Anda di halaman 1dari 12

UTS GEOFISIKA

DEEP SEA MINING

Dosen : Ir. Agus S Djamil, M.Sc.

Penyusun : Rizqi Yudistira Wahyu Perdana

11170980000036

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019
1. Aplikasi Metode Geofisika

Geofisika adalah ilmu yang mengunakan metode fisika untuk mempelajari bumi
(isi dan lingkungan bumi serta interaksinya, baik kondisi statik dan dinamikanya).
Geofisika berguna untuk mengetahui isi bumi dan interkasinya. Metode Geofisika merupakan
ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas
permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun
tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada
permukaan. Metode getaran/gelombang elastik yang dikenal dengan metode seismik,
gravitasi, resistivity, magnetik, elektromagnetik, panas, dan radioaktivitas.

Metode Seismik

Metode seismik adalah salah satu metode eksplorasi yang didasarkan


pada pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan
kemudian direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas
batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan
pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit.
Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang
mengukur pergerakan bumi.

Menurut cara bergetarnya gelombang seismik


dibagi menjadi dua macam yaitu:     

 Gelombang Primer
(longitudinal/compussional wave)

Gelombang primer dalah gelombang yang arah


getarannya searah dengan arah bergetarnya
gelombang tersebut. Gelombang ini mempunyai
kecepatan rambat paling besar diantara gelombang seismik yang lain.
 Gelombang Sekunder (transversal/shear wave)

Gelombang sekunder adalah gelombang yang raah getarannya tegak lurus terhadap arah
perambatan gelombang. Gelombang ini hanya dapat merambata pada material padat saja dan
mempunyai kecepatan gelombang yan lebih kecil dibandingkan gelombang primer.

Metode seismik terbagi menjadi dua macam yaitu seismik refleksi (pantul) dan seismik
refraksi (bias)

1. Metode seismik refraksi

Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui
penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode untuk memberikan
tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang penelitian lainnya. Metode ini
mencoba menentukan kecepatan gelombang seismik yang menjalar di bawah permukaan.
Metode seismik refraksi didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami
refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam perambatannya, gelombang tersebut
melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang
mempunyai kecepatan gelombang lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik
waktu tiba gelombang pada masing-
masing geophone. Seismik refraksi dihitung
berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang untuk menjalar pada batuan dari posisi
sumber seismik (seismic source) menuju penerima
(receiver) pada berbagai jarak tertentu. Pada metode
ini, gelombang yang terjadi setelah usikan pertama
(first break) diabaikan, sehingga data yang
dibutuhkan hanya data first break saja. Gelombang
yang datang setelah first break  diabaikan karena gelombang seismik refraksi merambat
paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya kecuali pada jarak offset yang relatif
dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama kali gelombang diterima oleh
setiap geophone.

Parameter jarak (offset) dan waktu penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat
rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut dikontrol
oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang dikenal sebagai parameter
elastisitas.

Kaitannya dengan prinsip-


prinsip dalam metode seismik,
Metode seismik refraksi
menerapkan waktu tiba pertama
gelombangdalam perhitungannya.
Gelombang P memiliki kecepatan
lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan gelombang S sehingga
waktu datang gelombang P yang digunakan dalam perhitungan. Gelombang seismik refraksi
yang dapat terekam oleh receiver pada permukaan bumi hanyalah gelombang seismik
refraksi yang merambat pada batas antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika sudut
datang merupakan sudut kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis normal (r =
900 sehingga sin r = 1). Dan hal ini sesuai dengan asumsi diawal bahwa kecepatan lapisan
dibawah interface lebih besar dibandingkan dengan kecepatan di atas interface.

 Metode seismic refleksi

Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan
gelombang akustik untuk mengetahui keadaan bawah permukaan bumi. Gelombang seismik
yang digunakan berasal dari sumber getaran ( berupa dinamit,vibrator,palu hammer) yang
melewati bawah permukaan kemudian di pantulkan oleh bidang batas batuan sehingga dapat
diterima oleh receiver(geophone dan hydrophone). Setiap bidang batas batuan memiliki
impedensi akustik yang berbeda beda. Impedensi akustik yaitu kemampuan suatu bahan
untuk memantulkan atau meneruskan gelombang yang mengenai medium tersebut, 
Gambar diatas merupakan cara pengambilan serta data yang dihasilkan dan data, metode ini
dapat digunakan dalam pengaplikasian indutri maupun non industri.

