Artikel Ekwan - Doni Anggiat Siregar - Pbio2 - V - 0310172145
Artikel Ekwan - Doni Anggiat Siregar - Pbio2 - V - 0310172145
NIM : 0310172145
Kelas : Pendidikan Biologi 2 / Semester 5
“Makanan Dan Hubungan Rantai Makanan, Respon Interaksi Hewan Terhadap Proses
Dalam Ekosistem, Mekanisme Pertahanan Diri, Dan Prefensi Makanan”
Herbivora: hewan yang masuk kelompok ini ialah yang proporsi jenis
makanannya hampir seluruhnya tumbuhan. Sebagai hewan yang masuk kelompok
ini ialah kambing, domba, monyet daun, dan kelinci. Berdasarkan bagian tubuh
tumbuhan yang dimakan, hewan dibedakan menjadi frugivora jika pemakan buah
(kera, orangutan), foliovora jika pemakan daun (Nasalis larvatus, monyet
daun/leaf monkey Presbytis), serta gummivora jika pemakan sap/gum (tamarin,
marmoset).
Karnivora/faunivora: hewan yang memakan hewan lain yang biasanya masuk ke
dalam kelompok predator atau hewan pemangsa seperti anjing, kucing, dan ular.
Termasuk ke dalam kelompok ini ialah hewan insektivira atau pemakan serangga
(contohnya Tarsius spectrum).
Omnivora: hewan yang memakan hewan dan tumbuhan dengan porsi yang
hampir sama. Contoh hewan kelompok ini misalnya monyet hitam Sulawesi
(Macaca nigra).
Scavenger: hewan yang memakan bangkai, seperti burung pemakan bangkai dan
biawak.
2. Rantai Makanan
Interaksi hubungan makan akan menghasilkan rantai makanan yang menggambarkan
hubungan linier antara mangsa dengan predator pada tingkatan trofik berurutan. Adanya
polifag & omnivor yang melibatkan mangsa dari tingkatan trofik yg berbeda-beda
sehingga menyebabkan rantai makanan seperti beranastomosis membentuk
jaring makanan. Corak jaring makanan ada bermacam-macam, ada yang memberikan
peluang besar pada komunitas untuk stabil, ada pula komunitasnya menjadi rawan
berubah. Rantai makanan sebagai suatu sirkuit energi dalam suatu komunitas dapat dibagi
atas dua, yaitu:
Sirkuit merumput (grazing circuit) yaitu konsumen primernya mendapat energi
dari tumbuhan hijau. Misalnya: tumbuhan – herbivora – karnivora – omnivora –
detrivor.
Pada rantai makanan detritus karena mata rantainya diawali oleh detritus atau
pengurai (Gambar 2.2). Detritus tersebut berupa organisme lain seperti bakteri dan
jamur. Pada gambar diatas, bahan organik mati diuraikan oleh detritus kemudian
dimakan oleh ulat yang kemudian dimakan oleh burung.
Perilaku mempertahankan diri pada hewan yaitu pola Perilaku yang di lakukan oleh
hewan guna keberlangsungan hidupnya. Baik itu berkisar pada melarikan diri dari pemangsa
potensialnya maupun bertahan dari kondisi lingkungannya. Berdasarkan pengertiannya, Pola
perilaku pertahanan diri pada hewan terbagi atas 2 yaitu:
1. Pola perilaku mempertahankan diri yaitu pola perilaku yang berkisar mulai pada
melarikan diri dari pemangsa potensial sampai dengan menggunakan senjata bertahan
dan penggunaan kamuflase dan mimikri (meniru).
Mimikri
Mimikri adalah cara mempertahankan diri terhadap musuh dengan cara menyerupai
sesuatu, secara khas menyerupai tipe lain
organiseme lain seperti misalnya bunglon yang
dapat berubah-ubah sesuai warna benda di
sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator
/ pemangsa sehingga sulit mendeteksi keberadaan
bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan
dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit
menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna coklat,
dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya.
Kamuflase
Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan
warna kulit dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi
diri dari predator atau untuk mencari makan. Ada beberapa
jenis kamuflase seperti menyesuaikan diri dengan perubahan
dalam lingkungan, ada juga yang tidak menyembunyikan
sama sekali, tapi menakuti hewan lain dengan menyamarkan
diri sebagai sesuatu yang berbahaya atau tidak menarik.
Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara
mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu
pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon,
dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan
ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan
gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus
ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa
Pola perilaku Bertahan hidup dalam lingkungan fisik yaitu Kebanyakan hewan hanya
dapat bertahan hidup dalam kisaran suhu, salinitas, kelembaban tertentu, dan sebagainya.
Kisaran ini relatif luas bagi hewan, seperti mamalia dan burung, yang banyak mempunyai
mekanisme yang efisien untuk mempertahankan kendali homeostatis terhadap
lingkungannya.
Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada
lingkungan yang keras dengan cara tidur menonaktifkan
dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara
berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin.
Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit,
karena selama masa itu biantang yang berhibernasi akan
memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat,
dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa sulit
terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular, ikan, beruang, kura-kura,
bengkarung, dan lain-lain.
Ektoterm
Kondisi lingkungan setiap hewan berbed-beda hewan ektoterm adalah hewan yang
untuk menaikkan suhu tubuhnya memperoleh panas yang berasal dari lingkungan. Dalam
kaitannya dengan hal yang sama, hewan yang suhu tubuhnya berubah – ubah sesuai dengan
perubahan suhu lingkungan disebut hewan poikilotermi, yang dalam istilah lain disebut
hewan berdarah dingin Hampir semua hewan tergolong kelompok poikilotermi, yaitu mulai
dari golongan protozoa sampai reptil, aves dan mamalia merupakan hewan – hewan
homeotermi. Ini berarti bahwa hewan – hewan tersebut panas tubuhnya sangat bergantung
pada sumber panas dari lingkungannya. Kemampuan mengatur suhu tubuh pada hewan –
hewan ektoterm sangat terbatas sehingga suhu tubuh bervariasi mengikuti suhu
lingkungannya atau disebut sebagai penyelaras (konfermer)
Endoterm
Hewan endoterm adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari
dalam tubuhnya untuk mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, misalnya golongan
aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga
sebagai kelompok homeoterm. Hewan homeoterm adalah hewan – hewan yang dapat
mengatur suhu tubuhnya sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.
Hewan – hewan homeotermi, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah – ubah ,
suhu tubuhnya konstan. Hal ini karena hewan – hewan ini mempunyai kemampuan yang
tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui perubahan produksi panas (laju metabolisme)
dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endotermi)
Kisaran Toleransi dan Faktor Pembatas serta Terapannya
pada prinsipnya masing-masing hewan memiliki kisaran toleransi tertentu terhadapsemua
semua faktor lingkungan.
1. HukumToleransi Shelford
“Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas
bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor lingkungan”
Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yangmendekati
batas kisaran tolrensinya, maka organisme tersebut akan mengalami cekaman(stress).
Fisiologis. Organisme berada dalam kondisi kritis. Contohnya, hewan yangdidedahkan pada
suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisi kritis Hipotermia dan padasuhu ekstirm
tinggi akan mengakibatkan gejala Hipertemia apabila kondisi lingkungan suhuyang demikian
tidak segera berubah maka hewan akan mati
Untuk menentukan batas-batas kisaran toleransi hewan terhadap sesuatu factor
lingkungannya. Sebab sulit untuk menentukan secara tepat kapan hewan itu akan mati. Batas-
batas kisaran toleransi itu ditentukan atas dasar terjadinya kematian pada 50% dari jumlah
individu setelah dideadahkan pada suatukondisi faktor lingkungan selama rentang waktu
tertentu. Kisaran toleransi terhadap suatu faktor lingkungan tertentu pada berbagai jenis
hewan berbeda-beda. Ada hewan yang kisarannya lebar (euri) dan ada hewan yang sempit
(steno).Kisaran toleransi ditentukan secara herediter, namun demikian dapat mengalami
perubahan oleh terjadinya proses aklimatisasi (di alam) atau aklimasi (di lab). Setiap hewan
memiliki kisaran toleransi yang bervariasi, maka kehadiran di suatuhabitat sangat ditentukan
oleh kondisi dari faktor lingkungan di tempat tersebut.
2. Keterbatasan Dan Toleransi Di Dalam Ekosistem
Apabila faktor lingkungan tidak seimbang dan menguntungkan factor lingkungan lain,
factor ini dapat dmenekan atau kadang –kadang menghentikan pertumbuhan organisme,
factor lingkungan yang paing tidak optimum akan menentukan tingkat produktivitas
organisme. Prinsip ini disebut sebagai prinsip faktor pembatas.
Dengan adanya faktor pembatas ini semakin jelas kemungkinannya apakah suatu
organisme akan mampu bertahan dan hidup pada suatu kondisi wilayah tertentu Jika suatu
organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif mantap dan
dalam jumlah yang cukup, maka faktor tadi bukan merupakan faktor pembatas. Sebaliknya
apabia organisme diketahui hanya mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu
faktor yang beragam, maka faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas. Beberapa
keadaan faktor pembatas, termasuk diantaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfir,
mineral, arus dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran
kepekaan terhadap faktor pembatas.
Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai ikut
menseleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah. Sehingga
seringkali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah
tertentu pula. Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada
wilayah tersebut.
Daftar Pustaka