air tersebut tanpa dapat diterka justru menciprat balik ke arah penulis,
sehingga membuat wajah penulis menjadi kuyub. Alangkah konyolnya hal
demikian dapat terjadi. Seketika timbul sekelebat pemikiran, yang lebih
tepatnya disebut sebagai sebuah asumsi, mungkinkah Tuhan yang melakukan
semua ini, membuat cipratan ke arah wajah penulis? Namun, disaat
bersamaan, terdapat suara hati yang berkata seperti ini, “Apakah engkau
berpikir, Tuhan demikian kurang kerjaan untuk ‘tetek-bengek’ semacam
itu?”
Berteriak ke arah tembok, kita akan mendengar echo atau pantulan suara
yang kita sebut sebagai gema. Itu bukanlah hal yang aneh, dan tidak ada
orang lain yang berteriak balik ke arah wajah kita selain suara gema kita
sendiri. menembakkan proyektil peluru ke arah tembok, proyektil tersebut
menjelma “peluru nyasar” yang dapat melukai siapa saja seperti kerap
diberitakan warga yang terluka akibat “peluru nyasar” polisi yang sedang
berusaha mengejar seorang tersangka. Namun apakah artinya peluru itu
memang memiliki mata, yang memang sejak semula secara sengaja
bermaksud menyasar seseorang tertentu sebagai korbannya?