MANAJEMEN PERPAJAKAN
kelompok 4:
Sutari 18919048
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2
1.2. RUMUSAN MASALAH:
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
biaya yang secara komersil diakui, namun secara fiskal tidak dapat
diperhitungkan. Contohnya biaya rekreasi dapat diakui sebagai biaya dalam
perhitungan komersil, sementara dalam fiskal tidak boleh diakui.
Perhitungan komersil secara sederhana cukup mengatur tentang apa-apa saja
penghasilan dan biaya yang secara akuntansi dapat diperhitungkan.
Sedangkan perhitungan secara fiskal akan melihat juga aturan-aturan pajak
dalam perhitungannya.
5
penghasilan bruto dikurangi dengan biaya (yang
diperbolehkan menurut ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.
Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai
berlaku tahun 2009 sedangkan untuk tahun pajak sebelumnya berlaku
ketentuan Undang-undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.
Apabila kemudian ternyata berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan
menunjukkan jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut
SPT Tahunan PPh atau hasil pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi
kerugian fiskal menurut SPT Tahunan PPh tersebut harus segera
dibetulkan sesuai dengan ketentuan dan prosedur pembetulan SPT
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Ketentuan Umum
Perpajakan.
6
d. Tambahan 1 (satu) Tahun atau 2 (dua) Tahun:
- tambahan 1 (satu) tahun apabila mempekerjakan sekurang-
kurangnya 500 (lima ratus) orang tenaga kerja Indonesia selama 5
(lima) tahun berturut-turut; atau
- tambahan 2 (dua) tahun apabila mempekerjakan sekurang-
kurangnya 1000 (seribu) orang tenaga kerja Indonesia selama 5
(lima) tahun berturut-turut
e. Tambahan 2 (dua) Tahun:
Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam
negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi
paling sedikit 5% (lima persen) dari jumlah
Penanaman Modal dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
f. Tambahan 2 (dua) Tahun:
Apabila Penanaman Modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada
pada bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah-daerah Tertentu
yang diatur pada ayat (1) huruf a dan/atau huruf b sebagian sumber
pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak (earning after tax)
Wajib Pajak pada satu tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin
prinsip perluasan penanaman modal; dan/atau Pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:
- diberikan untuk kerugian fiskal pada tahun pajak saat mulai
berproduksi secara komersial atas Penanaman Modal berupa
perluasan dari usaha yang telah ada
- besarnya kerugian fiskal dihitung berdasarkan proporsi laba
setelah pajak (earning after tax) yang ditanamkan kembali dalam
perluasan usaha terhadap nilai buku fiskal seluruh aktiva tetap
pada akhir tahun pajak saat dimulainya berproduksi secara
komersial.
g. Tambahan 2 (dua) Tahun:
Apabila melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
nilai total penjualan untuk Penanaman Modal pada bidang-bidang
7
usaha yang diatur pada ayat (1) huruf a yang dilakukan diluar kawasan
berikut.
h. Revaluasi aktiva tetap.
Manfaat bagi perusahaan antara lain :
8
- Wajib pajak yang melakukan merger dengan menggunakan nilai
buku tidak boleh mengkompensasikan kerugian atau sisa kerugian
dari wajib pajak yang menggabungkan diri atau wajib pajak yang
dilebur.
- Wajib pajak yang menerima pengalihan harta mencatat nilai
perolehan harta tersebut sesuai dengan nilai sisa buku sebagaimana
tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang
mengalihkan.
- Sebaliknya, penyusutan atas harta yang diterima bagi pihak yang
menerima pengalihan harta tersebut dilakukan berdasarkan masa
manfaat yang tersisa sebagaimana tercantum dalam pembukuan
pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan.
9
pengalihan harta paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal efektif
merger, kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam rangka
merger tetap berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun setelah tanggal
efektif merger, kegiatan usaha Wajib Pajak yang menerima harta dalam
rangka pemekaran usaha wajib berlangsung paling singkat 5 (lima) tahun
setelah tanggal efektif pemekaran usaha, dan harta yang dimiliki oleh
Wajib Pajak yang menerima harta setelah terjadinya merger atau
pemekaran usaha tidak dipindahtangankan oleh Wajib Pajak yang
menerima harta paling singkat 2 (dua) tahun setelah tanggal efektif merger
atau pemekaran usaha.
10
penjualan mulai dilakukan (Peraturan Menkeu No.
249/PMK.03/2008).
11
Contoh kasus:
PT A dalam tahun 2015 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1,2 miliar. Dalam
lima tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A adalah sebagai berikut:
Rugi fiskal tahun 2015 sebesar Rp100 juta yang masih tersisa pada akhir
tahun 2020 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2021,
sedangkan rugi fiskal tahun 2017 sebesar Rp300 juta hanya boleh
dikompensasikan dengan laba fiskal tahun 2021 dan tahun 2022, karena jangka
waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 2017 berakhir pada akhir tahun 2022.
12
Kompensasi Kerugian Jika Terdapat Produk/Putusan Hukum
Contoh Kasus
2016: laba fiskal Rp200 juta, setelah diperiksa menjadi laba Rp400 juta
2017: rugi fiskal (Rp300 juta), setelah diperiksa menjadi rugi Rp270 Juta
2018: laba fiskal Rp Nihil, sesuai Putusan Keberatan menjadi laba Rp50 juta
2020: laba fiskal Rp800 juta, setelah diperiksa menjadi laba Rp900 juta
13
Menurut PP 74/2011, dalam jangka waktu 3 bulan setelah putusan maka wajib
pajak harus melakukan pembetulan SPT tahunan dan penghitungan kompensasi
kerugian akan menjadi sebagai berikut:
Tahun 2016: kompensasi kerugian menjadi Rp400 juta akibat adanya produk
pemeriksaan sehingga sisa rugi tahun 2015 tinggal Rp800 juta (Rp1,2 miliar-
Rp400 juta). Penghasilan kena pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga
nihil.
Tahun 2017: tidak ada kompensasi kerugian dari tahun 2015 karena tahun
2017 juga mengalami kerugian. Penghasilan kena pajak menjadi nihil dan
PPh terutang juga nihil.
Tahun 2019: kompensasi kerugian Rp100 juta sehingga sisa rugi tahun 2015
menjadi Rp650 juta (Rp750 juta-Rp100 juta). Penghasilan kena pajak
menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil.
Tahun 2020: kompensasi kerugian Rp900 juta sehingga tidak terdapat sisa
rugi tahun 2015. Laba tahun 2020 (setelah dikurangi sisa kompensasi tahun
2015) menjadi Rp250 juta (Rp900 juta-Rp650 juta). PTA dapat menggunakan
kompensasi kerugian tahun 2017 (Rp270 juta) sehingga penghasilan kena
pajak menjadi nihil dan PPh terutang juga nihil. Dalam kasus ini untuk
kerugian tahun 2017 yang tersisa Rp20 juta (Rp270 juta-Rp250 juta) hanya
bisa dikompensasikan tahun 2020, 2021, dan 2022 jika masih ada.
Selain itu, perlu dicatat pula, Pasal 6 ayat 6 PP 74/2011 juga mengatur
apabila wajib pajak tidak membetulkan SPT tahunan dalam jangka waktu 3
bulan setelah menerima produk/putusan hukum di atas, Direktur Jenderal
Pajak akan menghitung kembali kompensasi kerugian dalam SPT
14
tahunan secara jabatan berdasarkan rugi fiskal sesuai dengan produk/putusan
hukum yang diterbitkan.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
https://klikpajak.id/blog/bayar-pajak/memahami-lebih-jauh-kompensasi-kerugian-
fiskal-dan-contoh-perhitungannya/
https://pajakstartup.com/2018/04/13/perusahaan-sudah-rugi-harus-bayar-pajak-
lagi/
https://news.ddtc.co.id/contoh-penghitungan-kompensasi-kerugian-fiskal-17274
https://www.aturduit.com/articles/cara-menghadapi-kerugian-usaha/
https://jagad.id/pengertian-analisis-macam-jenis-fungsi-tujuan-dan-contohnya/
17