan akibat stroke dan membahas kesenjangan

antara teori dan fakta yang di dapat dalam melakukan asuhan keperawatan.

4. BAB IV

Berisi tentang kesimpulan dari asuhan keperawatan dan saran dari

pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai