Anda di halaman 1dari 28

Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dalam memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sorong, 18 Januari 2020

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia diantaranya yaitu untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan
dalam bidang pertanian dan minuman untuk ternak. Selain itu, air juga sangat
diperlukan dalam kegiatan industri dan pengembangan teknologi untuk
meningkatkan taraf  kesejahteraan hidup manusia. Air di alam umumnya tidak
tersedia dalam keadaan murni. Air murni hanya ada di Laboratorium berupa
aquades. Menurut Waluyo (2004), air di alam selalu ditambahi factor X,
sehingga rumus kimianya menjadi H2O + X, dimana factor X ini dapat berbentuk
factor yang bersifat hidup atau biotik dan factor yang bersifat tidak hidup atau
abiotik.

Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik,
kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air
relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi
ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia
terhadap air minum.

Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan


keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk
keperluan tertentu. Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga
kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.
Aktivitas industry seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi
merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari
pertanian dan perkotaan.
Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,
pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah
mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam
penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).

1.2.    Tujuan
 Untuk mengetahui nilai parameter kualitas air sungai Remu bagian hulu.
 Untuk mengetahui parameter fisika & kimia masuk pada ambang batas baku
mutu PP nomor berapa.

1.3.    Manfaat
 Dapat mengetahui nilai parameter kualitas air sungai Remu bagian hulu.
 Dapat mengetahui parameter fisika & kimia masuk pada ambang vatas baku
mutu PP nomor berapa.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji
berdasarkan parameter parameter tertentu berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 Kepmen Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.

Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu


terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisika, biologi,
atau uji kenampakan (bau dan warna) pengelolaan kualitas air adalah upaya
pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter


fisika, parameter kimia, dan parameter biologi. Ada beberapa syarat utama
kualitas air bagi kehidupan biota air, seperti: kadar amonia dan nitrit rendah,
bersih secara kimiawi, memiliki ph, kesahadah, dan temperatur yang sesuai,
rehdah kadar cemaran organik, dan satabil (Soemarto, 1987)

Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu


pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia.

2.1.1 Parameter Fisika


a. Suhu
         Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmofer.
Berdasarkan penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan
menjadi dua, yakni sebaran secara horisontal  dan vertikal.air sebagai
lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami
fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air
lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 oC, setiap satuan Volume air
memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak daripada udara. Pada perairan
dangkal akan menunjukan fluktuasi suhu air yang lebih besar daripada
perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau
fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah
maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam
antara lain :
1.      Penyerapan (Absorpsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
2.      Angin, sebagai penggerak pemindahan massa air.
3.      Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat
lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu
tinggi naik ke permukaan perairan.
Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam
badan air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi dari pada suhu badan air.
Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu
dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya (Effendi, 2003).
Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai
berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. (2) kecepatan
reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
akan mati (Fardiaz, 1992).

b. Kecerahan/intensitas cahaya

Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1) Kecerahan air


merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar
matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan
lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu
perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang
diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya
matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya
didalam air. 

Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh


kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang
sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Faktor-faktor
kekeruhan air ditentukan oleh:

a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)

b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.

c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari
daun-daun tumbuhan yang terektrak).

c. Kedalaman

Kedalaman suatu perairan sangat menentukan berapa besar penetrasi


cahaya matahari yang masuk kedalam perairan. Semakin dalam dan jernih
suatu perairan maka tingkat penetrasi cahaya akan semakin tinggi pula.

Menurut Hadiwigeno (1990) kedalaman diukur dengan menggunakan


tali yang telah diberi pemberat yang alatnya dimasukkan kedalam perairan
sampai pemberat mencapai dasar perairan. Kemudian pengukuran dimulai
dari tali dari permukaan perairan sampai pada alat pemberat.

d. Konduktifitas

Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/ DHL) adalah gambaran numerik


dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin
banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai
DHL. Konduktivitas dinyatakan dengan satuan µmhos/cm, dapat dideteksi
dengan menggunakan alat EC meter (Elektric Conductance). Pengukuran daya
hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk
menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air.

Konduktivitas air dapat dinyatakan dalam satuan mhos/cm atau


Siemens/cm. Air tanah dangkal umumnya mempunyai harga 30-2000
µmhos/cm. Konduktivitas air murni berkisar antara 0-200 μS/cm (low
conductivity), konduktivitas sungai sungai besar/major berkisar antara 200-
1000 μS/cm (mid range conductivity), dan air saline adalah 1000-10000
μS/cm (high conductivity). Nilai konduktivitas untuk air layak minum sekitar
42-500 μmhos/cm. Nilai konduktivitas lebih dari 250 mhos/cm tidak
dianjurkan karena dapat mengendap dan merusak batu ginjal.

Resistivitas merupakan kebalikan dari konduktivitas, dimana


resistivitas adalah kesanggupan suatu bahan untuk menghambat aliran listrik
yang mengalir didalamnya, dimana listrik hanya dapat mengalir dalam bahan
yang bersifat konduktif. nilai resistivitas air bawah tanah antara 40-210
ohm.m, dan nilai salinitas air bawah tanah yang layak konsumsi antara 175-
1400 gr/l. Nilai resistivitas air bersih (fresh water) adalah antara 10 – 100 Ωm.
Sedangkan nilai resistivitas limbah cair memiliki nilai yang lebih kecil.

e. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan.


Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan ionida digantikan klorida, dan
semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg
atau permil (0 /00).

f. Kekeruhan/turbidity
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelometrix
Turbidity Unit) atau JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin
Turbidity Unit). Kekeruhan dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang
setara dengan 1 mg/liter SiO2. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda
tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata
dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri (Hefni, 2003).
Air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas maksimal
kekeruhan air bersih menurut PERMENKES RI Nomor 416 Tahun 1990
adalah 25 skala NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Kekeruhan air dapat
ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung
dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
Dan akibatnya bagi budidaya perairan adalah dapat mengganggu masuknya
sinar matahari, membahayakan bagi ikan maupun bagi organisme makanan
ikan. Serta dapat mempengaruhi corak dan sifat optis dari suatu perairan.
Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan
peningkatan konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan
kecerahan. Keberadaan total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi
intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air. Dan dampaknya
bagi budidaya perairan adalah adanya absorsi cahaya oleh air dan bahan –
bahan terlarut, pembiasan cahaya yang di sebabkan oleh bahan–bahan yang
melayang. Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi
cahaya matahari ke dalam badan air.
g. Warna
Warna air ditentukan karena prose salami, baik yang berasal dari
proses biologis maupun non-biologis. Produksi dari proses biologis dapat
berupa humus, gambut dan lain-lain. Sedangkan dari proses non-biologis
dapat berupa semyawa-senyawa kimia yang mengandung unsure-unsur Fe,
Co, Mn dan lain-lain. Selain itu warna air juga dapat ditentukan oleh jenis
plankton yang dominan.
Pada umumnya warna air yang dikehendaki adalah hijau yang
menunjukkan jenis plankton Ganggang Hijau (Chlorophytaceae). Tetapi
warna air yang bagus tidak selalu harus hijau, karena jika yang dominan pada
saat itu jenis plankton hewan, maka warna air biasanya berwarna coklat muda.

h. Total Dissolved Solid (TDS)


Padatan terlarut total (TDS) merupakan bahanbahan terlarut dan
koloid yang berupa senyawa kimia dan bahan lain berupa ion yang biasa
ditemukan di perairan. Air laut pada umumnya memiliki nilai TDS yang
tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia yang juga mempengaruhi
salinitas dan konduktivitas. Dalam penelitian ini, salinitas perairan Teluk
Saleh berada dalam kisaran 30.57 - 32.80 ‰.
Jika merujuk pada Mc Neely et al. (1979), hubungan antara TDS dan
salinitas perairan Teluk Saleh digambarkan sebagai perairan payau atau
keasinan sedang (moderately saline). Secara umum nilai TDS tinggi di stasiun
yang berada di bagian tengah dibandingkan dengan stasiun di dekat daratan,
walaupun tidak ada perbedaan signifikan besaran nilai TDS pada 2 bagian
perairan tersebut.

2.1.2 Parameter Kimia

a. pH

pH merupakan suatu indeks konsentrasi ion hidrogen dan mempunyai


pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga dapat
dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai
lingkungan hidup. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH.

Organisme akuatik dapat hidup dalam perairan yang mempunyai nilai


pH dengan kisaran toleransi antara basa lemah dan basa lemah. Kondisi pH
yang baik bagi pertumbuhan biota air adalah berkisar antar 6,5 – 9.

b. Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO)


Oksigen Terlarut adalah jumlah oksigen terlarut didalam air yang
berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut disuatu
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahluk
hidup dalam air. Kadar oksigen yang baik oada perairan tidak kurang dari 2
mg/l. Semakin banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air semakin baik.

c. Karbondioksida (CO 2)

Karbondioksida bebas merupakan salah satu gas respirasi yang penting


bagi sistem perairan, kandungan karbondioksida bebas dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik terurai, suhu, pH dan aktivitas fotosintesis.

Karbondioksida diperairan dapat mengalami penurunan bahkan hilang


akibat proses fotosintesis, evaporasi dan agitasi air. Perairan yang
diperuntukkan untuk kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar
karbondioksida kurang dari 5 mg/l. Kadar karbondioksida lebih dari 5 mg/l
masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, namun harus diimbangi dengan
kadar oksigen yang cukup.

d. Ferum (Fe)
Besi adalah unsur kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: ferrum)
dan nomor atom 26. Merupakan logam dalam deret transisi pertama. Ini
adalah unsur paling umum di bumi berdasarkan massa, membentuk sebagian
besar bagian inti luar dan dalam bumi. Besi adalah unsur keempat terbesar
pada kerak bumi. Kelimpahannya dalam planet berbatu seperti bumi karena
melimpahnya produksi akibat reaksi fusi dalam bintang bermassa besar, di
mana produksi nikel-56 (yang meluruh menjadi isotop besi paling umum)
adalah reaksi fusi nuklir terakhir yang bersifat eksotermal. Akibatnya nikel
radioaktif adalah unsure terakhir yang diproduksi sebelum keruntuhan hebat
supernova. Keruntuhan tersebut menghamburkan prekursor radionuklida besi
ke angkasa raya.
Seperti unsur golongan 8 lainnya, besi berada pada rentang tingkat
oksidasi yang lebar, −2 hingga +6, meskipun +2 dan +3 adalah yang paling
banyak. Unsur besi terdapat dalam meteorit dan lingkungan rendah oksigen
lainnya, tetapi reaktif dengan oksigen dan air. Permukaan besi segar tampak
berkilau abu-abu keperakan, tetapi teroksidasi dalam udara normal
menghasilkan besi oksida hidrat, yang dikenal sebagai karat. Tidak seperti
logam lain yang membentuk lapisan oksida pasivasi, oksida besi menempati
lebih banyak tempat daripada logamnya sendiri dan kemudian mengelupas,
mengekspos permukaan segar untuk korosi.
Logam besi telah digunakan sejak zaman purba, meskipun paduan
tembaga, yang memiliki titik lebur lebih rendah, yang digunakan lebih awal
dalam sejarah manusia. Besi murni relatif lembut, tetapi tidak bisa didapat
melalui peleburan. Materi ini mengeras dan diperkuat secara signifikan oleh
kotoran, karbon khususnya, dari proses peleburan. Dengan proporsi karbon
tertentu (antara 0,002% dan 2,1%) menghasilkan baja, yang lebih keras dari
besi murni, mungkin sampai 1000 kali. Logam besi mentah diproduksi
di tanur tinggi, di mana bijih direduksi dengan batu bara menjadi pig iron,
yang memiliki kandungan karbon tinggi. Pengolahan lebih lanjut dengan
oksigen mengurangi kandungan karbon sehingga mencapai proporsi yang
tepat untuk pembuatan baja. Baja dan paduan besi berkadar karbon rendah
bersama dengan logam lain (baja paduan) sejauh ini merupakan logam yang
paling umum digunakan oleh industri, karena lebarnya rentang sifat-sifat yang
didapat dan kelimpahan batuan yang mengandung besi.
Senyawa kimia besi memiliki banyak manfaat. Besi oksida dicampur
dengan serbuk aluminium dapat dipantik untuk membuat reaksi termit, yang
digunakan dalam pengelasan dan pemurnian bijih. Besi membentuk senyawa
biner dengan halogen dan kalsogen. Senyawa organologamnya antara
lain ferosen, senyawa sandwich pertama yang ditemukan.
Besi memainkan peranan penting dalam biologi, membentuk
kompleks dengan oksigen molekuler dalam hemoglobin dan myoglobin;
kedua senyawa ini adalah protein pengangkut oksigen dalam vertebrata. Besi
juga logam pada bagian aktif sebagian besar enzim redoks yang berperan
dalam respirasi seluler serta oksidasi dan reduksi dalam tumbuhan dan hewan.

e. ORP

ORP adalah alat yang biasa digunakan untuk mengukur potensi


oksidasi reduksi dan konsentrasi pada suatu bahan kimia. Untuk
mengoksidasi, bahan kimia akan bereaksi terhadap oksigen. ORP meter akan
mengukur potensi reaksi tersebut. ORP Meter ini digunakan secara teratur
dalam bidang industri atau bidang usaha spa dan kolam renang. Dengan
menggunakan ORP meter ini kita dapat mengukur kandungan klorin bebas
dan pH dalam kolam renang secara cepat dan akurat. Untuk perusahaan
renang umum, kesehatan dan keselamatan para perenang sangat penting. Oleh
sebab itu, penggunaan ORP meter dan penggunaan alat alat pengukur pH air
sangatlah penting.

