Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

Pasien Tumor Abdomen Pasca Laparatomi

DOSEN PEMBIMBING

Dhemes Alin, S.Kep., Ns.


KELOMPOK 1

Muhammad Adam Lamattappa (1910913110003)

Muhammad Sajidannoor (1910913110004)

An-Nisa Kamilah Humaira (1910913120001)

Aqil Andika Pratiwi (1910913120009)

Dwi Lestari (1910913120007)

Khofifah Erga Salsabila (1910913120002)

Nazwa Habibah (1910913120006)

Noor Latifah (1910913120008)

Novadiani karisma Maharani (1910913120005)

Zahtan Abi Rabdi Hamka (1910913110016)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

Menyatakan bahwa makalah yang telah kami buat ini adalah sah dan asli hasil
diskusi yang kami kerjakan sebaik – baiknya. Dengan ini kami kelompok 1 Program
Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2019 menyatakan makalah ini pada :

Hari : Senin
Tanggal : 25 November 2019

Banjarbaru, 24 November 2019

Mengetahui dan menyetujui

DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

1.1 SKENARIO (LBM)..................................................................................................

1.2 ANALISA KASUS...................................................................................................

1. Klarifikasi Istilah..................................................................................................

2. Daftar Masalah.....................................................................................................

3. Analisis Masalah..................................................................................................

4. Pohon Masalah.....................................................................................................

5. Sasaran Belajar.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. SKENARIO (LBM)

Seorang perempuan usia 57 tahun dirawat di Rumah Sakit Provinsi dengan status
rujukan dari Puskesmas Kabupaten. Pasien dirawat di bangsal bedah 1 hari pasca
laparatomy dengan indikasi tumor abdomen. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat
didapatkan data: pasien dengan status kesadaran kompos mentis., luka operasi
nampak kering dan tidak ada tanda infeksi, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi
nadi 140x/menit teraba cepat dan lemah, frekuensi nafas 40x/menit, suhu 36C,
capillary refille time lebih dari 2 detik, turgor kulit kering, terdengar stridor ketika
dilakukan auskultasi, klien mengatakan badannya lemas dan merasa lemah saat
mencoba bergerak.

Anak pasien mengatakan ibunya mengalami perubahan pola tidur selama dirawat
di rumah sakit, sering terdengar suara seperti mengorok saat ibunya tidur, padahal
tidak mempunyai riwayat mengorok di rumah. Perawat ingin mengangkat diagnosa
keperawatan yang berkenaan dengan kondisi pasien untuk melaksanakan asuhan
keperawatan.

B. ANALISA KASUS

1. Klarifikasi Istilah

a) Pasca Laparatomi : prosedur bedah dibagian perut

b) Stridor : terhalang saluran nafas mengakibatkan suara nafas tinggi


seperti mengorok

c) Capillary refille time : durasi kembali warna kuku setelah dipencet, biasanya
untuk pasien dehidrasi

d) Kompos mentis : kesadaran normal atau kesadaran sepenuhnya

e) Turgor : tingkat kelenturan kulit, untuk menentukan seseorang


dehidrasi atau tidak
f) Tumor abdomen : tumor yang ada dibagian perut, daging atau tonjolan yang
tumbuh. Bagian abdomen lambung terdiri dari; usus kecil dan besar, ginjal,
hati, kandungan empedu dan limpa.

2. Daftar Masalah

1) Mengapa bisa terdengar suara mengorok saat tidur?

2) Mengapa harus dilakukan pemeriksaan dehidrasi sedangkan suhu tubuh pasien


normal?

3) Apakah ada hubungan frekuensi nafas dengan frekuensi nadi dengan penyakit
tumor abdomen?

4) Apakah penyebab pasien merasa lemah saat mencoba untuk bergerak?

5) Apa penyebab pasien mangalami perubahan pola tidur?

6) Apakah frekuensi nafas 40x/menit dan frekuensi nadi 140x/menit bisa


dikatakan normal?

7) Berapakah ukuran normal pemeriksaan capillary refille time?

8) Bagaimana tindakan perawat dalam mengatasi pasien yang memiliki penyakit


tersebut?

9) Apakah laparatomi mempengaruhi tanda-tanda vital pasien?

10) Apakah stridor mempengaruhi lemas dan lemahnya pasien?

3. Analisis Masalah

1) Terdengar bunyi mengorok saat pasien tidur karena pasien mengalami


dehidrasi dan penyumbatan pada saluran nafas, semakin tinggi pasien mengalami
ganggua stridor atau karena pemasangan alat anastesi atau bius.

2) Karena pasien mengalami dehidrasi, dimana kondisi kehilangann cairan


sehingga tubuh tidak berfungsi secara normal, bibir pasien kering merupakan
faktor dari dehidrasi. Selain itu, untuk mengetahui pasien kekurangan cairan atau
dehidrasi tidak, ada hubungan dengan suhu tubuh.

3) Hubungan antara frekuensi nafas dan frekuensi nadi dengan penyakit tumor
abdomen yaitu karena pasien sudah melakukan pasca laparatomi (berupa
pembedahan di bagian perutnya untuk menghilangkan tumor abdomennya)
sehingga nafas dan nadinya tidak normal.

4) Pasien merasa lemah saat mencoba untuk bergerak karena pasien sebelumnya
mengalami laparatomi sehingga sulit untuk melakukan mobilisasi atau
keterbatasan gerak karena jahitan pasca laparatominya.

5) Pasien mengalami perubahan pola tidur karena beberapa hal :

- ketidakefektifan frekuensi nafas

- pengaruh obat-obatan

- bising akibat dirawat di bangsal rumah sakit

- nyeri pasca operasi

6) Frekuensi nafas 40x/menit dan frekuensi nadi 140x/menit tidak bisa dikatakan
normal. Normalnya frekueni nafas yaitu 12-20x/menit, sedangkan frekuensi nadi
dewasa 60-100x/menit.

7) Ukuran normalnya capillary refille time yaitu apabila kurang dari 2 detik.

8) Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien pada kasus,


sebagai berikut :

- intervensi perawatan luka pada pasien agar tidak infeksi

- melakukan askep pada pasien dengan melakukan pengkajian, diagnosa,


implementasi, dan evaluasi

- mengatasi kekurangan cairan pada pasien

- perawat membantu pasien melakukan mobilisasi

9) Laparatomi mempengaruhi tanda-tanda vital pasien, karena dalam laparatomi


ada pemberian anastesi, sehingga setelah selesai operasi pasien mengalami rasa
nyeri yang menyebabkan pasien lemas dan lemah, kesulitan bernafas, dan
sebagainya.

10) Stridor mempengaruhi lemah dan lemasnya pasien karena stridor


menandakan terhalangnya saluran nafas pada pasien.
4. Pohon Masalah

Tumor Abdomen

Definisi Tanda dan Gejala

Komplikasi Etiologi

TTV

ASKEP

Pengkajian Diagnosa Implementasi Evaluasi

5. Sasaran Belajar

1) Masalah umur pada pasien yang tua apakah berpengaruh pada lemas?

2) Hubungan tanda-tanda vital dengan laparatomi?

3) Definisi spesifik dan cara kerja dari capillary refille time?

4) Apa saja efek samping pasien pasca laparatomi?

5) Apakah pasien yang mengalami tumor abdomen bisa sembuh total dan
bagaimana asuhan keperawatannya?

6) Kebutuhan dasar terhadap cairan, elektrolit, keseimbangan cairan elektrolit?

7) Kebutuhan dasar manusia terhadap aktivitas dan latihan pasien?

8) Kebutuhan dasar manusia terhadap oksigenasi?

9) Kebutuhan dasar manusia berdasarkan istirahat dan tidur?

10) Dari hasil pengkajian dalam kasus masalah, diagnosa apa yang ditemukan?
Pertanyaan yang belum terjawab

1. Kebutuhan dasar manusia terhadap aktivitas dan latihan pasien?

2. Kebutuhan dasar manusia terhadap oksigenasi?

3. Kebutuhan dasar manusia berdasarkan istirahat dan tidur?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PASCA LAPARATOMI

Pembedahan atau operasi adalah segala tindakan pengobatan yang


menggunakan cara invasi dengan cara membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan diintervensi, umumnya tindakan tersebut dilakukan dengan membuat
sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan
dilakukan karena beberapa alasan, seperti diagnostik (biopsi, laparatomi
eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami
inflamasi), reparative (memperbaiki luka multipel), rekonstruksi dan paliatif.

Laparatomi merupakan jenis operasi bedah mayor yang dilakukan di daerah


abdomen. Pembedahan dilakukan dengan penyayatan pada lapisan-lapisan
dinding abomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami
masalah seperti perdarahan, perforasi, kanker, dan obstruksi. Sayatan pada bedah
laparatomi menimbulkan luka yang berukuran besar dan dalam, sehingga
membutuhkan waktu penyembuhan yang lama dan perawatan berkelanjutan.
Pasien akan dilakukan pemantauan selama di rumah sakit dan mengharuskan
pasien mendapat pelayanan rawat inap selama beberapa hari. Tindakan
laparatomi dapat dilakukan dengan beberapa arah sayatan: (1) median untuk
operasi perut luas, (2) paramedian (kanan) misalnya untuk massa appendiks, (3)
pararektal, (4) McBurney untuk appendektomi, (5) Pfannenstiel untuk operasi
kandung kemih atau uterus, (6) transversal, (7) subkostal kanan umpamanya
untuk kolesistektomi.

Tindakan laparotomi biasanya dipertimbangkan untuk pasien yang


mengalami nyeri pada bagian abdomen, baik abdomen akut maupun abdomen
kronik. Perawatan pasca laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan
abdomen. Perawatan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu periode
pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pascaoperatif.
Penyembuhan luka merupakan suatu yang kompleks dan dinamis sebagai akibat
dari pengembalian kontinitas dan fungsi anatomi. Penyembuhan luka yang ideal
adalah kembali normalnya struktur, fungsi, dan anatomi kulit. Terdapat 3 fase
penyembuhan luka yaitu fase inflamasi awal, fase inflamasi lanjut, dan fase
proliferasi. Nutrisi sangat penting bagi perawatan pasien mengingat kebutuhan
pasien akan nutrisi bervariasi, maka dibutuhkan diet atau pengaturan makanan.
Tujuan diet pasca operasi adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien
segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Syarat diet pasca operasi adalah
memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan
biasa. Terdapat 4 jenis diet paska bedah yang diberikan sesuai indikasi tertentu
untuk mempercepat proses penyembuhan luka paska laparotomi.

B. PENGERTIAN TUMOR ABDOMEN

Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dalam tubuh yang
tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan di sekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh. Tumor Abdomen adalah
pembengkakan atau adanya benjolan yang disebabkan oleh neoplasma dan infeksi
yang berada di abdomen berupa massa abnormal di sel-sel yang berpoliferasi
yang bersifat autonom (tidak terkontrol), progresif (tumbuh tidak beraturan),
tidak berguna. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembang biakannya, sel
tumor dapat membentuk suatu massa dari jaringan yang ganas dan kemudian
dapat menjadi dan dapat bermetastasis keseluruh tubuh sehingga dapat
menyebabkan kematianTumor abdomen disebabkan oleh pola makan yang tidak
sehat seperti konsumsi makanan yang diasinkan, diasapi dan jarang
mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran.
Gejala pada penyakit Tumor abdomen sangat sulit untuk dideteksi karena
sangat sedikit gejala yang terjadi. Gejala tumor abdomen dapat dideteksi
cenderung pada saat mencapai stadium lanjut seperti nafsu makan menurun,
penurunan berat badan, cepat kenyang, mules atau gangguan pencernaan, mual,
muntah darah, pembengkakan pada perut karena penumpukan cairan, dan anemia.

C. TANDA DAN GEJALA


Adapun tanda dan gejala yang sering ditemui pada tumor abdomen:
a. Hiperplasia.
b. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
c. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis
kenyal atau lunak.
d. Kadang tampak hipervaskulari di sekitar tumor.
e. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
f. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
g. Konstipasi.
h. Nyeri.
i. Anoreksia, mual, lesu.
j. Penurunan berat badan.
k. Pendarahan.
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam
bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya
mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.

D. ETOLOGI
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yangabnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentukdan
fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi
danmenyebabkan metastasis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya tumor antara lain :
1) Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau
memerlukan aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk
menimbulkan neoplasi. Bahan kimia ini dapat merupakan bahan
alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar
lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak
sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan
terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia.
Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin,
vinilklorida.
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seiring menyebabkan keganasan.
Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan
bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi
bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh
bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan
terjadinya neoplasma.
c. Viral
Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam
ribonukleatnya: virus DNA serta RNA. Virus DNA yang sering
dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV),
Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C
virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell
leukemia virus I (HTLV-I) .
2) Hormon
Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.
3) Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan
yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal
dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat
meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan
karsinoma kolon.
4) Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma
planoseluler.
5) Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat

E. PATOFISIOLOGI

Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh
mutasiganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secarabnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar seltersebut.Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari
anaerob karena kempuan sel untukoksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim
yang lengkap untuk oksidasi.Susunanenzim sel uniform sehingga lebih
mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan  energi unruk anabolisme
daripada untuk berfungsi yang lmenghasilkan energi dengan jalan
katabolisme.Jarinagan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk
protioplasma danenergi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat
mengalahkan sel-sel normal dalmmendapatkan bahan-bahan tersebut.(Kusuma, Budi
drg. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap diman sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar da
n memperolehakses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapatterbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.Meskipun penyakit ini dapat
diuraikan secara umumn seperti yang telah digunakan,namun tumor bukan suatu
penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepadasuatu kelompok
penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosayang
berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2010).

F. TANDA-TANDA VITAL
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
(head to toe) pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang
klien dan memungkinkan kita sebagai seorang perawat untuk membuat penilaian
klinis. Pemeriksaan fisik dilakukan pada klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Dewi Sartika, 2010).

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya


kelainankelainan dari suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara melihat
(inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
(Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati, 2009).

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan


memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi
masalah kesehatan klien. Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik
inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry,
1997; Kozier et al., 1995). Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk
mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik
keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya, klien mengalami
gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut
mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.

Teknik pemeriksaan fisik yang kita gunakan ada 4 besar, yaitu: inspeksi (periksa
pandang), palpasi (periksa raba), perkusi (periksa ketuk), auskultasi (periksa dengar).

1. Inspeksi

Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh


pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat
kondisi klien dengan menggunakan “sense of sign” baik melalui mata telanjang atau
alat bantu penerangan (lampu). Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat
harus mengetahui apa yang dilihatnya dan di mana lokasinya. Metode inspeksi ini
digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh
pasien. Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat
pasien secara seksama, setiap sistem dan tidak terburu-buru sejak pertama bertemu
dengan cara memperoleh riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan fisik
dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk
mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan lebih memvalidasi apa yang dilihat oleh mata
dan dikaitkan dengan suara atau bau dari pasien. Pemeriksa kemudian akan
mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera
tersebut yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosa keperawatan dan
selanjutnya bisa membuat intervensi keperawatan, kemudian seterusnya sesuai
dengan langkah-langkah proses keperawatan serta bisa membantu penentuan terapi
(dokter).Cara pemeriksaan:a. Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri b. Bagian
tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya.
Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk
pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut). c. Bandingkan bagian tubuh
yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas. Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain. d. Catat hasilnya.
2. Palpasi

Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan “sense of touch”.


Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari
adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya
metode palpasi ini dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh (temperatur),
adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan
kelainan dari jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi dibagi menjadi dua: a. Palpasi
Ringan: Caranya: ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan.
Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan
sampai ada hasil yang diharapkan. b. Palpasi dalam (bimanual) Caranya: misalnya
untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk merasakan
bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan posisi rileks,
jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pada jari-jari pertama. Cara pemeriksaan : 1)
Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri. 2) Pastikan pasien dalam keadaan rileks
dengan posisi yang nyaman. 3) Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat
dan kering. 4) Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi
otot. 5) Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan dengan tekanan ringan. 6)
Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan. 7) Lakukan
palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang. 8) Hindari tekanan yang
berlebihan pada pembuluh darah. 9) Rasakan dengan seksama kelainan
organ/jaringan, adanya nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal,
bersifat kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba /
tekan . 10) Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.

3. Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan memukul/mengetuk untuk


mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh
dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau
tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh
kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi
yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di
bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah
hantarannya dan udara/ gas paling resonan. Cara pemeriksaan : a. Posisi pasien dapat
tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang akan diperiksa. b. Pastikan pasien
dalam keadaan rilex. c. Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan
relaksasi otot. d. Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering. e.
Lakukan perkusi secara seksama dan sistematis yaitu dengan: 1) Metode langsung
yaitu mengetukkan jari tangan langsung ke bagian tubuh yang akan diperiksa dengan
menggunakan 1 atau 2 ujung jari. 2) Metode tidak langsung dengan cara sebagai
berikut : Jari tengah tangan kiri di letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuh,
ujung jari tengah dari tangan kanan, untuk mengetuk persendian, pukulan harus cepat
dengan menggunakan kekuatan pergelangan tangan, dan lengan tidak bergerak dan
pergelangan tangan rilek, berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh
yang diperiksa.  Kebutuhan Dasar Manusia 1  63 f. Bandingkan atau perhatikan
bunyi yang dihasilkan oleh perkusi. 1) Bunyi timpani mempunyai intensitas keras,
nada tinggi, waktu agak lama dan kualitas seperti drum (lambung). 2) Bunyi resonan
mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema (paru
normal). 3) Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama,
kualitas ledakan (empisema paru). 4) Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut
sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).

4. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan


suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Halhal yang didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi: a. Frekuensi yaitu menghitung
jumlah getaran per menit. b. Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar. c. Intensitas
bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara. d. Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.
a. Bunyi jantung Waktu mendengar, pemeriksa harus memusatkan pikiran pada sifat,
karakteristik dan intensitas bunyi jantung. Penilaian dilakukan berurutan dan sendiri-
sendiri mulai dari bunyi jantung I, bunyi jantung II, sistole dan diastole. Yang
digolongkan dalam bunyi jantung ialah: Bunyi-bunyi jantung I, II, III, IV, Opening
snap, irama derap, dan klik. Bunyi jantung I, II merupakan bunyi jantung normal.
Bunyi jantung III juga normal bila terdengar sampai umur 20 tahunan. Bunyi jantung
IV, opening snap, irama derap dan klik ditemukan sebagai keadaan yang patologik.
Pada kasus-kasus patologik tertentu dapat pula terdengar kelainan bunyi jantung I, II,
III. Bunyi jantung dapat didengar dengan menempatkan telinga langsung di atas dada
penderita. Dengan stetoskop, auskultasi mudah, sopan dan bunyi terdengar lebih
keras. Stetoskop untuk orang dewasa tidak dapat dipakai pada anak. Dianjurkan
memakai stetoskop dengan panjang selang sekitar 30 cm dan diameter bagian dalam
selang kira-kira 1/8 inci. Ada 2 macam stetoskop yaitu berbentuk sungkup dan
diafragma. Sungkup lebih baik menangkap bunyi dan bising jantung bernada rendah,
diafragma untuk bunyi bernada tinggi. Dalam proses auskultasi yang lebih penting
dari stetoskop ialah pemeriksa. Ia harus mengetahui fisiologi dan patofisiologi
kardiovaskuler sehingga dapat menentukan di mana mendengar dan bagaimana
menginterpretasi bunyi dan bising jantung.  Kebutuhan Dasar Manusia 1  64
Tempat-tempat di permukaan dada dengan intensitas, bunyi jantung paling kuat tidak
selalu sesuai dengan lokasi anatomik katup-katup. Daerah katup mitral, lokalisasinya
pada sela iga V kiri, katup pulmonal pada sela iga II kiri. Daerah katup aorta di sela
iga II kanan dan katup trikuspid pada peralihan korpus sterni ke processus xiphoideus.
b. Suara Nafas Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah : 1)
Rales: suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada
klien pneumonia, TBC. 2) Ronchi: nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat
inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk.
Misalnya pada edema paru. 3) Wheezing: bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa
dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4) Pleura Friction Rub; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas
pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

G. PENATALAKSAAN MEDIS

KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

Komponen terbesar dalam tubuh adalah air. Air tubuh total (total body water,
TBW)  jumlahnya bervariasi  tergantung pada umur, jenis kelamin dan kandungan
lemak tubuh. Lemak pada dasarnya bebas air, sehingga lemak yang makin sedikit
akan mengakibatkan makin tingginya persentase air. Sebaliknya jaringan otot
memiliki kandungan air yang tinggi. Oleh karena itu dibandingkan dengan orang yang
kurus, orang yang gemuk mempunyai TBW yang relative lebih kecil dibandingkan
dengan berat badannya. Wanita pada umumnya secara proporsional mempunyai lebih
banyak lemak dan lebih sedikit otot jika dibandingkan dengan pria, sehingga jumlah
TBW juga lebih sedikit dibandingkan dengan berat badannya.1

Orang berusia tua juga mempunyai persentase lemak tubuh yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang muda. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah
sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak
70-75 %. Air membentuk sekitar 60% berat badan seorang pria dan sekitar 50 % berat
badan wanita.  Hal ini terlihat pada tabel berikut :

Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yang dipisahkan


oleh membran sel menjadi: cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler (CES).
Pada orang dewasa, sekitar 40% berat badan atau duapertiga dari TBW berada dalam
sel atau disebut cairan intraselular (intracellular fluid, ICF). Cairan ekstraseluler
(extracellular fluid, ECF) terbagi ke dalam kompartemen cairan intravaskuler (IVF)
atau plasma (5%) dan cairan interstisial-limfe (ISF) yang terletak antara sel (15%).
Selain ISF dan IVF, sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraocular,
dan sekresi saluran cerna, membentuk sebagian kecil (1% sampai 2% dari berat
badan) dari cairan ekstraselular yang disebut transeluler.

1.Cairan Intraseluler

Cairan Intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang
dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada
rata-rata pria dewasa (70 kg).  Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah
cairan intraselular.

Cairan intraseluler dipisahkan dari cairan ekstraseluler oleh membrane sel selektif
yang sangat permeable terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar
elektrolit dalam tubuh. Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam
mengatur volume dan komposisi intraseluler. Pompa membrane-bound ATP-
dependent akan mempertukarkan Na dengan K dengan perbandingan 3 : 2.  Oleh
karena membran sel relatif tidak permeabel tehadap ion sodium dan ion potasium, ion
potasium akan dikonsentrasikan di dalam sel sedangkan ion sodium akan
dikonsentrasikan di ekstra sel.  Akibatnya, potasium menjadi faktor dominan yang
menentukan tekanan osmotik intraseluler, sedangkan sodium merupakan faktor
terpenting yang menentukan tekanan osmotik ekstraseluler.
Impermeabilitas membran sel terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein
intraseluler yang tinggi.  Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif
(anion), rasio pertukaran yang tidak sama dari 3 Na dengan 2 K oleh pompa membran
sel adalah hal yang penting untuk pencegahan hiperosmolaritas relatif intraseluler. 
Gangguan pada aktivitas pompa Na-K-ATPase seperti yang terjadi pada keadaan
iskemi akan menyebabkan pembengkakan sel.

2. Cairan Ekstraseluler

 Cairan Ekstraseluler adalah cairan di luar sel.  Ukuran relatif dari CES menurun
dengan peningkatan usia.  Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung
didalam CES.  Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3
dari volume total.  Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70
kg). Dua komponen terbesar dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstitial, yang
merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan plasma, yang hamper seperempat
cairan ekstraseluler, atau sekitar 3 liter.

Fungsi dasar dari cairan ekstraseluler adalah menyediakan nutrisi bagi sel dan
memindahkan hasil metabolismenya.  Keseimbangan antara volume ekstrasel yang
normal terutama komponen sirkulasi (volume intravaskuler) adalah hal yang sangat
penting.  Oleh sebab itu, secara kuantitatif sodium merupakan kation ekstraseluler
terpenting dan merupakan faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan
volume.  Perubahan volume cairan ekstraseluler berhubungan dengan perubahan
jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini tergantung dari sodium intake, ekskresi
sodium renal, hilangnya sodium ekstrarenal.

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Dewasa
            Air : 30-35 ml/kgBB, kenaikan suhu 1°C bertambah 10-15%
            Na⁺: 1,5 mEq/kg (100mEq/hari atau sekitar 5,9 g)
            K⁺ : 1 mEq/kg (60 mEq/hari atau sekitar 4,5 g)

Bayi dan Anak


            Air       : BB 0-10kg : 4ml/kg/jam (100ml/kg/hari)
                          BB 10-20 kg : 40ml + 2ml/kg/jam setiap kg diatas 10kg
                                                (1000ml + 50ml/kg diatas 10kg per hari)
                          BB > 20 kg : 60ml + 1ml/kg/jam setiap kg diatas 20kg
                                                (1500ml + 20ml/kg diatas 20kg per hari)
            Na⁺: 2 mEq/kg
            K⁺ : 2 mEq/kg

Tubuh mendapatkan cairan dari air minum sekitar 800-1700 ml, dari makanan
sekitar 500-1000 ml dan dari hasil sisa metabolisme (oksidasi) sekitar 200-300 ml.
Cairan tersebut dikeluarkan dari tubuh sebagai urine secara normal lebih dari 0,5-1
ml/kg/jam, sebagai feces sekitar 1-3 ml/kg/hari dan sebagai Insensible Water
Loss  (IWS) 15 ml/kg/hari pada orang dewasa. Pada anak IWS sebesar : (30 dikurang
usia dalam th) ml/kg/hari.

KEBUTUHAN CAIRAN

·         Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam

·         Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1° C

·         Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)

·         Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Untuk mencapai keseimbangan cairan, maka cairan di dalam tubuh akan


berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain. Perpindahan cairan tersebut
dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik, tekanan onkotik dan tekanan osmotik.
Gangguan keseimbangan cairan tubuh terutama menyangkut cairan ekstrasel.
Cairan tubuh normalnya berpindah antara kedua kompartemen atau ruang utama
untuk mempertahankan keseimbangan nilai cairan.  Pergerakan cairan yang normal
melalui dinding kapiler ke dalam jaringan tergantung pada kenaikan tekanan
hidrostatik (tekanan yang dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh darah) pada
kedua ujung pembuluh arteri dan vena.  Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh
terjadi dalam tiga fase yaitu:

a. Fase I : plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi,
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

b. Fase II : cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan
sel
c. Fase III : cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel.

Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran


semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.  Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh
melibatkan mekanisme transpor pasif dan aktif.  Mekanisme transpor pasif tidak
membutuhkan energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. 
Difusi dan osmosis adalah mekanisme transpor pasif.  Sedangkan mekanisme transpor
aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.  Proses pergerakan
cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN


DAN ELEKTROLIT

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan


elektrolit, di antaranya adalah :
1.   Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan
dan berat badan.  Selain itu, cairan tubuh menurun dengan peningkatan usia.  Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. Semakin tua seseorang masa otot
semakin menurun, mempengaruhi system muskuloskeletal dan persyarafan. Sehingga
orang usia lanjut sering kali terlihat lemas dan lemah.

2. Jenis kelamin

Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih
banyak mengandung lemak tubuh.

3.  Sel-sel lemak

Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak
tubuh.

4.  Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.  Proses ini
dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.

5.  Kondisi sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan


elektrolit tubuh Misalnya:

- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui insensible


water lost (IWL)

- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator


keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan


intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

6.  Diet

Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit.  Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

7.  Temperatur lingkungan

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. 
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat.  Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.  Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L perhari.

8.  Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif dapat berpengaruh pada


kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

9.  Tindakan Medis

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan


elektrolit tubuh seperti: suction, nasogastric tube dan lain-lain.
10.Pembedahan

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan


keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. ANALISA DATA

Dari kasus di atas didapat diagnosa keperawatan sebagai berikut :

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS: Defisien  Penurunan turgor
 Klien mengatakan Volume kulit
badannya lemas Cairan  Membran mukosa
 Klien mengatakan kering
badannya lemah  Kulit kering
saat mencoba  Kelemahan
bergerak

DO:
 CRT (Capillary
Reffile Time) = >2
detik
 Turgor kulit kering
 Bibir Kering
DS: Ganggan Kendala Lingkungan
 Anak pasien Pola
mengatakan ibunya Tidur
mengalami
perubahan pola
tidur selama
dirawat di rumah
sakit
DO:
 Frekuensi nadi
140x/menit
 Teraba cepat
 Teraba lemah
DS: Bersihan  Pola nafas
 Anak pasien Jalan abnormal (stridor)
mengatakan sering Nafas  Takipnea
mendengar suara Tidak
seperti mengorok Efektif
saat ibunya tidur
 Anak klien
mengatakan tidak
mempunyai
riwayat mengorok
dirumah
DO:
 Terdengar Stridor
 Frekuensi nafas
40x/menit

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisien volume cairan berhubungan dengan Penurunan turgor kulit, membran


mukosa kering, kulit kering dan kelemahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kendala lingkungan
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pola nafas abnormal
(stridor) dan takipnea

3.IMPLEMENTASI

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Defisit volume cairan NOC: NIC :


b/d kehilangan cairan - Hydration - Majemen cairan >
aktif - Fluid Management monitor status hidrasi
(misalnya membrane
Definisi : Penurunan Kriteria Hasil : mukosa lembat,
cairan intravaskuler, - Tekanan darah, nadi, denyut nadi adekuat,
interstisial, dan/atau suhu tubuh dalam batas dan tekanan darah)
intrasellular. Ini normal dan monitor tanda-
mengarah ke - Tidak ada tanda tanda tanda vital klien.
dehidrasi, kehilangan dehidrasi, Elastisitas - Pertahankan catatan
cairan dengan turgor kulit baik, intake dan output
pengeluaran sodium membran mukosa yang akurat
lembab, tidak ada rasa - Monitor status hidrasi
Batasan Karakteristik: haus yang berlebihan (kelembapan
- Kelemahan membran mukosa,
- Haus nadi adekuat, tekanan
- Penurunan turgor darah ortostatik ), jika
kulit/lidah diperlukan
- Membran - Kolaborasikan
mukosa/kulit pemberian
kering - cairan intravena IV
- Peningkatan - Kolaborasi dokter jika
denyut nadi, tanda cairan berlebih
penurunan tekanan muncul memburuk
darah, penurunan - Atur kemungkinan
volume/tekanan tranfusi
nadi - Persiapan untuk
- Pengisian vena tranfusi
menurun
- Perubahan status
mental
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada third
spacing)

Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan
volume cairan
secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan

2 Gangguan pola tidur NOC : NIC : 


Setelah dilalukan asuhan - Determinan efek-efek
Definisi : interupsi keperawatan selama 3 hari medikasi terhadap
jumlah waktu dan 24 jam diharapkan pasien pola tidur
kualitas tidur akibat tidak terganggu saat tidur - Jelaskan pentingnya
faktor eksternal tidur yang adekuat
Kriteria Hasil : - Fasilitas untuk
Batasan karakteristik : - Jumlah jam tidur dalam mempertahankan
- Menyatakan tidak batas normal 6-8 aktivitas sebelum
merasa cukup jam/hari tidur (membaca).
sehat - Pola tidur berkualitas - Ciptakan lingkungan
- Penurunan - Perasaan segar sesudah yang nyaman
kemampuan tidur atau istirahat - Kolaborasi pemberian
berfungsi - Mampu obat tidur.
- Perubahan pola mengindetifikasi hal- - Diskusikan dengan
tidur tidak normal hal meningkatkan tidur pasien dan keluarga
- Hilangnya suara tentang teknik tidur
Faktor yang tambahan/menggorok pasien
berhubungan : saat tidur - Intruksikan untuk
- Halangan memonitori tidur
lingkungan (mis., pasien
bising, pajanan - Monitori waktu
cahaya/gelap, makan dan minum
suhu,/kelembapan, dengan waktu tidur
lingkungan yang - Monitori/catat
tidak dikenal kebutuhan tidur
- Imobilisasi pasien setiap hari dan
- Kurang privasi jam
- Pola tidur tidak - manajemen
menyehatkan pengobatan, monitor
pasien tentang
terapeutik obat,
monitor efek samping
obat, kolaborasi
pemberian obat tidur,
menciptakan
lingkungan yang
nyaman.
- Saat tidur posisikan
tubuh pasien dengan
benar agar terbukanya
jalan napas

3 Ketidakefektifan NOC : NIC :


bersihan jalan napas - Respiratory status : Airway suction
Ventilation - Auskultasi suara
Definisi : - Respiratory status : napas sebelum dan
ketidakmampuan Airway patency sesudah suctioning.
membersihkan sekresi - Aspiration control - Informasikan pada
atau obstruksi dari v   pasien dan keluarga
saluran napas untuk Kriteria Hasil : tentang suctioning
mempertahankan - Menunujukkan jalan - Minta pasien bernafas
bersihan jalan napas nafas yang paten dalam sebelum
(pasien tidak merasa suction dilakukan
Batasan karakteristik : tercekik, irama nafas, - Beriakan O2 dengan
- Penurunan bunyi frekeunsi napas, menggunakan nasal
napas frekuensi pernafasan untuk memfasilitasi
- Perubahan dalam rentang waktu suksion nasotrakeal.
frekuensi napas normal, tidak ada suara - Gunakan alat yang
- Perubahan pola nafas steril setiap
napas tambahan/abnormal) melakukan tindakan
- Suara napas - Mampu - Anjurkan pasien
tambahan (stridor) mengindentifikasi dan untuk istirahat dan
- Tidak ada batuk mencegah factor yang napas dalam setelah
dapat menghambat kateter dikeluarkan
Faktor yang jalan napas. dari naso trakeal
berhubungan : v  - Monitor status
Obstruksi jalan napas oksigen pasien
- Adanya jalan - Ajarkam keluarga
napas buatan bagaimana cara
- Benda asing dalam melakukan suksion
jalan napas - Hentikan suksion dan
- Eksudat dalam berikan oksigen
alveoli apabila pasien
- Hyperplasia pada menunjukkan
dinding bronkus bradikardi ,
- Sekresi yang peningkatan saturasi
tertahan O2 dll.
- Spasme jalan
napas  Airway management
- Buka jalan nafas,
gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
- Pasang mayor bila
perlu
- Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
- Auskultasi suara
nafas, catat adantya
suara tambahan.
- Berikan pelambab
udara kassa basah
NaCl lembab
- Alur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan
status O2

§  

4. EVALUASI
Adapun sasaran evaluasi pada klien dengan tumor abdomen hasil post operatif
(pasca laparatomi) :
a) Tidak terjadi kekurangan volume cairan;
b) Pola tidur berkualitas;
c) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi;
d) Nutrisi terpenuhi;
e) Tidak terdapat gangguan integritas;
f) Hilangnya suara tambahan/mengorok saat tidur;
g) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik; dan
h) Tanda-tanda vital kembali normal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tumor adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga terbentuk jaringan
baru atau sering kali oleh masyarakat awam disebut daging baru. Tumor terbagi
menajdi dua macam, yaitu tumor jinak dan ganas.  Abdomen adalah bagian dari tubuh
yang terletak di inferior thorax. Batas atasnya sama dengan batas bawah thorax.
Abdomen dibagi menjadi sembilan region oleh garis melintang pertama melalui
vertebra lumbalis pertama dan garis melintang kedua di vertebra lumbalis keempat.
Sembilan region itu adalah epigastrium, region hypochodriaca kiri dan kanan, region
umbilicalis, region lateralis kiri dan kanan atau region lumbalis, region hypogastrica,
dan region iliaca kiri dan kanan. Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya
pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya
penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan,
kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Tumor adalah
proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi ganetik dari
DNA seluler. Kerusakan DNA yang menimbulkan peningkatan aktivitas, onkogen,
perubahan gen yang mengatur apoptosis, dan inaktivasi gen supresor tumor sehingga
sel terpacu untuk terus berpoliferasi, kehilangan kendali terhadap poliferasi sel,
kehilangan kemampuan menghentikan siklus sel, dan kemampuan apoptosis. tanda
dan gejala yang ditemukan pada pasien dengan tumor abdomen adalah: a) hiperplasia,
b) konsistensi tumor umumnya padat atau keras, c) kadang tampak hipervaskulari
disekitar tumor, d) edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe, e)
nyeri, f) anoreksia, g) mual dan muntah, h) penurunan berat badan, i) perut yang
terasa penuh setelah makan sejumlah makanan, j) kelelahan, k) ketidakmampuan
mengeluarkan BAB, l) ketidakmampuan untuk buang air kecil.

Laparotomi adalah prosedur medis yang bertujuan untuk membuka dinding


perut agar dapat memiliki akses ke organ perut yang memerlukan tindakan tertentu
atau sebagai prosedur diagnostik. Laparotomi dilakukan dengan cara membuat
sayatan besar pada area di sekitar perut pasien yang didahului dengan pemberian
anastesi.

Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yang dipisahkan


oleh membran sel menjadi: cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstraseluler
(CES).Cairan Intraseluler adalah cairan yang terkandung di dalam sel sedangkan
Cairan Ekstraseluler adalah cairan di luar sel.Pada orang dewasa, sekitar 40% berat
badan atau duapertiga dari TBW berada dalam sel atau disebut cairan intraselular
(intracellular fluid, ICF). Cairan ekstraseluler (extracellular fluid, ECF) terbagi ke
dalam kompartemen cairan intravaskuler (IVF) atau plasma (5%) dan cairan
interstisial-limfe (ISF) yang terletak antara sel (15%). Selain ISF dan IVF, sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraocular, dan sekresi saluran cerna,
membentuk sebagian kecil (1% sampai 2% dari berat badan) dari cairan ekstraselular
yang disebut transeluler.Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit
dan nonelektrolit. Nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan
dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida
dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium
(K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat
(HPO42-), sulfat (SO42-).Tubuh mendapatkan cairan dari air minum sekitar 800-1700
ml, dari makanan sekitar 500-1000 ml dan dari hasil sisa metabolisme (oksidasi)
sekitar 200-300 ml. Cairan tersebut dikeluarkan dari tubuh sebagai urine secara
normal lebih dari 0,5-1 ml/kg/jam, sebagai feces sekitar 1-3 ml/kg/hari dan sebagai
Insensible Water Loss (IWS) 15 ml/kg/hari pada orang dewasa. Pada anak IWS
sebesar : (30 dikurang usia dalam th) ml/kg/hari. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, di antaranya adalah usia, jenis
kelamin, sel- sel lemak, stres, kondisi sakit, diet, temperatur lingkungan, pengobatan,
tindakan medis, dan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

Budi Kusuma, 2001, Ilmu Patologi, Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta: EGC

Smelster Suzanne, C 2010, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2.Jakarta :


EGC

Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati.2016.Kebutuhan Dasar Manusia I.Jakarta


Selatan:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Rahayu, Sunarsih dan Addi Mardi Harnanto.2016.Kebutuhan Dasar Manusia


II.Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai