Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

DOSEN PEMBIMBING :
RENI CHAIRANI, S.Kep., MKM

DI SUSUN OLEH :

RISYA A.TAMAELA NIM P 17120019025

RPL PRODI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I TA. 2019/ 2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

A. Defenisi
Pengertian gastritis Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang dapat bersifat kronis, difus atau lokal ( Soepaman,1998)
Gastritis adalah : Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub
mukosa lambung.( Mizieviez)
Gastritis adalah : inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999)
yang sering terjadi pada lansia: dua jenis gastritis yang paling sering terjadi :
gastritis superfisial akut dan gastritis atropik kronik

Klasifikasi
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan :
1. Manifestasi klinis
2. Gambaran hispatologi
3. Distribusi anatomi
4. Kemungkinan pathogenesis gastritis

Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :


1. Gambaran hispatology
a. Gastritis kronik superficial
b. Gastritis kronik atropik
c. Atrofi lambung
d. Metaplasia intestinal
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-
kalenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.

2. Distribusi anatomi
a. Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)
Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan berlanjut menjadi
anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12

2
dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel
parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.

b. Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B)


Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan kuman Helicobacter
pylori.

c. Gastritis tipe AB
Anatominya menyebar keseluruh gaster dan penyebarannya meningkat
seiring bertambahnya usia.

B. Etiologi & Faktor Resiko


Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
1. Gastritis Akut
Gastritis stress akut merupakan jenis gastritis yang paling berat yang
disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi secara
tiba-tiba.

Gastritis erosif kronis merupakan akibat dari bahan-bahan seperti obat-


obatan seperti obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) dan
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan
digitalis.

Gastritis Eosinofilik yaitu Infeksi virus dan jamur bisa terjadi sebagai
akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing gelang.

2. Gastritis     Kronik
Gastritis kronis korpus atau tipe a Perubahan histopatologik terjadi pada
korpus dan kardia lambung. Tipe ini sering dihubungkan dengan proses
autoimun dan dapat berlanjut menjadi anemia pernisiosa.
Gastritis kronis Antrum atau tipe b merupakan tipe yang paling sering
dijumpai, biasanyan merupakan akibat dari infeksi oleh Helicobacter

3
pylori bakteri yang tumbuh dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung.
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.Gastritis ini
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum
alkohol, dan merokok.

C. Patofisiologi

Keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Aspirin dan obat
anti inflamasi non steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa
mekanisme. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensif
mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat produksi
prostaglandin mukosa, aspiran dan obat aninflamasi topikal terjadi karena
kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak
sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiflamasi non steroid
juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung,
sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.

Patofisiologi Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim


pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu
pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali, asam dan
pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan respons
mukosa terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut dengan regenerasi
mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang
dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi
meradang dan dapat terjadi  perdarahan.

Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif


mengakibatkan  peradangan dan nekrosis pada dnding lambung. Gastritis
kronis dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung
dan keadaan mukosa terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu.
Hilangnya mukosa lambung akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi
lambung dan timbulnya anemia  pernisiosa.

4
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang biasa muncul :
1. Gastritis Akut
Manifestasi klinis dari gastritis akut dapat bervariasi dari keluhan
abdomen yang tidak  jelas, seperti anorexia, mual, muntah, sampai gejala
lebih berat seperti nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada
hematemesis melena, pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan
kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat
sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang

5
nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
gangguan kesadaran. Klien juga mengeluh kembung, rasa asam di mulut.

2. Gastritis Kronik 
Sedangkan manifestasi klinis dari gastritis kronik ; gejala defisiensi B12,
sakit ulu hati setelah makan, bersendawa rasa pahit dalam mulut, mual
dan muntah dan keluhan anemia dan pada pemeriksaan fisik tidak di
jumpai kelainan.

E. Komplikasi
Komplikasi Komplikasi pada gastritis akut adalah :

1. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.


Kadang - kadang  perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.

2. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.

3. Jarang terjadi perforasi.

Komplikasi pada gastritis kronik adalah :

1. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama


terhadap vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12
selanjutnya dapat menyebabkan anemia yang secara klinik hampir sama
dengan anemia pernisiosa. Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa
antibodi terhadap faktor intrinsik. Selain vitamin B12
 penyerapan besi juga dapat terganggu.

2. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah


antrum pilorum. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan
lambung, terutama gastritis kronik antrum pilorus.

F. Penatalaksanaan

6
1. Gastritis akut
Factor utamanya adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung
dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur
sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H2 , inhibitor pompa
proton, antikolinergik dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor,
berupa sukralfat dan prostaglandin. Keluhan akan mereda bila agen-agen
penyebab dapat dihilangkan. Obat antimuntah dapat diberikan untuk
meringankan mual dan muntah, jika keluhan diatas tidak mereda maka
koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit dengan IVFD. Pemberian
penghambat H2 ( ranitidine), antacid dapat berfungsi untuk mengurangi
sekresi asam.

2. Gastritis kronis
Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai
a. Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia
pernisiosa
b. Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian
kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotic ( tetrasiklin,
metronidasol, kolitromisin, amoxicillin)

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Kultur : untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori
b. CLO ( Rapid ureum test) : untuk menegakkan diagnosisH.pylori
c. Pemeriksaan serologi untuk H.pylori :  sebagai diagnosis awal
d. Analisis cairan lambung : untuk memperjelas diagnosis

2. Pemeriksaan radiologi
a. Endoskopi : meliputi topografi dan gambaran endoskopinya dimana
gambaran
b. Eritematous / eksudatif
c. Erosi flat, erosi raised, atrofi, hemoragik, hyperplasia rugae.

7
d. Hispatologi dengan melakukan biopsy pada semua segmen lambung
dimana hasilnya meliputi :
e. Etiologi
f. Menyebutkan ada tidaknya bakteri Helicobacter Pylor
g. Topografi
h. Meliputi gastritis kronis antrum, korpus atau gastritis dengan
predomonasi antrum atau korpus.
i. Morfologi
j. Menerangkan tentang inflamasinya, aktivitas radang, metaplasia
intestinal, Helicobacter pylori.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.Riwayat atau adanya faktor resiko
 Riwayat garis perama keluarga tentang gastritis
 Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung
 Perokok berat
 Pemajanan pada stres emosi kronis

b. Pengkajian fisik
Nyeri epigastrik. Nyeri terjadi 2 – 3 setelah makan dan sering
disertai dengan mual dan muntah. Nyeri sering digambarkan
sebagai tumpul, sakit, atau rasa terbakar, sering hilang dengan
makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi,
Penurunan berat badan, Perdarahan sebagai hematemesis dan
melena bila berat.

c. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam perawatan dirumah
sakit

d. Kaji respon emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana


tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri
preventif

8
e. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang
menimbulkanstres dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya
hidup

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut b.d iritasi mukosa lambung
b. Perubhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya
nafsu makan,mual,
muntah
c. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya (factor penyebab,
proses, dan terapi diet) b.d kurang terpaparnya dengan informasi

9
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 .
EGC:Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Wilkinson, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2007

10

Anda mungkin juga menyukai