Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………...................……………………………I
HALAMAN PENGESAHAN………………..................……………………….II
KATA PENGANTAR………………………....................…………………….III
DAFTAR ISI……………………………………………..................…………..IV

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG………………………….………..…………..1
1.2 MASALAH PENELITIAN………………………………....…………2
1.3 TUJUAN PENELITIAN……………………………………......……..2
1.4 MANFAAT PENELITIAN………………………………………....…2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 PENGARUH…………………………………………….…….............3
2.2 PERGAULAN………………………….…………….……………..3
2.3 MORALITAS……………………………………………..........……..4
2.4 SISWA…………………………………………………...............……5

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 DEFINISI OPERASIONAL ISTILAH………………………….…….6
3.2 POPULASI DAN SAMPEL………………………….....…………….6
3.3 METODE PENELITIAN………………………………......………….7
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA………………………..…………7
3.5 TEKNIK ANALISIS DATA……………………………………..…….7

BAB I
LATAR BELAKANG

1.1. Pendahuluan
Pada perkembangan zaman modernisasi saat ini, pergaulan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan moralitas seseorang. Pada saat itu seseorang
mulai merubah pola pikir mereka dan mengikuti perkembangan zaman
modernisasi pada saat kebudayaan barat mulai tersebar dikalangan remaja
termasuk siswa. Kebudayaan barat sangat jelas berpengaruh terhadap
perkembangan para siswa khususnya terhadap kepribadian siswa itu sendiri.
Pergaulan memiliki artian yang mencakup luas, dari pergaulan di lingkungan
keluarga, di lingkungan sekolah, bahkan hingga di lingkungan masyarakat sekitar.
Lingkungan pun mempunyai peran penting untuk membentuk suatu kepribadian
seseorang dalam bertingkah laku, dan dalam berpola pikir. Pergaulan itu sendiri
terbagi menjadi dua macam, pergaulan yang negatif dan pergaulan yang positif.
Pada perkembangan zaman saat ini, yang tampak jelas memang pergaulan negatif
yang lebih mengarah kepada para siswa dalam bertingkah laku didalam kehidupan
sosial. Sedangkan pergaulan yang bersifat positif jarang sekali diperlihatkan para
siswa didalam kehidupan sosialnya, karena siswa banyak terpengaruh didalam
lingkungan khususnya. Dimana para siswa harus bisa memilih dan mengikuti
suatu pergaulan yang mana menurutnya adalah suatu yang baik atau positif. Para
siswa memang seharusnya melakukan adaptasi didalam kehidupan sosialnya
dalam berinteraksi maupun dalam pergaulan sehari-harinya, karena adaptasi
dimana siswa dapat menyesuaikan diri dalam bertingkah laku dan cara berpikir
didalam lingkungannya.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Mengapa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat berperan
terhadap moralitas siswa
1.2.2. Lingkungan bagaimana yang dapat mempengaruhi moralitas siswa
1.2.3. Apa dampak pergaulan bagi moralitas siswa

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Untuk mengetahui peran lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat terhadap moralitas siswa
1.3.2. Mengetahui dampak pergaulan bagi moralitas siswa
1.3.3. Mengetahui lingkungan yang dapat mempengaruhi moralitas siswa

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Pembaca dapat mengetahui dampak dari pergaulan bagi moralitas
siswa
1.4.2. Pembaca dapat mengetahui peran lingkungan sekitar terhadap
moralitas siswa
1.4.3. Pembaca dapat membedakan lingkungan yang berdampak baik dan
berdampak buruk bagi moralitas siswa

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengaruh
Menurut Norman Barry, pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika
seseorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan
terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak
merupakan motivasi yang mendorongnya. (Carapedia, 2012)
Sedangkan menurut WJS.Poerwardaminta, pengaruh adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa
atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain (Poerwardaminta:
731).
2.2. Pergaulan
Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan
orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling
mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari proses
interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya. Kuat
lemahnya suatu interaksi sosial mempengaruhi erat tidaknya pergaulan yang
terjalin.
Dalam kehidupan sosial ada berbagai bentuk pergaulan, ada yang sehat
ada pula yang dikategorikan pergaulan yang tidak sehat. Pergaulan sehat adalah
pergaulan yang membawa pengaruh positif bagi perkembangan kepribadian
seseorang. Sebaliknya pergaulan tidak sehat mengarah kepada pola perilaku yang
merugikan bagi perkembangan dirinya sendiri maupun dampaknya bagi orang
lain.Pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang mengarah kepada pembentukan
kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma sosial, kesusilaan dan kesopanan
yang berlaku.
Jenis pergaulan dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor umur, pekerjaan,
keterikatan, dan lingkungan. Faktor umur menentukan bentuk hubungan
sosialisasi pelaku. Usia anak-anak berbeda dengan usia remasa, usia dewasa, usia
orang tua, usia lanjut dan sebaginya. Dapat dikatakan baik, apabila bentuk
pergaulan itu dilakukan oleh dan untuk umur sebaya.Faktor pekerjaan
berpengaruh juga terhadap bentuk pergaulan. Perilaku pergaulan antara orang-
orang kantor akan berbeda dengan orang-orang di lapangan, pekerja pabrik,
pekerja bangunan, pekerja di terminal dan sebagainya.Faktor keterikatan,
misalnya pelaku organisasi sosial, organisasi partai politik, peserta didik tentu cara
bergaulnya juga akan berbeda.Faktor lingkungan, pergaulan dalam lingkungan
masyarakat yang macam pendidikan, kegiatan, status sosialnya sangat berbeda-
beda, dan heterogen memerlukan penyesuaian yang sangat ekstra hati-hati.

2.3. Moralitas
Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang
berarti kebiasaan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”,
“mores”.Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak budi pekerti, dan susila.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002:7). Moralitas juga berperan
sebagai pengatur dan petunjuk bagi manusia dalam berperilaku agar dapat
dikategorikan sebagai manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku yang
buruk (Keraf, 1993: 20). Dengan demikian, manusia dapat dikatakan tidak
bermoral jika ia berperilaku tidak sesuai dengan moralitas yang berlaku.
Moral secara etimologi diartikan sebagai keseluruhan kaidah-kaidah
kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku pada kelompok tertentu, ajaran kesusilaan,
dengan kata lain ajaran tentang azas dan kaidah kesusilaan yang dipelajari secara
sistimatika dalam etika. Dalam bahasa Yunani disebut “etos” menjadi istilah yang
berarti norma, aturan-aturan yang menyangkut persoalan baik dan buruk dalam
hubungannya dengan tindakan manusia itu sendiri, unsur kepribadian dan motif,
maksud dan watak manusia. kemudian “etika” yang berarti kesusilaan yang
memantulkan bagaimana sebenarnya tindakan hidup dalam masyarakat, apa yang
baik dan yang buruk.
Franz Magnis Suseno menguraikan moralitas adalah keseluruhan norma-
norma, nilai-nilai dan sikap seseorang atau sebuah masyarakat. Menurutnya,
moralitas adalah sikap hati yang terungkap dalam perbuatan lahiriah (mengingat
bahwa tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari hati), moralitas terdapat
apabila orang mengambil sikap yang baik karena Ia sadar akan kewajiban dan
tanggung jawabnya dan bukan ia mencari keuntungan. Moralitas sebagai sikap
dan perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih.
Menurut W. Poespoprodjo, moralitas adalah kualitas dalam perbuatan
manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik
atau buruk atau dengan kata lain moralitas.

2.4. Siswa
Siswa/siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan menengah
pertama dan menengah atas. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi
manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain
yaitu pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif atau
pedagogis.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Istilah


Pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan
seseorang” (Depdikbud, 2001:845). Dari pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari
suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada.
Pergaulan merupakan jalinan hubungan sosial antara seseorang dengan
orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama sehingga terjadi saling
mempengaruhi satu dengan lainnya. Pergaulan merupakan kelanjutan dari proses
interaksi sosial yang terjalin antara individu dalam lingkungan sosialnya.
Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang
berarti kebiasaan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”,
“mores”.Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak budi pekerti, dan susila. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk
(Bertens, 2002:7).
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi
Dalam kamus besar bahasa indonesia, populasi adalah suatu kelompok
atau objek dalam sampel suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI SMA Plus Negeri 17 Palembang sebanyak 375 siswa.
3.2.2. Sampel
Sampel yang diperlukan untuk penelitian ini 20% dari 375 siswa kelas XI
SMA Plus Negeri 17 Palembang, sehingga didapatkan sampel berjumlah 75 orang
siswa.

3.3. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data informasi yang berupa
simbol angka atau bilangan. Berdasarkan simbol-simbol angka tersebut,
perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan untuk menghasilkan suatu
kesimpulan yang berlaku umum didalam suatu parameter. Nilai data dapat
berubah-ubah tau bersifat variatif. Data kuantitatif adalah data informasi yang
berbentuk kalimat verbal, bukan berupa simbol angka atau bilangan. Data
kualitatif didapat melalui suatu proses menggunakan teknik analisis mendalam
dan tidak dapat diperoleh secara langsung.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuisioner.
Teknik kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang lain yang dijadikan responden
untuk kemudian dijawabnya.

3.5. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah teknik yang digunakan untuk membaca,
mengukur, menghitung, atau memakai data sehingga sampai pada suatu simpulan.
Dalam hal ini, teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis secara
kualitatif dan kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A. R. (eds.), 2015. Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah.
Depok: Kalimedia.

Makna Moralitas dan Lima Ciri Standar Moral. (online)


(https://www.aprillins.com/2010/1608/makna-moralitas-dan-lima-ciri-
standar-moral/diakses pada 30 oktober 2017)

Pergaulan. (online)
(https://ismasmki.wordpress.com/d-artikel/1-tips-praktis/b-pergaulan/
diakses pada 30 oktober 2017)

Peseta Didik. (online)


(https://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik diakses pada 30 oktober 2017)

Anda mungkin juga menyukai