Anda di halaman 1dari 4

Mesjid raya al-Mashun terletak di Jl. Sisingamangaraja, Kel. Masjid, Kec.

Medan Maimun, Kota


Medan. Luas bangunannya 5000m2. Daya tampung jamaah mesjid ini mencapai 1500 orang.
Pada awal pendiriannya, masjid ini menyatu dengan kompleks istana. Gaya arsitekturnya
khas Timur Tengah, India dan Spanyol. Masjid ini berbentuk segi delapan dan memiliki sayap di
bagian selatan, timur, utara dan barat. Masjid Raya Medan ini merupakan saksi sejarah
kehebatan Suku Melayu sang pemilik dari Kesultanan Deli (Kota Medan).

Sultan Ma’mum Al Rasyid Perkasa Alam sebagai pemimpin Kesultanan Deli memulai


pembangunan Masjid Raya Al Mashun pada tanggal 21 Agustus 1906 (1 Rajab 1324 H).
Keseluruhan pembangunan rampung pada tanggal 10 September 1909 (25 Sya‘ban 1329 H)
sekaligus digunakan ditandai dengan pelaksanaan sholat Jum’at pertama di masjid ini.
keseluruhan pembangunannya menghabiskan dana sebesar satu juta Gulden.

Sultan memang sengaja membangun mesjid kerajaan ini dengan megah, karena menurut
prinsipnya hal itu lebih utama ketimbang kemegahan istananya sendiri, Istana Maimun.
Pendanaan pembangunan masjid ini ditanggung sendiri oleh Sultan, namun konon Tjong A Fie,
tokoh kota medan dari etnis Thionghoa yang sejaman dengan Sultan Ma’mun Al Rasyd turut
berkontribusi mendanai pembangunan masjid ini.

Pada awalnya Masjid Raya Al Mahsun di rancang oleh Arsitek Belanda Van Erp yang juga
merancang istana Maimun, namun kemudian proses-nya dikerjakan oleh JA Tingdeman. Van
Erp ketika itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam
proses restorasi candi Borobudur di Jawa Tengah.

Sebagian bahan bangunan diimpor antara lain: marmer untuk dekorasi diimpor dari Italia,
Jerman dan kaca patri dari Cina dan lampu gantung langsung dari Prancis.JA Tingdeman, sang
arsitek merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan
campuran Maroko, Eropa dan Melayu dan Timur Tengah. Denah yang persegi delapan ini
menghasilkan ruang bagian dalam yang unik tidak seperti masjid masjid kebanyakan.

Di ke empat penjuru masjid masing masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna
hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing masing beranda
dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid
yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.

Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara.
Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih
kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela
yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga,
sisa peninggalan art nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.
Seluruh ornamentasi di dalam mesjid baik di dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan
lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan. di depan masing-masing
beranda terdapat tangga. Kemudian, segi delapan tadi, pada bagian luarnya tampil dengan empat
gang pada keempat sisinya, yang mengelilingi ruang sholat utama.
Gang-gang ini punya deretan jendela-jendela tak berdaun yang berbentuk lengkungan-
lengkungan yang berdiri di atas balok. Baik beranda dan jendela-jendela lengkung itu
mengingatkan disain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan.
Sedangkan kubah mesjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi
delapan. Kubah utama dikitari empat kubah lain di atas masing-masing beranda, dengan ukuran
yang lebih kecil.

Bentuk kubahnya mengingatkan kita pada Mesjid Raya Banda Aceh. Di bagian dalam masjid,
terdapat delapan pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi untuk menyangga kubah
utama pada bagian tengah. Adapun mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing.
Gerbang mesjid ini berbentuk bujur sangkar beratap datar. Sedangkan menara mesjid berhias
paduan antara Mesir, Iran dan Arab. 
Lia :

Masjid al-Mashun highway located inJl. Sisingamangaraja, Ex. Mosque, district. Medan
Maimun, Medan. 5000m2 building area. This mosque worshipers capacity of 1,500 people. In its
early years, the mosque was fused with the palace complex. Its architectural style is typical the
middle East,IndiaandSpanish, The mosque is octagonal and has a wing in the south, east, north
and west. Masjid Raya Medan is a historical witness greatnessThe Malays the owner of Deli
Sultanate(Medan city).

Riza:

Ma'mum Sultan Al Rashid Perkasa Alam as leader Deli Sultanatebegin construction of Masjid
Raya Al Mashun on August 211906(1 Rajab 1324 H). Overall construction was completed on 10
September 1909 (25 Sha'ban 1329 H) once used characterized by the implementation of the first
Friday prayers in this mosque. Overall construction spending one million Gulden.

Nadriana:

Sultan was deliberately build this empire with magnificent mosques, because according to the
main principle, it is more than the grandeur of his own palace, Maimun Palace. Funding the
construction of this mosque borne by the Sultan, but it is said Tjong A Fie, city leaders of ethnic
Thionghoa field contemporaries Sultan Ma'mun Al Rasyd contribute to fund the construction of
this mosque.

Roima:

At first Masjid Raya Al Mahsun designed by Dutch architect Van Erp, who also designed the
palace Maimun, but then its process undertaken by JA Tingdeman. Van Erp when it was called
to the island of Java by the Dutch government to join in the process of restoration of Borobudur
temple in Central Java.

Natasya :

Most building materials are imported, among others: the marble for decoration imported from
Italy, Germany and stained glass from China and the chandelier directly from Prancis.JA
Tingdeman, the architects designed this mosque with an octagonal floor plan in the style
symmetrical building mixture Moroccan, European and Malay and The middle East. Eight
square floor plan resulted in a unique part of space unlike most mosques mosques.

Crisyen :

In the four corners of the mosque each given a high-vaulted porch with a roof of black color,
complementing the main dome on the roof of the main building of the mosque. Each veranda is
equipped with a main door and stairs linking of the courtyard of the main floor of the mosque is
elevated, except for building verandah at the side of the sanctuary.

Rani :
Building the mosque is divided into the main hall, ablution, the entrance gate and tower. The
main room, where prayer, octagonal in shape is not equilateral. On the opposite side is smaller,
there is a 'home page' small porch attached and jutted out. The windows that surround the porch
door made of wood with a glass-precious stained glass, remnants of the art nouveau period 1890-
1914, combined with Islamic art.
Grace :
The entire ornamentation in the mosque well in walls, ceilings, pillars, arches and a surface rich
with flowers and plants. in front of each veranda there are stairs. Then, octagonal earlier, on the
outside appear with four alley on all four sides, which surround the main prayer hall.

Ummul:

These alleys have a row of leafless windows shaped arches that stand on the beam. Both porches
and windows that remind curved design of buildings and Islamic kingdoms in Spain in the
Middle Ages. While the dome of the mosque following the Turkish model, with shapes broken
octagonal. The main dome surrounded by four other domes on top of each homepage, with a
smaller size.

Intan :

Dome shape is reminiscent of the Grand Mosque of Banda Aceh. On the inside of the mosque,
there are eight major pillar diameter of 0.60 m tall to support the main dome at the center. The
mihrab is made of marble with a pointed dome roof. This mosque gate square-shaped flat-roofed.
While minaret decorated with a blend of Egyptian, Iranian and Arabic.

Anda mungkin juga menyukai