Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizky Andarfi

Nim : 170420086
MK : Akuntansi Usaha Kecil & ETAP

AKUNTANSI PESANTREN

Pesantren merupakan lembaga yang berbasis masyarakat dan didirikan oleh


perseorangan, yayasan, organisasi masyarakat Islam dan/atau masyarakat yang menanamkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt., menyemaikan akhlak mulia, serta memegang
teguh ajaran Islam melalui pendidikan, dakwah Islam, keteladanan, dan pemberdayaan
masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara sejarah ,
keberadaan Pesantren menjadi sangat penting dalam upaya pembangunan masyarakat,
terlebih lagi karena Pesantren bersumber dari masyarakat yang sekaligus mencerminkan
kebutuhan masyarakat sesungguhnya akan jenis layanan pendidikan dan layanan lainnya.
Lahirnya UU No. 18 ini berawal dari sederet keresahan yang dialami oleh
kalangan pesantren. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) selama ini belum bias mengakomodir aspirasi dan kearifan lokal pesantren sebagai
lembaga pendidikan yang jumlahnya sangat banyak diindonesia . H al tersebut menyebabkan
perlakuan hukum yang tidak sesuai dengan norma berdasarkan kekhasan dan kesenjangan
sumber daya yang besar
Karena itu dengan dibuat UU No 18 tentang Pesantren diharapkan dapat
memenuhi perkembangan, aspirasi dan kebutuhan hukum masyarakat pada aspek dan juga
menjadi landasan hukum untuk memberikan afirmasi atas jaminan kesetingkatan mutu
lulusan, dan juga tersebut nantinya menjadi landasan hukum bagi terbentuknya instrumen
pendanaan untuk memastikan ketersediaan dan ketercukupan anggaran dalam pengembangan
pesantren. Dan satu hal yang penting untuk dikuatkan adalah UU Pesantren sebagai landasan
hukum untuk memperkuat peran pesantren dalam pembangunan nasional untuk menjawab
tantangan zaman kedepan.
Organisasi nirlaba menerapkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas pada
masyarakat, maka pihak manajemen melakukan pembenahan administrasi, termasuk
publikasi pertanggungjawaban laporan keuangan setiap tahun. Masing-masing organisasi
nirlaba memiliki karakteristik yang unik dan masih perlu dilakukan penyempurnaan berkaitan
dengan standarisasi pelaporan keuangannya. Oleh karena itu, laporan keuangan yang
disajikan juga akan disesuaikan dengan karakteristik organisasi namun tetap pada prinsip
akuntansi yang berlaku di Indonesia . maka dari itu digunakan PSAK 45 Tetapi terjadi
penggantian antara PSAK 45 dengan ISAK 35.
Sebagai gambaran, PSAK 45 “Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba” dapat
digunakan oleh Yayasan atau organisasi nirlaba untuk melakukan pelaporan keuangan.
Namun demikian dalam praktiknya PSAK 45 malah membingungkan karena adanya
pengaturan penyajian laporan keuangan yang berbeda dalam kelompok standar (tier) yang
sama. PSAK 45 ini merevisi PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba yang
telah dikeluarkan pada tanggal 23 Desember 1997. sedangkan ISAK 35: Penyajian Laporan
Keuangan Entitas Berorientasi NonlabaISAK 35 mengatur tentang penyajian laporan
keuangan entitas berorientasi nonlaba. ISAK 35 yang diterbitkan oleh DSAK IAI merupakan
interpretasi dari PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan paragraf 05 yang memberikan contoh
bagaimana entitas berorientasi nonlaba membuat penyesuaian.
Saat ini, Standar Akuntansi Keuangan Syariah di Indonesia menggunakan PSAK
101 (2014). SAK Syariah tersebut menggantikan SAK Syariah yang disahkan tahun 2002 dan
menyempurnakan SAK tahun 2007 dan 2011. Dasar pembuatan SAK Syariah ini bersumber
pada Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 282-283. Ayat tersebut menjabarkan prinsip pencatatan
laporan keuangan yang menggunakan konsep kejujuran, keadilan dan kebenaran. Pembuatan
SAK Syariah ini mengikuti perkembangan ekonomi islam di dunia. Perkembangan tersebut
menciptakan lingkungan ekonomi dan pasar baru yang berbasis syariah.

Dalam praktiknya, terdapat pandangan bahwa SAK ETAP terlalu sederhana


untuk diterapkan oleh entitas yang berukuran besar, namun tidak terdaftar di pasar modal
(sebagai contoh, SAK ETAP tidak mengijinkan pelaporan keuangan konsolidasian). Dengan
demikian, bagi entitas yang tidak terdaftar di pasar modal dan bukan UKM, SAK Umum
dipandang terlalu kompleks, sementara SAK ETAP dipandang kurang memenuhi kebutuhan
pelaporan keuangan. Disamping itu, adanya perkembangan SAK di Indonesia yang sangat
pesat yang ditandai dengan terbitnya SAK Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (EMKM)
pada akhir 2016 sebagai tier ketiga semakin menegaskan untuk dilakukan reviu
komprehensif atas SAK ETAP.

Pelaporan pada pondok pesantren bisa mengacu pada SAK ETAP atau PSAK
Syariah yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi IAI. Pentingnya pedoman atas
laporan keuangan pesantren adalah memberi panduan akuntansi yang tidak mengikat bagi
pondok pesantren dalam penyusunan laporan keuangan. Sedangkan dalam penyajian
laporannya bisa mengacu pada SAK Non Laba. Secara rinci, tujuan laporan keuangan, yaitu
untuk menyajikan informasi mengenai:

1. Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba.
2. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat neto;
3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan
hubungan antar keduanya;
4. Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, mendapatkan pinjaman
dan melunasi pinjaman, serta faktor lain yang berpengaruh terhadap likuiditasnya;
5. Usaha jasa entitas nirlaba Laporan keuangan ini yang akan menjadi
pertanggungjawaban pesantren atas pengelolaan dana kepada pihak yang memberikan
dana.
Laporan keuangan yang bisa disusun oleh Pondok pesantren berdasarkan pedoman yang
berlaku adalah:

1. Laporan aktivitas
2. Laporan arus kas
3. Laporan posisi keuangan
4. Catatan tas laporan keuangan
]
DAFTAR PUSTAKA
http://keuanganlsm.com/perbedaan-sak-etap-dengan-psak/
https://kjacsw.com/wp/blog/2018/11/16/laporan-keuangan-yayasan/
http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-1051=reformasi-sak-etap-tugas-besar-
iai-untuk-negeri
Buku-Pedoman-Akuntansi-Pesantren-28-Mei-2018.pdf
PENERAPAN_PSAK_NO45_TENTANG_PELAPORAN_KEUANGAN_ORG.pdf
UU_NO_18_2019%20Tentang%20Pesantren.PDF
0PSAK%20112%20(1)%20AKUNTANSI%20WAKAF.pdf
http://etw-accountant.com/arah-baru-standar-akuntansi-entitas-nonlaba-rencana-pencabutan-
psak-45-dan-penerbitan-draf-eksposur-isak-35/

https://kaprtambunan.com/2019/02/22/pelaporan-keuangan-yayasan-atau-entitas-nonlaba-
setelah-isak-35-berlaku/

Anda mungkin juga menyukai