2. Metode Gravity

Metode Gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang


memenfaatkan sifat daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip
eksplorasi dengan metode gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface.
Menghitung nilai intensitas medan magnet bumi pada area berbeda, menyangkut masalah
suseptibilitas atau remanen magnetik. Dasar metode survei gravitasi adalah Hukum Newton
tentang gravitasi, yang menyatakan bahwa kekuatan tarikmenarik F terjadi antara dua massa
m1 dan m2 yang dimensinya kecil dengan jarak r di antara kedua benda tersebut.

M 1.M 2
g=G
r2

Dalam melakukan pengukuran data gravitasi dilapangan, maka dapat digunakan alat
yang dinamakan dengan gravity meter. Alat ini dapat mengukur gaya gravitasi berdasarkan
pegas yang ada pada dalam gravity meter Pegas tersebut akan dikaitkan dengan massa beban.
Sehingga ketika nilai gravitasinya semakin besar, maka pagas akan memanjang karena berat
pada massa beban semakin besar pula.

Interpretasi data magnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan
kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang
bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan
bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan
informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.

Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda
anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi
kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin berbeda,
tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil
pengukuran.
Peta kontur anomali medan magnetik pada pendugaan mineralisasi
emas di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir, Solok
Selatan,Sumatera Barat

Gambar diatas merupakan hasil intepretasi metode gravity industri dan non industri

3. Metode Radioaktif

Metode ini pada dasarnya ialah menentukan besarnya/banyaknya berkas gelombang


Gamma yang dihasilkan oleh batuan sebagai efek terjadinya proses pembelahan/peluruhan
atom yang terjadi pada batuan itu sendiri. Satuan unit: cps (count per second). Pada metode
ini berkas gelombang Gamma yang diukur adalah Potassium, Thorium dan Uranium.
Metode ini mempunyai penetrasi yang sangat dangkal (kurang lebih 30-60 cm)
sehingga efek gangguan pada permukaan oleh aktifitas manusia akan sangat mengganggu
kualitas data. Metode ini dapat dilakukan dengan pengukuran dari udara dan juga dapat
dilakukan dari darat. Dengan metode ini litologi batuan secara kasar dapat dipetakan dan juga
metode ini berguna untuk melokalisir daerah alterasi potassic.

Gambar Survey Ground Radiometric & Airborne radiometric 


Peta-peta hasil pengukuran radiometric: (a) Potassium; (b) Uranium; (c) Thorium; (d) Composite
image (Red=K; Green=Thorium; Blue=Uranium).

Gambar diatas merupakan cara pengambilan data dengan metode radioaktif , metode ini
dapat diaplikasikan pada non industri maupun industri

2. Geofisika dalam Deep Sea Mining

Deep Sea Mining atau Penambangan


Dalam Laut adalah  proses pengambilan deposit
mineral dari laut dalam - area lautan di bawah
200 m. Seperti diketahui bahwa bumi yang kita
tinggali sebagian besar terdiri dari lautan
dibandingkan dengan daratan. Hampir sekitar
70% bumi tertutupi oleh air laut, sedangkan
sisanya berupa daratan yang sekitar 10 % tertutup
oleh es. Jadi hanya sekitar ¼ saja bagian bumi ini
yang kita manfaatkan.

Indonesia adalah
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri
dari 17.504 pulau. Luas daratan Indonesia adalah
1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483
km². Saat ini dengan permintaan logam yang
semakin meningkatyang dimotori oleh india dan
cina mengakibatkan harga mineral terutama base metal dan precious metal melonjak tajam.
Harga yang tinggi ini membuat penambangan bawah laut menjadi lebih ekonomis
dibandingkan sebelumnya.Selain itu teknologi bawah laut semakin berkembang dimulai
dipertengahanabad 20 saat pencarian minyak dan gas di laut lepas.

Saat ini beberapa negara mencoba tambang bawah laut ini , beberapa kawasan antara
lain asia tenggara, australia, india dan afrika selatan. Indonesia sebagai penghasil timah kedua
terbesar setelah china
gencar melakukan ini.
Setelah tambang timah
di daratan sulit di
eksploitasi dan susahnya
lahan mengakibatkan
ekslorasi pasir timah
bergerak ke arah
perairan. Saat ini
Indonesia aktiv
melakukan
penambangan bawah
laut, terutama di daerah
perairan pulau bangka
dan belitung. Komoditi
yang dicari ini terutama pasir timah dan logam berat. Kedalaman eksploitasi pasir ini berkisar
sekitar 50- 80 m dipermukaan laut.Beberapa teknik ekploitasi ini antara lain dengan kapal
penyedot pasir timah, selain itu dengan mengunakan alat keruk. Eksploitasi timah ini juga
dilakukan Thailand dan malaysia yang terkenal dengan jalur mineralisasi kobalt dan timah.
Sedangkan di namimbia dan afrika selatan logam yang dicari berupa diamond / permata dan
mineral berat lainnya.

Sejauh ini, fokusnya adalah menjelajahi laut dalam - menilai ukuran dan tingkat
simpanan mineral. Pada Mei 2018, Otoritas Dasar Laut Internasional (ISA) - yang mengatur
kegiatan di daerah di luar yurisdiksi nasional - telah menerbitkan 29 kontrak untuk eksplorasi
deposit mineral laut dalam. Lebih dari 1,5 juta km2 dasar laut internasional - kira-kira
seukuran Mongolia - telah disisihkan untuk eksplorasi mineral di Pasifik dan samudera India,
dan di sepanjang Mid-Atlantic Ridge.

Tetapi eksplorasi dapat segera memberi jalan bagi eksploitasi. Penambangan


komersial di perairan nasional Papua Nugini diperkirakan akan dimulai pada tahun 2020.
Penambangan di perairan internasional diharapkan akan dimulai pada tahun 2025.

Saat ini teknologi penambangan bawah laut masih berupa penambangan laut dangkal
0 – 200 m di bawah laut sehingga diharapkan dalam beberapa tahun kedepan teknologi
penambangan deep sea water (laut dalam ) akan semakin berkembang. Indonesia yang
terletak di jalur sirkum pasifik dan mediterania memiliki potensi mineral logam mulia(emas
dan tembaga) yang tersimpan di bawah laut. Potensi ini diakibatkan oleh gunung
berapibawah laut( sea mount) yang ada di Indonesia. Beberapa gunung bawah laut tersebut
berada di bagian Barat Pulau sumatera, Bagian Selatan Pulau Jawa – Bali – Nusa Tengara ,
Bagian Utara Pulau Sulawesi serta beberapa postensi di perairan Maluku. Selainlogam mulai
sepanjang perairan selat malaka dan perairan bangka belitung terdapat potensi logam berat
seperti timah dan cobalt. Selain mineral utama , di daerah ini juga terdapat mineral
sampingan berupa REE (Rare Earth Element) / Mineral logam jarang yang sangat dibutuhkan
pada benda elektronik cangih. Indonesia sebagai negara dengan 70 % lautan danpat
mengembangkan teknologi penambangan bawah laut ini. Dengan potensi mineral yang besar
ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.

Metode Metode Deep Sea Mining

 REMOTELY OPERATED VEHICLE (ROV)

ROV (Remotely Operated underwater Vehicle) merupakan teknologi di bidang eksplorasi


dan penelitian bawah laut. Digunakan utamanya sebagai ‘kendaraan’ bawah laut yang
berguna untuk mendapatkan gambar ‘real-time’, ROV juga mulai digunakan untuk
melakukan pekerjaan manuaia, seperti menyelam di laut dalam, yang dahulu masih
dilakukan oleh manusia. Seiring teknologi yang semakin maju, maka pekerjaan manusia
di dalam air sepenuhnya akan dikerjakan oleh ROV

Definisikan ROV
(Remotely Operated
Vehicle) menurut
Marine Technology
Society ROV
Committee’sdalam
“Operational
Guidelines for
ROVs” (1984) dan
The National
Research Council
Committee’sdalam “Undersea Vehicles and National Needs” (1996) adalah pada
dasarnya sebuah robot bawahlaut yang dikendalikan oleh operator ROV, untuk tetap
dalam kondisi yang aman, pada saat ROV bekerja di lingkungan yang berbahaya. Remote
Operation Vehicle (ROV) secara luas dikenal sebagai nama umum bagi kapal selam mini
yang kerap digunakan pada industri minyak dan gas lepas pantai. Kapal selam ini tak
berawak, tapi dioperasikan dari kapal lain. Keduanya terhubung melalui kabel yang
berfungsi juga sebagai penambat. ROV tersusun dari satu set pengapung besar di atas
sasis baja atau aluminium. Pengapung itu biasanya terbuat dari busa sintetis. Di bagian
bawah konstruksi terpasang alat-alat sensor yang berat. Komposisi ini–komponen ringan
di atas dan berat di bawah–akan menghasilkan pemisahan yang besar antara pusat apung
dan pusat gravitasi. Maka alat ini pun lebih stabil di dasarlaut saat melakukan tugas-
tugasnya.ROV memiliki kemampuan manuver yang tinggi. Kabel tambat berfungsi
mengirimkan energi listrik serta data video dan sinyal. Saat bertugas memasang kabel-
kabel listrik tegangan tinggi, ROV biasanya ditambahkan tenaga hidrolik.

Sistem ROV pada umumnya bekerja di atas wahana apung seperti kapal, barge, atau
rig. Bila sistem ROV dipasang diatas kapal, maka posisi ROV di bawah laut akan
mengacu pada titik referensi di kapal. Untuk keperluan survei, kapal biasanya
menggunakan DGPS (Differential Global Positioning System) sebagai penentuan posisi
utamanya. Sedangkan untuk posisi di bawah laut, sistem ROV dilengkapi dengan alat
penentuan posisi bawah laut menggunakan gelombang suara (Acoustic Underwater
Positioning). Salah satu metode ini adalah Ultra Short BaseLine (USBL), yang akan
mengukur jarak, kedalaman, dan azimut ROV terhadap transduser USBL yang dipasang
di kapal. Posisi ROV dan data navigasi lainnya, dalam sistem koordinat tertentu akan
didapat dan melalui perangkat lunak navigasi tertentu, akan dikirimkan secara real time
ke ruang kontrol ROV. Sistem ROV disamping menggunakan teknologi mutakhir, juga
didukung oleh sumber daya manusia yang profesional di bidangnya. Dukungan peralatan
suku cadang dan training bagi para
operatornya selalu dilakukan secara
periodik.

 Remote Sensing

Remote Sensing adalah


pengukuran atau akuisisi data dari
sebuah objek atau fenomena oleh
sebuah alat yang tidak secara fisik
melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah
objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat
luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit
pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar
angkasa yang memantau planet dari orbit.

Beberapa hal yang dapat diperoleh dari hasil interpretasi foto udara yang berhubungan
dalam eksplorasi mineral antara lain: pemetaan pola kelurusan regional yang
berhubungan dengan keberadaan lokasi-lokasi pertambangan, pemetaan pola rekahan
lokal yang mungkin mengontrol keberadaan jebakan mineral, deteksi hidrotermal dari
batuan teralterasi yang berasosiasi dengan jebakan mineral, serta basis data pemetaan
geologi.

 Metode GPR dan Geolistrik

Ground Penetrating Radar (GPR) adalah salah satu metode survey untuk soil,
bangunan dan kondisi bawah permukaan (dalam interval beberapa centimeter hingga
kedalaman 60 meter). Secara umum peralatan GPR terdiri dari dua komponen utama yaitu
peralatan pemancar gelombang radar (transmitter) dan peralatan penerima pantulan/ refleksi
gelombang radar (tranceiver). Sistem yang digunakan adalah merupakan sistem aktif dimana
dilakukan ‘penembakan’ pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (pada interval gelombang
radar) untuk kemudian dilakukan
perekaman intensitas gelombang radar
yang berhasil dipantulkan kembali ke
permukaan

Sedangkan , Metode geolistrik


merupakan salah satu metode geofisika
yang dapat memberikan gambaran
tentang susunan litologi atau struktur
bawah permukaan suatu daerah serta
kedalaman lapisan batuan berdasarkan
sifat kelistrikan batuan .Tujuan survey
geolistrik tahanan jenis adalah
mengetahui perbedaan tahanan jenis
(resistivitas) bawah permukaan bumi
dengan melakukan pengukuran di
permukaan bumi.
Daftar Pustaka

http://kurakuradilagunailmu.blogspot.com/2015/06/rov-remotely-operated-vehicle-
robot.html.

http://miningsciences.blogspot.com/2015/07/metode-seismik-seismic-methods.html.

http://nuhlizphysics.blogspot.com/2016/06/seismik.html.

http://teknikgeof.blogspot.com/2011/12/pengertian-dan-aplikasi-geofisika_11.html.

http://www.tukangbatu.com/2016/01/eksplorasi-geofisika-metode-radioaktif.html.

https://docplayer.info/30250571-Peran-remote-sensing-dalam-kegiatan-eksplorasi-
geologi.html.

https://eddypump.com/id/pendidikan/penambangan-laut-dalam-laut-bawah-laut/.

https://www.iucn.org/resources/issues-briefs/deep-sea-mining.

https://www.kompasiana.com/candra.setiawan/552a3ef56ea8345d60552cf9/sub-sea-mining-
tambang-bawah-laut-masa-depan-tambang-dunia.

Siswanto. (2011). Geofisika Bagian Dari Geosains Dalam Eksplorasi Sumber Daya Alam.
Geofisika UGM:Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai