Anda di halaman 1dari 39

January 26, 2016

PENGUJIAN BAHAN ISOLASI GAS (UDARA)

1.    Pengertian Umum

Keberadaan isolator dalam sistem tenaga listrik sangat penting. Isolasi sangat


diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan
sehingga antara penghantar-penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik atau
percikan.Sedangkan media isolasi sebagai bahan isolasi sangat banyak sekali macamnya.
Tingginya tingkat kerusakan bahan isolasi yang ketahanan elektriknya rendah akan
menyebabkan terjadi tegangan tembus yang dapat merusak dari bahan isolasi itu
sendiri. Kebutuhan akan kualitas isolasi yang baik, menyebabkan jenis dari bahan isolasi
dengan tingkat ketahanan pengisolasi yang berbeda-beda mulai ditemukan, adapun
bahan isolasi meliputi isolasi gas, isolasi cair dan isolasi padat dimana masing-masing
isolasi tersebut memiliki tingkat ketahanan elektrik dan tegangan tembus yang berbeda.
Bahan isolasi akan menunjukkan sifatnya bila dipengaruhi oleh medan listrik, jika
medan listrik tersebut berasal dari arus bolak-balik maka gejalanya adalah sangat
kompleks sekali. Gas ataupun udara merupakan salah satu media bahan isolasi yang
termasuk dalam bahan dielektrik. Tegangan tembus isolasi merupakan tegangan yang
mampu merusak ketahanan isolasi dari sutau bahan isolasi, sehingga untuk mengetahui
perbandingan ketahanan dielektrik jenis bahan isolasi, maka dilakukan pengujian
tegangan tembus sehingga dapat juga diketahui karakteristik tegangan tembus
terhadap pengaruh temperatur dan jarak sela antara elektroda jarum-plat sehingga
diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme kegagalan
(breakdown) pada isolasi gas khususnya udara.
Bahan isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk
kegagalan listrik apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan isolasinya.
Kegagalan yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi bisa menyebabkan
kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem terganggu. Udara merupakan bahan isolasi
yang banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi misalnya pada arrester sela
batang yang terpasang di saluran transmisi, selain itu udara juga digunakan sebagai
media peredam busur api pada pemutus tenaga (CB = Circuit Breaker). Sementara
bahan isolasi cair banyak digunakan sebagai isolasi dan pendingin pada trafo karena
memiliki kekuatan isolasi lebih tinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai
tegangan tembus yang terjadi pada media isolasi udara dan minyak cenderung
meningkat seiring pertambahan jarak sela. Selain itu juga dilakukan pengujian pada
minyak bekas dan minyak baru. Hasil pengujian menunjukkan tegangan tembus pada
minyak baru lebih tinggi daripada minyak bekas dan tegangan tembus isolasi udara
lebih kecil daripada tegangan tembus minyak.
Selain itu juga akan dilakukan pengujian karakteristik korona, dimana telah
diketahui bahwa korona merupakan salah satu fenomena akibat dari tegangan tinggi.
Proses terjadinya korona yaitu karena adanya ionisasi dalam udara, oleh karena lepasnya
elektron dan ion, maka jika disekitarnya terdapat medan listrik, elektron-elektron bebas
ini mengalami gaya yang mempercepat geraknya. Akibat dari pergerakan yang cepat
maka terjadilah tabrakan dengan molekul lainnya. Pada penelitian ini telah dilakukan
pengujian di laboratorium untuk mengetahui karakteristik dari korona dan karakteristik
tegangan tembus udara dengan kondisi elektroda yang berbeda-beda.
Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapat dan mempunyai tegangan
tembus yang cukup besar yaitu 30kV/cm. Contoh yang mudah dapat dijumpai pada JTR,
JTM, dan JTT antara hantaran yang satu dengan yang lain dipisahkandengan udara.
Isolasi udara (gas) aplikasinya lebih banyak digunakan padaisolasi saluran transmisi
udara dan pada GIL (Gas Insulated Transmission Lines),pada CB dan sakelar pemisah.
Dalam pemilihan bahan isolasi lebih diberatkan pada keandalan dari bahan isolasi itu
sendiri maupun biaya operasional dariisolasi itu sendiri. Salah satu cara yang ditempuh
adalah dengan memilih bahanisolasi yang cocok digunakan pada suatu peralatan
tegangan tinggi denganmemperhitungkan keandalan dan kesederhanaan dari isolasi itu
sendiri.Susunan udara di muka bumi, terdiri atas 79% Nitrogen (N 2) dan 20% Oksigen
(O2), sedangkan sisanya adalah sekitar 1% terdiri dari: Argon, Helium, Neon, Kripton,
karbondioksida dan lain-lain.
Pada sistem jaringan tenaga listrik, maka udara merupakan bahan penyekat
antara kawat konduktor atau antara kawat konduktor dengan tanah. Pada tekanan yang
tidak terlalu tinggi, udara merupakan bahan penyekat yang baik, kebocoran melalui
udara adalah kecil sekali. Tetapi pada tekanan yang cukup tinggi, maka akan terjadi
loncatan elektron di udara. Udara sering juga digunakan sebagai pendingin.
Apabila dua buah elektroda yang dipisahkan dengan udara mempunyai
bedategangan yang cukup tinggi yaitu tegangan yang melebihi tegangan tembus,
makaakan timbul loncatan bunga api. Bila tegangan tersebut dinaikkan lagi, maka
akanterjadi busur api.Jika terdapat dua buah elektroda berbentuk bulat dipisahkan
dengan udarayang jaraknya cukup besar untuk harga tegangan dan memungkinkan
terjadinyaionisasi pada udara sekitarnya maka terbentuklah ozon. Pada sekitar
elektrodatersebut akan timbul sinar terang kebiru-biruan yang disebut korona.
Besarnya tegangan tembus pada udara dipengaruhi oleh besarnya tekananudara.
Secara umum, makin besar tekanannya, makin besar juga tegangantembusnya. Tetapi
untuk keadaan pakem justru tegangan tembus akan menjadilebih besar. Keadaan yang
demikian inilah yang digunakan atau diterapkan pada beberapa peralatan listrik.Berikut
beberapa jenis gas yang biasa digunakan sebagai isolasi :

1.      Hidrogen
Sifat-sifatnya adalah:

          tidak berwarna dan tidak berbau


          merupakan gas yang paling ringan
          mudah terbakar tetapi tidak memelihara pembakaran
          bila bercampur dengan udara mudah meletus
          tegangan tembusnya 18 kV/cm
          gas hidrogen ekonomis bila dipergunakan pada mesin-mesin kapasitas 15
MW ke atas.

Keuntungan pengunaan gas hidrogen dibandingkan dengan udara

          Kebisingan suara berkurang


          Temperatur pendinginan yang dibutuhkan relatif rendah
          Efisiensi dapat naik  antara 0,7 sampai 1% lebih tinggi dengan kepekatan
Hidrogen 8 sampai 10 kali lebih rendah daripada udara.
          Daya hantar panas hidrogen 6 sampai 7 kali lebih besar daripada udara.
          Tidak membutuhkan pengamanan terhadap bahaya kebakaran (hidrogen
tidak memelihara kebakaran).
2.      Sulfur Heksafluorida (SF6)
Sulfur heksafluorida (SF6) merupakan suatu gas hasil reaksi eksotermis antara unsur
sulfur dengan fluor.
Sifat-sifatnya :

          Merupakan gas terberat (massa jenisnya 6,14 kg/m3 atau sekitar 5 kali berat
udara )
          Tidak mudah terbakar
          Tidak larut dalam air
          Tidak beracun
          Tidak berwarna dan tidak berbau
          Tegangan tembusnya sangat tinggi yaitu 75 kV/cm
          Tepat sekali digunakan sebagai pendingin pada peralatan listrik yang
menimbulkan panas atau bunga api.

2.   Proses Dasar Ionisasi
Ion merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki muatan listrik, ion
terbentuk apabila pada peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap atau melepaskan
elektron. Proses terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi. Ionisasi adalah proses fisik
mengubah atom atau molekul menjadi ion dengan menambahkan atau mengurangi
partikel bermuatan seperti elektron atau lainnya.Jika diantara dua elektroda yang
dimasukkan dalam media gas diterapkan tegangan V maka akan timbul suatu medan
listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu yang akan mengakibatkan electron
bebas mendapatkan energi yang cukup kuat menuju kearah anoda sehingga dapat
merangsang timbulnya proses ionisasi.
Proses ionisasi ke muatan positif atau negatif sedikit berbeda. Ion bermuatan
positif didapat ketika elektron yang terikat pada atom atau molekul menyerap energi
cukup agar dapat lepas dari potensial listrik yang mengikatnya. Energi yang dibutuhkan
tersebut disebut potensial ionisasi. Ion bermuatan negatif didapat ketika elektron bebas
bertabrakan dengan atom dan terperangkap dalam kulit atom dengan potensial listrik
tertentu
Dalam proses pelepasan listrik ada beberapa mekanisme pembangkitan atau
kehilangan ion baik dalam bentuk tunggal maupun dalam kombinasi. Proses dasar
pelepasan dalam gas meliputi :
a.    Pembangkitan ion dengan cara benturan (collision)elektron, fotoionisasi, ionisasi oleh
benturan ion positif,ionisasi termal, pelepasan ( detachment) elektron, ionisasikumulatif
dan efek γ sekunder.
b.    Kehilangan ion dengan cara penggabungan (attachment)elektron, rekombinasi dan
difusi.
2.1 Ionisasi karena Benturan Elektron
Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang
diionisasikan akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion yang ditangkap
molekul oksigen. Tiap-tiap elektron ini kemudian akan berjalan menuju anoda secara
kontinu sambil membuat benturan-benturan yang akan membebaskan electron lebih
banyak lagi. Ionisasi karena benturan ini merupakan proses dasar yang penting dalam
kegagalan udara atau gas.
Sebuah elektron tunggal yang dibebaskan oleh pengaruhluar pada proses
ionisasi tersebut akan menimbulkan banjiran elektron ( avalanche), yaitu kelompok
elektron yang bertambah secara cepat dan bergerak maju meninggalkan ion positif
pada lintasannnya. Proses pelepasan ( discharge) pada udara dan gas dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu pelepasan bertahan sendiri ( self sustaining discharge) dan
pelepasan tak bertahan sendiri (non sustaining discharge). Dalam hal ini mekanisme
kegagalan gas dan udara adalah suatu bentuk transisi dari keadaan pelepasan tak
bertahan menuju pelepasan bertahan sendiri.

3.   Mekanisme Kegagalan Gas


Proses kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-tiba( spark
breakdown), percikan ini dapat terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas
tersebut. Mekanisme kegagalan gas yang disebut percikan adalah peralihan dari
pelepasan tak bertahan sendiri ke berbagai pelepasan yang bertahan sendiri. Ada dua
jenis mekanisme dasar yang berperan yaitu :
1.    Mekanisme primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran (avalanche) elektron.
2.    Mekanisme sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran (avalanche)
elektron.
Pada mekanisme primer, proses yang terpenting adalah katoda. Dalam hal ini katoda
akan melepas (discharge) elektron, yang akan mengawali terjadinya suatu kegagalan
percikan (spark breakdown). Sehingga untuk hal ini elektroda yang mempunyai
potensial yang lebih rendah, yaitu katoda akan menjadi elektroda yang melepaskan
elektron.
Proses dasar yang paling penting dalam kegagalan gas adalah proses ionisasi
karena benturan, tetapi proses ini tidak cukup untuk menghasilkan kegagalan. Proses
lain yang terjadi dalam kegagalan gas adalah proses atau mekanisme primer dan proses
atau mekanisme sekunder. Proses yang terpenting dalam mekanisme primer adalah
proses katoda, pada proses ini diawali dengan pelepasan elektron oleh suatu elektroda
yang diuji, peristiwa ini akan mengawali terjadinya kegagalan percikan ( spark
breakdown). Elektroda yang memiliki potensial rendah (katoda) akan menjadi elektroda
yang melepaskan elektron. Elektron awal yang dibebaskan (dilepaskan) oleh katoda
akan memulai terjadinya banjiran elektron dari permukaan katoda. Jika jumlah elektron
yang dibebaskan makin lama makin banyak atau terjadinya peningkatan banjiran.

4.   Mekanisme Townsend
Pada mekanisme primer, medan listrik yang ada di antaraelektroda akan
menyebabkan elektroda yang dibebaskanbergerak cepat, sehingga timbul energi yang
cukup kuat untuk menimbulkan banjiran elektron.Mekanisme Townsend menjelaskan
tentang fenomena kegagalan yang hanya terjadi pada tekanan yangrendahdibawah
tekanan atmosfer. Pada tekanan diatas tekanan atmosfer berlaku mekanisme strimer
yang mempersyaratkan adanya distorsi medan karena muatan ruang.

5.   Mekanisme Streamer
Mekanisme strimer (streamer) menjelaskan pengembangan pelepasan percikan
langsung dari banjiran tunggal di mana muatan ruang (space charge) yang terjadi
karena banjiran itu sendiri mengubah banjiran tersebut menjadi strimer plasma.
Sesudah itu kehantaran naik dengan cepat dan kegagalan terjadi dalam alur (channel)
banjiran ini.
Ciri utama teori kegagalan strimer, disamping proses ionisasi benturan ( α )
Townsend, adalah postulasi sejumlah besar fotoionisasi molekul gas dalam ruang
didepan strimer dan pembesaran medan listrik setempat oleh muatan ruang ion pada
ujung strimer, dimana ruangan ini menimbulkan distorsi medan dalam sela. Ion-ion
positif dapat dianggap stasioner dibandingkan dengan elektron-elektron yang bergerak
lebih cepat, dan banjiran terjadi dalam sela dalam bentuk awan elektron yang
membelakangi muatan ruang ion positif.
Ada dua jenis strimer :
1.   Positif, atau strimer yang mengarah ke katoda
2.   Negatif, atau strimer yang menuju ke anoda
………………………………………..
…………………………………………………………………….

ISOLASI TEGANGAN TINGGI


  
ISOLASI TEGANGAN TINGGI

Isolasi adalah salah satu bentuk peralatan tegangan tinggi yang berfungsi sebagai tahanan
atau pelindung agar tidak terjadi tembus yang tidak diinginkan. Secara umum isolasi dibagi
menjadi 3 (tiga) macam yaitu isolasi padat, cair dan gas. Kemampuan isolasi dalam menahan
tegangan mempunyai batas-batas tertentu sesuai dengan material penyusun dan lingkungan
sekitarnya. Apabila tegangan yang diterapkan melebihi kuat medan isolasi maka akan terjadi
tembus atau breakdown yang menyebabkan terjadinya aliran arus antara peralatan tegangan
tinggi. Kekuatan isolasi gas dipengaruhi beberapa hal antara lain temperatur, kelembaban, angin,
tingkat kontaminasi udara dan besar tegangan yang diterapkan. Adanya kondisi hujan asam,
hujan basa, hujan garam, serta hujan di pegunungan akan mempengaruhi kekuatan isolasi dalam
mencegah terjadinya tembus antar dua peralatan tegangan tinggi yang diisolasi. Pemodelan
peralatan tegangan tinggi dengan elektroda jarum homogen dan elektroda bola homogen
digunakan untuk mengetahui tegangan tembus gas antara keduanya jika terjadi perubahan
terhadap lingkungan sekitar, selama pengujian isolasi di laboratorium tegangan tinggi. Contoh
penggunaan peralatan tegangan tinggi yang menyerupai elektroda jarum adalah arcing horn
(busur api) yang dipasang di tiap ujung renteng isolator. Teknik analisis data menggunakan cara
analisis data kualitatif interpretatif dan analisis statistik secara elementer. Kedua metode ini
digunakan sejak awal penelitian dimulai, diantaranya dalam memilih obyek, sample,
mengklasifikasikan simbol hingga kesimpulan akhir penelitian. Analisis data secara statistik
digunakan untuk menaksir prosentase tembus yang terjadi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
tegangan tembus udara berbanding lurus dengan tekanan, prosentase karbondioksida dan
kelembaban udara tetapi berbanding terbalik dengan kenaikan temperatur. Kata kunci : Isolasi,
tegangan tembus.

A.  TEORI KEGAGALAN ISOLASI


2.1 Kegagalan pada Isolasi gas

2.1.1 Proses dasar ionisasi


Ion merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki muatan listrik, ion terbentuk
apabila pada  peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap atau melepaskan elektron. Proses
terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi. Jika diantara dua elektroda yang dimasukkan dalam
media gas diterapkan tegangan V maka akan timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar
dan arah tertentu yang akan mengakibatkan elektron bebas mendapatkan energi yang cukup kuat
menuj  kearah anoda sehingga dapat merangsang timbulnya proses ionisasi .
2.1.2 Ionisasi karena Benturan Elektron
Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang diionisasikan
akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion yang ditangkap molekul oksigen. Tiap-tiap
elektron ini kemudian akan berjalan menuju anoda secara kontinu sambil membuat benturan-
benturan yang akan membebaskan elektron lebih banyak lagi. Ionisasi karena benturan ini
merupakan proses dasar yang penting dalam kegagalan udara atau gas.
2.1.3 Mekanisme Kegagalan Gas

Proses kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-tiba, percikan
ini dapat terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas tersebut. Mekanisme kegagalan
gas yang disebut percikan adalah peralihan dari pelepasan tak bertahan sendiri ke berbagai
pelepasan yang bertahan sendiri[3]. Proses dasar yang paling penting dalam kegagalan gas
adalah proses ionisasi karena benturan, tetapi proses ini tidak cukup untuk menghasilkan
kegagalan. Proses lain yang terjadi dalam kegagalan gas adalah proses atau mekanisme primer
dan proses atau mekanisme sekunder.
Proses yang terpenting dalam mekanisme primer adalah proses katoda, pada proses ini diawali
dengan pelepasan elektron oleh suatu elektroda yang diuji, peristiwa ini akan mengawali
terjadinya kegagalan percikan (spark breakdown). Elektroda yang memiliki potensial rendah
(katoda) akan menjadi elektroda yang melepaskan elektron. Elektron awal yang dibebaskan
(dilepaskan) oleh katoda akan memulai terjadinya banjiran elektron dari permukaan katoda. Jika
jumlah elektron yang dibebaskan makin lama makin banyak atau terjadinya peningkatan banjiran
maka arus akan bertambah dengan cepat sampai terjadi perubahan pelepasan dan peralihan
pelepasan ini akan menimbulkan percikan (kegagalan) dalam gas.

2.2 Kegagalan Pada Isolasi Cair (Minyak)


Karakteristik pada isolasi minyak trafo akan berubah jika terjadi ketidakmurnian di
dalamnya. Hal ini akan mempercepat terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain adanya partikel padat, uap air dan gelembung gas.

2.2.1 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair


Teori mengenai kegagalan dalam zat cair kurang banyak diketahui dibandingkan dengan
teori kegagalan gas atau zat padat. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat ini belum
didapatkan teori yang dapat menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair yang
benar-benar sesuai antara keadaan secara teoritis dengan keadaan sebenarnya. Teori kegagalan
zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut:

a.      Teori Kegagalan Elektronik


Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya proses kegagalan yang
terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas. Oleh karena itu supaya
terjadi kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan kedalam zat cair. Elektron awal
inilah yang akan memulai proses kegagalan.

b. Teori Kegagalan Gelembung


Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan zat cair yang
disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas di dalamnya.

c. Teori Kegagalan Bola Cair


Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka dapat
terjadi kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan listrik. Medan listrik akan
menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam minyak yang memanjang searah medan
dan pada medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari
ujung tetesan yang memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total.

d. Teori Kegagalan Tak Murnian Padat


Kegagalan tak murnian padat adalah jenis kegagalan yang disebabkan oleh adanya
butiran zat padat (partikel) didalam isolasi cair yang akan memulai terjadi kegagalan.

2.2.2 Kekuatan Kegagalan


Dari semua teori yang membahas tentang kegagalan zat cair tidak memperhitungkan hubungan
antara panjang ruang celah (sela) dengan kekuatan peristiwa kegagalan. Semuanya hanya
membahas tentang kekuatan kegagalan maksimum yang dicapai. Namun dari semua teori diatas
dapat ditarik suatu persamaan baru yang berisi komponen panjang ruang celah dan komponen
kekuatan peristiwa kegagalan pada benda cair, yaitu
Vb = Adn ........... (2-1)
dimana:
d : panjang ruang celah
A : konstanta
n : juga konstanta yang nilainya < 1

B. TEKNIK PENGAMBILAN DATA


Elektroda
Elektrode yang digunakan dalam pengujian ini adalah elektrode bidang (plat). Elektrode
bidang ini digunakan pada pengujian isolasi udara maupun minyak trafo. Elektrode bidang ini
terbuat dari stainlees steel. Elektrode bidang dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :

3.1 Rangkaian Pengujian


Rangkaian pembangkitan tegangan AC pada gambar 3.2 adalah rangkaian yang
digunakan untuk mengetahui tegangan tembus pada pengujian. Rangkaian tersebut digunakan
pada media isolasi udara maupun media isolasi minyak trafo.

C. DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR  RANTAI


Dua konduktor yang dipisahkan oleh suatu dielektrik merupakan suatu susunan kapasitor.
Satu unit isolator hantaran udara ditunjukkan pada Gambar 3.1. Isolator tersebut membentuk
suatu susunan konduktor-dielektrik-konduktor. Oleh karena itu suatu isolator dapat dianggap
merupakan suatu kapasitor.
Gambar 3.1. Ekivalensi suatu unit isolator hantaran udara

Kapasitansi Yang Dihasilkan Isolator Rantai


            Isolator rantai yang digunakan pada transmisi tegangan tinggi hantaran udara adalah
isolator seperti pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut terlihat adanya susunan logam-
dielektrik-logam yang membentuk susunan sebuah kapasitor. Untaian isolator tersebut akan
menghasilkan tiga jenis kapasitansi, yaitu:
a.      Kapasitansi masing-masing elemen isolator (C).
b.      Kapasitansi antara sambungan isolator dengan menara transmisi atau bumi (Ce).
c.      Kapasitansi antara sambungan isolator dengan konduktor tegangan tinggi (Ch).

Gambar 3.2. Susunan isolator rantai transmisi hantaran udara

Oleh karena itu, isolator rantai dapat dianggap merupakan susunan dari beberapa unit
kapasitor yang terhubung seri maupun paralel seperti ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Bagian-bagian isolator rantai yang membentuk susunan kapasitor

Distribusi Tegangan dengan Mengabaikan Ce dan Ch


            Pada suatu untaian isolator yang panjang, tegangan tidak didistribusikan secara merata,
hal ini disebabkan oleh karena pengaruh kapasitansi Ce dan Ch. Dengan adanya kapasitansi
Ce dan Ch maka arus bocor tidak seluruhnya melewati tiap elemen, namun akan ada arus bocor
yang menuju struktur menara dan ke sambungan antara isolator. Dengan mengabaikan
kapasitansi antara sambungan isolator rantai dengan tanah (Ce) dan kapasitansi antara sambungan
isolator rantai dengan konduktor fasa (Ch), maka akan sama keadaannya kalau isolator tersebut
dikenakan tegangan searah. Dalam tegangan searah, tegangan sepanjang untai isolator
didistribusikan secara merata. Dengan demikian pada rantai isolator tersebut mengalir arus bocor
dan tegangan pada satu elemen dari isolator rantai adalah arus  bocor pada isolator tersebut
dikalikan dengan tahanan tiap isolator. Rangkaian pengganti dari untaian isolator ini terlihat
seperti pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Rangkaian pengganti isolator rantai dengan mengabaikan Ce dan Ch

Elemen dari isolator rantai adalah sama sehingga distribusi tegangan pada setiap elemen
isolator adalah sama.
         ………..............................      (3.1)

         ..............................................................................      (3.2)


dimana:  Vx     = tegangan pada elemen ke-x dari isolator rantai yang ditinjau
     V      = tegangan total yang dikenakan pada isolator
  n      = jumlah elemen pada suatu isolator rantai

Distribusi Tegangan dengan Memperhitungkan C dan Ce


            Dalam keadaan isolator dibebani tegangan akan timbul medan listrik diantara sambungan
isolator dengan sambungan isolator yang lain, antara sambungan isolator dengan menara, dan
antara sambungan isolator dengan kawat fasa.
            Dibandingkan dengan besarnya kapasitansi masing-masing elemen isolator (C), besarnya
Ce jauh lebih kecil, tetapi pada kenyataannya tidak dapat diabaikan karena mempengaruhi
distribusi tegangan pada isolator rantai. Misalnya sebuah rangkaian isolator yang terdiri atas
empat satuan elemen isolator sebagaimana terlihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Rangkaian pengganti dari isolator rantai dengan memperhitungkan pengaruh C dan
Ce 

Dengan menganggap semua elemen isolator adalah identik, dan kapasitansi masing-
masing sambungan elemen isolator terhadap menara sama besar.
Pada Gambar 3.5, misalnya tegangan operasi adalah V, sedangkan jatuh tegangan melalui
elemen isolator adalah V1, V2, V3, dan V4 dimulai dari isolator paling atas mengarah ke kawat
fasa, sehingga dapat ditulis dengan persamaan :

Tujuannya adalah untuk mengetahui besarnya tegangan operasi V terhadap tegangan  Vn.  Dari
Gambar 3.5 di atas, besarnya arus yang mengalir tiap elemen isolator dapat dicari.
Pada titik A, persamaan arus adalah :

              …………………….……………       (3.3)


Juga,
                   ……………………………………….…       (3.4)
dimana :
I1 = arus yang melalui isolator 1
I2 = arus yang melalui isolator 2
 adalah frekuensi sudut jaringan
sehingga dari persamaan (3.3) dan (3.4) akan didapat:

           …………………………….……       (3.5)    


Pada titik B, persamaan arus adalah :

   
            …………………..………      (3.6)
dimana :
               ………………………........…………….       (3.7)
dari persamaan (3.6) dan persamaan (3.7) akan didapat nilai V3:
                 ………………………………….       (3.8)
dengan menggantikan V2 dengan V1 akan diperoleh:

             …………………………………        (3.9)


Pada titik C, persamaan arus adalah :

         ………………….       (3.10)


dimana :
                    ………………………………………….       (3.11)
dari persamaan (3.10) dan (3.11) didapatkan nilai V4:

     …………………………..      (3.12)


dengan menggantikan V2 dan V3 dengan V1 akan diperoleh:

      ………………………….       (3.13)  


Dengan demikian telah diperoleh besaran-besaran V 2, V3, V4 terhadap V1dengan rasio
kapasitansi m, sehingga terlihat bahwa :

Oleh sebab itu elemen isolator yang paling dekat ke kawat fasa akan memikul tegangan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan elemen isolator yang lain.

Distribusi Tegangan dengan Memperhitungkan C, Ce, dan Ch


Besarnya kapasitansi Ch dan kapasitansi Ce masih jauh lebih kecil dibanding dengan nilai
kapasitansi yang dimiliki elemen isolator C, namun demikian kapasitansi Ch dan kapasitansi
Ce tidak dapat diabaikan pengaruhnya. Adanya kapasitansi Ce dan kapasitansi Ch akan
berpengaruh terhadap distribusi tegangan pada sambungan isolator, dimana arus bocor akan
mengalir ke arah struktur menara dan ke arah sambungan isolator yang berasal dari konduktor
tegangan tinggi, dengan demikian arus yang mengalir di masing-masing elemen isolator tidak
sama besar, maka tegangan di tiap-tiap elemen isolator tidak sama. 
Rangkaian pengganti dari isolator rantai tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.6. Rangkaian pengganti dari isolator rantai dengan memperhitungkan pengaruh C, Ce,
dan Ch 

Berdasarkan Gambar 3.6, pada titik A diperoleh persamaan :


            ……………………………..……………      (3.14)
dari persamaan (3.14) diperoleh V1

            
sehingga:        

 ……….……...………………….       (3.15) 

Pada titik B, diperoleh persamaan :


                        ………………………………….………       (3.16)
dari persamaan (3.16) diperoleh V2
                          

sehingga :       

 ……………..………………….        (3.17)
Pada titik C, diperoleh persamaan :
                                    …..…………..………………….       (3.18)
dari persamaan (3.16) diperoleh V3
              
                       
sehingga :     

 ………………..………………       (3.19)  
dan,
            V = V1 + V2 + V3 + V4           ………….……………………….      (3.20)
sehingga dari persamaan (3.20) didapat V4
            V4 = V – (V1 + V2 + V3)         ……………….………………….      (3.21)
dimana, V adalah tegangan sistem

Perataan Tegangan di Setiap Unit Isolator


Ada beberapa metode didalam perataan tegangan disetiap unit isolator, yaitu :

1).  Dengan mengatur besar nilai kapasitansi sambungan isolator terhadap    bumi (Ce)
Kapasitansi Ce diupayakan sekecil mungkin, dengan demikian arus bocor yang menuju
struktur menara (bumi) akan sangat kecil dan memungkinkan untuk diabaikan. Di dalam
mendapatkan nilai kapasitansi Ceyang sangat kecil adalah dengan mengatur jarak antara
sambungan isolator terhadap menara pendukung (bumi), dimana jarak berbanding terbalik
dengan nilai kapasitansi yang dihasilkan, oleh sebab itu jika jarak antara menara dan sambungan
isolator diperbesar akan diperoleh nilai kapasitansi Ce yang sangat kecil.

2). Dengan grading tiap isolator


            Nilai kapasitansi sendiri dari isolator disesuaikan berdasarkan tingkat tegangan. Isolator
yang memikul tegangan yang paling besar yaitu isolator paling dekat dengan konduktor fasa,
isolator yang digunakan adalah isolator yang memiliki nilai kapasitansi sangat kecil. Dan isolator
yang memikul tegangan paling kecil, maka digunakan isolator yang memiliki nilai kapasitansi
yang besar. Dengan demikian tegangan di setiap unit isolator akan sama.

3). Dengan menggunakan Guard Ring


Tegangan di setiap unit isolator dapat dibuat sama dengan cara menggunakan Guard
Ring. Ada beberapa bentuk yang umum dijumpai, antara lain : Ring, 8-shaped, horn
shaped.  Metode perataan dengan menggunakan horn shaped, sering disebut dengan bentuk
busur tanduk.

Gambar 3.7  Perataan tegangan di setiap isolator dengan menggunakan guard ring berupa busur
tanduk
 
Prinsip perataan tegangan dengan menggunakan busur tanduk ini adalah  penyeimbangan
arus bocor, sehingga akan menghilangkan atau mengurangi arus bocor yang menuju ke arah
struktur menara. Pengaturannya dapat dilihat pada Gambar 3.7 di atas. Untuk semua isolator
yang identik, besar kapasitansi C sama. Demikian pula semua kapasitansi ke bumi (C e) adalah
sama besarnya. Tegangan di tiap isolator mempunyai busur tanduk yang sama, dengan demikian
arus yang melaluinya juga sama besar yaitu I.
Dari Gambar 3.7, persamaan arus yang melalui isolator paling atas adalah
            Ia + I = i1 + I                ………….……………………….      (3.22)
dan dengan  perata tegangan menggunakan busur tanduk, dibuat pendekatan bahwa
            i1 = Ia                                    ………..…….……………………………………              (3.23)
            i2 = Ib                                    ……………………………………………………          (3.24)
            i3 = Ic                                    …………….………………..…..        (3.25)
                    ………………………..………....      (3.26)
dari Gambar 3.7, potensial yang disebabkan Ia adalah 3V
                            ………………………………….       (3.27)
dari persamaan (3.23), (3.26), dan (3.27) diperoleh Ch1
            

                                  ………………………………….       (3.28)


dari Gambar 3.7, potensial yang disebabkan Ib adalah 2V
                           ………………………………….       (3.29)
                                          .……………………………..…         (3.30)
dari persamaan (3.25), (3.29), dan  (3.30), diperoleh Ch2
            
                                   ………………………...………..       (3.31)
dari Gambar 3.7, potensial yang disebabkan Ic adalah V
                              …………………………………..      (3.32)
                                          ……………………………..……      (3.33)
dari persamaan (3.25), (3.32), dan (3.33), diperoleh Ch3
                        
                                             ……………………..…………...       (3.34)
            Dengan membuat sejumlah n isolator, maka akan diperoleh persamaan kapasitansi ke-x
dari suatu untaian isolator, yaitu:

                                       

                                      

                                        ………………..…………………      (3.35)


dimana n = jumlah isolator
             x = isolator ke-x
………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai