Resume Metode Stastistik Non Paramatrik
Resume Metode Stastistik Non Paramatrik
Apabila anda telah menetapkan pasangan ukuran ordinal yang diambil dari sabjek
yang sama atau subjek yang dicocokan, dan apabila anda hanya tertarik pada adanya
perbedaaan nyata atau tidak tanpa memperhatikan perbedaan tersebut, maka prosedur uji
tanda harus digunakan. Prosedur uji tanda didasarkan pada tanda negatif atau posistif dai
perbedaan antara pasangan data ordinal. Pada hakikatnya, pengujian ini hanya
memperhatikan arah perbedaan dan bukan besarnya perbedaan itu.
Informasi apa yang akan kita perooleh dari data penelitian pasar tersebut? Jika benar
– benar tidak ada perbedaan rasa, melalui survei yang besar, kita dapat memperkirakan
bahwa jumlah konsumen yang menilai rasa resep baru lebih enak daripada resep lama akan
sama dengan jumlah konsumen yang menganggap resep baru kurang enak dari pada resep
lama. Dengan kata lain, jika benar – benar tidak ada perbedaan antara rasa resep lama
dengan resep baru, maka kita dapat mengatakan bahwa perbedaan median antara kedua
nilai rasa tersebut adalah nol.
Sebagaimana halnya dalam Setiap pengujian hipotesis, langkah pertam dalam prosedur uji
tanda adalah menyatakan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Ex: nilai rasa oleh 10 konsumen ayam goreng yang dimasak dengan resep lama dan ayam
goreng yang dimasak dengan resep baru ( 10 menunjukan “rasa sangat enak,” dan 1
menunjukan “rasa sangat tidak enak”)
Hipotesis nol yang akan diuji dalam contoh kita adalah bahwa resep baru tidak
mempengaruhi rasa daging ayam. Jumlah tanda positif yang menunjukkan perbaikan rasa
sama banyaknya dengan jumlah tanda negatif yang menunjukan merosotnya kelezatan,
dalam penentuan beda antara kedua nilai rasa tersebut.
1
H0 : p = 0,5
Ha : p > 0,5
2
Jika jumlah sampel cukup besar, dan jika pendekatan normal menerima terhadap
distribusi binomial, maka aturan pengambilan keputusan yang berlaku sesuai dengan aturan
distribusi Z di mana Rasio kritis (CR dari nilai Z) dihitung sebagai:
CR = 2R – n
akar n
Selain itu, untuk contoh ini, kita akan menolak hipotesis nol pada taraf nyata sebesar 0,01
3
Langkah selanjutnya ialah membutuhkan tanda setiap perbedaan (sebagaimana ditunjukan
pada kolom 3 tabel) terhadap peringkat yang telah ditetapkan (sebagaimana ditunjukkan
pada kolom 4).
Langkah ini menghasilkan angka pada dua kolom terakhier tabel sebagi contoh, besarnya
perbedaan antara pasangan data untuk gino diberi peringkat 7, dan karena perbedaan
tersebt positif, maka dicatat +7. Peringkat bertanda bagi konsumen lainnya diperoleh
denagn ara serupa.
e. Menjumlahkan peringkat.
Menjumlahkan semua peringkat positif dan kemudian menjumlahkan semua peringkat
negatif, yang paling kecil dari kedua hasil penjumlahan ini ditetapkan sebagai nilai hitung T.
Karena jumlah peringkat negatif adalah 10,5 dan jumlah peringkat positif adalah 25,5 maka
jumlah 10,5 ditetapkan sebagai nilai hitung T. (guna memeriksa keakuratannya pehitungan,
jumlah peringkat positif dan negatif adalah 25,5 +10,5, tentunya harus sama dengan jumlah
peringkat pada kolom 4 tabel).
Asumsikan bahwa kepala biro alumni suatu BBA-MBA School sedang menghimpun data
biografis mengenai alumni yang tamat 10 tahun lalu. Setelah menerima hasil survei melalui
surat, kepala biro tersebut ingin mengetahui apakah mereka yang berkonsentrasi di bidang
manajemen keuangan.Tabel di bawah memperlihatkan data gaji yang telah diterima kepala
biro tersebut dari 8 (n1 = 8) alumni yang berkonsentrasi di bidang manajemen pemasaran
dan 12 (n2 = 12) alumni yang berkonsentrasi di bidang manjemen keuangan.
4
Sebagaimana halnya dengan jenis pengujian hipotesis lainnya, langkah pertama dalam
melaksanakan pengujian Mann-whitney ini ialah menyatakan hipotesis nol dan hipotesis
alternatif serta menentukan taraf nyata yang diinginkan. Dalam hal ini, hipotesis nolnya
ialah bahwa setelah 10 tahun, tidak ada perbedaan antara gaji alumni yang berkonsentrasi
di bidang pemasaran san gaji alumni yang berkonsentrasi di bidang keuangan, yakni H 0 : gaji
alumni dari kedua konsentrasi tersebut sama. Karena pengujian satu-arah ke kanan harus
dibuat, mka hipotesis alterntifnya ialah bahwa setelah 10 tahun, gaji alumni yang
berkonsentrasi di bidang manajemen keuangan, yakni H α : gaji alumni dari konsentrasi
pemasaran lebih tinggi dari pada gaji alumni dari konsentrasi keuangan. Labih lanjut, kepala
biro tersebut menginginkan taraf nyata sebesar α = 0,01.
Dimana : R1 = jumlah peringkat yang harus diberikan pada sampel dengan jumlah n1
R2 = jumlah peringkat yang harus diberikan pada sampel dengan jumlah n2
Kedua rumus ini kemungkinan besar akan menghasilkan dua nilai yang berbeda bagi U. Nilai
yang dipilih untuk U dalam pengujian hipotesis adalah nilai yang paling kecil dari kedua nilai
tersebut. Dengan menggunakan rumus kita peroleh:
5
8❑ ( 8+1)
U =8(12)❑+ −91,5=40,5
2
12❑(12+1)
U =8(12)❑ + −118,5=55,5
2
Oleh karena itu, nilai yang diterapkan untuk U guna menguji hipotesis nol adalah
40,5 yang merupakan paling kecil dari kedua nilai hitung tersebut. Guna memeriksa apakah
perhitungan kita di atas nilai U bener, rumus berikut dapat digunakan.
6
(1) Seluruh data hasil pengamatan dari k sampel digabung, kemudian dibuat peringkat
(2) Kemudian hitung jumlah peringkat dari setiap sampel (j,j =1,2,..., k)
Prosedur pengujian dengean kreteria uji kruskal –wallis :
(i) Uji H0 = µ1 = µ2 = ... = µj = ... = µk (semua rata – rata sama)
Uji Hα = µi ≠ µj i ≠ j (minimal ada dua rata-rata tidak sama)
k 2
Tj
(ii) Hitung KW =
[ 12
∑
n (k +1) j=1 n j ]
- 3(n+1), j = 1,2, ...,k
7
+ + - - + + + + + - - + + - +
Tanda positif menunjukan kenaikan dari hari sebelumnya, sementara tanda negatif
menyatakan penurunan dari hari sebelumnya.
Prosedur pelaksaan runs test adalah:
a. Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatif hipotesis untuk runs test kita
adalah.
H0 = data beurut DJIA yang dianalisis tersebut bersifat acak.
H1 = data beurut DJIA yang dianalisis tersebut mempunyai pola
Runs test dirancang untuk mendekati pola dalam data berurut, tetapi tidak bisa
mengungkapkan hakikat dari pola terseut. Jadi, untuk contoh ini, uji deret dapat
memperlihatkan adanya pola dalam perubahan pasar modal, tetapi berdasarkan hasil
pengujian, kita tidak dapat menyimpulkan apakah pola itu menaik atau menurun.
b. Menghitung jumlah deret
Berdasarkan urutan tanda (positif atau negatif) tadi dapatlah investor tadi menyimpulkan
adanya keacakan, atau apakah terdapat suatu pola? (investor tersebut tidak peduli pada
jenis pola yang muncul). Langkah pertma untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan
menghitung jumlah deret. Dengan mengguakan data sebelumnya.
c. Menghitung Frekuensi kejadian
Langkah berikutnya dalam prosedur runs test adalah mengidentifikasi terlebih dahulu
jumlah elemen dari suatu jenis data(yang disebut n 1) dan kemudian menidentifikasi jumlah
elemen dari jenis dari lainnya (yang disebut n1).
d. Menarik kesimpulan statistik
Jika n1 dan n2 masing – masing sama atau lebih dari 20 5 kita akan memulai pengujian
hipotesis nol dengan merujuk ke Tabel r yang ada pada Lampiran XI, dibagian belakang buku
ini. Tabel r ini didasarkan pada asumsi bahwa H 0 benar, dan menyajikan nilai r kritis menurut
n1, n2 dan taraf nyata sebesar 0.05. aturan pengambilan keputusan berikut digunakan untuk
membandingkan nilai r sampel dengan nilai r pada tabel.
E. Koefisien Korelasi Peringkat Spearman
Ukuran erat – tidaknya kaitan antara dua variabel ordinal; artinya, r s merupakan
ukuran atas kadar/derajat hubungan antara data yang telah disusun menurut peringkat
(ranked data). Koefisien korelasi (r) dihitung dengan menggunkan nilai aktual dari X dan Y,
8
sedangkan koefisien Spearman yang akan kita bicarakan berikut ini menggunkan nilai
peringat untuk X dan Y, dan bukan nilai Aktual.
∑ D 2 dalam pembilang rumus. Kolom terakhir dalam menunjukkan jumlah dari perbedaan
yang dikuadratkan tersebut. Hasil perhitungan dalam memberikan r s sebesar 0,636.
Sebagai dasar untuk meinterprestasikan r s Anda harus selalu ingat bahwa apabila r s
(seperti koefisien korelasi biasa, r) bernilai nol, maka tidak ada korelasi. Dan, sepertihalnya r,
jika rs adalah +1,00 atau -1,00, maka terdapat korelasi sempurna.
9
Menguji signifikansi rs
Pengujian yang lebih formal bisa dilaksankan menentukan apakah benar – benar ada
hubungan statistik seperti diisyaratkan oleh r s hipotesis nol biasa ditentukan untukan
menyatatkan tidak adanya hubungan anatara prestasi kursus dan prestasi penjualan, yaitu
H0 : rs = 0. Karena manajer pelatih cenderung berkeyakinan bahwa kursus tersebut akan
meningkatkan kemampuan menjual, maka pengujian satu – arah ke kanan dapat dilakukan
dan hipotesis alternatif akan menyatakan adanya hubungan positif antara prestasi kursus
dengan prestasi penjualan, yaitu H1 : rs > 0. Misalnya kita akan melakukan pengujian pada
α =0,05 . pertanyaan mendasar dalam pengujian hipotesis kita adalah berapa besarnya
probabilitas untuk memperoleh nilai rs sampel sebesar 0,636 jika sesungguhnya tidak ada
hubungan antara kedua variabel tersebut?
Jika ukuran sampel lebih besar dari 10, kita bisa melakukan pengujian hipotesis
dengan mengitung rasio kritis (critical ratio = CR) sebagai berikut.
n−2
CR= rs =
√ 1−r 2s
Berdasarkan data dalam contoh, kita peroleh :
11−2
CR= 0,636 =
√ 1−(0,636)2s
Nilai dari tabel t: t0,05(9) = 1,833
Setelah menghitung rasio kritis, kita sudah dapat menarik kesimpulan berdasarkan
aturan pengambilan keputusan untuk pengujian satu – arah ke kanan pada taraf nyata
sebesar 0,05, yakni sebagai berikut:
Terima H0 dan Terima H1 Jika CR ≤ nilai t tabel
Atau
Tolak H0 dan terima H1 = jika CR > nilai t tabel.
10
11