Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
         Berbicara seputar profesi pendidikan dan problemnya, tentu tidak
akan pernah selesai masalah demi masalah akan terus muncul seiring
bergulirnya dinamika sosial yang melingkarinya dan pelajar adalah sosok
personal yang tergolong rentan terhadap pengaruh-pengaruh di
lingkungannya. Akhir-akhir ini kasus yang menyangkut kenakalan siswa
atau pelajar hampir setiap saat, bahkan dalam kapasitas kasus yang hampir
menyamai kriminalitas kelas kakap.
Dan setiap problematika seputar ketidak berhasilan, selalu merujuk
kepada argumentasi-argumentasi yang klasik. Yakni masalah kekurangan
tenaga pendidik, terutama kekurang mampuan guru dalam mengajar dalam
kata lain seorang guru tidak memiliki profesionalitas dalam mengajar.
Guru saat ini bukan saja tidak mampu untuk mencegah semakin
menyebarnya tindakan-tindakan tidak bermoral pelajar, tidak jarang guru
yang berperan sebagai agent, bahkan teladan-teladan amoral. Guru yang
telah terlanjur mengklaim dan memerankan diri sebagai figur tauladan akan
didik tidak jarang menjadi pelaku-pelaku utama tindakan asusila dan
amoral.
Tetapi sangat disayangkan jarang sekali guru yang menyadari persoalan
ini. Sering ketika murid melakukan kesalahan guru justru lepas tanggung
jawab. Dalam hal “Moralitas etik” seharusnya para guru tidak selalu
didengungkan dengan istilah “Pembinaan kembali” apalagi terjadi
penyimpangan moral – guru sebagai pintu kedua tauladan moral (yang
pertama adalah keluarga) merupakan hal yang tidak dapat diganggu oleh
kepentingan yang lain. Karenanya, perlu sekali untuk ditingkatkan kinerja
dan professionalisme guru.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengemukakan dua
masalah pokok dalam kajian ini.
1. Sikap profesional yang bagaimanakah yang harus dimiliki guru?
2. Bagaimana pengembangan sikap profesional yang harus ditunjukan
sebagai seorang pendidik?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan,terdapat dua tujuan
dalam kajian ini.
1. Untuk mengetahui sikap profesional yang harus dimiliki guru .
2. Untuk mengetahui pengembangan sikap profesional yang harus ditunjukan
sebagai seorang pendidik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di


masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama
akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apabila
memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan
kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara
sera cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota
masyarakat, seiring menjadi perhatian masyarakat luas.

Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam


menjalankan pekerjaannya yangmencakup keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan.Menurut Thurthoen dalam walgito
menjelaskan bahwa sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang
terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap

Guru profesional adalah guru yang mengedepankan mutu dan kualitas


layanan dan produknya, layanan guru harus memenuhi standarisasi kebutuhan
masyarakat, bangsa dan pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta
didik berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki masing-masing individu.

Jadi, Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam


menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi keguruan. Hal ini berhubungan dengan
bagaimana pola tingkah laku guru dalam memehami, menghayati,serta
mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya

Walaupun segala prilaku guru selalu di perhatikan masyarakat, tetapi


akan dibicarakan dalam bagian ini adalah kasus prilaku guru yang

3
berhubungan dengan profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola
tingkahlaku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap
kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang
berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni
sikap profesional keguruan terhadap:

1. Peraturan perundang-undangan
2. Organisasi profesi
3. Teman sejawat
4. Anak didik
5. Tempat kerja
6. Pemimpin
7. Pekerjaan

Guru professional bertugas antara lain :


a. Bertindak sebagai model bagi para anggota lainnya.
b. Merangsang pemikiran dan tindakan.
c. Memimpin perencanaan dalam mata pelajaran atau daerah pelajaran
tertentu.
d. Memberikan nasihat executive teacher sesuai dengan kebutuhan tim.
e. Membina dan memelihara literature professional dalam mata pelajaran.
f. Bertindak atau memberikan pelayanan sebagai manusia sumber dalam
mata pelajaran tertentu dengan referensi pada in service, training dan
pengembangan kurikulum.

B.     Sasaran Sikap Profesional

1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Pada butir sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: “guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan”.

4
(PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan dinegara kita dipegang oleh
pemerintah, dalam hal ini oleh departemen pendidikan dan kebudayaan.
Dalam rangka pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia, departemen
pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan
peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan
oleh aparatnya, yang meliputi antara lain : Pembangunan gedung-gedung
pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan melalui
kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda
dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.

Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu,
guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan  pemerintah
dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan
yang merupakan kebijasanaan.

Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan keentuan-


ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan, kode etik guru Indonesia mengatur hal tersebut, seperti tertentu
dalam dasar ke sembilan sari kode etik guru. Dasar ini juga menunjukan
bahwa guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia
dalam menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru Indonesia tidak
mendapatkan pengaruh  yang negativ dari pihak luar, yang ingin memaksakan
dengan melalui dunia pendidikan.

2. Sikap Terhadap Organisasi Propesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu


organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini
menunjukan kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi profesi sebagai
wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi memerlukan
pembinaan, agar lebih berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha
untuk membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha

5
tersebut sangat bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung
jawab dan kewajiban para anggotanya. Organisasi PGRI merupakan suatu
sistem, dimana unsur pembentuknya adalah guru-guru.

Organisasi profesional harus membina mengawasi para anggotanya.


Siapakah yang dimaksud dengan organisasi itu ? jelas yang dimaksud bukan
hanya ketua, sekretaris, atau beberapa orang pengurus tertentu saja, tetapi
yang dimaksud dengan organisasi di sini ialah semua anggota dengan seluruh
pengurus dan segala perangkat dan alat-alat perlengkapannya.

Setiap anggota harus memberikan sebagaian waktunya untuk


kepentingan pembinaan profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang
diberikan oleh para anggota ini dikordinasikan oleh para pejabat organisasi
tersebut, sehingga pemanfaatanya menjadi efektif dan efisien. Dengan
perkataan lain setiap anggota profesi, apakah  ia sebagai pengurus, atau
anggota biasa, wajib berpartisifasi guna memelihara, membina, dan
meningkatkan mutu organisasi profesi, dalam rangka mewujudkan cita-cita
organisasi.

Peningkatan mutu profesi keguruan dapat pula direncanakan dan


dilakukan secara bersama atau berkelompok. Kegiatan berkrelompok ini
dapat berupa penataran, lokakarya, seminar, simposium, atau bahkan kuliah
disuatu lembaga pendidikan yang diataur secara tersendiri. Misalnya program
penyetaraan program D2 guru-guru sekolah dasar, dan program penyetaraan
D3 guru-guru SLTP, adalah contoh-contoh kegiatan berkelompok yang diatur
tersendiri.

3. Sikap Terhadap Teman Sejawat

Dalam ayat 7 kode etik guru di sebutkan bahwa guru memelihara


hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini
berarti bahwa:

6
1. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru
dalam lingkungan kerjanya.
2. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar kerjanya.

Dalam hal ini kede etik guru Indonesia menunjukan kepada kita betapa
pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan
perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota profesi.

a. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja

Seperti di ketahui, dalam setaip sekolah terdapat seorang kepala


sekolah dan beberapa guru di tambah dengan beberapa orang personel sekolah
lainya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil tidaknya sekolah
membawa misinya akan banyak bergantung kepada semua manusia yang
terlibat di dalamnya. Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, mutlak adanya hubungan yang baik dan harmonis di
antara sesama personel.

Setiap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap
ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian dan tanggung
jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan
serta menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingan kepentingan
diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain (Hermawan, 1979).

Adalah kebiasaan kita pada umumnya untuk kadang-kadang bersikap


kurang sungguh-sungguh dan kurang bijaksana, sehingga hal ini
menimbulkjan keretakan diantara sesama kita. Oleh sebab itu, agar jangan
terjadi keadaan yang berlarut-larut, kita perlu saling memaafkan dan
memupuk suasana kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur
di sekolah.

b. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan

7
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam
sumpah dokter yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara
lain terdapat kalimat yang menyatakan bahwa setiap dokter akan
memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara kandung.

Sebagai saudara mereka wajib membantu dalam kesukaran, saling


mendorong kemajuan dalam bidang profesinya, dan saling menghormati
hasil-hasil karyanya. Mereka saling memberitahukan penemuan-penemuan
baru untuk meningkatkan profesinya.

Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? Dalm
hal ini kita harus mengakui dengan jujur vbahwa sejauh ini perofesi keguruan
masih memerlukan pembinaan yang sungguh-sunguh. Rasa persaudaraan
seperti tersebut, bagi kita masih perlu ditumbuhkan sehingga kelak akan dapat
kita lihat bahwa hubungan guru dengan temannya berlangsung seperti halnya
dengan profesi kedokteran.

4. Sikap Terhadap Anak Didik

Dalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila.dasar ini mengandung beberapa prinsip
yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia


sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani, tidak hanya
berilmu tinggi tapi juga bermoral tinggi pula. Guru dalam mendidik
seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan
intelektual saja. Tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh
pribadi peserta didik, baik jasmani maupun rohani.

8
5. Sikap Terhadap Tempat Kerja

Sudah menjadi perkembangn umum bahwa suasana yang baik ditempat


kerja akan meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-
baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang
demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja yang bauk
ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Guru sendiri
2. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling

Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu
butir dari kode etik yang berbunyi : “Guru menciptakan suasana sekolah
sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar”. Oleh
sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan
berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar sesuai, maupun
dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas
yang mantap, ataupun pendektan lainnya yang diperlukan.

Suasana yang harmonis disekolah tidak akan terjadi bila personil yang
terlibat didalannya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa
tidak menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan suasana
kerja yang menantang harus dilengkapi denga  terjalinya hubungan yang baik
dengan orang tua dan masyarakat sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidiknya.

6. Terhadap Pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun


organisasi yang lebih besar guru akan selalu berada dalam bimbingan dan
pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan
mulai dari pegurus cabang, daerah, sampai kepusat. Begitu juga sebagai
anggota keluarga besar DEPDIKBUD, ada pembagian pengawasan mulai dari

9
kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai kementri pendidikan dan
kebudayaan.

7. Sikap Terhadap Pekerja

Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami


mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam
sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila
berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barang kali tidak semua
orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk
memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.

Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat


melakukannya secara formal maupun informal. Secara formal, artinya guru
mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan
bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemmapuannya.

Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan


ketrampilannya melalui media masa seperti televisi, radio, majalah ilmiah,
Koran, dan sebagainya.

Hal ini berarti seorang guru sebagai pendidik harus benar-benar


berkomimen dalam memajukan pendidikan. Guru harus mampu
melaksanakan tugasnya dan melayani pesrta didik dengan baik. Agar dapat
memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat
menyesuaikan kemampuan dengan keinginan masyarakat. Keinginan dan
permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat
yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh
karena itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta mutu layanannya.

Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri guru dapat


melakukannya secara formal dan informal. Secara formal, artinya guru dapat
mengikuti beberapa pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan
bidang tugas, keinginan waktu dan kemampuannya. Secara informal guru
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui media massa

10
seperti televisi, radio, majalah ilmiah, Koran dan sebagainnya, ataupun
membaca buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.

C.    Pengembangan Sikap Profesional

1. Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan

Dalam pendidikan pra jabatan, calon guru didik dalam berbagai


pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam pekerjaanya nanti.
Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi
sisiwanya, bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana
bersikap terhadap pekerjaan yang dijabatnya selalu menjadi perhatian siswa di
masyarakat.

Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi
harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya dilembagapendidikan
guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu,
keterampilan dan bahkan sikap profesional di rancang dan dilaksanakan
selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.Sering  juga
pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by-product ) dari
pengetahuan yang di peroleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya
dapat terbentuk sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang
benar, karena belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan
penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan.

Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan


memberikan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan khusus yang di
rencanakan. Sebagaimana halnya mempelajari Pedoman Penghayatan dan
Pengalaman Pancasila (P4) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

2. Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru


selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat
dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa
pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat
dilakukan secara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, loka karya,
11
seminar, atau kegiatan ilmiah lainya, ataupun secara informal malalui media
Massa televisi, Radio, Koran, dan majalah maupun publikasi lainya. Kegiatan
ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, sekaligus dapat
juga meningkatkan sikap professional keguruan.

Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh berbeda dengan


dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika
Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar
sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) 
bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu:

a.       Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk


para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui 
perspektif-perspektif dan metode-metodeinquiri. Para guru dalam sketsa ini
melalui sebuah proses observasi fenomena alam, membuat penjelasan-
penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena
alam.

b.      Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk


guru sains memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, 
pendidikan dan siswa serta menerapkan pengetahuan tersebut kepengajaran
sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu
bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana
siswa mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang
mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi dan
pengalaman yang berbeda dengan contoh dan representasi apa yang bisa
membantu siswa belajar.

c.       Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk


para guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan
untuk  pembelajaran sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa
dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar
sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru 
berkesempatan terus untuk belajar.

d.      Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk


guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan
untuk menangkal kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan 
profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan.

12
Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru
sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya
Manusia Indonesia semakin baik

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai profesional, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan,


sikap, dan keterampilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu
meliputi penyikapan terhadap perundang-undangan, organisasi profesi, teman
sebaya, peserta didik, tempat kerja, pemimpin dan pekerjaan.

Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan


profesionalisme guru baik selama pendidikan prajabatan maupun selama
jabatan yakni melakukan penyetaraan guru, penataran atau pelatihan,
penegakan kode etik profesi, peningkatan kualifikasi, sertifikasi
guru, peningkatan kompetensi guru, pengembangan karir guru, penghargaan
dan perlindungan guru, perencanaan kebutuhan guru, tunjangan guru, serta
penghargaan bagi guru yang berprestasi.
Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan
masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan.
Dalam bersikap guru harus selalu mengadakan pembaharuan sesuai dengan
tuntutan tugasnya.

B. SARAN
Semoga dengan adanya Rekayasa Ide ini dapat membantu kita dalam
mengetahui tentang pengambangan sikap Profesional Guru serta menerapkan
sikap profesional guru yang baik dalam pendidikan dan pengajaran. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009 (cetakan ke-4). Profesi Keguruan. Jakarta :


PT Rineka Cipta Sumber referensi dari internet.

15

Anda mungkin juga menyukai