Pada sebuah ORP (Oxidation-Reduction Potential) meter biasanya


terdiri dari dua buah elektroda (muatan listrik antara dua kutub untuk
mengukur resistensi di dalam air). Satu elektroda pada umumnya terbuat dari
bahan perak dan dikelilingi dengan larutan elektrolit. Pada bagian ini akan
menghasilkan tegangan yang konsisten. Dengan demikian, maka akan
memberikan referensi ke probe lainnya untuk dapat dibandingkan. Salah satu
elektroda lainnya, terbuat dari platina, yang akan mengukur tegangan di dalam
kolam. Perbedaan pengujian inilah yang akan dijadikan data yang akan
ditampilkan sebagai hasil pengukuran. Perlawanan dari kedua elektroda ini
disebabkan oleh pertukaran elektron elektron ketika oksidasi klorin terjadi.

Kandungan pH air dapat mempengaruhi hasil pengukuran ORP meter


ini. Penganalisis pH biasanya digunakan bersama dengan ORP meter untuk
memastikan kadarnya dalam batas yang ditentukan. Misalnya nilai ketahanan
yang baik untuk kolam renang adalah pada kisaran 600 hingga 700 mV.
Menyeimbangkan berbagai residu klorin bebas ( Free Chlorine ) dan pH
adalah dua faktor paling penting dalam keseimbangan kimia yang baik. Jika
pH terlalu tinggi (di atas 8) atau terlalu rendah (di bawah 6,8), klorin menjadi
kurang efektif. Dengan menggunakan ORP meter kita tidak dapat mengetahui
berapa banyak kandungan klorin atau tingkat keasaman atau pH di dalam air.
Akan tetapi ORP meter ini memberitahu seberapa efektif klorin ketika ber-
oksidasi dengan bahan organik dan sanitasi kolam. Sehingga tidak hanya
mengukur kuantitas klorin.
BAB III
HASIL

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Perairan Waterpump HBM Kecamatan


Sorong Manoi, Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Sampel air yang
diidentifikasi dilakukan ditempat penelitian.

2. Waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan tanggal 12 Desember 2019 pada pukul
06:28 ; 12:05 ; dan 17:47 WIT.

3. Hasil Penelitian
 Pengambilan pada pukul 06:20 WIT

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-rata Satuan


mg
Fe 0 0 0 0
ltr
pH 5,6 6,7 6,8 6,3
122 101 95 mg
TDS 106
L
Suhu 26 26 26 26 °C
2,8 3,2 3,1 mg
DO 3,03
L
Konduktivita 145 148 169
154 μS
s
Salinitas 29 9 0 12,6 Ppm
Turbidity 0,16 0,415 3,35 1,3 NTU
ORP 120 125 129 124,6 mv

Jadi pada pengujian tersebut kami mengambil sampel air pada pukul
06:20, untuk setiap parameter yang diuji kami mengambil satu sampel air dari
setiap 3 titik air dari sungai yang di uji.
Dari sampel tersebut kami mendapatkan hasil uji dan kami rata-
ratakan yaitu untuk parameter Zat Besi (Fe) : 0 mg/L, pH : 6,3; TDS : 106
mg/L; Suhu : 26°C; DO : 3,03 mg/L; Konduktivitas : 154 μS; Salinitas : 12,6
Ppm; Kekeruhan(turbidity) : 1,3NTU; ORP : 124,6 mv.

 Pengambilan pada pukul 12:30 WIT

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-rata Satuan


mg
Fe 0 0 0 0
ltr
pH 6,7 6,7 6,8 6,73
93 93 93 mg
TDS 93
L
Suhu 30C 30C 29C 29,6C °C
2,5 3,1 3,5 mg/l mg
DO mg/l mg/l 3,03
L
Konduktivita 60 17 0
25,6 μS
s
Salinitas 80 74 83 79 Ppm
Turbidity 0,41 0,29 0,55 0,41 NTU
ORP 121 132 135 129,3 mv

Tabel diatas merupakan pengambilan pada pukul 12:30, Dari sampel


tersebut kami mendapatkan hasil uji dan kami rata-ratakan yaitu untuk
parameter Zat Besi (Fe) : 0 mg/L, pH : 6,73; TDS : 93 mg/L; Suhu 29,6°C;
DO : 3,03 mg/L; Konduktivitas : 25,6 μS; Salinitas : 79 Ppm;
Kekeruhan(turbidity) : 0,41 NTU; ORP : 129,3mv.

 Pengambilan pada pukul 17:30 WIT

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-rata Satuan


mg
Fe 0 0 0 0
ltr
pH 6,7 6,8 7,3 6,9
94 95 95 mg
TDS 94,6
L
Suhu 28 28 28 28 °C
3,5 3,4 3,3 mg
DO 3,4
L
Konduktivita 136 134 137
135,6 μS
s
Salinitas 68 67 69 68 Ppm
Turbidity 3,29 2,72 2,69 2,9 NTU
ORP 145 149 156 150 mv

Tabel diatas merupakan pengambilan pada pukul 17:30, Dari sampel


tersebut kami mendapatkan hasil uji dan kami rata-ratakan yaitu untuk
parameter Zat Besi (Fe) : 0 mg/L, pH : 6,9; TDS : 94,6 mg/L; Suhu : 28°C;
DO : 3,4 mg/L; Konduktivitas : 135,6 μS; Salinitas : 68 Ppm;
Kekeruhan(turbidity) : 2,9 NTU; ORP :150 mv.

Rata-rata
No. Parameter
Pukul 06:28 Pukul 12:05 Pukul 17:47
1. Fe 0 0 0
2. pH 6,3 6,73 6,9
3. TDS 106 93 94,6
4. Suhu 26 29,6 28
5. DO 3,03 3,03 3,4
6. Konduktivitas 154 25,6 135,6
7. Salinitas 12,6 79 68
8. Turbidity 1,3 0,41 2,9
9. ORP 124,6 129,3 150
Rata-rata PP RI NO 82 TAHUN 2001
Parameter Pukul Pukul Pukul
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
06:28 12:05 17:47
Fe 0 0 0 0,3 - - -

pH 6,3 6,73 6,9 6-9 6-9 6-9 5-9

TDS 106 93 94,6 1000 1000 1000 2000

Suhu 26 29,6 28 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5

DO 3,03 3,03 3,4 6 4 3 0

Konduktivitas 154 25,6 135,6 0-1000 1000-46,200 46,200-72,500 > 72,500

Salinitas 12,6 79 68 0 - 500 500 - 30,000 30,000 - 50,000 > 50,000

Turbidity 1,3 0,41 2,9 - - - -

ORP 124,6 129,3 150 - - - -

1.1 Grafik Hasil Dari Setiap Parameter Yang Diuji

 1. PH
Dari grafik diatas nilai pH pada pengujian dari hari pertama sampai hari ketiga terus
meningkat secara konstan, namun masih dalam range kadar pH yang normal yaitu
6,3-6,9, namun hanya hari pertama yang hasil pH-nya rendah yaitu 6,3

 2. TURBIDITY

Dari grafik diatas


bisa

disimpulkan bahwa nilai turbidity pada hari pertama sampai hari ketiga tidak terlihat
perbedaan yang signifikan.
 TDS

Dari grafik diatas kita bisa simpulkan bahwa hasil parameter TDS dari hari pertama
sampai hari ketiga perbedaannya jauh. Dan masih dalam kategori tidak terganggu
atau tidak tercemar.

 ORP

Pada grafik di atas hasil ORP pada hari kedua selisihnya jauh dengan hari ketiga.
Namun air masih masuk dalam standar baku mutu air dan kondisi air bagus
 SALINITAS

Pada
grafik di atas hasil pengujian dari hari pertama ke hari kedua mengalami kenaikan
yang konstan sedangkan pada hari ketiga kembali mengalami penurunan. Namun air
masih dalam kategori air tawar.












KONDUKTIVITAS
Dari

grafik di atas kita bisa simpulkan kalau pada pengujian dari hari pertama sampai hari
ketiga hasil konduktivitasnya selisihnya cukup besar dan tidak stabil. Dan air ini
masih dalam kategori aman.

 FE
Pada grafik di atas hasil kadar zat besi pada air tetap stabil di angka nol. Dengan
kadar besi pada angka nol maka air ini layak konsumsi karena tidak berbahaya bagi
tubuh.
BAB IV

DOKUMENTASI
BAB IV
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut air pada daerah Water Pump HBM berdasarkan
PP nomor 82 tahun 2001 dapat dikategorikan air kelas 1 di mana pemanfaatannya
dapat digunakan sebagai air minum, mandi, mencuci dan untuk peruntukan lain yang
mempersyaratkan baku mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

1.2. SARAN.
Perlu untuk diadakan sosialisasi dan dukungan pada masyarakat untuk
memaksimalkan pengelolaan air di daerah sekitar Water Pump agar air di sekitar
daerah tersebut dapat berfungsi dengan maksimal dan sesuai kebutuhan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai